Anda di halaman 1dari 71

ANALISA STRUKTUR

DENGAN
MET ODE MATRIX

CETAKAN KETIGA

IR. F.X. SUPARTONO


IR. TEDDY BOEN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

� PENERBIT UNIVERSITAS INDONESIA


IJiiQ (UI-PRESS)
Buku ini ditulis un tuk mengenang j asa para Guru dan Mahaguru y:mg per­
nah mengajar dan mendidik kedua penulis, karena tanpa jasa mereka,
buku ini tidak akan mungkin ditulis.

i I
PRAKATA

Sejak kurang lebih 25 tahun yang lalu, Analisa struktur telah mengahrmi �

revolusi dengan ·diperkenalkannya analisa cara matrix.


Sejak itu, telah banyak ditulis buku-bukli yang menyangkut Analisa struk­
tur dengan cara matrix. Pacta mulanya buku-buku Analisa struktur adalah
problem dan structure oriented, tetapi pacta cara baru buku-buku tersebut
adalah method oriented.
Aljabar Matrix sangat berguna pada Analisa struktur karena memungkinkan
membuat perumusan pemecahannya sebagai satu seri operasi matrix yang
cocok untuk komputer digital.
Tetapi hal yang lebih penting lagi ialah dengan memakai cara matrix, segala
macam struktur dapat dianalisa dengan suatu pendekatan umum dan karena
sifat-sifat organisasi suatu matrix, pemakaian matrix juga menguntungkan
untuk perhitungan·perhitungan dengan tangan.
Cara matrix juga memungkinkan penyajian persamaan-persamaan dalam
bentuk yang kompak, yang tentu saja sangat membantu untuk dapat
melihat operasi secara keseluruhan dan tidak terbenam dalam detail-detail
arithmatic.

metodologi Analisa struktur d e ngan cara matrix sudah harus diajarkan di


Pacta akhir-akhir ini banyak penulis menganggap bahwa konsep dan

Universitas sejak tingkat awal dan menggantikan cara-cara Analisa struktur


yang klasik.
Pada buku ini, masih ditempuh cara transisi, yaitu antara lain masih diper­
kenalkan struktur s tatis tertentu dan statis tidak tertentu. Hal ini ctilakukan
agar mereka yang terbiasa dengan cara-cara klasik. masih dapat mengikuti
cara baru ini. Seperti diketahui, sesungguhnya pacta ana!isa struktur ctengan
-:ara matrix sulit dibedakan struktur statis tertentu dan st a ti s tidak tertentu.

Adapun urut-urutan penyajian adalah sebagai b eriku t :

dapat m engik u t i bab-bab selanjutnya dengan 13.ncar.


Bab I membahas tentang aljabar matrix sekedar untuk mengingatkan

memperkenalkan metocte-metocte matrix yang d ipaka i untuk


k embali . agar
Bab II

Bab III membahas Metode kekakuan dan dil engkap i dengan contoh soal.
analisa struktur:

Bab V
Bab IV membahas tentang cara mencari kekakuan elemen

Bab VI mem baha s tentang cara mencari gaya Nodal Ekivalen. yaitu untuk
membahas Metode Flexibilitas

struktur pacta mana pem bebanannya ti dak tepat pacta titik nodal.­
nya.

ir. Sheila R.K. yang telah dengan tekun menyi apkan dan memeriksa konsep
Pacta kesempatan ini para penulis ingin mengucapk.an terima kasih kepada:

V
.mtuk Jiketik: :\f y. E .Ko m ariah yang t elah d engan sa bar dan t ekun menge­
tik nasbh buku; p:.lf a juru gambar Sdr. I nd rawan N gadi. Sdr. Ab dul Azhar,
Sdr. Wa kldj o dan Sdr. Sa m idjo yang tel ah menyiapkan gambar- gambar: dan
Sd r. E ll y Tjahjo no ya ng t elah membac a ulang nask ah akhir.

buku !Jinnya y:mg sejenis, dapat menjadi a wal b agi perubahan d i bi dang
\1u d ah- mudaha n buku ya ng sangat sed erhana ini, bersama-sama denga n

A nalisa struktur di Indo nesia dari cara klasik ke cara ya ng modern. d emi
untu k g enerasi seka rang d an yang akan da tang.

Jak arta. Januari 1980

Penu lis .

I�

VI
Keterangan : Untuk memudahkan. maka notasi-notasi tersebut di bawah
ditulis juga pacta rumus-rumus dan pasal-pasal yang bersang-,
kutan.

Bab 1 .

[ 1
I I
= Matrix.
= Determinan.
( A ]*T = Transpose Matrix [A].
[A] = Conjugate dari [A].
[A]+ = Adjoint dari [A].
[A] -1
a i j
= Invers dari [A].

bij
= El emen dari [A J.
= Elernen dari [ B J.
cij =
Elernen dari [ CJ.
dij = Elernen dari [DJ.
eij = Elemen dari [ E].
[I] = \Iatrix satuan.

Bab 2 .

{ D} =
Lcndutan pacta titik diskrit.
[ FJ = .\1atrix Fleksibilitas.

{ Q}
[K] = \1atrix Kekakuan Struktur.
= Gaya-gaya yang bekerja pacta titik diskrit.

Bab 3.

=
[A] Matrix Defonnasi.
[B 1 = Matrix Statis.
{.D} = Lendutan dititik diskrit.

{H}
{ d} = Deformasi dari elernen stmktur.
=
Gaya dalam elernen.
[KJ = Matrix Kekakuan Stmktur.

{Q} = Gaya luar yang bekerja dititik diskrit.


[ S] = Matrix kekokohan intern elernen.

Bab 4.

A
[A] = Matrixhubungan antara {Q2}dan{Q1}.
- Luas penampang elernen.

vii
[D}
Av
= L uas effektif terhadap geser.
Lcndutan dititik diskrit.
{Oj}
=

= Matrix lendutan dari elemen ke i terhadap sistim koordinatnya


sendiri.
= Matrix lendutan yang telah ditransfonnasikan ke sistim koordi­
nat struktural.
= Matrix lendutan pada elemen ke i yang telah ditransfom1asikan
ke sistim koordinat struktural.

{Of} = Lendutan pada titik bebas.


�:ob}
= Lcndutan diperletakan.
E =
Modulus Elastisitas dari bahan.
[F] = Matrix Fleksibiiitas.

I
G = Modulus Geser dari bahan.
=
Nlomen Inersia sumbu dari penampang.

Momen lnersia terhadap sumb u z.


[yy =
Momen lnersia terhadap sumbu y.

J
[zz
=

M atri x Kekakuan.
=
\-1omen [nersia polar dari penampang.
[K] =

[Kj] = Y1atrix Kekakuan dari elemen ke i terhadap sistim koordinat­

\-l atri x Kekakuan yang te!ah ditransfonnasikan ke sistim


nya sendiri.
=

koordinat struktural.

kan ke sistim koordinat struktural.


= Matrix Kekakuan pada elemen ke i yang telah ditransfonnasi-

k
Panjang Eiemen.
= Koer!sien Kekakuan.

Momen Lcntur akibat gaya l u a r


=

Momen Lentur virtuil.


= .

Gaya nonnal yang timbul. dinyatakan sebagai fungsi x. sebagai


=

Gaya nonnal yang t i mb ul . dinyatakan sebagai fungsi x. sebagai


Jkibat dikerjakannya gaya luar Q.
=

akibat dikerjakannya gaya virtuil Q.


fQ �
- '
=
Gaya luar yang bekerja dititik diskrit.
Matrix gaya diperletak an
{ Qf }
{Qb} = .

Matrix gaya dari demen ke i te rhadap sistim koordinatnya


=
Ma trix gaya pada titik bebas.
{Qj} =

Ylatrix gaya yang telah ditransfonnasikan ke sistim koordinat


sendiri.
(Q
� sJ
1 =

Ylatrix gaya pada eiemen ke i yang telah ditransfonnasikan ke


, struktu ral.

sistim koord in at struktural.


=

[T ] = M a trix Transfonnasi.
TX =
Momen torsi akibat gaya luar.

viii
Pec ahan poisson dari bahan
tx = Momen tors1 virtuil.

Gaya Geser ak.ibat gaya luar.


\) = .

Gaya Geser virtuil.


Vx =

=
vx

Bab 5.

=
{D} Lendutan dititik diskrit.
{ D r 0} =
Matrix Lendut:m pada elemen-elemen konstruksi statis ter­
tentu akibat bekerjanya gaya-gaya luar, dimana vektor len­

{D
dutanJ<oresponsing dengan vektor gaya redundant.

r
tentu akibat bekerjanya gaya redundant, dimana vektor len­
.,
=
J
'
Matrix Lendutan pada elemen-elemen konstruksi statis ter­

':ct}
dutan koresponding dengan vektor gaya redundant.
=
Matrix Deformasi yang terjadi pacta elemen dititik diskrit.
[do} =
Matrix yang menyatakan deformasi pada elemen-elemen kons­

[dI 1
truksi statis tertentu akibat bekerjanya gaya-gaya luar.
=
Matrix yang menyatakan deformasi pada elemen-elemen kons­
truksi statis tertentu akibat bekerjanya gaya redundant.
[F] =
Matrix Fleksibilitas.
J
[ FO =
Matrix Fleksibilitas pacta e!emen-elemen konstruksi statis

y:mg koresponsing dengan vektor redundant.


tertentu, akibat bekerjanya gaya-gaya luar untuk lendutan

FI
}
l
t en t u akibat be ke rj a n y a gaya redundant untuk lendutan yang
=
Matrix Fleksibilitas pacta eiemen-elemen konstruksi sratis ter­
.

\H }
koresponding dengan vektor redundant.

Matrix gaya dalam pacta eiemen-elemen konstruksi s t atis ter­


=
Matrix gaya dalam elemen.
o]
[H
tentu, akibat bekerjanya gaya-gaya luar.
=

I ]
[H
tentu, akibat bekerjanya gaya redundant.
=
Matrix gaya dalam pada dernen-demen konstruksi statis ter­

[M] =
Matrix Sifat bahan.
[P] ]
Matrix Statis pada konstruksi statis tertentu akibat bekerjanya
=
Matrix Statis.
O
(P
=

gaya-gaya luar.
(P1T =
Matrix Statis pacta konstruksi statis tertentu akibat bekerjanya

{ Q}
gaya redundant.

iR 1
=
Gaya luar yang bekerja dititik d is krit.
=
Matrix gaya redundant.
=
[ r] Matrix Kompatibiliti.
[*J =
�enyatakan besaran virtuil.
r

Bab 6.

'H \
t 0�
= Yl:atrix reaksi awal.
n J umlah elemen yang bertemu dititik-i.
=

[Qil = Beban ekivalen diti tik diskrit.


(QjO] = Beban luar yang memang bekerja pada titik diskrit.
[Qijl m = [QijJ yang sesuai dengan sistim koordinat lokal.

Matrix kekokohan intern elemen.


[Qijls = [Qijl yang sesuai dengan sistim koordinat stmktur.
[S1 =

X
DAFI'AR lSl

Ha1aman
Prakata .............. ...................... V
Notasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii
Bab 1. Penda.huluan ............................... .

