Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMETAAN SUMBER DAYA LAHAN


( Mengenal Alat-alat Utama Ukur Wilayah, Mendirikan, Membidikkan dan
Membaca Alat Ukur Waterpass)

Oleh:
Kelompok : 4 ( Empat )
Kelas/ Hari / Tanggal : A2 / Senin / 27 September 2016
Nama dan NPM :1. Andri Widiyanto (240110150040)
2. Elviera Rahmadina (240110150045)
3. Muammar Fathan G (240110120047)
4. Lisa Oktavia Br N (240110150057)
5. Muhammad Wibangga (240110150058)
6. Rizqi Fadilah A (240110150061)
7. Tiara Putri Dwi D (240110150063)
Asisten : 1. Agung Ridwan
2. Encep Farokhi
3. Leni Nurliani
4. Novan Hermawan
5. Risti Kartikasari
6. Saepul Rohman

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemetaan sumber daya lahan atau ilmu ukur wilayah didefinisikan sebagai
penggambaran dua dimensi suatu wilayah dengan skala dan aturan tertentu yang
bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca dalam bentuk gambar
ataupun maupun data. (Frick Heinz . 1974)
Salah satu alat ukur yang sering digunakan dalam ilmu ukur wilayah yaitu
waterpass. Alat tersebut digunakan untuk memperoleh pandangan mendatar atau
mendapatkan garis bidikan yang sama tinggi, sehingga titik-titik yang tepat
dengan garis bidik/bidikan akan mempunyai ketinggian yang sama. Dengan
pandangan mendatar ini dan diketahuinya jarak dari garis bidik yang dapat
dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik-titik tertentu, maka akan
diketahui atau ditentukan beda tinggi atau ketinggian dari titik-titik tersebut.
Alat ukur waterpas ini dapat dikatakan sebagai alat yang tidak berdiri sendiri,
karena pada menggunaannya diperlukan kelengkapan alat lain. Kelengkapan alat
ini ada yang tergolong mutlak harus ada atau kelengkapan utama dan ada yang
tergolong sebagai tambahan. Kelengkapan utama adalah kaki tiga atau statif.
.Aplikasi dari ilmu ukur wilayah dan pemetaan yaitu dalam melaksanakan
suatu bangunan dengan perencanaan. Pengukuran yang tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan menjadi hal yang sangat utama, karna akan berdampak
pada hal yang berkelanjutan.
Pada praktikum kali ini praktikan diharuskan dapat menggunakan alat ukur
waterpass yaitu membidik dan menghitung jarak tertentu dengan baik dan benar
serta memberdirikan alat kelengkapan lainnya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi beberapa peralatan utama ukur
wilayah dengan benar.
2. Mahasiswa mampu mendirikan dan membidikkan alat waterpass dan
membaca hasilnya dengan cepat tepat dan benar.
3. Mampu menunjukkan dan menuliskan bagian-bagian utama dengan benar.
4. Mampu menuliskan fungsi dan menggunkan bagian-bagian utama alat
ukur waterpass dengan lengkap dan benar.
5. Mampu memasang alat ukur waterpass diatas kaki tiga dengan baik.
6. Mampu membidikkan alat ukur waterpass ke sasaran dengan cepat, tepat
dan benar.
7. Mampu mendirikan alat ukur waterpass di suatu titik dengan cepat, tepat
dan benar.
8. Mampu melakukan pembacaan sudut dan benang stadia dengan cepat,tepat
dan benar.

1.3 Peralatan yang digunakan


Peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Alat tulis, untuk mencatat data hasil pengukuran di lembar formulir
pengukuran jarak dan sudut.
2. Kalkulator, untuk menghitung perhitungan dari praktikum.
3. Meteran, fungsinya sebagai alat untuk mengukur panjang, dengan posisi
tegak lurus.
4. Patok, fungsinya sebagai ciri atau tanda suatu tempat dan penunjuk arah
utara.
5. Penggaris, untuk membuat sketsa.
6. Rambu ukur, fungsinya sebagai titik patokan dalam pengukuran
mengguanakan waterpass.
7. Tripod (kaki tiga), fungsinya sebagai penegak atau mendirikan alat
waterpass yang disimpan diatas tripod (kaki tiga).
8. Unting-unting, fungsinya sebagai penunjuk tegak atau tidaknya alat yang
didirikan.
9. Waterpass, fungsinya sebagai alat pengukur beda tinggi dan sudut.

