Job :I
Kelompok :I Mahasiswa : Ridwan
Hari/Tanggal : 20 Januari 2003 Nim : 015104003
Lokasi : Kampus UNM Partam Program : S1 Teknik Sipil
A. TUJUAN
[1]
8). Visir, berfungsi untuk membidik secara kasar obyek atau titik yang diukur,
sebelum dibidik melalui lensa okuler (nomor …..).
9). Telescope eyepiece (Lensa Okuler dan Sekrup), berfungsi sebagai
pembidik obyek atau rambu ukur, yang menyatu pada sekrup sehingga
dapat diputar ke kiri atau ke kanan untuk memperjelas benang
diagfragma (benang silang).
10). Optical plummer telescope, lensa yang digunakan untuk melihat titik atau
patok yang ada di bawah theodolit. Lensa dipasang menyatu dengan
sekrup sehingga jika patok tidak kelihatan jelas, sekrup dapat diputar ke
kiri atau ke kanan.
11). Objective lens, Lensa obyektif
12). Telescope focusing knob (Sekrup Obyektif), knop yang digunakan untuk
memfokuskan obyek atau memperjelas angka pembacaan pada rambu
ukur.
13). Lensa Micrometer, berfungsi untuk pembacaan sudut vertical dan
horizontal.
14). Sekrup Micrometer, digunakan untuk memperjelas atau memfokuskan
pada saat melakukan pembacaan sudut vertikal dan horisontal.
15). Cermin, berfungsi untuk memberikan cahaya agar pembacaan pada
lensa micrometer dapat terlihat terang dan jelas.
16). Handle, tempat pegangan pada alat untuk memasang alat pada tripod
ataupun memindahkan alat ke tempat lain.
17). Handle fixing knob, berfungsi sebagai sekrup untuk mengunci pegangan
agar posisi kuat.
18). Instrument height mark, tanda yang digunakan untk menentukan tinggi
garis bidik permukaan tanah tempat theodolit berdiri yang biasanya
disebut tinggi alat.
19). Tribach fixing lever, sekrup yang digunakan apabila bagian atas teropong
ingin digeser sehingga sumbu vertikal tepat pada titik tempat berdiri
theodolit.
[2]
2). Bidik ujung patok dengan menggunakan senter point (optical plummer
telescope), sampai berada tepat di tengah pesawat.
3). Stel gelembung nivo kotak dan nivo tabung dengan menggunakan sekrup
tiga (leveling screw).
4). Bidik obyek dengan menggunakan Visir, kemudian sejajarkan piringan
derajat pesawat dengan mempertemukan garis putih yang berada pada
bagian bawah badan pesawat.
5). Setelah objek terbidik, kunci K1 dan K2 , apabila obyek belum tepat
gunakan sekrup penggerak halus.
6). Perjelas benang diagfragma dengan sekrup okuler dan gunakan sekrup
obyektif untuk memperjelas obyek atau rambu ukur.
7). Lakukan pembacaan sudut melalui lensa micrometer, apabila garis pada
lensa belum tepat berada di tengah, putar sekrup micrometer agar agar
garis pada lensa tepat berada di tengah.
V
110 26’ 20”
[4]
9). Telescope eyepiece (Lensa Okuler dan Sekrup), berfungsi sebagai
pembidik obyek atau rambu ukur, yang menyatu pada sekrup sehingga
dapat diputar ke kiri atau ke kanan untuk memperjelas benang
diagfragma (benang silang).
10). Optical plummer telescope, lensa yang digunakan untuk melihat titik atau
patok yang ada di bawah theodolit. Lensa dipasang menyatu dengan
sekrup sehingga jika patok tidak kelihatan jelas, sekrup dapat diputar ke
kiri atau ke kanan.
11). Objective lens, Lensa obyektif
12). Telescope focusing knob (Sekrup Obyektif), knop yang digunakan untuk
memfokuskan obyek atau memperjelas angka pembacaan pada rambu
ukur.
13).Lensa Micrometer, berfungsi untuk pembacaan sudut vertical dan
horizontal.
14). Sekrup Micrometer, digunakan untuk memperjelas atau memfokuskan
pada saat melakukan pembacaan sudut vertikal dan horisontal.
15). Cermin, berfungsi untuk memberikan cahaya agar pembacaan pada
lensa micrometer dapat terlihat terang dan jelas.
16). Handle, tempat pegangan pada alat untuk memasang alat pada tripod
ataupun memindahkan alat ke tempat lain.
17). Handle fixing knob, berfungsi sebagai sekrup untuk mengunci pegangan
agar posisi kuat.
18). Instrument height mark, tanda yang digunakan untk menentukan tinggi
garis bidik permukaan tanah tempat theodolit berdiri yang biasanya
disebut tinggi alat.
19). Tribach fixing lever, sekrup yang digunakan apabila bagian atas teropong
ingin digeser sehingga sumbu vertikal tepat pada titik tempat berdiri
theodolit.
[5]
3). Stel gelembung nivo kotak dan nivo tabung dengan menggunakan sekrup
tiga (leveling screw).
4). Bidik obyek dengan menggunakan Visir, kemudian sejajarkan piringan
derajat pesawat dengan mempertemukan garis putih yang berada pada
bagian bawah badan pesawat.
5). Setelah objek terbidik, kunci K1 dan K2 , apabila obyek belum tepat
gunakan sekrup penggerak halus.
6). Perjelas benang diagfragma dengan sekrup okuler dan gunakan sekrup
obyektif untuk memperjelas obyek atau rambu ukur.
7). Lakukan pembacaan sudut melalui lensa micrometer, apabila garis pada
lensa belum tepat berada di tengah, putar sekrup micrometer agar agar
garis pada lensa tepat berada di tengah.
8). Putar sekrup penjelas lensa micrometer untuk memperjelas pembacaan
dalam lensa micrometer, apabila kurang terang setel cermin untuk member
penerangan.
9). Lakukan pembacaan sudut vertical dan horizontal (derajat, menit, dan
detik).
V Vertical sircle 1
90
Single-line 2
17 ‘ 00 “
Micrometer scale 3
17 ‘ 20 “
17 ‘ 40 “
6 Horizontal scale [6] H
0
7 Double line Index line 4
Index Lines 5
Vertikal / V : 90o17’20”
Horisontal / H : 0o17’20”
Keterangan gambar :
1. Sudut Vertikal
2. Garis tunggal
3. Skala Mikrometer
4. Garis indeks
5. Garis indeks
6. Skala horizontal
7. Garis ganda
e. Cara Menolkan Sudut Horisontal pada Theodolit Topcon TL 20 GF / TL 6 G
1). Buka sekrup K1 dan K2, kemudian impitkan garis putih yang ada pada
piringan hitam dengan garis putih pada badan pesawat bagian bawah.
2). Setelah berimpit, kunci sekrup K1 dan K2, kemudian nolkan pembacaan
menit dan detik pada lensa pembacaan sudut dengan memutar sekrup
micrometer.
3). Apabila pembacaan derajat belum nol, maka putar sekrup K2..
[7]
7). Vertical motion clamp/Kunci vertical, pengunci gerakan vertical teropong
dimana sumbu horizontal sebagai sumbu putar.
8). Vertical tangent screw/sekrup pemggerak halus vertical, sekrup yang
digunakan untuk gerakan vertical teropong secara halus (lambat). Sekrup
ini berfungsi jika sekrup nomor 7 dikeraskan.
9). Plate level/Nivo tabung, pengontrol kedataran plat theodolit.
10). Operation Keys, tombol yang digunakan untuk mengoperasikan dan
memunculkan sudut pembacaan pada layar display.
11). Base, plat dasar theodolit.
12). Objective lens, lensa obyektif.
13). Horizontal motion clamp/Sekrup penggerak horizontal, sekrup yang
digunakan untuk mengunci gerakan horizontal bagian atas theodolit
dimana sumbu vertical sebagai sumbu putar.
14). Horizontal tangent screw/Sekrup penggerak halus horizontal, sekrup
yang digunakan untuk gerakan horizontal bagian atas theodolit secara
halus (lambat). Sekrup ini berfungsi jika sekrup nomor 13 dikeraskan.