1. I. Introduksi.............. ...................
,

. .)

1.2. Pengertian Matrix secara Matematis ..............


1
. ..,.

1.2.1. Matrix ................................... . 4


1.2.:. Operasi Matrix ............................. . 8
1 .2.3. T rans pose d.:ui Matrix ........................ . 14
1.2.4. Matrix Simetris .............................. 14
1.1.5. Matrix Korr.plex ............................ . 15
1.2.6. Matrix Orthogonal. .......................... . 17
1.2.7. Determin� ................................ . 17
1.2.8. Adjoin! dari Matrix .......................... . 20
1.2.9. Invers dari Matrix ........................... . 20
1 3
. . Pcnydes:lian susunan pnsamaan linier denga11 Mt:icde
:\latrix . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
..,
!.3.!. Pengcrtian Umurn ............................
,

.) .)

1.3.2. Cara penyeh:!>aian susunan persamaan 1inier ....... . 35


1.3.3. Mctode Matrix Inve�i ......................... 36
1.3 .4. �fetode Cramer ............................. . 38
1. 3.5. Met ode Gauss Jordan ........................ . 40
1.3.6. Metode Elirninasi Gauss ........................ 43
1.3.7. �vfetode Iterasi Gauss Seidel.................... .

B�b 2. Metode Matrix untuk Analisa Struktur . . . . . . ... . . . 51


2. I. Pengertian Urn urn . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
..., .., \-fetode Kekakuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
54
2.3. Metode Fleksibilitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
2.4. Beberapa Contoh Perbandingan. . . . . . . . . . . . . . .. . . 56
Bab 3. Metode Kekakuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
63
3.1. Introduksi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 65
3.2. Derajat Ketidak tentuan K ine ma tis . . . . . . . . . . . . . . .
66
3.3. Dasar Perhitungan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
69
3.4. Aplikasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 76
3.4.1. Konstntksi Balok Menerus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76
3.4.2. Ko nstr uksi portal bidang t a n pa pergoyangan dimana
deformasi axial diabaikan . . .. . , . . . . . . . . . . . . . . . . 88
3.4.3. Konstruksi portal bidang dengan pergoyangan dimana
deformasi axial diabaikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 103
3.4.4. Konstruksi rangka batang d�ngan titik hubung �ngsel. \ 18

xi
Halaman

Bab 4. �yfetode Superposisi Langsung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ! 41


-i-.1. Introduksi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 143
4.2. 143
4.3. Matrix Kelcakuan Elemen Balok . . . . . . . . . . . . . . . . . 149
�1etode Inversi untuk menurunkan Matrix Kekakuan .

4.4. Transformasi Vektor Linier. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 169

Batas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 173
4.5 . Superposisi dari Ma trix Kekakuan Eleme n dan Syarat

4.6. A.plikasi pada Analisa Balok dan Portal Bidang . . . . . . 1 79


4. 6.1. K onstr uk si balok menerus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 79
4.6.2. Konstruks i portal bidang tanpa penyangga dimana

.J.. 7. :\plikasi pad a Analisa Konstruksi Grid . . . . . . . . . . . . 2 04


deformasi axial diabaikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 185

4.8. Aplikasi pada Analisa Rangka Batang.... . . . . . . . . . 214


4.9. �atrix Kekakuan Elemen non prismati s . . . . . . . . . . . 255
4.10 . Matrix Kekakuan Elemen melingkar . ... :. . . . . . . . . 265
Bab 5. Metode FleksibiJitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ':287
5.1. Introduksi.................................. 289

.-\plikasi pada konstn1ksi statis tertentu. . . . . . . . . . . . .:n


5.2. Dasar Perhitungan.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 289

5.4
5.3.
..\plikasi pada konstruksi statis tidak tertentu ....... 316
Bab 6.
o. i.
Gaya Nodal Ekivalen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 335
Penggantian gaya-gaya pada demen menjadi gaya no-

6.2. Gaya Axial Ekivalen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 340


dal ekivaien. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 337

n.3. Gaya Transversal Ekivalen......... . . . . . . . . . . . . . 341

Daftar Kepustakaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . }47


Index. . . . . . . . . . . . . . ...... . . . . . .. . . . .. . . .. . . 349

xii
!
I
�·
�-

1
PENDAHULUAN
1.1. INTRODUKSI
Perhitungan statis 'untuk struktur yang linear elastis dapat dilakukan

I
dengan metode Matrix.
Pacta umumnya struktur mempunyai sifat mechanis dan geometris
yang diidealisasikan sebagai :

1 . Material bertingkah laku secara linear dan elastis


2. Lendutan dari struktur dianggap sangat kecil sehingga analisa da-
pat dilakukan sebagai struktur yang belum dibebani.

Dengan berkembangnya komputer sebagai alat hitung elektronik


yang otomatis, maka metode matrix ini mulai disukai para teknisi
dalam analisa struktur, karena formulanya menjadi lebih sederhana
dan mudah, dibandingkan dengan metode analisa yJ.ng manual.
Banyak hal dapat dilakukan dalam analisa struktur sehubungan dengan
penggunaan komputer ini, antara lain :
1 . Analisa struktural, dalam arti kata menghitung gaya-gaya dalam
yang timbul pacta elemen-elemen struktur sebagai akibat bekerja­
nya gaya luar pacta struktur, dan sekaligus menghitung besarnya
tegangan yang terjadi pacta penampang-penampang elemen sebagai
akibat timbulnya gaya dalam pacta elemen bersangkutan;
2. Perencanaan elemen struktur, sebagai hasil dari analisa yang telah
disebutkan di atas, sehingga dengan demikian tegangan elemen
dan lendutan struktur yang terjadi tidak melampaui tegimgan dan
lendutan yang diizinkan. Setelah selesai perencanaan ini, dapat
dilakukan penggam baran geometric dari struktur, sebagai hasil
dari analisa di atas, lengkap dengan ukuran dan karakteristik
bahan dari masing-masing elemen struktur;
3. Data processing dari hasil test pembebanan, yaitu processing
untuk mendapatkan tegangan dan lendutan sebagai hasil dari test
pembebanan yang dilakukan pacta struktur atau elemen struktur;
4. Perhitungan banyaknya bahan bangunan yang akan dipakai dan
perencanaan biaya;
5. Perencanaan time schedule.

Untuk keperluan analisa ini, ada tiga macam alat hitung dapat dipakai.
yaitu :
1 . kalkulator elektronik:

3. komputer berkapasitas besar.


2 . mini komputer;

Sebagai konsekwensi dari kecenderungan di atas, perlu dipelajari lebih

3
mend alam lagi teori m atrix d an hubunganny a d engan penggunaan
d alam analisa st ruktur ini, yang selanjutnya akan d ibahas secara men­
d etail pad a pasal- pasal berikut ini.

1.2. PENGERTIAN MATRIX SECARA MATEMATIS


1.2.1. MATRIX
Bila mempunyai satu susun persamaan linear, misalnya :

2 X + 3 y + 2 Z = 0
X + y + 3 z = 0 ( 1 .1 )
- X + 2 y - z = 0
maka koef isien d ari persamaan linear ini d apat d ituliskan atau d ike­
lompokkan d alam suatu cara penulisan y ang lain, yaitu d alam bentuk
jaj aran bilangan, sebagai d itulis di bawah ini :
2

[ ]
3 2
1 3 ( 1 .2)
- 2 - 1
J aj aran bilangan ( 1.2) d isebut matrix, yang d apat d ituliskan s ecara
umum:

a a a . . . . . . a . . . .. . . . a
11 12 13 lj ln
a a a . . . . . . a . . . . . . a
2n
.
21 22 23 2j
a a a . . . . . a . . . . . . . a
(1.3)
3j 3 ri
.
31 32 33
.
a a a . . . . a . . . . . . . a
ij in
.
i2 i3
.
i1

a a a . . . . . a . . . . . . a
nl1 JTI3 mj mn
.
m2
.

d i mana m, n ad alah bilangan bulat � l .


Biasanya m enand ai suatu m atrix d ip akai tand a [ ] atau ( ), atau { }
untuk m atrix baris atau kolom.
Bilangan- bilangan aij d isebut elemen- elemen d ari m atrix, di m ana
i = 1. 2. 3 . . . . . . . m d an j = 1, 2, 3, . . . . . . n. B il angan m menun-
jukkan bany aknya baris. d an n ad alah banyakny a kolom; sed angkan
ked uanya menyatakan o rd e d ari m atrix.
De nga n d emikian d apat d ikatakan, m atrix d engan ord e m x n, ad alah

4
merupakan jajaran persegi dari elemen-elemen atas m buah baris dan tl
buah kolom. Kadang-kadang notasi yang dipakai untuk baris memakai
index di bawah, sedangkan untuk kolom memakai index di atas: misa1.­
kan ai menyatakan elemen baris ke-i. ai menyatakan elemen kolom
ke j.
Sebenarnya matrix ini sudah sering dijumpai dalam kehidupan sehari­
hari. Misalnya sering dibaca di surat-surat kabar pacta halaman olah
raga, suatu laporan hasil bertanding dari beberapa kesebelasan sepak­
bola yang sedang berkompetisi untuk memperebutkan tempat teratas,
dalam susunan seperti di bawah ini :

nama main menang seri kalah nilai

A 3 2 0 4
0 3 ( 1 .4)
I
B ,.,
..

c 3 0 ,.,
2
D 2 0

Susunan bilangan ( 1 .4) di atas sebenarnya telah disusun dalam satu


bentuk matrix, yaitu :

3 2 0 4 � kesebelasan A.
2 0 3 -E-- kesebelasan B.
3 0 2 2 kesebelasan c.
I
<tf---

2 0 � kesebelasan D.
( 1 .5 )

T T r T T
Ol
c ..c
c CO CO m
c I...

E E
m (1) (1) CO
Vl � c

Matrix di atas In! mempunyai empat baris dan Iima kolom. Empat
baris tersebut masing-masing menyatakan satu kesebelasan yang
ikut bertanding, sedangkan Iima kolom masing-masing menyatakan
keadaan "main'', "menang", "seri"'. "kalah ", ''nilai".

Karena matrix dapat memberikan suatu jalan yang cukup sederhana


dalam memecahkan berbagai macam persoalan, maka mempelajari
matrix menjadi su:.�tu ha! yang mutlak penting dalam berbagai bidang
pekerjaan. Sebagai contoh, seorang sarjana teknik ingin mer ;ncanaka �

5
satu b angunan besar seperti gedung bertingkat banyak, rangka batang,
jembatan g antung, atap berbentuk tembereng, dan lain sebagainya,
maka bila ia ingin menyelesaikan masalahnya tersebut dengan cara
yang lebih sederhana, haruslah langkah pertama dari perhitungan pe­
rencanaannya ialah menyederhanakan masalahnya dan menyajikannya
dalam bentuk matrix.
Demikian pula di dunia perdagangan, sekarang tidak sedikit diantara
pengusaha yang menggunakan perhitungan matrix untuk memperhi­
tungkan untung rugi suatu transaksi.
Karenanya tidaklah aneh bila sekarang disekolah-sekolah menengah,
sudah diaj arkan matrix, untuk memberikan dasar bagi analisa-analisa
yang akan harus dilakukan diperguruan tinggi.
Ada berbagai macam matrix :
1. Matrix bujur sangkar, bila m = n

[�
2 3
5 6 ( 1. 6)
8 9

E1emen-elemen a11, a2 2 , a3 3 , ... .... . ann disebut elemen-


elemen diagonal utama.
2. Matrix baris, bila m = 1, yaitu hanya terdiri atas 1 baris saja.