1.4 Prosedur Praktikum


1.4.1 Prosedur Pengoperasian Alat
1. Membuka kaki tiga dari ikatannya
2. Mendirikan kaki tiga dengan cara membuka klem penguncinya,
meninggikan kira-kira setinggi dada, kemudian mengunci kembali.
Merenggangkan ketiga kakinya hingga membentuk segitiga sama sisi.
3. Mengeluarkan alat ukur waterpass dari tempatnya, kemudian
memasangnya diatas kaki tiga yang sudah disiapkan dengan cara
memasang skrup di kepala kaki tiga ke lubang skrup yang ada di
waterpass cukup kuat.
4. Memasang unting-unting dibagian bawah kepala kaki tiga.
5. Mendirikan alat yang sudah disiapkan diatas titik pengukuran
6. Mengatur kaki tiga mendekati bentuk segitigia sama sisi. Kemudian
memerhatikan kepala kaki tiga sedater mungkin dan unting-unting
tepat diatas setitik pengukuran, untuk mendapatkan posisi unting-
unting tepat diatas titik pengukuran, dapat dilakukan dengan
menggeser atau memanjangkan satu persatu dari kaki tiga dengan tetap
memerhatikan kepala kaki tiga dalam keadaan mendatar.
7. Mengatur posisi teropong sejajar dengan dua buah skrup pendatar
sampai gelembung nivo ada di tengah kotak.
8. Memutar kedua skrup tersebut keatas atau kebawah
1.4.2 Prosedur Pembidikkan
1. Mengarahkan teropong ke sasaran dengan visir terlebih dahulu, berupa
rambu ukur yang didirikan tegak diatas titik yang akan diukur.
2. Mengarahkan teropong ke sasaran dengan gerakan kasar (putar pada
porosnya), pembidikan dilakukan melalui visir dan diharapkan sasaran
sudah terlihat .
3. Menempatkan benang diafragma tegak ditengah rambu ukur dengan
skrup gerakan halus horisontal (pengaturan dilakukan melalui
teropong).
4. Melakukan pembidikkan dengan tiga posisi rambu ukur yang berbeda
5. Membaca dan mencatat skala pada rambu ukur (BA, BB, dan BT) pada
lembar survey
6. Jarak antara waterpass dengan rambu ukur diukur dengan
menggunakan meteran
7. Point 1 5 dilakukan kembali untuk bidikan 2
1.4.3 Prosedur Pengukuran Sudut
1. Alat ukur sipat datar didirikan di atas titik I oleh praktikan A dan siap
dibidikkan (sudah tepat di atas titik dengan bantuan unting-unting/
centering dan sesuai ketentuan alat)
2. Rambu ditempatkan di titik I oleh praktikan B, penempatan rambu
harus tegak dapat dibantu dengan nivo
3. Teropong alat sipat datar diarahkan pada rambu ukur dan benang
vertikal diafragma ditepatkan pada tengah-tengah rambu dengan
pertolongan sekrup penggerak halus horizontal
4. Bacaan skala horizontal pada waterpass dibaca dan dicatat pada lembar
survey (bacaan 1)
5. Teropong diputar searah jarum jam dan diarahkan ke target di titik bidi
2 dengan cara yang sama seperti point 3. Skala lingkaran horizontal
dibaca dan dicatat (bacaan 2)
6. Sudut antara dua titik dapat dihitung dengan
Sudut 1-2 = bacaan 2 bacaan 1
7. Sudut dalam dan sudut luar dihitung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Waterpass
Waterpass adalah alat ukur sifat datar, yaitu alat yang digunakan untuk
memperoleh pandangan mendatar, sehingga dapat mengetahui titik yang sama
tingginya atau membedakan ketinggian antara kedua titik atau lebih. Apabila pada
teropong dilengkapi dengan benang stadia, yaitu benang yang mengapit dan
sejajar dengan benang diafragma mendatar, alat ini dapat digunakan pula sebagai
alat ukur mengukur jarak dan apabila dilengkapi dengan lingkaran berskala, alat
inipun dapat berfungsi sebagai alat untuk mengukur sudut horisontal. (Gunawan
Nawawi dan Kharistya Amaru.2013 )
Fungsi dari bagian-bagian yang terdapat pada waterpass adalah sebagai berikut:
1. Teropong berfungsi untuk membidik. Didalamnya terdapat lensa obyektif,
lensa okuler , benang diafragma yaitu dua benang silang dan benang stadia
2. Lensa pembacaan sudut horisontal, berfungsi untuk memperbesar dan
memperjelas bacaan sudut horisontal.
3. Sekrup A,B,C, berfungsi untuk mengatur kedataran pesawat (sumbu I
vertikal).
4. Sekrup pengatur fokus teropong, berfungsi untuk memperjelas obyek yang
dibidik.
5. Sumbu tegak berfungsi agar teropong dapat berputar kea rah horizontal
(tidak nampak)
6. Pelindung lensa obyektif, berfungsi untuk melindungi lensa obyektif dari
sinar matahari secara langsung.
7. Lensa obyektif, berfungsi untuk menerima obyek yang dibidik.
8. Klem aldehide horisontal, berfungsi untuk mengunci perputaran pesawat
arah horisontal.
9. Sekrup penggerak halus aldehide horisontal, berfungsi untuk menggerakkan
pesawat arah horisontal secara halus setalah klem aldehide horisontal
dikunci agar kedudukan benang pada pesawat tepat pada obyek yang
dibidik.
10. Sekrup pengatur sudut, berfungsi untuk mengatur landasan sudut datar.
11. Visir, berfungsi sebagai alat pengarah bidikan secara kasar untuk
mempercepat pembidikan obyek.
Kegunaan waterpass diantaranya memperoleh pandangan mendatar atau lurus,
menentukan beda tinggi, bila dilengkapi benang stadia dapat mengukur jarak, dan
bila dilengkapi lingkaran horisontal berskala dapat mengukur sudut horisontal.
Tiga syarat untuk alat ukur waterpass untuk memperoleh pembacaan yang baik
adalah :
- Garis bidik sejajar garis nivo
- Sumbu vertikal harus betul-betul tegak
- Garis mendatar diafragma harus betul-betul mendatar