15). Display window, Layar display angka pengukuran.
16).Circular Level (Nivo Kotak), digunakan sebagai pedoman untuk
mengetahui kedataran pemasangan alat theodolit pada tripod.
17). Tribach fixing lever, sekrup yang digunakan apabila bagian atas teropong
ingin digeser sehingga sumbu vertikal tepat pada titik tempat berdiri
theodolit.
18). Sighting collimator/Visir, berfungsi untuk membidik secara kasar obyek
atau titik yang diukur, sebelum dibidik melalui lensa okuler (nomor 5).
19). Instrument height mark, tanda yang digunakan untk menentukan tinggi
garis bidik permukaan tanah tempat theodolit berdiri yang biasanya
disebut tinggi alat.
20). Optical plummer telescope, lensa yang digunakan untuk melihat titik atau
patok yang ada di bawah theodolit. Lensa dipasang menyatu dengan
sekrup sehingga jika patok tidak kelihatan jelas, sekrup dapat diputar ke
kiri atau ke kanan.
21). Levelling screw (Sekrup Tiga), yang digunakan untuk mengetengahkan
gelembung nivo kotak.
[8]
c. Cara Mengoperasikan Digital Theodolit DT 100 / DT. 200.
F R/L V/%
900 00’ 00” REP
V
TILT HOLD 0 SET
FUNC
R
[9]
Keterangan gambar :
= Tombol untuk menghidupkan atau mematikan
R/L = Tombol pilihan sudut horizontal kanan atau sudut horizontal kiri
V/% = Tombol pilihan sudut vertical (zenith) atau persentase kemiringan
garis bidik
HOLD = Tombol akumulasi sudut horizontal
0 SET = Tombol untuk menempatkan sudut horizontal
FUNC = Tombol untuk memilih fungsi dari tombol-tombol lain
REP = Tombol pengaturan sudut repetisi
= Pencahayaan display
4. Alat Planimeter
a. Gambar Alat Planimeter (Terlampir)
b. Fungsi bagian-bagian alat planimeter
1). Pole weight (Pemberat kutub), berfungsi untuk memberatka kutub agar
saat digerakkan tidak tergeser.
2). Pole arm (badan kutub), fungsinya untuk menghubungkan antara
pemberat kutub dengan planimeter.
3). Tracing magnivier (pembesar penelusur), berfungsi untuk memperbesar
garis yang ditelusuri.
4). Tracing arm (batang penelusur), berfungsi untuk menghubungkan antara
pembesar penelusur dengan batang kutub.
5). Trace arm vernier (nonius batang penelusur), digunakan untuk
pengambilan panjang batang kutub.
6). Level whell (roda penahan), fungsinya untuk menahan pemberat kutub
yang digerakkan untuk menelusuri.
7). Clamp screw (sekrup pengikat), berfungsi untuk mengunci batang
penelusur.
8). Fine movement screw (sekrup penggerak halus), berfungsi untuk sebagai
penggerak halus dalam pembacaan nonius.
[10]
9). Recording dial (roda pencatat), berfungsi untuk pengambilan angka ribuan
dalam recording dial.
10). Measuring whell vernier (nonius roda pengukur), berfungsi untuk untuk
mengambil data angka nonius ratusan.
11). Zero setting (penyetel nol), berfungsi untuk menolkan kembali
pembacaan jika akan memulai kembali pengukuran.
12). Carriage (pembawa), menjadi tempat agar dapat bergerak pada saat
menelusuri obyek.
c. Cara Mengoperasikan Alat Planimeter
1). Longgarkan semua sekrup pengikat.
2). Stel nonius pada bacaan satuan, sesuai dengan daftar atau table dalam
box, bacaan dalam box ini disesuaikan dengan pola nantinya dengan
skala pada peta/figure.
3). Keraskan sekrup pengikat (clamp screw).
4). Tepatkan bacaan dengan memutar fine movement screw.
5). Keraskan sekrup pengikat.
6). Siapkan peta pada tempat yang rata, lalu letakkan pemberat (pole weight)
di luar peta dan tracing magnivier kira-kira di tengah peta dimana tracing
arm dan pole weight membentuk sudut 180o.
7). Telusuri garis yang akan diukur, apabila tidak mengalami kesulitan berarti
penempatan planimeter sudah bagus.
8). Kemudian tracing magniver diletakkan pada titik yang lebih awal yang
telah ditentukan, lalu angkat planimeter dan tekan zero setting untuk
menolkan titik awal.
9). Telusuri garis batas gambar dari titik awal ditelusuri searah jarum jam.
10). Setelah ditelusuri dari titik awal sampai titik akhir (kembali ke titik awal),
lalu baca jarum penunjuk/recording dial.
11). Baca pula bacaan pada roda pengikut, ada 2 macam yaitu :
- Bacaan measuring whell
- Bacaan measuring whell vernier
12). Lakukan penelusuran lebih dari satu kali agar lebih teliti, setelah itu di
rata-ratakan.
[11]
d. Cara Pembacaan Alat Planimeter
Ratusan
5
2 5
4 6 4
10
Satuan 9 5 7 3
0
3
8 2
2
9 1 0
Puluhan 8 0
Ribuan
1
Pembacaan : 0289
C. DATA LAPANGAN
1. Tinggi Pesawat = 1320 mm
2. Titik A
a. Pembacaan Rambu = Benang Atas (BA) = 1442 mm
Benang Tengah (BT) = 1441 mm
Benang Bawah (BB) = 1380 mm
b. Sudut Vertikal (V) = 89º03’00”
c. Sudut Horisontal (H) = 00º00’00”
d. Jarak Langsung (L) = 5,90 meter
3. Titik B
a. Pembacaan Rambu = Benang Atas (BA) = 1354 mm
Benang Tengah (BT) = 1330 mm
Benang Bawah (BB) = 1306 mm
b. Sudut Vertikal (V) = 89º02’00”
c. Sudut Horisontal (H) = 58º29’24”
d. Jarak Langsung (L) = 4,85 meter
[12]
D. PENGOLAHAN DATA
1. Perhitungan Jarak Optis (D)
Rumus : D = A x h x Cos2α ; dimana D = Jarak optis
h = BA – BB
A = 100 (konstanta)
α = 90º - Pembacaan sudut vertical
a. Titik A
D = A x h x Cos2α
= 100 x (1442 – 1380) x Cos2 (90º00’00” - 89º03’00”)
= 100 x (1442 – 1380) x Cos2 01º37’00”
= 100 x 0062 x 0,9999
= 6199,38 mm
= 6,19938 meter.
b. Titik B
D = A x h x Cos2α
= 100 x (1354 – 1306) x Cos2 (90º00’00” - 89º02’00”)
= 100 x (1354 – 1306) x Cos2 01º38’00”
= 100 x 0048 x 0,9999
= 4799,52 mm
= 4,79952 meter
[13]
= ½ x 100 x (1442 – 1380) x Sin 2 x (90º - 89º03’00”) + (1320 – 1411)
= 50 x 0062 x Sin (2 x 01º37’00”) + (-0091)
= 50 x 0062 x 0.027 - 0091
= + 0007 mm
= + 0,007 meter.
b. Titik B
t = ½ x A x h x Sin2α + (Tp – BT)
= ½ x 100 x (1354 – 1306) x Sin 2 x (90º - 89º02’00”) + (1320 – 1330)
= 50 x 0048 x Sin (2 x 01º38’00”) + (-0010)
= 50 x 0062 x 0.027 - 0010
= + 0054 mm
= + 0,054 meter
3. Perhitungan Sudut Yang Diukur (α)
Rumus : α = Sudut Bacaan titik B – Sudut Bacaan titik A
α = 58º29’24” - 00º00’00”
α = 58º29’24”
P 58º29’24”
[14]
B
F. KESIMPULAN
1. Mahasiswa telah dapat mengenal alat ukur sudut (theodolit).
2. Mahasiswa telah mengetahui bagian-bagian alat ukur sudut (theodolit) beserta
fungsinya.
3. Mahasiswa telah mampu mengoperasikan alat ukur sudut (theodolit) dengan baik
dan benar
.
G. SARAN-SARAN
1. Sebaiknay mahasiswa menjaga dan melindungi pesawat/alat ukur theodolit dari
air dan panas terik matahari.