[ 1 2 3 4 5 6 l ( 1 .7)
= 1,
.,
.) , Matrix kolom, bila n yaitu hanya terdiri atas kolom saj a.

1
2
3
4 (1 .8)
5
6

4. Matrix nol, bila aij = 0

u n
0 0
0 0 ( 1 .9)

0 0

Acta beberapa type dari matrix bujur sangkar, antara lain :


1. Upper Triangular matrix, ialah suatu matrix di mana semua elemen
di bawah diagonal utama sama dengan nol.

6
14 ln
a a a a . . . . . . a

0
ll ..
12 13
·a 22. 2 3 24 2n
a a . . . . . . a

0 0
34 3 n
·a a . . . . . . a
33.
0 0 0
(1.10)
a . . . . . . a
44 4n

0 0 0 0 . . . . . . a nn

,..,
'-· Lower Triangular matrix, i a1ah suatu matrix di m ana semua ele-
men di atas diagonal utama sama dengan nol.

a 0 0 0 . . . . . . 0

0 0 0
ll
a
21
a . . . . . .

0 0
22
a a ·a . . . . . . (1.11)
0
3l 3 2 3 3.
a a a ·a . . . . . .
41 42 4 3 44

a a a a ·
. . . . . . a
ml ffi2 m3 ffi4 mn

[
3. Matrix Diagonal, ialah suatu matrix di mana semua elemennya
sama dengan nol kecuali elemen-elemen diagnonal utamanya.

] .. 0 0 0
0
0
0
. 2 ... 0
0
0
·.3
0
·.
0
0
·.:.� J ( 1. 12)

[ }
4. Matrix Skalar, ialah suatu matrix diagonaL di mana elemen diago­
nalnya merupakan bilangan yang sama.

2· 0 0 0
0 . '•2.. 0 0
o o o
(1.13)
··z...
0 0 0
. '• 2

5. Matrix Satuan (unit matrix), ialah suatu matrix skalar. di mana •

elemen diagnonalnya ialah 1. Matrix satuan disebut juga matrix


identitas dan sering ditulis dengan notasi ( 11.

7
0 0 0
0 0 0
(1.14)
0 0 0

)
0 0 0

6. Band matrix, ialah suatu m atrix bujur sang ka r, di m ana e lemen­


elemen y ang bukan no! ( nonz er o elements) di kelo mp okka n
meng elilingi diag onal u tarn anya, membentu k su atu j alu r elemen
diag onal .

a a 0 0 .......... 0 0
11 12
a a 0 0 ....... .. 0 0
21 22
0 0 .. . ......
3 3" 3 4
a a 0 0
(1.15)
....... . . 0
4 44
0 0 a a
3
. 0

0 0 0 0 ............. a n- 1 . n-1 a n- 1 . n

0 0 0 0 ....... . ... a n. n- 1 a n.n

1.2.2. OPERASI MATRIX


l . Kesamaan m atrix.
Du a m atri x [A ] dan [ B1 dikatakan sama. bila
U ij = bij ( 1.16)
dim ana
aij i al ah elemen dari matrix (A 1 :
b ij i alah el emen dari matrix [ B l .

[� ]
Contoh: 3
[A]
5 3

r2
l
3
[ B]
l
=

1 5 3

Jelas di si ni ba hwa dua matrix [Al dan [ B 1 tersebu t di atas haru s


m empu ny ai orde ya ng s ama .

8
2. Penjumlahan matrix.
Apabila [A] dan [ B] adalah dua matrix yang mempunyai orde
yang sama, maka kedua matrix tersebut dapat dijumlahkan meng­
hasilkan suatu matrix [C ] = [A] + [B], dimana
(1. 17)
cjj = aij + bij

Cij ialah elemen dari matrix [C]:


ai j ialah elemen dari matrix [A] ;
b ij ialah elemen dari matrix [B].

Contoh:

[A] 3
5
2
[B]
5

[ ]
[C] [A] + [B]

2-1 3+2 1 +4
[C]
1 +2 5+5 3-3

[c J � [ 3
5
10 0
5

l
Suatu penjumlahan matrix akan mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
1. [A] + [B] = [B] + [A] (comm utatif)
-, [A] + [B] + [ C] = ([A] + [B]) + [ C] (associatif)
3 . Akan terdapat suatu matrix [X] sedemikian sehingga
[A] +[X] = [B]

3. Perkalian skalar.
Suatu matrix [A] dapat diperkalikan dengan sua tu skalar k.
menghasilkan suatu matrix [ D] = k [A], dimana
dij = k.ajj ( 1. 18)
dij menyatakan elemen dari matrix [DJ;
aij menyatakan elemen dari m atrix [A].

9
Contoh:

[ 1
2 3
[A]
5 3

k = - 3

[D] = k. (A]

-:
(D] =
r- l
6 - 9

- 3 -15

Suatu perka1ian skalar m atrix mempunyai sifat-sifat a ntara lain


( 1 ).
:

k ([A) + [B)) = k [A) + k [B);


(2). k ([A) + [B)) = ([A) +[B)) k :
dim an a k ada1ah ska1ar.

4. Perkalian matrix.
Suatu m atrix [A) denga n orde (m x p), dan m atrix [Bl dengan
orde (p x n), dapat diperka1ikan menghasi1kan suatu matrix baru
[E) [A]. [B) dengan elemen
=

(1.19)

p
atau eij = z ( 1 . 20)
k=l
ai k b kj
·

dim ana: ei j e1emen m atrix [E) '


"
au [A);
bij [B ] ;

.. . .. . . .
1, 2, 3,
=
1 , 2, 3, ., m:
n:
L .,
j =
. . . .. . . . ..

k =
2. 3. • • • • • • • 0 p.

Matrix [E) hasil perkalian tersebut akan mempunyai or de (m x n)

[ : 1 : 12]
Contoh:

(l)
11 12
. a a

[B ]
21 22
[A) a a �

21 22
31
a
3 2
a

10
[E] =
[A]. [B]

a a

[ I
11 12 b b
a 11 12
=
a
21 22 b b
21 22
3 3

l
a a
1 2

a ll. bll + a 1 2 · b 2 1 a ll.b 12 + a ,z .b zz

a 2 1·b 1 1 + a 2 2 ·b 2 1 a 2 1 ·b 1 2 + a 2 2 ·b 2 2

a
3 1
. bll +
"3 2 . 2 1
b a:l
1 . b l2 + � 2. b 2 2 )

[� l)
H I
( 2) . 5 4
[A] =

2
[B] =
2
3

[E] =
[A]. [ B ]

[� :l H
4
= 2
3

[ 2 .4 + J. 2 + 5. J

l
2 . 3 + J ( - J) + 5 . 2

J. 3 + + 3.2 + 2 . J
=

3 ( -l ) + 2.2 1 .4

[]: ]
5
=

12

J adi teranglah dengan orde ( 2 x 3 )x (3 x 2) akan menghasilkan orde


(2 X 2).

II
(3). Kita ambil contoh matrix (1.5). di ha1aman 5.
Dari matrix tersebut, diambil satu matrix bagian yang menyata­
k an keadaan "menang", "seri" dan "kalah", yaitu :

I
2 0 + Kesebe l asan A.

[P] =
0 +
11
B.
0 2 +
11
c.
0 +
11
D.

t t t
men ang se r i k a lah

Matrix [P] mempunyai orde (4 x 3)


Sekarang untuk tiap pertandingan akan diberi nilai sebagai beri·
kut:
"menang" berni1ai 2
"seri" 1
"ka1ah" 0

{ }f-
Bila dinyatakan secara matrix :

2 men � ng
[N] l +-se r 1
0 +- ka l ah

t
n i lai

Di sini matrix [N] mempunyai orde ( 3 x I).


Untuk ·mendapatkan jumlah nilai yang sebenarnya didapat oleh
masing-masing kesebelasan, maka keadaan ''menang-kalah" perlu
dikalikan dengan "nilai masing-masing pertandingan". yaitu secara
matrix :

[E] =
[P] [N]

di man a [E] ialah matrix yang menyatakan jumlah nilai dari ma­
sing-masing kesebelasan.

12
[E] = [P]. [N]

A 2 r 2
B
� 0
0 I l +- menang

c ....

l �j
-t-
= +- seri
0 2
..... 0
+- kalah
D
t t t t

-
Cl
c J:
ro ·- ro ro
c I...

E
C) Q) ro ·-

Vl .::(. c

1. 2 + 2.1 +

"1
0 .0
1 . 2 + 1 . 1 + 0 .0

1 . 2 + 0.1 + 2 . 0
0.2 + 1. 1 + 1. 0
l

l :::
r
<
4 1 +- A
B

l�j
c
+-
I [E)
+-

+- D
t

n i la i
Di sini suatu m atrix [P] dengan orde (4 x 3), dikalikan dengan
l ), menghasilkan m atrix [E] de­
ngan orde ( 4 x 1 ).
m atrix [N] dengan orde (3 x

:
( 1) . [A] ([B] + [Cl) = [A] [B] + [A] [C] (distributif pertam a)
Pacta perk alian matrix tadapat beberapa sifat penting, a ntara lain

dimana [A]. [B]. [C] adalah m atrix yang m emenuhi syarat


untuk penjumlahan dan perkali an m atrix.
(2). ([A] + [B]) [C] =[A] [Cl + [B] [Cl (distributif kedua)
(3). [A] ([B] [C]) =([A] [B]) [Cl ( associatif)
(4). Pacta umum nya [A] [B] :i:: ( B] [A] :
(5). [A] [B] = 0. belum tentu m engakibat kan [A] = 0 atau [8] = 0:
(6). [A] [B] =[A] [C]. belum tentu mengakibatkan [B] =[C].

13
Apabila [A] adalah suatu matrix dengan orde (m )� n). maka yang
1.2.3. TRANSPOSE DARI MATRIX

dinamaka11 transpose matrix [A] (dengan tanda (A] T) adalah matrix


berm·de (n x 111 l dim:::ma baris dan kolom matrix [A] menj<ldi kolom
dan baris matrix [A] T.

[B ] = [A]T

IJ
(1.21)
b··
Contoh
2
[A]
5

(1).
Beberapa ha! berhubungan dengan transpose dari matrix antara lain :

( [A]T)T = [A]
(2). (k.[A] )T = k. [A] T
(3 ). t [A] +
[B]l T= [A] T + [B] T
(4). ( [A]. [B]) T = [B] T. [A] T

1.2 .4. MATRIX SIMETRIS.

I. Suatu matrix [A] dikatakan simetris, bila

[A]T = [A]
atau

aJl ( 1.22)
ajj ··

[_
=

Contoh :

J
9 - 2
[A] "
9 2 7
2 7 3
[A] disebut matrix simetris karena [A] T = [A]
Suatu matrix dikatakan skew-simetris, bila memenuhi hubungan:
T [A]
[A] = -
f1.23J

14
Contoh

2
r 0
0

l��
(A]
- 4

Perhatikan bilangan no! pacta elemen diagonalnya.

1.2.5. MATRIX KOMPLEX


I. Suatu matrix [A] disebut sebagai matrix komplex bila elemennya
terdiri dari bilangan-bilangan komplex.

[
Contoh

l
+ i 2 + 3i
[ A] =

2"

I di mana =
V-"1

II Bila suatu matrix komplex [AJ elemen-elemennya diganti dengan


conjugate dari masing-masing elemen tersebut, maka matrix yang
terjadi disebut sebagai
[A]*
conjugate dari matrix [A], dengan notasi

Contoh

[ ]
1 + 2 + 3i
(A]
2

[A]''"
[ - i 2

1 +
3i
l
2
)
di mana bil::mgan kompkx I - i merupakan conjugate dari bilang­
�m 1 + i dan demikian pula demen yang lain. Dengan demikian bila
:,atu matrix [A] semua demennya terdiri dari bilangan riiL maka
I A I* = [A] : sebaliknya bila semua elemennya terdiri dari bilangar.
imajiner. rnaka [A]*= -[Al.

3. Suatu matrix [A] disebut matrix hermitian bila memenuhi hu-


bungan :
([AI *l T = [AI 11.24;

15
di m ana
[A]* =
c onjugate dari [A]
( [A]*) T = tr anspose dari [A]*
[A) = matri x k omp le x bujur sangkar
Contoh:

[ l
2 +
[A]
2 - 3

[ l
2 -
[A]*
2 + 3

( [A]•'-) T =
[ 2 - i
2 +
3
l = [A)

D alam ha! i ni . e le me n di agonal dari matri x he rmi ti an akan se lalu


te rdiri dari b ilangan-bilangan riil.
4. Suatu matri x [A) dise but matri x skew-hermitian, bila me me nuhi
hubun gan :
([A) *) T = - [A] ( 1.25)
D alam hal i ni e le me n di agonalnya akan te rdi ri dari bi langan nol
atau bi langan i m aji ne r.

Contoh
r
)
0 1 +

l-1 + i
[A) =

=ll l
0 - i
[A].�
-
I 0

- I

l
( [A]*)T
0 -1
l - [A]
I
I =

)
I -
I 0

16
\. Suatu orthogonal t)ill.:
1.2.6. MATRIX ORTHOGONAL.
matrix bujur sangk ar [A] dise but m at rix
memenuhi hubung:m :

[A] [A] T ::: [A] T [A] =


[I] ( 1.26)
Jimana [ I] meny atak an mat rix satu an.

cos e

[- :J
si n
[A]
sin e cos

- sin

l
e

[
cos e
T
e
[A]
s in e cos
=

[ 1
0
T [I]
[A].[A] =

0

Su atu matrix komplex buju r sangkar [A] d ise but se bagai matrix
unitary bila memenu hi hu bungan :
T
[A] .((A],�) ([A) ,':)T_[Aj
=
[I] (1 .27)
d im ana[I] menyatakan matrix sa tu an.

Contoh :
l
-
l +

V3 f3
[A]
l - l
=

-
·-

f3 f3

Suatu matrix unitary de nga n ele men riil akan meru pak:m matrix
orthogonal.

Determinan dari sua tu matrix hu j u r s�m,zb: [ .\ l. ditu!i�k�tn :;eb2.gai


1.2.7. DETERMINAN.

17
a a a ..... .. a
ll 12 l 3 ln
a a a .... . .. a
21 22 23 2n

lA / 3 n (1.28)
=
a a a . .. .. .. a
3 3 2 33

a a a .. .. .. . a
nl n2 n 3
nn

Sebelum membahas tentang deterrninan lebih mendalam. akan diper­

orde 2 x 2.
lihatkan dulu keadaan yang khusus, yaitu untuk matrix dengan

[A]
:J
Determinan [A] untuk orde 2 x 2 ini didefinisikan sebagai

I AI =
ad - be ( 1 . 2 9)

Contoh :

[: l
2
[A]
4

/AI l . 4 - 2. 3
4 - 6
= - 2.
Untuk matrix dengan orde lebih tinggi. sebelum dihitung determinan­
nya, harus dikenal dulu minor dan cofactor dari elemen m atrix .
Minor dari satu elemen aij. dimana aij merupakan satu elemen dari
matrix bujur sangkar [A]. didefinisikan sebagai determi nan dari bagi­
an matrix fA] cliluar baris ke-i dan kolom ke-j, yang cliberi notasi
Mij.

Contoh : 2 3 4 I
2 3 4
[A]
1, 5 6 7
7 6 5 4

18
3 4
5 6 7
6 5 4

Bila Mij diperkalikan dengan ( - I) + J. , maka akan menghasilkan


cofactor dari aij, yang diberi notasi Cij·

ci
j = ( -- n i+j Mu (1.30)

Detenninan dari matrix [A] dengan orde n x n dapJt didefinisikan


sebagai

I AI a . c. + a. .c. + a. .c. + .
. . + a. . c .
il I l 12 12 I 3 I 3 1n 1n
atau : n
I (1 .3 1 )
k=l
Persamaan (1.3 1) ada1ah rumus untuk menghitung determinan dengan
expansi menurut baris ke-i.

Determinan dapat pula dihitung berdasarkan expansi menurut ko1om


ke j, sebagai berikut :

a . . C . + a .C + a ..C . + . . . + a .. C
:3 J 3 J nJ
=
lJ lJ nj
.
2j 2j
atau :
n
/A/ = I (1.32)
k=J

Beberapa ha! yang perlu diperhatikan berhubungan dengan perhitung­


an detenninan ini antara lain :
( 1 ). Apabila dua baris atau dua kolom dari matrix [A] adalah sama.
maka /A/ 0
(2). Apabila (A] adalah matrix satuan. maka I A/
=

(3 ). Apabila satu kolom dari matrix [A] dijumlahkan dengan kolom


=

yang lain (atau kelipatan dari kolom yang lain), maka I A I tidak

(4 ). Apabila d ua kolom dari matrix [A] ditukar posisinya. maka I A I


berubah.

mengalami perubahan tanda.


( 5). Detenninan dari matrix [A] akan sama dengan detenninan
matrix transposenya.

19
1.2.8. ADJOINT DARI MATRIX
Adjoint dari sa tu matrix bujur sangkar [A], yang diberi notasi [A]+.
ialah satu matrix 'kngan orde yang sama. yang didapat Jen2:an meng­
ganti elemen dari [A]T (transpose dari matrix [A] ) dengan cofactor
dari elemen yang bersangkutan.

a a a
l l 12 l 3

a a a
2 3
[A)
21 22
a a a
3 1 3 2 33
l

a a a

r
11 21 3 1

a a a
12 22 3 2
[A]T =

a a a
13 3 33
l 2

c c c
ll 21 3

[A]+ c c c
12 22 3 2
c c c
1 3 2 3 3 3

Telah diuraikan di atas penjumlahan dun perkalian dari matrix. Tapi


1.2.9. INVERS DARI MATRIX.

proses pembagian tidak dikenal pada operasi matrix. dan sebagai ana­
loginya, digunakan invcrs dari matrix.
Apabila [A] dan [ B] adalah matrix bujur sangkar sehingga [A] .
[B] [ B l . fA] matrix satuan. maka [ B l disebut invers dari matrix
= =

[A l . Jan fA l adalah invers dari [ B l .

Contoh :
2
II
r
I
3 I
!
! 3 3
[A)
i
4
I
\
")
-
J

.20
[: )
6 - 2 - 3
[B] 0
0

[ [: 1
2 3 6 - 2 - 3
[A] . [B] = 3 3 I 0
2 l:. 0

0 0
[A] . [B] =

maka di katakan :
0
0 0
0

I [I]

[B] = [A] -1
atau : [A] = [B l - l
dimana [A] - 1 menyatakan inv er s dari matrix [A],
dan ( B] -1 menyatakan i nv er s dari m atrix [B] .
Ada beber ap a car a untu k mencar i i nv ers dari matrix, diantaranya
metode adjoint (adj oi nt method)
metode pemisahan ( m atrix p ar ti tioning)
metode Gauss -Jor dan ( Gauss - Jor dan method)
metode Cho1esky (Cho1 esky method)
Di bawah ini akan di bahas c ar a- car a ter sebut di atas satu per satu.

1. Metode Adjoint.

Metode i ni menyata ka n sa tu hu bu nga n dal am menghitung inver s


dari sa tu matrix bujur sangkar [A] sebagai :

[A] - I ( 1.34)

dimana[A] --1 =
i nver s dari matri x [A] :
[A]+ = adjoint dari matr ix [A 1 :
!A I =
deter mi nan dari m atri x [A 1 .

adjoint dari matri x bersangkutan Jengan Lkterminannya sendiri.


J adi. i nvers dari satu matri x [A], bisa di dapat Jengan mern bagi

21
Contoh:

3 3
[A] =
4 3
3 4

sebagai telah diuraikan pada pasal 1 .2.7.


Determinan matrix [A] dapat dicari berdasarkan perhitungan

4 3 3 3 3 3
A = - 1 + 1
3 4 3 4 4 3

= ( 16 - 9 ) - ( 12 - 9 ) + ( 9 12
=
1.

Selanjutnya dihitung cofactor dari elemen-elemen matrix [A] .

4 3 7
11
=
c =

3 4

3 1
12
=
c = -

4
1 3
c =
= -
1
3

3 3
21
c = = -
3
3 4

c
3
22 L,
=
=

c
3 0
2 3
=

3
') '")
"- -
3 3 = 3
c =
3 1 4
-

3 0
c =
3 2 3

3
c =
3 3'
4

A djoint dari matrix [A]

c c c
11 21 3 1

c c c
12 22 32
c c c
l 3 2 3 3 3' .

[ l
- 3 - 3
0


=

- I 0 I
-

I nvers da ri matrix [A]


+
[A] - I =
[A]
IAI

[- �
- 3

J
- 3
= 0
- 1 0

d ima na I A \ = I

2. Metode pemisahan.
Sesua i dengan na ma dari metode ini, ma ka la ngka h perta ma yang
dila ku kan dala m proses menca ri invers matr ix ini iala h mela ku ka n
pemisa ha n (pa rt it ioning) terha dap mat rix bersa ng kuta n.