2. Sebaiknya mahasiswa benar-benar memperhatikan teori pengenalan alat ini,
karena akan menjadi modal utama dalam pelaksanaan pengukuran selanjutnya.
[15]
3. Sebaiknya mahasiswa merawat semua alat yang digunakan serta
mengembalikannya pada tempat semula.
[16]
4. Sekrup F1
2. Sekrup K1
8. Sighting collimator
9. Lensa micrometer
5. Sekrup F2
7. Plate level
3. Sekrup K1
1. Leveling screw
1. Leveling screw
8
2. Sekrup K1
3. Sekrup K2 16
4. Sekrup F1
5. Sekrup F2
17
6. Circular Level 12
7. Plate level
8. Sighting collimator
[17]
9. Telescope eyepiece
10. Optical plummer telescope
9 14
13 3
15
5
19
10 6
18
Keterangan :
7
9
2 1
18
19
15 10 8 13 14
12
Keterangan :
12. Objective lens
13. Horizontal motion clamp 20
14. Horizontal tangent screw 16
15. Display window
16. Circular Level
17. Tribach fixing level
18. Sighting collimator 21
19. Instrument height mark
20. Optical plummer telescope
21. Leveling screw
LAMPIRAN 4. ALAT PLANIMETER
11
[19]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Job :I
Kelompok : …………………….. Mahasiswa : …………………
Hari/Tanggal : …………………….. Nim : …………………
Lokasi : …………………….. Program : …………………
[20]
DATA LAPANGAN
2. Titik A
3. Titik B
[21]
Lokasi : Kampus UNM Partam Program : S1 Teknik Sipil
A. TUJUAN
2. Patok 3 buah
3. Payung
C. LANGKAH KERJA
[22]
4. Menyetel sekrup tiga untuk mendatarkan pesawat dengan menggunakan
atau memasukkan gelembung nivo kotak dan nivo tabung ke tengah
lingkaran dan tabung.
5. Menentukan titik-titik yang akan diukur, misalnya titik P, titik A dan Titik B.
11. Memutar teropong dan mengarahkan lebih dulu dengan bidikan kasar ke titik
sebelah kanan (titik B). pada pemutaran teropong ini, karena sekrup K2 yang
tetap dikeraskan, skala lingkaran tidak ikut berputar sehingga skala
pembacaan berubah.
12. Mengunci sekrup K1 dan garis bidik di arahkan tepat ke titik B dengan
memutar sekrup F1.
13. Melakukan pembacaan sudut horizontal dan dicatat pada blanko isian data
ukur.
14. Telah dilakukan pengukuran sudut APB untuk satu kali repetisi, ini dilakukan
secara berulang-ulang kali, sehingga besar sudut yang terbentuk nantinya
sama dengan pembacaan di titik B dikuranig dengan bacaan sudut di titik A.
F
V 90⁰ 10' 20"
Ht 0⁰ 00' 00"
⁰
H
Ht 0⁰ 00' 00"
⁰
H
8. Untuk mengakhiri pengukuran cara repetisi, tekan tombol FUNC dan tekan
tombol HOLD.
[24]
E. DATA LAPANGAN
[25]
F. PENGOLAHAN DATA
A 00⁰ 00' 00" 00⁰ 00' 00" Untuk 6 kali repetisi, 360⁰ tidak
pernah dilintasi sehingga P = 0, yakni
1 X B 48⁰ 49' 12" 48⁰ 49' 12" 48⁰ 49' 12" x 6 = 292⁰ 49' 12"
[26]
H. TABEL HASIL PENGOLAHAN DATA
A 00⁰ 00' 00" 00⁰ 00' 00" Untuk 6 kali repetisi, 360⁰ tidak
pernah dilintasi sehingga P = 0, yakni
1 X B 48⁰ 49' 12" 48⁰ 49' 12" 48⁰ 49' 12" x 6 = 292⁰ 49' 12"
[27]
I. GAMBAR HASIL PENGOLAHAN DATA
[28]
PENGUKURAN SUDUT MENDATAR CARA REPETISI
Skala1 : 1
J. KESIMPULAN
1. Mahasiswa telah mampu dan terampil menggunakan alat ukur sudut (Theodolit)
dengan baik dan benar.
3. Mahasiswa telah mampu menentukan posisi suatu titik dan mengetahui besar
sudut jurusan yang dilakukan beberapa kali.
K. SARAN
3. Sebaiknya pengukuran dilakukan secara baik dan teliti agar hasil yang
didapatkan memuaskan.
[29]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Job : II
Kelompok : …………………….. Mahasiswa : …………………
Hari/Tanggal : …………………….. Nim : …………………
Lokasi : …………………….. Program : …………………
[30]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Job : III
Kelompok :I Mahasiswa : Ridwan
Hari/Tanggal : 22 Januari 2003 Nim : 015104003
Lokasi : Kampus UNM Partam Program : S1 Teknik Sipil
A. TUJUAN
3. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui letak suatu titik dan menentukan besar
sudut tiap jurusan.
2. Patok 5 buah
3. Payung 1 buah
C. LANGKAH KERJA
[31]
1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan di lapangan.
b. Memutar sekrup penggerak halus agar titik A tepat berada pada benang
diafragma.
e. Memutar sekrip penggerak halus (F1), agar titik b tepat berada pada bengan
diafragma.
[32]
D. DATA LAPANGAN
E. PENGOLAHAN DATA
[33]
D 93⁰ 53' 24" 93⁰ 53' 24"
Pembacaan sudut horisontal diambil rata-rata pembacaan biasa dan luar biasa, yaitu :
Jurusan ke titik A = 00˚ 00’ 00” + 00˚ 00’ 00” = 00˚ 00’ 00”
2
Jurusan ke titik B = 26˚ 55’ 36” + 26˚ 55’ 54” = 26˚ 55’ 45”
2
Jurusan ke titik C = 60˚ 48’ 18” + 60˚ 50’ 06” = 60˚ 49’ 12”
2
Jurusan ke titik D = 93˚ 53’ 24” + 93˚ 53’ 54” = 93˚ 53’ 39”
2
Karena besarnya sudut sama dengan jurusan kanan dikuangi dengan jurusan kiri,
maka diperoleh :
Besar sudut APB = 26˚ 55’ 45” - 00˚ 00’ 00” = 26˚ 55’ 45”
Besar sudut APC = 60˚ 49’ 12” - 00˚ 00’ 00” = 60˚ 49’ 12”
Besar sudut APD = 93˚ 53’ 39” - 00˚ 00’ 00” = 93˚ 53’ 39”
Besar sudut BPC = 60˚ 49’ 12” - 26˚ 55’ 45” = 33˚ 53’ 27”
Besar sudut BPD = 93˚ 53’ 39” - 26˚ 55’ 45” = 66˚ 57’ 54”
Besar sudut CPD = 93˚ 53’ 39” - 60˚ 49’ 12” = 33˚ 04’ 27”
[34]
F. TABEL HASIL PENGOLAHAN DATA
[35]
G. GAMBAR HASIL PENGOLAHAN DATA
[36]
PENGUKURAN SUDUT MENDATAR CARA REITERASI
Skala1 : …
H. KESIMPULAN
1. Mahasiswa telah mampu dan terampil menggunakan alat ukur sudut (Theodolit)
dengan baik dan benar.
3. Ternyata bahwa sudut-sudut didapat dengan selisih dua jurusan, maka cara
reiterasi disebut pula sebagai cara pengukuran jurusan sehingga sudut-sudut
tidak ditentukan dengan langsung
I. SARAN
1. Untuk mengurangi kesalahan pada saat melakukan pengukuran, sebaiknya
sebelum ke lokasi pengukuran terlebih dulu memahami dan mempelajari
prosedur pengukuran.
2. Sebaiknya menggunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
3. Dibutuhkan kekompakan dalam melakukan praktek agar job pengukuran dapat
diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
[37]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Job : III
Kelompok : …………………….. Mahasiswa : …………………
Hari/Tanggal : …………………….. Nim : …………………
Lokasi : …………………….. Program : …………………
[38]
Job : IV
Kelompok :I Mahasiswa : Ridwan
Hari/Tanggal : 23 Januari 2003 Nim : 015104003
Lokasi : Kampus UNM Partam Program : S1 Teknik Sipil
A. TUJUAN
2. Mahasiswa diharapkan dapat menghitung besar sudut yang diukur terhadap arah
utara.