2J
: "1
Ambil satu m atr ix[A ] :

a 11 a 12
[A) =
a21 a 22 23
a3 1 a3 2 a3 3 )
Lakuk an pemisahan :

a 11 a 12 II a1 3
[A] = a21 a 2 2 II a3 2 (1 .3 5)
a3 1
-- - - -
a3 2 -t1 - --
a33

A tau dinyatakan dalam sub m atrix :

A1 1 1I A12
[A] -- - + ---
( 1 .3 6 )
A2 1 I A
I 22
\ I

dengan p enger tian :

A1 1

A 12 =
( 1 .3 7)

A2 1 a3 a3 2 ]
1
=

A a3 3
22
=

24
Bila dimisalkan [ A ] - 1 = [ F ]
maka akan terdapat hubungan :

[ F] . [ A ] :::: [I]

a tau
( l .3 8 )

Dengan mengexpansikan perkalian di atas akan didapat :

Fu Al l + Fl2 A2 1 =

F2 1 Al l + Fz z A2 1 0
( 1 .39)
Fl l A12 + F 12 Az z = 0

Fz 1 A12 + Fz z Az z =

Persamaan ( 1 .39), yang m erupakan hasil expansi dari persamaan


( 1 .3 8), merupakan persamaan linier dengan em pat " b esaran anu"
yaitu F 1 1 , F 1 2 , F 2 1 , F 2 2 ·
Dengan menyelesaikan persamaan ( 1 .39), akan didapat hasil :

-1
Fu An + A u - l A 1 2 ( A z z - A z l A l l - 1 A 1 z ) - 1 Az 1 A 1 1 - 1

Frz = - A l l - 1 A 1 2 ( Az z - Az A l - 1 A -1
l l 1z)

Fz l = - ( A z z - A z 1 A l l - 1 A 1 2 ) - 1 Az 1 A l l - 1 ( l .40 )

F zz =
( Az z - Az 1 A u
-1
A12 )
-i

Persamaan ( 1 .40 ) dapat diuraikan menjadi suatu u ru tan yang sisti­


matis. yai tu sebagai beriku t :

H i t ung
1
( 1) . Al l-

H i t ung
-1
(2) . An A1 2
-1
( 3) . H i t ung A2 1 Al l

(4 ) . H i tung { Has i 1 ( 3) } . A l 2

(S} . H i t ung A zz Has i I (4) }


{
15
-
l
( 6) . Hi F22 { Has i l (5 ) }
-

t un g =

( 7) . Hi t un g F2 l = - F zz . { Has i l ( 3) }

Has i l
(1 .4 1 )
( 8) . Hi t un g F12 = -{ (2) } F 22
( 9) . H i t un g F 1 2· {Has i l ( 3) }

( 10 ) . H i t un g Fl l = A l l - I - { H a s i I (9)}

Contoh :

[:
3
[A] 4

[
Lakukan p emisahan :

1

�j_]_j I
3 3
[A ] = l

1
_

I 4
__

3
I

Melihat p ersamaan ( 1 .36) :

A
11
=

r\ :J
3
A
12
=

[l 3
}
A 3 ]
21
=

A 4
22
=

26
Sekarang akan dilakukan operasi seperti diuraikan. dalam persamaan ( 1 .4 1) ,

(_ � ) (_ � )
dengan urutan yang sama.
(1) •

4
1
4
Au- = 4 � 3

(2) .
A1 1- l A 12 •
[_ 4
- � J{ : } •
{:}
( 3)
Az 1 • A1 1 - I •
[ I 3 ] ( _ � - 3
J [ I 0 ]

(4 ) .
[ I 0 ] • A1 2 = [ I 0 ] {:} [ 3 ]

(5 ) .
A [ 3 ] = [ 4 ] - [ 3 ] = [ 1 ]
22

F
-1
(6) . = [1] = [ 1
22

(7) . - [1 ] [ 1 0 ] = [ -1 0 ]

( 8) .

oj I
0 ]
o)
( 9) .

( 1 0) .

27
r
Jadi matrix ( F] y ang m erup akan invers dari m atrix [A] d ap at d i­
susun dari hasil di atas sebagai beriku t :

F 11 i F 12

J
[F) j- - -
I
21 I 22
---

F F
I

7 - 3 1 - 3

[ F) = - 1 1 I o
l__
l
____

- l 0

D engan d emikian invers dari [A] ialah :

7 - 3

[ F) = - l

- l 0

3. Metode Gauss-Jordan.
Langkah-langkah pent ing yang perlu diam bil untuk mencari invers
d ari m atrix [ A ] dengan orde n x n secara garis besar adalah seba­

( I ) . Am bi1 m at rix satuan [ I ] d engan orde n x n .


gai berikut :

(2). Dengan cara operasi baris, ubahlah m at rix [A ] menjadi m a­


t rix satuan . dengan tahapan sebagai beriku t :
( a) . B agi1ah baris ke- 1 dengan a 1 1 • sehingga a 1 1 sekarang
sam a dengan 1 .

28
(b). J u mlahkan baris ke-2 dengan baris ke- 1 y ang telah d iper­
kalikan d engan ( - a 2 1 ) , sehingga a2 1 sekarang m e nj ad i
no!.
Ul angi langkah (b) untuk baris ke-3 , 4, 5, . . . . . , n .
Sekarang kolom ke- 1 m e njadi no! semu a kecuali a 1 1 = I
(c).

dengan m e m b uat a2 2 = I , dan a1 2 = 0 , a3 2 = 0 , a4 2 = 0 ,


( d ) . Ulangi langkah ( a) , ( b ) , (c) untuk baris ke-2 , dimulai

as 2 = 0 . . . ' a n 2 = 0
(e). Ulangi langkah ( d ) untuk baris ke-3 , 4, 5, . . . . . . , n.
( f). Proses selesai.

setelah proses selesai . m atrix [ I ] telah beru bah m enjadi


( 3 ) . Proses (2) sekaligus dilakukan pacta m atrix [ I ] , sehingga

matrix ( F] . Matrix ( F] i nilah invers dari m atrix [A]


( 4 ). Proses keseluruhan dapat d in yatakan se bagai :

. I
( 1 . 42)
ope ra s i ba r i s
[ A ] [ F ]

[
Contoh :
3
[ A] = 4
3

Sekarang ingin d icari [A] - 1 d engan nt etodc Gauss-J ordan .


No tasi H ik (p ) menyatakan penjumlahan pacta baris ke-i d e­
ngan baris ke-k y ang sudah d iperkali kan d engan p . Jadi m isal­
nya H2 1 ( 2 ) menyatakan baris ke-2 dij u m l ahkan dengan 2
kali baris ke- I .

(
iI
I
l1 \
l
l
3
4
3
3
3
4
0
0
0

0
�l H, (- l)r�l l
l ,...,__,
3

3
3
0
4
-1

0
0 G

�J
T
A
T
2Q
l
1
l 3 I [ 3 I

�]
3 0
I I

�]
1 0 -3
I

)
4
(- 1 ) ( -3
3 1
H 0 0 I -1 H 0 0 I -1
I
1 1 -1 1 1 -1
12
� 0 0 0 0 0
I
0

-�
..--.._.,;

[
0 0 7 -3

l
( -:3 )
H 13 0 0 -1

0 0 -1 0
--1'--
I I
F

[: J
- 3 - 3
J ad i [A ]-1 0
0

4.

Metode Cholesky.
D asar dari met ode Cholesky ini ialah terletak pada kenyataan
bahwa setiap matrix bujur sangkar dap at diubah sebagai p erkalian
dari sat u lower t ri angular matrix dengan satu upp er triangular
matrix. D engan demikian invers dari m atrix bujur sangkar tersebut
dap at diselesaikan dengan mencari i nvers dari masing-masing
triangular matrix , dan ini bukanlah suatu pekerjaan yang sukar.
D alam analisa struktur dengan metode matrix, akan selalu dijum­
pai matrix yang simetris. Suatu mat rix simetris, akan selalu dap at
diubah menjadi p erkalian dua triangular matrix yang satu sama
lain merup akan m atrix t ranspose.
Bila ( A ] menyat akan suatu mat rix simetris. dan [ L ] menvatakan
suatu lower t riangular m atrix. maka :
[A] = [ L] . [ L] T
at au secara keseluruhan :

ll 12 . Q, Q, Q,
. 9,n 1
1 3
0
1n
0
11
0
1 21
a a a a
l (\ 3 1
l
I
Q, 9, X. 9,
.

21 22 2 n2
0
2n
0 0
3 21 22 22 2
n
a a a a
3
1v

X. 9, X. .Q, X.
1 2 3
0 0
3 1 3
0
3 1 33
=

n
a
3
a
3 33
a a
r'1 3 3" .

9,
n1 nz n nn
Q. ·x. X.
n1 n2 n 3 nn nn
0 0 0
3
a a a a

( 1 43) •

30
i
-
1
-1 ;2

£. . = i.
2
= a. . )
I I I I 1r
r=1
j-1
1 r £. J. r
= £.
l j
a. . -
£... .
J i > j
r\-:: 1
£. .
I untuk
JJ

£ = 0 i (j . ( 1 44)
ij
un tuk •

Da r i pe r sama a n ( 1 . 4 3 ) :

1 T 1
[A ( ( [ L ] . [ L] ) - (1 . 4 5 )

( 1 . 46 )
( 1· l T l
[A = ( [L( ) [L(
Bi [U] .
1
la [L] - ( I 47)
1 T
ma ka [A ] - = [ F] = [U] . [ U ]
[ L ] . [ U] = [ I ]
( I . 48)
d i ma n a ( 1 . 49)

oj
a t a u seca ra kese l u r uhan

r�
0 0 0 0

r:
( £ 0 0 0

u
11 1 1

0 0 0 0 0
i 0
o =i o
t

u u
21 22 21 22
0 0
3 3 3' .
0
3
£,
3 1 3 33 1
I U

,)\ lo
£, t
I :
I
2 2

i
u u . . .u
,)
9� t t
j 3 . 0 0 '

1
t nn l nn
I

n 3
l Un
n2 n2 n
n

.
\

( 1 50)
S e t e 1 a h d i j a ba r kan
.u u
11 ll ll
0
"' = =

1 .u1 1
u + t .u u
t2
0
21
n
A,

1 1 22 21 21 t
22

+ ,l + .c 3 1 u 1 1 + Q. 3 2 U 2 1
t u u u u
3 ll 3
0
3 3' 3 l 3 1
"'

3 3'
2 21

. . . . . .. . . ...
32
a t a u se ea ra umum

U. . n
I I "- • ·
I I

r r . · rJ
i-1
1
i. u .
r= l -
u . = - -�� un t uk i) j (I .51 )
IJ £..
I I
--
.

U ·I J· = 0 un t u k i (j

m atrix [ F ] sesuai dengan persamaan ( 1 .48), y aitu :


Setelah didapat m a trix [ U ] , m aka m udahl ah untuk m enghitung

[F] = [ U] T [ U ]
d im ana m atrix [ F ] m erupakan invers dari m atrix [ A ] .

1.3. PENYELESAIAN SUSUNAN PERSAMAAN LINIER DENGAN


METODE MATRIX.

1.3 . 1 . PENGERTIAN UMUM.


Mengingat bahwa ban y a k p ro b le m a t i k dalam t e knik sipil y ang di­

maka p e r l u l a h k i r a n y a u n t u k mempelaj ari j uga b agaim ana m en yele­


ny at a k an d al am persamaan l i nier d engan sej u m lah " b il an ga n a n u " ,

sai kan persam aan l i n i e r terse b u t sec ara m at rix .

S e k arang akan d it u njukkan satu p er sam aan y ang sa ngat sed erhana.

3 X + 7 y = 12 ( 1 . 52)
Persamaan ( 1 . 5 2) d a p at d iny atakan secara m atrix sebagai :

[ 3 7 ] = [ I2 ] ( 1 . 53 )

D e m i kian pula p ad a d u a persam aan linier di bawah i n i :

3 X + 7 Y 12

2
=

( l . 54)
5 X Y 3
=

D apat d in y at a k an sec ara m at rix sebagai :

( I 55)
.