2. Patok 6 buah
[39]
5. Payung 1 buah
C. LANGKAH KERJA
3. Memasang patok pada titik-titik yang akan diukur, lalu ukur jarak langsung antar
patok.
6. Membuka sekrup K1 dan K2, lalu setel pirigan skala horizontal hingga 00˚ 00’
00”.
7. Mengunci dan mengeraskan sekrup K1, sedangkan sekrup K2 tetap terbuka lalu
menyetel teropong hingga kompas menunjukkan arah utara (kompas
menunjukkan arah utara jika garis putih dalam kompas berada di tengah-tengah).
10. Menyetel sekrup micrometer, lalu baca besarnya sudut jurusan ke titik P1 dan
membaca rambu ukur (baca benang atas, tengah, dan bawah).
11. Memindahkan pesawat ke titik P1, lalu mengulangi langkah kerja nomor 5
sampai nomor 10 dengan patok P2 sebagai arah bidik.
12. Mengulangi langkah kerja nomor 11 hingga seluruh titik selesai diukur.
[40]
13. Setelah selesai, pesawat dan alat-alat lainnya dikembalikan ke tempat semula.
[41]
D. DATA LAPANGAN
[42]
[43]
E. PENGOLAHAN DATA
1. Perhitungan sudut yang diukur (α ).
Rumus : (α ) = Pembacaan Muka – Pembacaan Arah Utara
P0 = 10⁰ 45' 40" - 00⁰ 00' 00" = 10⁰ 45' 40"
P1 = 81⁰ 22' 00"- 00⁰ 00' 00" = 81⁰ 22' 00"
P2 = 99⁰ 60' 00"- 00⁰ 00' 00" = 99⁰ 60' 00"
P3 = 190⁰ 48' 20" - 00⁰ 00' 00" = 190⁰ 48' 20"
P4 = 264⁰ 54' 40" - 00⁰ 00' 00" = 264⁰ 54' 40"
P5 = 273⁰ 49' 20" - 00⁰ 00' 00" = 273⁰ 49' 20"
[44]
F. TABEL HASIL PENGOLAHAN DATA
Letak Arah Pembacaan Sudut Horisontal (H) Sudut yang Diukur (α) Jarak Optis Jarak Langsung
Pesawa (α) = Bacaan sudut muka – Bacaan Antar Patok (m)
Bidik Utara Muka Antar Patok (m)
t utara
1 2 3 4 5 6 7
Utar
00⁰ 00' 00" -
P0 a 10⁰ 45' 40" - 00⁰ 00' 00" = 10⁰ 45' 40"
P1 - 10⁰ 45' 40"
Utar 21,60 21,41
00⁰ 00' 00" -
P1 a 81⁰ 22' 00" - 00⁰ 00' 00" = 81⁰ 22' 00"
P2 - 81⁰ 22' 00"
Utar 27,60 27,70
00⁰ 00' 00" -
P2 a 99⁰ 60' 00" - 00⁰ 00' 00" = 99⁰ 60' 00"
P3 - 99⁰ 60' 00"
Utar 33,40 33,40
00⁰ 00' 00" - 190⁰ 48' 20" - 00⁰ 00' 00" = 190⁰ 48'
P3 a
20"
P4 - 190⁰ 48' 20"
Utar 20,40 20,40
00⁰ 00' 00" - 264⁰ 54' 40" - 00⁰ 00' 00" = 264⁰ 54'
P4 a
40"
P5 - 264⁰ 54' 40"
Utar 26,20 26,20
00⁰ 00' 00" - 273⁰ 49' 20" - 00⁰ 00' 00" = 273⁰ 49'
P5 a
20"
P0 - 273⁰ 49' 20"
33,00 33,18
[45]
G. GAMBAR HASIL PENGOLAHAN DATA U
P1’
U P1
D =21,41
Keterangan :
Poligon hasil pengukuran (Tidak menutup)
P0 Poligon hasil koreksi grafis (Menutup)
D =27,70 P0, P1, P2, P3, P4, P5 Titik polygon
P0’ P0’ – P0 Kesalahan penutup
D =33,18
U
P5’
P5 U
D =26,20 P2’
P2
D =33,40
U
P4’
D =20,40 U PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP DENGAN KOMPAS
P3’ Skala1 : 200
P4
P3
P0’
KOREKSI GRAFIS P4’ P5’
P2’ P3’
Skala1 : 500
P1’
I. SARAN
1. Untuk mengurangi kesalahan pada saat pengukuran sebaiknya mahasiswa
terlebih dulu memahami dan mempelajari materi yang akan dipraktekkan.
2. Sebaiknya mahasiswa menggunakan alat sesuai dengan fungsinya.
3. Dalam pelaksanaan praktek, dibutuhkan kekompakan agar job pengukuran dapat
diselesaikan dengan baik dan benar.
[47]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Job : IV
Kelompok : …………………….. Mahasiswa : …………………
Hari/Tanggal : …………………….. Nim : …………………
Lokasi : …………………….. Program : …………………
Letak Arah Bacaan Sudut Pembacaan Sudut Horisontal (H) Jarak Langsung Keterangan
Antar Patok
Pesawat Bidik Rambu Vertikal (V) Utara Muka (Sketsa Pengukuran)
(m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
[48]
[49]
Job :V
Kelompok :I Mahasiswa : Ridwan
Hari/Tanggal : 24 Januari 2003 Nim : 015104003
Lokasi : Kampus UNM Partam Program : S1 Teknik Sipil
A. TUJUAN
2. Patok 6 buah
5. Payung 1 buah
C. LANGKAH KERJA
[46]
3. Memasang patok pada titik-titik yang akan diukur, lalu ukur jarak langsung antar
patok.
8. Menyetel sekrup micrometer, lalu baca besarnya sudut P0 muka dan membaca
rambu ukur (benang atas,tengah dan bawah) serta membaca sudut vertikal.
11. Memindahkan pesawat ke titik P1, lalu ulangi langkah kerja nomor 5 sampai
nomor 10 dengan titik P2 sebagai bacaan muka dan titik P0 sebagai bacaan
belakang.
12. Mengulangi langkah kerja nomor 11 hingga seluruh titik selesai diukur.
13. Setelah selesai, pesawat dan alat-alat lainnya dikembalikan ke tempat semula.
[47]
D. DATA LAPANGAN
[48]
1091
P5
1500
P0 1334 208⁰ 39' 20" 90⁰ 00' 00" 33,18
1170
E. PENGOLAHAN DATA
1. Perhitungan sudut yang diukur (α ).
Rumus : (α ) = Pembacaan Muka – Pembacaan Belakang
P0 = 57⁰ 01' 20" - 152⁰ 55' 40" = 265⁰ 54' 20"
[49]
P0 – P1 = 100 x (1,331 – 1,119) x Cos2 (+ 00º00’00”) = 21,20 m.
P1 – P2 = 100 x (1,236 – 0,898) x Cos2 (+ 00º00’00”) = 33,80 m.
P2 – P3 = 100 x (1,308 – 1,048) x Cos2 (+ 00º00’00”) = 26,00 m.
P3 – P4 = 100 x (1,432 – 1,212) x Cos2 (+ 00º00’00”) = 22,00 m.
P4 – P5 = 100 x (1,145 – 0,879) x Cos2 (+ 00º00’00”) = 26,60 m.
P5 – P0 =100 x (1,500 – 1,170) x Cos2 (+ 00º00’00”) = 33,20 m.
[50]
F. TABEL HASIL PENGOLAHAN DATA
[50]
[51]
G. GAMBAR HASIL PENGOLAHAN DATA
P0
P0’ D =21,13
D =33,18
P5’
P5 P1
P1’
Keterangan :
Poligon sebelum dikoreksi
Poligon terkoreksi
D =33,74 P0, P1, P2, P3, P4, P5 Titik polygon
D =26,43
P5’ – P5 Kesalahan penutup
P2
P4 D =25,98
D =22,00 P2’
P4’ P3
PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP TANPA KOMPAS
Skala1 : ...
P3’
P5’
[52] P3’ P4’
P1’ P2’
P0’ KOREKSI GRAFIS
Skala1 : ...
I. SARAN
[52]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Job :V
Kelompok : …………………….. Mahasiswa : …………………
Hari/Tanggal : …………………….. Nim : …………………
Lokasi : …………………….. Program : …………………
[53]
Job : VI
Kelompok :I Mahasiswa : Ridwan
Hari/Tanggal : 25 Januari 2003 Nim : 015104003
Lokasi : Kampus UNM Partam Program : S1 Teknik Sipil
A. TUJUAN
2. Patok 6 buah
5. Payung 1 buah
C. LANGKAH KERJA
[54]
3. Memasang patok pada titik-titik yang akan diukur, lalu ukur jarak langsung antar
patok dengan menggunakan roll meter
11. Menyetel sekrup micrometer, lalu baca besarnya sdut yang terbentuk (derajat,
menit dan detik).
12. Melonggarkan kembali sekrup K1, lalu arahkan teropong ke titik P5 dengan
menggunakan Visir dan lakukan kembali langkah kerja nomor 10 dan nomor 11.
13. Setelah itu pindahkan pesawatke titik P1, lalu setel kedataran pesawat dengan
memutar sekrup tiga.
[55]
D. DATA LAPANGAN
[56]
1251
E. PENGOLAHAN DATA
P0 = 201⁰ 47' 20" - 316⁰ 11' 00" = - 115⁰ 13' 20" + 360⁰ = 245⁰ 36' 20"
P1 = 178⁰ 54' 00" - 282⁰ 43' 00" = - 104⁰ 29' 00" + 360⁰ = 256⁰ 11' 00"
P2 = 76⁰ 51' 40" - 220⁰ 36' 40" = - 144⁰ 25' 00" + 360⁰ = 216⁰ 15' 00"
P3 = 17⁰ 27' 20" - 108⁰ 32' 20" = - 91⁰ 05' 00" + 360⁰ = 269⁰ 35' 00"
P4 = 356⁰ 29' 20" - 158⁰ 16' 40" = = 198⁰ 13' 20"
P5 = 62⁰ 40' 20" - 167⁰ 51' 40" = - 105⁰ 11' 20" + 360⁰ = 255⁰ 29' 20" +
Σα = 1441⁰ 20' 00"
Catatan : Bila pada pengurangan sudut diperoleh hasil negative, maka harus
ditambah 360⁰.
Syarat 1 :
= (n + 2) x 180, untuk sudut luar
= (6 + 2) x 180
= 1440 00’ 00”
K = - ¿¿
= - 00 13’ 20”
di mana 6 adalah jumlah patok poligon dan nilai K diambil dengan tanda yang
berlawanan tanda selisih sudut.
[57]
Rumus : sudut sesudah dikoreksi = sudut sebelum dikoreksi koreksi
Syarat 1 :
[58]
P2 – P3 = 90 - 90 00’ 00” = + 00 00’ 00”
P3 – P4 = 90 - 90 00’ 00” = + 00 00’ 00”
P4 – P5 = 90 - 90 00’ 00” = + 00 00’ 00”
P5 – P0 = 90 - 90 00’ 00” = + 00 00’ 00”
Syarat 2 : d sin = 0
Oleh karena + 10,777 0, maka harus diberi koreksi sebagai berikut :
Rumus :
d
Kx = Σd x
[59]
di mana :
d = jarak mendatar antara patok
d = jumlah jarak mendatar antara patok
d’ = jumlah proyeksi jarak antara patok ke sumbu X
(diambil lawan tanda)
Kx = koreksi proyeksi jarak antara patok ke sumbu X
P0 = + 10,07 (Diambil dari tahun angkatan, dan dua angka terakhir nim)
P1 = + 10,07 - 0,901 - 2,254 = + 6,91
P2 = + 6,91 - 24,120 - 1,928 = - 19,13
P3 = - 19,13 - 16,489 - 1,472 = - 37,09
P4 = - 37,09 + 7,997 - 1,878 = - 30,97
P5 = - 30,97 + 21,060 - 1,478 = - 11,39
P0 = - 11,39 + 23,230 - 1,767 = + 10,07
Catatan :
a. Diketahui absis titik awal = 10,07 m
b. P0 awal = P0 akhir
[60]
= azimuth patok
Syarat 2 : d cos = 0
Oleh karena + 20,121 0, maka harus diberi koreksi sebagai berikut :
Rumus :
d
Ky = Σd x
di mana :
d = jarak mendatar antara patok
d = jumlah jarak mendatar antara patok
d” = jumlah proyeksi jarak antara patok ke sumbu X
(diambil lawan tanda)
Ky = koreksi proyeksi jarak antara patok ke sumbu X
[61]
sumbu X
P0 = + 10,07 (Diambil dari tahun angkatan, dan dua angka terakhir nim)
P1 = + 10,07 - 32,387 + 4,207 = - 18,11
P2 = - 18,11 - 24,120 - 1,928 = - 28,18
P3 = - 28,18 - 16,489 - 1,472 = - 12,17
P4 = - 12,17 + 7,997 - 1,878 = + 17,11
P5 = + 17,11 + 21,060 - 1,478 = + 17,04
P0 = + 17,04 + 23,230 - 1,767 = + 10,07
Catatan :
a. Diketahui absis titik awal = 10,07 m
b. P0 awal = P0 akhir
[62]
F. TABEL HASIL PENGOLAHAN DATA
[62]
G. GAMBAR HASIL PENGOLAHAN DATA
X
X : 00,00 P0 P1 X : 00,00
Y : 00,00
Y : 00,00
X : 00,00 P5 P2 X : 00,00
Y : 00,00 Y : 00,00
0
Y
P3 X : 00,00
X : 00,00 P4 Y : 00,00
Y : 00,00
[63]
PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP KOORDINAT
Skala1 : ...
[64]
H. KESIMPULAN
I. SARAN
[65]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Job : VI
Kelompok : …………………….. Mahasiswa : …………………
Hari/Tanggal : …………………….. Nim : …………………
Lokasi : …………………….. Program : …………………
[66]
Job : VII
Kelompok :I Mahasiswa : Ridwan
Hari/Tanggal : 26 Januari 2003 Nim : 015104003
Lokasi : Kampus UNM Partam Program : S1 Teknik Sipil
A. TUJUAN
2. Patok 7 buah
5. Payung 1 buah
C. LANGKAH KERJA
[67]
3. Memasang patok pada titik-titik yang akan diukur (titik A, P0, P1, P2, P3, P4, dan
P5), lalu ukur jarak antar patok.
8. Mengeraskan sekrup K1, sedangkan sekrup K2 tetap terbuka, lalu stel teropong
hingga menunjukkan arah utara.
9. Mengeraskan sekrup K2, dan melonggarkan sekrup K1, lalu arahkan teropong ke
titik P0 dengan menggunakan Visir.
10. Mengeraskan sekrup K1, lalu gunakan sekrup F1 untuk menggerakkan teropong
secara halus (lambat) hingga patok tepat berimpit dengan benang diagfragma
terhadap rambu ukur.
12. Menyetel sekrup micrometer, lalu baca besarnya sudut horizontal dan vertical.
13. Melonggarkan kembali sekrup K1, dan arahkan teropong ke titik P1 dengan
menggunakan Visir dan lakukan langkah kerja nomor 10 sampai nomor 12.