33
s�cara umum n buah persamaan linier dengan n buah "bilangan
anu" dapat dituliskan sebagai :

a + a + a + ...... + a b
11 1 12 2 : 3 "3 1n n 1
X X X X =

a + a + a + . . . . .. + a X b
21 1 22 2 2 2n n 2
X X X
3 '3
. .
=

a + a + a + ...... + a b
3 1 1 3 2 2 3 n n
X X X X
3 3 3 3
=

X b
nn n n
+ a + a + . . . . . . .+ a
n 3
a
n1 1 n2 2
X X X ( 1 56)
3
=

Persamaan ( 1 . 56) d ap at dinyatakan secara m atrix seba�ai :

a a a X b
11 12
... .. a
1 3 ln 1 1
.

a a a X b
21 22
.. . .. a
2 3 2n 2 2
.

a a a X b
3 1
.. ... a
3 2 3 3' 3 n 3 3
.
=

X b
n1 n2 n nn n
a
n
a a a
3

( 1 57)

Persamaan et . 5 7) dap at disederhanakan sebagai :

[A] . �xt { B} ( I 58)


.

D engan pengertian :

[A] ialah matrix bujur sangkar yang menunjukkan koefisien


p ersamaan linier dimaksud.
{X} ialah matrix kolom dari "bilangan anu" ;
{B } ialah matrix kolom dari "konstanta ".

Banyak typ� dari matrix koefisien [ A ] . antara lain :

�4
1. Matrix koefisien simetris :

2 0 0
1
Contoh : 3 X

2 -1 X 2
2
4 =

0 -1 5
3
X

i i i
A X B
Disini m at rix [A ] m erup akan m atrix y ang simetris, dim ana
aij = aj i ·

2. Matrix koefisien jalur (band coefficient matrix)

Contoh :

5 2 0 0 0 0 X 12
1
2 2 0 0 0 11
2
4 X

2 6 2 0 0 X 0
3
0 2 4 2 0 X 7
4
=

0 0 2 6 8 4 2 X 9
5

0 0 0 2 6 4 X 5
6

0 0 0 0 4 2 2 X 21
7

T i i
A X B

3. Matrix koefisien terpencar (spare coefficient matrix)


Pad a m atrix type ini ban yak elemennya yang meru p akan
bilangan no!.

1.3.2. CARA PENYELESAIAN SUSUNAN PERSAMAAN LINEAR


Banyak m e tode un tuk m en yelesaikan· persamaan linier ini, y ang
secara garis besar dap at d ibagi atas dua kategori utam a.

35
I. METODE EKSAK ATAU METODE LANGSUNG.
Metode ini melipu ti seju mlah tertentu perhitungan aritm atik a .
yang proporsional dengan jumlah dari persamaan atau ' 'b ilangan
anu". Pada akhir dari perhitungan . akan didapat hasil yang e k­
sak dari perhitungan tersebut di atas.
Beberapa metode pe nting yang term asuk d alam kategori ini
antara lain :
l. Metode i nversi matrix
., Metode Cramer atau me tode determinan
3. Metode Gauss-J ordan
4. Metode Eliminasi Gauss
5 . Metode Crout

7. Metode Cholesky ( khusus untuk matrix koefisien yang


6. Metode Doolittle

yang simetris)

II. METODE PENDEKATAN ATAU METODE ITERASI.


Metode i n i dimulai dengan suatu harga permulaan dari "b ilang­
an anu", yang d il an ju tk an dengan koreksi dan penyempurnaan

putaran perhi tun gan .


pada harga-harga "bilangan anu " tersebut dalam beberapa

1.
Yang termasuk dalam kategori i n i antara lain :
Met ode G radien sekaw a n ( conjugat e gradient method)
.,M etode iterasi G:wss atau J acobi.
3. Metode iterasi G '-l uss-Sc i del
4. Metode relaxasi
Di bawah ini akan d ibahas beberapa dari m etodc yang telah
d isebutkan di atas.

Dari persamaan ( 1 .58) :


1.3 . 3. METODE INVERSI MATRIX.

[ A] . { X} = { B}
diperkalikan d e ngan [A] - !
(A ( 1 [A ] { X} = ( A ] - l {B}

[ I ] { X} = [ A f 1 {B}

{ X} = (A ] - l -{ B } (I . 5 9)

36
Contoh :

=
Dinyatakan secara m atrix :

l
[: { � } {: }
3

-2 I
)
T
X B
i T
A

[A] = [: 3
1
==
-2
J
/AI 2 ( -2 ) - 3 . 3

-
- 13

(A ]-1 =
1
-=-13
[ l : -2

-3

2 3
n 13
=

3 2
n 13

{ s}
==t
r 71
4 /

{ x} =
[A ( 1 • { B}

jJ
2 ]__ 7
X
n 13
= -

y 3 2
13 l3

26

I
X
= I3

y
13
l3

D engan demi kian didap at :


X = 2

y
1.3.4. METODE CRAMER
D ari persamaan ( 1 . 5 8) :
[A] { X} = { B}
.

D engan metode Cramer akan didap at :


I
( 1 . 60 )
D.
X .I = -
D
dim ana: Xi = menyatakan "bilangan anu" ke-i yang akan di cari
D 1· = menyatakan determinan dari matri x koefisi en yang
sudah diubah, yai tu dengan mengganti kolom ke-i
dengan kolom "konstanta" { B }
D = menyatakan determinan dari m atri x [A]
Contoh :
2 x + 3 y = 7

3 X 2 y = 4

Dinyatakan secara matri x :

[ : _: l { : } { : }
"T t i
A X B

38
[A]

{ B}

D I AI
2 (-2) - 3 . 3

= -13

r---,
I 7 I
I I
3
=
: I
I 4I
-2
L _-l

7 ( - 2) -
3 .4

=
- 26

,-- ,

02
I
2 1
I
7 I
I
I
I

, j
3 : 4 :
_ _

= 2 . 4 - 3. 7

= -13

Jadi menumt rum us pada persamaan ( 1 .60) :


D.
I
X .I =

39
maka :
D
X1 = .J.
D

- 26
-1 3
=

= 2

D

D

=
-1 3
-1 3

D engan demikian didapat hasi l :


X =

y =

1 . 3.5. METODE GAUSS-JORDAN .


Metode ini adalah mirip dengan metode Gauss-J ordan pada proses
men c ari invers dari mat rix .
Contoh :
(!) . 2 X + 3 y = 7

3 X 2 y = 4

[: _: l {:} {:}
atau

T T T
A X B
40
Untuk m emudahkan operasi, dilakukan penggabungan matrix [AJ
dan { B} .
2 3 7
(A B] =
3 -2 4

Sekarang dilakukan operasi baris pada m atrix d i atas ini.

3 7
2 3 7 2 2
; (- 3 )
H( )
21
H
l
C/? �
3 -2 4 3 -2

'r
3 7 3 7
2
2 2 2 2
H ( - 13).
(./')

0 _ _!]_ _ .!J. 0
2 2

r - .,
3
2 I t-- x
I I
l 0 I

( - ...,. ) I
1
I I
2 I

! j I
I
H
12 I

(./') L-:_j
0

Dengan d emikian didapat hasil :

X = 2

y =

(2 ) . X + 3 y + 3 Z = -2

X + 4 y + 3 Z = 0

X + 3 y + 4 Z =
X -2
3 3

4 3 y = 0

4 z
3

T T T
A X B

3 3 -2

0
[A B) = 4 3

3 4

3 3 -2
(- 1 )
3 3 -2
(- 1 )
H 0 0 2 H
4 3 0 3 1
21
r--...:J
r--..._;

4 3 4
3

3 -8

1
3 3 -2 0
(-3) (-3)
H 0 0 2 H
0 0 2 1 3
12
0 0 3 r-......:J 0 0 L 3
j <---)

r-- - ,
-1 7 I
I I
I
0 0
I
I

I 2 I
I I
0
I
0

0 0 1 3 I
... _ _ - ..J

42
Dengan demikian didapat hasil :
X = -1 7
y = 2
z =
3

1.3.6. METODE ELIMINASI GAUSS.


Metode ini merupakan metode operasi baris juga untuk mencapai
suatu upper triangular matrix, untuk selanjutnya diselesaikan de­
ngan cara eliminasi.
Misalnya kita punya satu susun persamaan linier seperti di bawah
ini :
a X + a X + a
11 1
X
12 2
( 1 . 61 )
1 3 '3 1
=
b

a X + a X
22 2
( 1 . 62 )
2 3 '3 2
=
b

a X =
b ( 1 . 63 )
33 3 3

Bila dinyatakan secara m atrix :

a a a
11 12 13 1 1
:>'; b

a a
22 2 2•
0 X =
b
23
0 0 a X b
33 3 3

i T T
A X B
dim ana matrix [ A ] merupakan sa tu upper triangular m atrix.
Dari persamaan ( 1 .63) :
x =
b I a
3 33 33

Subsitusikan hasil ini ke persamaan ( 1 .62) :

X
2
= X
3 ) I a 22

43
Untuk �uatu sistim persamaan linier dengan n buah "bilangan anu",
akan didapat rumus umum :
x = b I a nn
n n
x.
I
L: a .I J. :X.J. ) I a .1 .1
I
=
(b. -

un t uk = n - s ampa i den gan 1 .

j + 1 s amp a i den ga n n . ( 1 . 6 4)

Uraian di atas ini ialah merupakan dasar pemikiran dari metode


eliminasi Gauss ini yang sebelumnya tentu saja harus didahului
dengan suatu operasi baris untuk mencapai satu matrix segitiga
atas (upper triangular m atrix).

( 1 ). X + 3 y + 3 Z = - 2
Contoh :

X + 4 y + 3 z = 0

X + 3 y + 4 z =

X
3 3
r 1 r 1 -z

'[: J r r
4 3 =

3 4

i i T
A X B

3 3 -2

[ A B ] = 4 3 0

3 4

3 3 -2 (- 1 ) 3 3 -2
H
4 3 0 3 1 0 0 2
,.. - .,
( - 1 ) ('..)

21 !L- -3-..J:
H
3 4 0 0

44
Dari hasil di atas :
z =
3
Kebet u l a n p u l a seca ra l an gs u n g d i da pa t
y 2
Bila harga dari y dan z disubsitusikan ke baris pertama :
X + 3 y + 3 z =
-2

X + 3 (2 ) + 3 (3) =
-2

X = -17
Jadi : . X -1 7

y 2
z =
3

3 y
(2 ) .
4 X + + z = 13

X + 2 y + 3 z =
14

3 X + 2 y + 5 z =
22

4 3 X 13

2 3 y = 14

3 2 5 z 22

Dengan menukar p osisi baris 1 dan 2. akan dida p at :

2 3 X 14

4 3 y =
13

2. 3 2 5 z 22

2
T T T
3
_ ..,
A X B
__
\
..

45
2 3 14

[ A B ] 4 3 13

3 2 5 22

2 3 14 (-4 ) 2 3 14
Hzl

4 3 13 ( - 3) 0 -5 - 1 1 -43

3 1
H
3 2 5 22 0 -4 -4 -2�

1J
2

I�
3 14 2 3 14
11 43 l l 43
4)
5
0
H (
(- 1 /5)
H 5 5 5
2 3 2
(__../'") 0 -4 -20 24 72
-4 0
5
0
l 5
,..--...._;

2 3 14
11 43
H
( 5 /2 4 ) 0
5 5
3
� 0 0 3

Subsitusikan ke baris 2 :
11 z
43
y + _ =
5 5
.