[68]
DATA LAPANGAN
Letak Arah Bacaan Bacaan Sudut Bacaan Sudut Jarak Langsung Jarak Langsung Keterangan
Pesawat ke Patok
Pesawat Bidik Rambu Horisontal (H) Vertikal (V) Antar Patok (m) (Sketsa Pengukuran)
(m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1379
A P0 1235 11⁰ 32' 40" 90⁰ 00' 00"
P1
1091
32,40 28,81
1250 P2
P1 1123 67⁰ 18' 40" 90⁰ 00' 00" P0
0996
1214 27,73 25,31
P2 1098 151⁰ 22' 40" 90⁰ 00' 00"
0982
1334 21,16 23,20
A
P3 1176 225⁰ 01' 00" 90⁰ 00' 00"
1018
1343 27,00 31,54
P4 1231 267⁰ 12' 20" 90⁰ 00' 00" P3
1119
1493 21,25 22,27
P5 1366 324⁰ 19' 20" 90⁰ 00' 00" P5
1239 P4
25,40 25,27
[69]
[70]
D. PENGOLAHAN DATA
[71]
E. TABEL HASIL PENGOLAHAN DATA
[72]
[73]
00⁰ 00’ 00”
F. GAMBAR HASIL PENGOLAHAN DATA U
P3
D = 21,16 m
P2
D = 27,00 m
D = 27,73 m
P1
D = 32,40 m
P0
D = 25,40 m
P4
D = 21,25 m
[74] P5
[75]
G. KESIMPULAN
2. Mahasiswa telah dapat mengolah data dan menghitung besar sudut sasaran.
H. SARAN
2. Sebaiknya sebelum melakukan praktek, agar teori dan cara pelaksanaan praktek
telah diketahui dan dipahami.
[72]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Job : VII
Kelompok : …………………….. Mahasiswa : …………………
Hari/Tanggal : …………………….. Nim : …………………
Lokasi : …………………….. Program : …………………
TABEL PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP POLAR
Letak Arah Bacaan Bacaan Sudut Bacaan Sudut Jarak Langsung Jarak Langsung Keterangan
Pesawat ke Patok
Pesawat Bidik Rambu Horisontal (H) Vertikal (V) Antar Patok (m) (Sketsa Pengukuran)
(m)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
[73]
[74]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
Job : VIII
Kelompok :I Mahasiswa : Ridwan
Hari/Tanggal : 27 Januari 2003 Nim : 015104003
Lokasi : Kampus UNM Partam Program : S1 Teknik Sipil
A. TUJUAN
3. Mahasiswa diharapkan dapat mengolah data dan menghitung luas suatu peta
dengan menggunakan alat planimeter.
C. LANGKAH KERJA
[74]
6. Siapkan peta pada tempat yang rata, lalu letakkan pemberat (pole weight) di luar
peta dan tracing magnivier kira-kira di tengah peta dimana tracing arm dan pole
weight membentuk sudut 180o.
7. Telusuri garis yang akan diukur, apabila tidak mengalami kesulitan berarti
penempatan planimeter sudah bagus.
8. Kemudian tracing magniver diletakkan pada titik yang lebih awal yang telah
ditentukan, lalu angkat planimeter dan tekan zero setting untuk menolkan titik
awal.
9. Telusuri garis batas gambar dari titik awal ditelusuri searah jarum jam.
10. Setelah ditelusuri dari titik awal sampai titik akhir (kembali ke titik awal),
lalu baca jarum penunjuk/recording dial.
11. Baca pula bacaan pada roda pengikut, ada 2 macam yaitu :
- Bacaan measuring whell
- Bacaan measuring whell vernier
12. Lakukan penelusuran lebih dari satu kali agar lebih teliti, setelah itu di
rata-ratakan.
1. Pengukuran Pertama
2. Pengukuran Kedua
[75]
4. Unit area untuk skala 1 : 500 = 2,5 m2
E. PENGOLAHAN DATA
= 4492,5 m2
= 4517,5 m2
L = L1 + L2
2
= 4492,5 + 4517,5
2
= 4505,00 m2
F. GAMBAR PETA YANG AKAN DI UKUR
[76]
PETA LOKASI
Skala1 : ...
G. KESIMPULAN
1. Mahasiswa telah dapat mengoperasikan alat planimeter dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa telah dapat mengukur luas suatu peta dengan menggunakan alat
planimeter secara baik dan benar.
[77]
3. Mahasiswa telah dapat mengolah data dan menghitung luas suatu peta dengan
menggunakan alat planimeter.
H. SARAN
[78]
DATA PENGUKURAN LUAS PETA DENGAN ALAT PLANIMETER
1. Pengukuran Pertama
2. Pengukuran Kedua
[79]
Lokasi : Kampus UNM Partam Program : S1 Teknik Sipil
A. TUJUAN
2. Patok 5 buah
3. Payung 1 buah
C. LANGKAH KERJA
[80]
4. Pasang (atur) alat theodolit tepat diatas titik P0 sebagai titik awal pengukuran dan
ukur tinggi pesawat (tp).
5. Pasang rambu ukur pada titik P9 (patok terakhir), arahkan garis bidik teropong
sebagai bacaan belakang. Baca benang atas (ba), benang tengah (bt), benang
bawah (bb), sudut horizontal, dan sudut vertikal.
6. Pasang rambu ukur pada titik P 1, arahkan garis bidik teropong sebagai bacaan
muka. Baca benang atas (ba), benang tengah (bt), benang bawah (bb), sudut
horizontal, dan sudut vertikal.
7. Arahkan garis bidik teropong pada masing-masing titik detail, yakni titik a, titik b,
dan titik c. Baca benang atas (ba), benang tengah (bt), benang bawah (bb), sudut
horizontal, dan sudut vertikal. Pada titik detail hanya dipasang rambu saja, tidak
dipasang patok.
8. Ukur azimuth awal dengan cara sebagai berikut :
a. Arahkan teropong theodolit ke utara dengan bantuan kompas pesawat
dan atur piringan sudut horizontal pada skala 0 0’ 0”. Kunci sekrup K1 dan K2.
b. Buka sekrup K1 dan arahkan garis bidik ke titik P1. Catat sudut bacaan
horizontal sebagai azimuth awal.
9. Pindahkan alat theodolit pada titik berikutnya (P 1), atur hingga memenuhi syarat
dan ukur tinggi pesawat (tp). Lakukan pengukuran mengikuti langkah 5, langkah
6, dan langkah 7.
10. Lanjutkan pengukuran pada titik poligon berikutnya hingga selesai.
11. Lakukan pemutakhiran data, perhitungan atau pengolahan data, dan
penggambaran hasil perhitungan.
[81]
D. DATA LAPANGAN
[82]
[83]
[84]
[85] P4
1498
1465
[86] c4
P5
0739
0695
1079
c4 1029 227⁰ 14' 42" 87⁰ 57' 30"
0979
[87]
E. PENGOLAHAN DATA
Oleh karena terdapat selisih sudut, maka tiap-tiap patok poligon harus dikoreksi
K = - ¿¿
= + 00 00’ 15,6”
di mana 5 adalah jumlah patok poligon dan nilai K diambil dengan tanda yang
berlawanan tanda selisih sudut.
[87]