11
y +s . 3 = .il
5

y = 2

D ari operasi matrix di atas didapat :

z = 3
-+6
Subsitusikan ke baris I :

X + 2 y + 3 Z =
14
X + 2.2 + 3. 3 14
X

J adi didapat hasil :

X =

y =
2

z =
3

Lih at satu
1 .3 . 7 . METODE ITERASI GAUSS-SEIDEL.
susun persamaan linier seperti dituliskan dalam perset·
maan ( 1 .56) :
X + X + X + .. .. ...... + X
ll 1
a
l
a
l
a . a =
b
12 2 3 "3 ln n
X + X + X + ........ ... +
l
a a a
21 22 2 a x =
b
2 3 "3 2n n
a X + a X +
2
X + .. ......... + a X
1 3 n n
a b
3
=

3 2 2 33 3 3

a x + + +
n l
a x
n2 2
a x + a x - b
n 3 "3 • • • . • • • • • • •
nn n n

P ade� p1insi p nya persamaan di atas diubah bentuknya menjadi

X
- a X - a X . ..... - al X )
a
=
b -
1 1 12 2 1 3 "3 n n
11

X X X X ...... - a X
l 3 3 24 4
=
b - a - a - a
2 a 2 21 2 2n n
22

X =
b - a x - a x - a x - a x
3 a 3 3 1 1 3 2 2 3 4 4 3 n n
33

X
n 3 ·3
=
b - a x - a x - a x
n a n n1 1 n2 2
nn

( 1 . 65)
47
Langkah pertama ctimulai ctengan menganggap x2 = x 3 = x4 =
. . . .= xn = 0 , ctan ctengan subsitusi ke persamaan ( 1 .65), akan
ctictapat :
x b I a
l l 11
=

Basil ctari x 1 tersebut ctisubsitusikan kembali untuk mencari x 2 pada


persamaan ( 1 . 65), ctimana x 3 , x4 , . . , xn masih sama ctengan nol,
akan ctictapat
b - a x
a
X
2 2 21 1
22

Demikian seterusnya sampai ctictapat harga xn , ctan selesailah suctah


perhitungan pacta putaran pertama.
Hasil ctari putaran pertama ctisubsitusikan kembali pacta persamaan
( 1 . 65 ) menghasilkan perhitungan putaran kectua, ketiga . . . . . . . . . ,
ctan seterusnya, sehingga akhirnya ctihentikan setelah ternyata hasil
ctari putaran terakhir sama atau hampir sama ctengan hasil dari
putaran sebelumnya.

Contoh :
5 X + 4 y + 3 z =
12
4 X + 7 y + 4 z =
15

3 X + 4 y + 4 z =
11
Susunan persamaan cti atas bisa ctiubah :
X = - 0,8 y 0,6 z + 2,4
- 0 , 57 X 0 , 57 z + 2,14
y
z - 0 , 75 X + 2 ' 75
y

Putaran I : y = 0
z 0 (J )

menghasilkan , X = 2, 4

X 2,4
z 0 (2 )

menghasilkan y =
-0 , 57 . 2 , 4 + 2 , 1 4 = 0 , 722

48
X = 2 ,4

y = 0 ' 722 (3)

menghasilkan z = 0 , 228

Putaran l i :
y = 0 , 722
z = 0 , 228 (1 )

menghasilkan x = l , 685 6

X = 1 , 685 6

z = 0 , 228 (2 )

menghasilkan y = 1 , 05

X = l , 685 6

y = I , 05 (3)

menghasilkan z = 0 , 43

Pu taran Ill :

Diulangi langkah yang sama.

Putaran VII X = 0 , 99 y
=
1 , 06 z = 0 , 95

Putaran VI I [ X = 0 , 98 y
=
1 , 04 z = 0 , 97

I I 1
Putaran IX X = 0 , 99 y ::; 1 , 03 z = 0 , 98

Iterasi dihentikan.

49
Dari hasil iterasi di atas didapat hasil :
X 0 , 99

y 1 , 03
z 0 , 98

50

METODE MATRIX UNTUK ANALISA
STRUKTUR
2.1. PENGERTIAN UMUM

Metode Matrix adal ah suatu p emikiran b aru pada analisa struktur,


yang berk e m bang b ersam aan d engan m akin popu lern y a penggunaarr
komputer o tomatis u n tuk operasi-operasi perhitungan aritm atika.
Di dalam ilmu Mekanika T e knik, konstruksi y ang paEng sederhana
adalah k o nstru ksi statis terte n tu. Namu n p ada kebanyakan perenca­
naan te knis y ang nyata, konstru ksi y ang dij um p ai akan m empakan
struktur-struktur y ang cukup komplex. A n alisa suatu k onstruksi y ang
statis tertentu m e m ang akan dapat segera diselesaikan dengan hanya
m e nggunakan beberapa persamaan kesetim bangan. Misalnya kalau
ingin me nghitung gaya-gaya batang pada suatu rangka batang y ang
statis tertentu baik external m au p u n internal, m aka cukup m e m per­
gunakan persam aan-persam aan kesetim bangan u n tuk m en y elesaikan­
nya, tanpa p erlu m enghirauk a n d e form asi yang terjadi pada konstruksi
tersebut. Penyelesaian k o nstruksi y ang demikian ini hanya sering
dij u mpai pada persoalan teoritis y ang ada dibuku . Tidak demikian
halnya dengan konstruksi-konstruksi statis tak tentu, terlebih lagi
yang cukup komplex. Suatu konstruksi nyata y ang ada, p acta umum­
nya akan terdiri dari banyak bagian y ang kom plex. Geom e tri dari
elem e n-elem e n individu, atau struktur secara keseluruhan, sering k al i
tidak uniform d a n tid ak teratur. K onstruksi-konstmksi demikian
sudah tidak mungkin lagi diselesaikan hanya d engan m e m akai persa­
m aan-persam aan kese timbanga n , sehingga dengan demikian perlu dise­
derhanakan, diidealisir, dengan harapan agar dapat diselesaikan b e rda­
sarkan analisa m atem atik y ang sederhana, yaitu sedapat m ungkin
d al am hubungan persam aan-persamaan y an g linier. A n alisa stmktur
d engan m e tode m atrix telah m em berikan kemungkinan-kemu ngkinan
bagi proses idealisasi ini. Seperti diketahui, suatu hal yang utama
y ang berhubungan dengan p roses dari perencanaan struktur ialah
menganalisa apa akibat dari pembebanan gaya-gaya pada konstruksi
yang ditinjau. Tingkah laku dari konstru ksi ini pada umumnya b erhu­
b u ngan sangat erat d e ngan p eru bahan stress dan strain y ang terjadi
padanya. R esultante stress ini b isa dalam b e n tu k gaya dalam, yaitu
momen lentur, gaya lintang, gaya norm a l . m om e n torsi, se dangkan
strain bisa me nyatakan d e fo rm asi yang terjadi p ada konstruksi.
Dalam me nganalisa perubahan ben tuk ini. perhatian akan lebih baik
dipusatkan pada lendutan linier a tau anguler yang terj adi pada titik­
titik diskrit ( titik- titik putus ) dari konstruksi. Dengan demikian yang
perlu u ntuk dianalisa mula pertama ialah sifat dan tingkah laku dari
elemen-elemennya bila dibebani oleh gaya-gaya. Di sini bisa didapat­
kan keu ntungan bahwa hasil analisa satu elemen, dapat dip akai u n tu k
elemen-elemen lain yang sejenis. Kemudian digabu ngkan sifa t-sifat

53
dari elemen itu dalam satu model matematik dari konstruksi. dan
mt:nyatakannya dalam suatu kondisi yang tergabung, di m ana dalam
hal ini syarat kompatibiliti dari segi geometrik konstruksi harus
sudah dipenuhi. Di samping itu, syarat kesetimbangan statis hams juga
terpenuhi, baik dipandang dari segi seluruh konstruksi maupun untuk
masing-masing elemen. Setiap elemen dari konstruksi harus berada
dalam kesetimbangan sebagai akibat dari semua gaya yang bekerja
padanya, baik itu beban-beban luar. atau gaya reaksi, maupun juga
gaya-gaya yang datang dari elemen-elemen tetangganya.
Bila proses ini sudah diselesaikan, maka tingkah laku dari konstruksi
keselumhan yang disebabkan oleh bekerjanya gaya-gaya luar akan
bisa ditentukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan di sini, bahwa hal yang utama


dalam analisa struktur untuk menentukan baik itu deformasi ataupun
stress yang terjadi pada stru�tur, ialah sampai se jauh mana sudah
diketahui sifat karakteristik hubungan gaya dan deformasi dari ele­
emen-elemen struktur, dan memaksakan terpenuhinya semua syarat
komp atibiliti dan kesetimbangan.
Jadi. tiga hal mendasari analisa ini. yaitu:

\. kesetimbangan
1
hubungan stress dan strain, atau gaya dalam dan deformasi
3. kompatibiliti, atau kontinuitas dari deformasi.

Dalam analisa matrix ini, dikenal dua c ara, yaitu :


1. metode kekakuan (stiffness method, atau displacement method)
2. metode f1eksibilitas (flexibility method, a tau force method).
Kedua metode ini masing-masing akan diuraikan lebih lanjut pada
pasal di bawah ini.

2.2. METODE KEKAKUAN


Dengan metode kekakuan ini sebenarnya dicari hubungan gaya dengan
lendutan. atau dinyatakan secan1 matematis :

{Q} [K]. {D} (2.1)

{Q} menyatakan gaya-gaya yang timbul pada titik-titik diskrit akibat


diberikannya lendutan {D} pada titik-titik tersebut.
Tentu saja gaya {Q } adalah gaya yang koresponding dengan lendutan
{ D}. Sedangkan [ K] menyatakan kekakuan dari struktur.
'vletode kekakuan ini juga disebut metode lendtltan (displacement
method L karena analisa dimulai dengan "Jendutan ''. sehingga dt:ngan

54
demikian uru tan kerjanya secara garis besar adalah sebagai berikut :
1 . kompatib iliti; yaitu mencari hubungan an tara deform asi dengan
lendutan. atau secara t egasnya mencari d e form asi apa y ang t erj adi
'
pada elemen-elemen dititik-t i t i k ct i skrit akibat diberikannya len­
dutan pada struktur dititik-titik tersebu t;
.., persam aan hub ungan stress dan strai n . yaitu mencari hubungan
mengenai gaya-gaya dalam yang timb ul sebagai a ki b at adanya de­
formasi pacta eleme n-elemen struktur terse but;
3. keset i m b angan: langkah terakhir y ang m e n ya takan hubu ngan gay a
luar d i titik diskrit dengan gaya-gaya d alam . atau m e ncari b erapa
besar gaya luar diuj u ng elem e n yang tepat diim b angi oleh gaya­
gay a dalam elemen d ititik-titik diskrit.
Dengan m e nggabung ketiga langkah ini, akan didapatkan hubu ngan
gaya dan lendutan sebagai dinyatakan oleh p ersam aan (2.1 ).
Perlu kiranya ditam bahkan di sini. karena m e t o de kekakuan ini anali­
sany a dimulai dengan lendutan, kem udian mencari hubungan p acta
gaya-gaya yang tim bul dititik-titik diskrit, m aka akan sangat me ng­
untungkan untuk m e m akai m e tode ini menganalisa suatu konstruksi
dim ana ketidak-ten tuan kin e m a tisnya (yang b erhubungan erat dengan
deraj a t kebebasan atau degree of free dom ) adalah lebih kecil bila di­
ban dingkan dengan ketidak tentuan statisny a. Dengan dem ikian,
konstru ksi-konstruksi statis tak tentu yang sering dijum p ai pada
umumnya. akan lebih me ngu n tu ngkan b ila dianalisa dengan metode
kek akuan ini . kare n a umumnya konstruksi-konstruksi ini mempunyai
derajat ketidak-tentuan statis yang besar.