2. Perhitungan Sudut yang Diukur (α) Setelah Dikoreksi.
Rumus : sudut sesudah dikoreksi = sudut sebelum dikoreksi koreksi
Catatan :
[88]
4. Perhitungan Sudut Elevasi Patok ()
Rumus : = 90 - sudut vertical
[89]
P2 – P3 = 11,7119 sin 131 07’ 49,2” = + 8,8215 meter
P3 – P4 = 30,5763 sin 272 42’ 40,8” = - 30,5420 meter
P4 – P0 = 22,4644 sin 279 44’ 50,4” = - 22,1401 meter +
d’ = - 33,8915 meter
Syarat 2 : d sin = 0
Oleh karena - 33,8915 0, maka harus diberi koreksi sebagai berikut :
Rumus :
d
Kx = Σd x
di mana :
d = jarak mendatar antara patok
d = jumlah jarak mendatar antara patok
d’ = jumlah proyeksi jarak antara patok ke sumbu X
(diambil lawan tanda)
Kx = koreksi proyeksi jarak antara patok ke sumbu X
[90]
P0 = + 10,07 (Diambil dari tahun angkatan, dan dua angka terakhir nim)
P1 = + 10,07 - 2,2386 + 4,2215 = + 11,9047
P2 = + 11,9047 + 12,3559 + 4,7850 = + 29,0456
P3 = + 29,0456 + 8,8215 + 4,5009 = + 42,3680
P4 = + 42,3680 - 30,5420 + 11,7508 = + 23,5768
P0 = + 23,5768 - 22,1401 + 8,6333 = + 10,07
Catatan :
c. Diketahui absis titik awal = 10,07 m
d. P0 awal = P0 akhir
Syarat 2 : d cos = 0
Oleh karena + 9,8034 0, maka harus diberi koreksi sebagai berikut :
Rumus :
d
Ky = Σd x
di mana :
d = jarak mendatar antara patok
d = jumlah jarak mendatar antara patok
[91]
d” = jumlah proyeksi jarak antara patok ke sumbu X
(diambil lawan tanda)
Ky = koreksi proyeksi jarak antara patok ke sumbu X
P0 = + 10,07 (Diambil dari tahun angkatan, dan dua angka terakhir nim)
P1 = + 10,07 + 10,7220 - 1,2210 = + 19,5710
P2 = + 19,5710 + 1,5355 - 1,3842 = + 19,7223
P3 = + 19,7223 + 7,0737 - 1,3019 = + 10,7167
P4 = + 10,7167 + 1,4463 - 3,3991 = + 8,7639
P0 = + 8,7639 + 3,8033 - 2,4972 = + 10,07
Catatan :
a. Diketahui absis titik awal = 10,07 m
[92]
b. P0 awal = P0 akhir
Σt
Kt = n
di mana :
Kt = koreksi beda tinggi
t = jumlah beda tinggi (diambil lawan tanda)
n = jumlah patok
Jadi :
50 ,2906
Kt = - 5
= - 10,0581
[93]
P0 = tinggi titik belakang
t = beda tinggi titik belakang dan muka
P0 = + 10,07 (Diambil dari tahun angkatan, dan dua angka terakhir nim)
P1 = + 10,07 + 0,8454 - 10,0581 = + 0,8573
P2 = + 0,8573 - 1,1874 - 10,0581 = - 10,3882
P3 = - 10,3882 + 43,2215 - 10,0581 = + 22,7752
P4 = + 22,7752 + 3,8896 - 10,0581 = + 16,6067
P0 = + 16,6067 + 3,5215 - 10,0581 = + 10,07
Catatan :
a. Diketahui tinggi titik awal = 9,2500 m
b. P0 awal = P0 akhir
[94]
c4 = 227⁰ 14' 42" - 319⁰ 54' 42" = 267⁰ 20' 00"
[95]
c1 = 90⁰ - 96⁰ 14' 24" = - 06⁰ 14' 24"
P2 – a2 = 90⁰ - 93⁰ 52' 36" = - 03⁰ 52' 36"
b2 = 90⁰ - 93⁰ 52' 36" = - 03⁰ 52' 36"
c2 = 90⁰ - 93⁰ 52' 36" = - 03⁰ 52' 36"
P3 – a3 = 90⁰ - 83⁰ 07' 18" = + 06⁰ 52' 42"
b3 = 90⁰ - 84⁰ 54' 36" = + 05⁰ 05' 24"
c3 = 90⁰ - 84⁰ 54' 36" = + 05⁰ 05' 24"
P4 – a4 = 90⁰ - 87⁰ 57' 42" = + 02⁰ 02' 18"
b4 = 90⁰ - 87⁰ 57' 42" = + 02⁰ 02' 18"
c4 = 90⁰ - 87⁰ 57' 30" = + 02⁰ 02' 30"
4. Perhitungan Jarak Mendatar (d)
Rumus : d = A h cos2 ; di mana : h = (ba – bb)
A = 100
= sudut elevasi
ba = benang atas
bb = benang bawah
[96]
c4 = 100 (1,079 – 0,979) cos2 (+ 02 02’ 30”) = 9,9873 meter
P0 = 10,07
a0 = 10,07 - 0,4118 = + 9,6582
b0 = 10,07 + 9,3954 = + 19,4654
c0 = 10,07 + 6,5017 = + 16,5717
[97]
P1 = 11,9047
a1 = 11,9047 + 21,4423 = + 33,3470
b1 = 11,9047 + 20,5840 = + 32,4887
c1 = 11,9047 + 21,2985 = + 33,2032
P2 = 29,0456
a2 = 29,0456 + 8,4760 = + 37,5216
b2 = 29,0456 + 5,9283 = + 34,9739
c2 = 29,0456 + 4,7263 = + 33,7719
P3 = 42,3680
a3 = 42,3680 - 6,6785 = + 35,6895
b3 = 42,3680 - 5,8682 = + 36,4998
c3 = 42,3680 - 4,8407 = + 37,5273
P4 = 23,5768
a4 = 23,5768 - 4,6580 = + 18,9188
b4 = 23,5768 - 2,2038 = + 21,3730
c4 = 23,5768 + 7,7859 = + 31,3627
[98]
b3 = 6,9449 cos 302 19’ 49,2” = + 3,7141 meter
c3 = 6,5480 cos 312 19’ 49,2” = + 4,4094 meter
P4 – a4 = 8,7888 cos 327 59’ 40,8” = + 7,4529 meter
b4 = 8,7888 cos 345 28’ 40,8” = + 8,5080 meter
c4 = 9,9873 cos 00 02’ 40,8” = + 9,9873 meter
P0 = 10,07
a0 = 10,07 + 6,7801 = + 26,8501
b0 = 10,07 - 10,6292 = - 0,5592
c0 = 10,07 + 10.7863 = + 20,8563
P1 = 19,5710
a1 = 19,5710 - 3,5851 = + 15,9859
b1 = 19,5710 - 6,9946 = + 12,5764
c1 = 19,5710 - 10,4325 = + 9,1385
P2 = 19,5710
a2 = 19,5710 - 11,5595 = + 8,0115
b2 = 19,5710 - 13,9207 = + 5,6503
c2 = 19,5710 - 20,3627 = - 0,7917
P3 = 10,7167
a3 = 10,7167 + 1,7324 = + 12,4491
b3 = 10,7167 + 3,7141 = + 14,4308
c3 = 10,7167 + 4,4094 = + 15,1261
P4 = 8,7639
a4 = 8,7639 + 7,4529 = + 16,2168
b4 = 8,7639 + 8,5080 = + 17,2729
c4 = 8,7639 + 9,9873 = + 18,7512
[99]
9. Perhitungan Beda Tinggi Titik Poligon dengan Detail
Rumus : t = ½ A h sin 2 + (tp – bt) ; di mana : t = beda tinggi
A = 100
h = (ba – bb)
= sudut elevasi
P0 – a0 = ½ x100 (1,070 – 0,902) sin 2(+ 01 42’ 12”)+ (1,145-0,986) = +0,6583
b0 = ½ x100 (1,476 – 1,334) sin 2(+ 01 46’ 18”)+ (1,145-1,405) = +0,1789
c0 = ½ x100 (1,610 – 1,484) sin 2(+ 01 13’ 00”)+ (1,145-1,547) = - 0,1344
P1 – a1 = ½ x100 (1,430 – 1,210) sin 2(- 06 40’ 42”)+ (1,280-1,320) = - 2,4355
b1 = ½ x100 (1,410 – 1,190) sin 2(- 06 14’ 24”)+ (1,280-1,300) = - 1,3766
c1 = ½ x100 (1,210 – 1,090) sin 2(- 06 14’ 24”)+ (1,280-1,210) = -2,5432
P2 – a2 = ½ x100 (1,260 – 1,116) sin 2(- 03 52’ 36”)+ (1,250-1,188) = -0,9121
b2 = ½ x100 (1,110 – 0,958) sin 2(- 03 52’ 36”)+ (1,250-1,034) = -0,8122
c2 = ½ x100 (0,900 – 0,690) sin 2(- 03 52’ 36”)+ (1,250-0,795) = -0,9655
P3 – a3 = ½ x100 (1,378 – 1,308) sin 2(+ 06 52’ 42”)+ (1,313-1,343) = +0,8101
b3 = ½ x100 (1,250 – 1,180) sin 2(+ 05 05’ 24”)+ (1,313-1,215) = +0,7197
c3 = ½ x100 (1,531 – 1,465) sin 2(+ 05 05’ 24”)+ (1,313-1,498) = +0,4012
P4 – a4 = ½ x100 (0,539 – 0,451) sin 2(+ 02 02’ 18”)+ (1,310-0,495) = +1,1280
b4 = ½ x100 (0,783 – 0,695) sin 2(+ 02 02’ 18”)+ (1,310-0,739) = +0,8840
c4 = ½ x100 (1,079 – 0,975) sin 2(+ 02 02’ 30”)+ (1,310-1,029) = +0,6372
P0 = +10,07
a0 = + 10,07 + 0,6583 = + 10,7283
b0 = + 10,07 + 0,1789 = + 10,2489
c0 = + 10,07 - 0,1344 = + 9,9356
P1 = + 0,8573
[100]
a1 = + 0,8573 - 2,4355 = - 1, 5782
b1 = + 0,8573 - 1,3766 = - 0,5193
c1 = + 0,8573 - 2,5432 = - 1,6859
P2 = - 10,3882
a2 = - 10,3882 - 0,9121 = - 11,3003
b2 = - 10,3882 – 0,8122 = - 11,2004
c2 = - 10,3882 - 0,9655 = - 11,3537
P3 = + 22,7752
a3 = + 22,7752 + 0,8101 = + 23,5853
b3 = + 22,7752 + 0,7197 = + 23,4949
c3 = + 22,7752 + 0,4012 = + 23,1764
P4 = + 16,6067
a4 = + 16,6067 + 1,1280 = + 17,7347
b4 = + 16,6067 + 0,8840 = + 17,4907
c4 = + 16,6067 + 0,6372 = + 17,2439
[101]
F. TABEL HASIL PENGOLAHAN DATA
Mendata
Patok Dikoreksi Sudut Dikoreksi Tinggi Beda Patok
r d sin α d cos α X Y X Y
(α) (α) (d) (t) Tinggi (H)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
[102]
Mendata
Patok Dikoreksi Sudut Dikoreksi Tinggi Beda Patok
r d sin α d cos α X Y X Y
(α) (α) (d) (t) Tinggi (H)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
000⁰ 00' +00⁰ 00' 228⁰ 12' 131⁰ 07' - +29,045 +19,571 +23,51
P2 11,7119 +8,8215 -7,7037 +4,5009 +23,517 -10,3882
00" 15,6" 51,6" 49,2" 1,3019 6 0 6
240⁰ 50' 143⁰ 44' +37,521
a2 - 240⁰ 50' 00" 14,3341 +8,4760 -11,5595 - - +8,0115 -0,9121 - -11,3003
00" 57,6" 6
254⁰ 01' 156⁰ 55' +34,973
b2 - 254⁰ 01' 00" 15,1305 +5,9283 -13,9207 - - +5,6503 -0,8122 - -11,2004
00" 57,6" 9
264⁰ 01' 166⁰ 55' +33,771
c2 - 264⁰ 01' 00" 20,9040 +4,7263 -20,3627 - - -0,7917 -0,9655 - -11,3537
00" 57,6" 9
321⁰ 34' +00⁰ 00' 321⁰ 34' 272⁰ 42' +11,750 - +42,368 +10,716 +23,51 +22,775
P3 30,5763 -30,5420 +1,4463 +23,517
36" 15,6" 51,6" 40,8" 8 3,3991 0 7 6 2
333⁰ 24' 284⁰ 32' +35,689 +12,449 +0,810 +23,585
a3 - 333⁰ 24' 42" 6,8896 -6,6785 +1,7324 - - -
42" 31,2" 5 1 1 3
351⁰ 12' 302⁰ 19' +36,499 +14,430 +0,719 +23,494
b3 - 351⁰ 12' 00" 6,9449 -5,8682 +3,7141 - - -
00" 49,2" 8 8 7 9
312⁰ 19' +37,527 +15,126 +0,401 +23,176
c3 01⁰ 12' 00" - 01⁰ 12' 00" 6,5480 -4,8407 +4,4094 - - -
49,2" 3 1 2 4
[103]
Sudut Sudut Jarak Koreksi Jarak Koordinat
Jarak Proyeksi Keterangan
No. Sebelum Koreksi Setelah Azimuth Optis Proyeksi (meter) Beda Koreksi Tinggi
Mendata
Patok Dikoreksi Sudut Dikoreksi Tinggi Beda Patok
r d sin α d cos α X Y X Y
(α) (α) (d) (t) Tinggi (H)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
187⁰ 01' +00⁰ 00' 187⁰ 02' 279⁰ 44' - +3,803 +8,633 +23,576 +16,606
P4 22,4644 -2,4972 +8,7639 +23,516 +23,517
54" 15,6" 09,6" 50,4" 22,1401 3 3 8 7
235⁰ 17' 327⁰ 59' +7,452 +18,918 +16,216 +17,734
a4 - 235⁰ 17' 00" 8,7888 -4,6580 - - +1,1280 -
00" 40,8" 9 8 8 7
252⁰ 46' 345⁰ 28' +8,508 +21,373 +17,272 +17,490
b4 - 252⁰ 46' 00" 8,7888 -2,2038 - - +0,8840 -
00" 40,8" 0 0 9 7
267⁰ 20' +9,987 +31,362 +18,751 +17,243
c4 - 267⁰ 20' 00" 00⁰ 02' 40,8" 9,9873 +7,7859 - - +0,6372 -
00" 3 7 2 9
[104]
[105]
G. KESIMPULAN
1. Mahasiswa telah dapat melakukan pengukuran peta situasi (kontur) dengan baik
dan benar.
2. Mahasiswa telah dapat mengolah data dan menentukan besar sudut jurusan suatu
titik.
[106]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
Job : IX
Kelompok : …………………….. Mahasiswa : …………………
Hari/Tanggal : …………………….. Nim : …………………
Lokasi : …………………….. Program : …………………
TABEL PENGUKURAN SITUASI (KONTUR)
Pembacaan Rambu Azimuth Jarak Tinggi Sudut
Titi
Belakan Diuku Pesawat Keterangan
k
g Muka Detail Belakang Muka r Optis (tp) Vertikal (V)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
[107]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
Job : IX
Kelompok : …………………….. Mahasiswa : …………………
Hari/Tanggal : …………………….. Nim : …………………
Lokasi : …………………….. Program : …………………
TABEL PENGUKURAN SITUASI (KONTUR)
Pembacaan Rambu Azimuth Jarak Tinggi Sudut
Titi
Belakan Diuku Pesawat Keterangan
k
g Muka Detail Belakang Muka r Optis (tp) Vertikal (V)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
[108]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
Job : IX
Kelompok : …………………….. Mahasiswa : …………………
Hari/Tanggal : …………………….. Nim : …………………
Lokasi : …………………….. Program : …………………
TABEL PENGUKURAN SITUASI (KONTUR)
Pembacaan Rambu Azimuth Jarak Tinggi Sudut
Titi
Belakan Diuku Pesawat Keterangan
k
g Muka Detail Belakang Muka r Optis (tp) Vertikal (V)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
[109]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
Job : IX
Kelompok : …………………….. Mahasiswa : …………………
Hari/Tanggal : …………………….. Nim : …………………
Lokasi : …………………….. Program : …………………
TABEL PENGUKURAN SITUASI (KONTUR)
Pembacaan Rambu Azimuth Jarak Tinggi Sudut
Titi
Belakan Diuku Pesawat Keterangan
k
g Muka Detail Belakang Muka r Optis (tp) Vertikal (V)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
[110]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
Job : IX
Kelompok : …………………….. Mahasiswa : …………………
Hari/Tanggal : …………………….. Nim : …………………
Lokasi : …………………….. Program : …………………
TABEL PENGUKURAN SITUASI (KONTUR)
Pembacaan Rambu Azimuth Jarak Tinggi Sudut
Titi
Belakan Diuku Pesawat Keterangan
k
g Muka Detail Belakang Muka r Optis (tp) Vertikal (V)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
[111]
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
Job : IX
Kelompok : …………………….. Mahasiswa : …………………
Hari/Tanggal : …………………….. Nim : …………………
Lokasi : …………………….. Program : …………………
TABEL PENGUKURAN SITUASI (KONTUR)
Pembacaan Rambu Azimuth Jarak Tinggi Sudut
Titi
Belakan Diuku Pesawat Keterangan
k
g Muka Detail Belakang Muka r Optis (tp) Vertikal (V)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
[112]
[113]
[114]