2.3. METODE FLEKSffiiLITAS.


Prinsip dari m e tode fleksibiltias ini adalah ke balikan dari m et ode
kekakuan.
Dengan m e t od e ini dicari hubungan lendutan dan gaya, a tau din y a­
takan secara m atem atis :

{D} = [F]. {Q} (2.2)

{ D} m e nyataka n knd u tan d it i ti k d is krit yang korespo nding dengan


gaya { Q}. [ F ] men y atakan fleksibilitas d ari struk tur.
\lle tode tleks i b ilitas i n i juga dise b u t sebagai metode gay a (fo
rce
method ) karen a anal isa dirnulai dengan ''gaya··. yai t u gaya-ga ya diti
tik
dis krit. Ini ad alah kebalikan dari m e tode kekakuan . sehingga u rutan
kerja analisa secara garis besar dalah sebagai b e rikut :
I. kese t i m bangan : yaitu berdasa rkan prinsip kese t im bangan menghi
­
tung gaya d alarn y ang timbul pada elemen -e lemen struktur a kihat

55
..

bekerjanya gaya-gaya luar dititik-titik diskrit; atau dengan kata


lain dicari hubungan gaya dalam dan gaya luar:

,., persamaan hubungan strain dan stress; yaitu mencari hubungan


mengenai deforrnasi yang terjadi pada elemen akibat adanya gaya­
gaya dalam tersebut:

3. kompatibiliti: yaitu mencari hubungan antara lendutan yang ter­


jadi pada struktur dititik-titik diskrit, ctengan deformasi yang
timbul pacta elemen-clemen struktur, dimana antara lendutan ctan
deform�!si harus memenuhi syarat kompatibiliti. Di sini ctituntut
kontinuitas dari cteforrnasi yang terjacti pacta elemen-elemen
struktur.

Dari tiga langkah ini, akan dictapat suatu hubungan seperti yang ctinya­
takan oleh persamaan (2.2).

Sebagaimana uraian pacta pasal sebelumnya, perlu kiranya ditam bah­


kan di sini. bahwa karena metode ini dimulai dengan analisa kesetim­
bangan gaya untuk mencari gaya dalam sebagai akibat bekerj:mya
gaya-gaya luar. maka metode f!eksibilitas ini akan lebih sesuai bila
digunakan untuk menganalisa konstruksi dengan derajat ketictak-tentu­
an statis yang keciL atau konstruksi-konstruksi yang statis tertentu.
Hanya sayangnya konstruksi semacam ini tictak banyak ctijumpai pada
perencanaan struktur yang nyata.

2.4. BEBERAPA CONTOH PERBANDINGAN

Di h�1wah !ni diberikan beberapa contoh alternatif analisa dengan


metocte fleksibilitas dan metocte kekakuan.

56
A�
(1)

l I t 1 J. �; ; ! I rnl_B
'
i

I metode fleksibilitas
1 metode k ekakuan

I (force method) (displacement method)

k etidak-tentu -
I 1
an statis
I
ketidak-tentu
an k inemat is
-
I
I
1

� I
'

t- . - ·�-- -1 -0 �----��--� -� -fT-< ) :-Q--


_il _l_<-:-�:--:
s::ruktur

- �:�-:-:·- - ----+1----�-, ..-t


I '
-�,.
j
- .L-J
- -.._-
-._ ; -�
--
h .-

a �
pertama

1
q£4 1 2
D =
NI Q =
- IT qi

Langkah
K.D
kedua

+ --
4EJ
K =
£

Kompatibi1iti
D + FQ = 0

-
3
'B'
Q = qi

Q+KD = 0
Kese t i mbangan
ot3

=
D 1i8ET

i..i-'1-i!_t_:�j'�
Hasi 1 anal i sa
4iJ>·r
ij
·.
-
or' /
�_,., .

i
I
L.BEI

mendapatkan besar gaya mendapatkan oesa r· 1 en­

diujung elemen dutan diujung elemen

57
(2 )

1
t
2 .

! tode fl eks i i 1 metode kekakuan


1
me

�1.•
b 1 i tas
1 (force method)
' �:����·�--��;tu:-11- · (displacement method)
l, I
_

I statis -t
I
I

I
entuan
1
--
1!
.II
� i : 3 --
:�:� :
I L hl � fr----l I
Struktur dasar _..

-� Langkah pertaf!\3 �'!:2���it� �x-=-�


1 �

Q
�� �:} (t�tr;
lH I H d1 �v l
=
q£.4
-
1
3
=' I
50'+
0 1
El QA Q8c=Tiq(2£.) 2

I
1, = _!_ q. £.2
48
1
QsA = Q c
2
- w ot

1

�Q� (.�·DB �C /
=

I I

D�
'-"----- - tFQ
._L_a_n__k_a_h_k_e_d _u_
a __._____ _--:----- --

','¥iS� --;\
j
� , \
I
g tQ •
.

i o"t:
� .-- ..I'
QBc - DC'�/
..-- -w "' . ,
,,
,._-
__
, I

/ Q� = KAADA
·

I
--- os
.e3 - -
+ KAsDs
F =
'48EI
II
I
I

Q'sA = KsADA+KssDs
I
!I
Q' se = KssDs + Ksc De
Q'c = Kc8Ds+ Kcc De
1'
I KAA=Kss=Kcc= �
I
I
=
BE I
..!.. £ £
I
2
2E I
KAs=KsA=Ksc=Kcs=
-'- £
2

4E I
k

58
]
Kompa t i b i 1 i ti D + FQ =
0

Q - � qt

0 ,1> I
,.,,
\LJ

Q + Q' = 0 (3)
C c

I Da ri (1). (2) dan (3)

384 El


I
t'J:..Ll.Ll
- -

Has i I ana 1 i sa

UJ J
JF___ ___.:::''21..

�q
8 L

mendapatkan besar g� mendapatkan besar 1endut­

ya dititik diskrit an dititik diskrit

59
(3)

UJ¥lUJ.lt �
q

J
A t l! H t� B

x--'2::___--7
_!_i _!_i
2

'

I metode fleks i b i 1 i tas


(force method)
met ode kekakuan
(displacement method)


I
I

ke t idak tentuan

I
3 I
stat is

1 kwdek

ti:�"
I Langkah pertama

- --- ---T
I
Laogkah ked"'

D' F AAQA+F ABQB+FA CQC


A
D' FBAQA+FBBQB+FBCQC KBB.DB
B QsA
D' F CAQA+FCBQB+F CCQC KBB. 0 B
c Qsc
F AA
£
KBB =�=�
�3fT 2
1
i .!.
=-
FBA = _i_ 2
F AB l6E!
£
- ;:: =+-
FAC
=

. CA 6EI
£
FBB
= 1iEET
.2.2
F +
BC F CB "i6fl
t
Fee 3IT

60
DA + D'A =
---:-----· -,---
Kompa t i b i I i t i 0 tJ)

DB + D'B = 0 (2)

DC + D'c = 0 (3)

Oar i (I)' ( 2 ) dan (3):

=
QA
1
+
2
1iE" qi

QB
= -
1
qi
2

<le
1 2
=- 1jg" qt

Kese t i mbangan
QBA + QBA + QBC + Q8c=o

DB = 0

Has i 1 ana1isa

(� L2
� =r-___,> v � ..
... __ __......->::zs:
DB• 0
..... ___ ..... �

i-Bq �.(..
I

l..q!. 2
48

I
rnendapatkan besar g� mendapatkan be sa r 1endu_!

va-gaya d it i t ik dis- an d it it ik diskrit


I
krit
I
I

61
hd1 apal<ah sebenarnya m erode kekakuan itu ')
.
M ula mula d iadakan ''ke kangan-ke kangan . . sehingga struk tur tidak
-

dapat bergerak pada waktu dibebani.


Ha! tersebut menjam in tercapain ya kondisi kom patibiliti, tetapi gaya­
gaya dalam tidak seimbang, karena diperlukan gaya-gaya luar untuk
m encegah perpindahan-perpindahan .
Selanjutnya "kekangan-kekangan" dihilangkan, satu demi satu. untuk
mempertahankan kondisi kom patibiliti dan mengem balikan kondisi
keseim bangan stru kt ur tersebut.
Ha! ini dilakukan dengan memecahkan satu susun persamaan-persama­
an keseimbangan.
Hal-hal yang tidak diketahui adalah lendutan dari struktur.
Tidak diperlukan "j udgement yang sulit" untuk m enentukan bagai­
mana stmktur harus dipoto ng-potong.
Untuk struktur-struktur yang besar dan komplex. m etode ini lebih
mengun tungkan. dengan alasan-alasan :
Dengan cara ini, pekerj aan dapat dikurangi m enjadi suatu rutin
yaitu me nyatakan struktur dan sistim pembebanannya.
Kemaj uan kom puter-komputer pada akhir-akhir ini sangat besar
dan b iaya pemakaian kom p uter m aki n hari m akin rendah.
Dan apakah pula s e b c narn y a metode t1eksibilitas itu ?
Perhitungan dimulai dengan mengambil suatu sistim gaya luar dan
gaya dalam yan g berada dalam kesetimbangan.
Sda n j ut nya sistirn tersebut disesuaikan agar benda tetap dalam kcse­
tirnban g an dan kondisi kompatibiliti tercapai.
Struktur statis tak tertentu harus d ijadikan stati s tcrtentu Jengan
jal::m rnem oton g- m o tong s truk t ur ters ebu t .
" "

Selanjutnya gaya-gaya d a n lendu tan pada potongan p oton gan ter­


" - "

se but disesuaikan (kondisi kompatibiliti) satu derni satu. sehingga


bentuk asli struktur dapat dipulihkan.
Hal-hal yang t idak dike tahui adalah gaya-gaya yang diperlukan untuk
m en g gab u ng kan struktur menjadi u tuh kem bali.
Untuk dapat memakai metode fle ksib ili ta s ini diperlukan Engineering
Skilluntuk mcrancang suatu pemecallan yang effisien.

62

Anda mungkin juga menyukai