2.2 Rambu Ukur


Dalam ilmu ukur tanah, banyak sekali alat ukur yang digunakan dalam
berbagai macam pengukuran. Ada berbagai macam pengukuran, yaitu pengukuran
sipat datar, pengukuran sudut, pengukuran panjang, dan lain-lain. Alat ukur yang
digunakan pun ada yang sederhana dan modern, yang masing-masing bekerja
sesuai dengan fungsinya.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa permukaan bumi ini tidak rata, untuk itu
diperlukan adanya pengukuran beda tinggi baik dengan cara barometris,
trigonometris ataupun dengan cara pengukuran penyipatan datar. Alat yang
digunakan dalam pengukuran sipat datar salah satunya adalah rambu ukur.
Rambu ukur dapat terbuat dari kayu, campuran alumunium yang diberi skala
pembacaan. Ukuran lebarnya 4 cm, panjang antara 3m-5m pembacaan dilengkapi
dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter. Umumnya dicat
dengan warna merah, putih, hitam, kuning. Selain rambu ukur, ada juga waterpass
yang dilengkapi dengan nivo yang berfungsi untuk mendapatkan sipatan mendatar
dari kedudukan alat dan unting-unting untuk mendapatkan kedudukan alat
tersebut di atas titik yang bersangkutan. Kedua alat ini digunakan bersamaan
dalam pengukuran sipat datar. Rambu ukur diperlukan untuk
mempermudah/membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan
permukaan tanah. (Yogie, 2010)

Gambar 1. Rambu Ukur


(Sumber : Yogie,. 2010)

Kesalahan yang sering terjadi dalam penggunaan rambu ukur adalah sebagai
berikut:

1 Garis bidik tidak sejajar dengan garis jurusan nivo.


2 Kesalahan pembagian skala rambu.
3 Kesalahan panjang rambu.
4 Kesalahan letak skala nol rambu.

2.3 Kaki Tiga


Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga
kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing ujungnya
runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi
rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri. Seperti tampak
pada gambar dibawah ini. (Frick, H. 1979)
2.4 Pengukuran
Pengukuran merupakan suatu usaha untuk menentukan nilai suatu besaran
dalam bentuk angka (kwantitatif). Mengukur adalah membandingkan parameter
pada obyek yang diukur terhadap besaran yang telah distandarkan. Sedangkan
ilmu ukur wilayah merupakan ilmu, seni, dan teknologi untuk menyajikan bentuk
permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang
yang dianggap datar.
Terdapat tiga metode pengukuran yang digunakan dalam ilmu ukur wilayah,
yaitu metode pengukuran kerangka dasar vertikal, pengukuran kerangka dasar
horizontal, pengukuran titik-titik detail (Frick, 1979)
a Metode Pengukuran Kerangka Datar Vertikal
Metode Sifat Datar, yaitu metode paling teliti dibandingan dengan
trigonometris dan barometris, prinsip dasarnya yaitu mengukur tinggi
bidik alat, sifat datar optis di lapangan menggunakan rambu ukur.
Metode Sifat Datar Trigonometris, prinsip dasarnya dengan mengukur
jarak langsung, tinggi alat, tinggi benang tengah rambu, dan sudut
vertikal.
Metode Sifat Datar Barometris, prinsipnya adalah mengukur tekanan
atmosfer.
b Metode Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal
Metode Poligon, merupakan bentuk yang paling baik dilakukan pada
bangunan karena tidak memperhitungkan bentuk kelengkungan bumi
yang pada prinsipnya cukup ditinjau dari bentuk fisik lapangan dan
geometriknya
Metode Triangulasi, merupakan pengadaan titik-titik kerangka dasar
horizontal yang pengukurannya menggunakan cara triangulasi.
Metode Trilaterasi, yaitu serangkaian segitiga yang seluruh jarak-
jaraknya diukur di lapangan
Metode Kuadrilateral, yaitu kombinasi dari metode Triangulasi dan
Trilaterasi yang jarak dan sudutnya diukur di lapangan
c Metode Pengukuran Titik-titik Detail
Merupakan pengukuran menggunakan alat optis, elektronis, dan digital.
(P.Muda, 2014)

2.5 Mengukur selisih sudut horisontal


Secara definisi sudut horisontal adalah merupakan sudut yang dibentuk oleh
selisih dari dua arah. Besaran Sudut dapat ditentukan dari selisih pembacaan skala
lingkaran yang terdapat pada arah yang berbeda tersebut, baik secara horizontal
maupun secara vertikal.

Gambar 2. Sudut Horisontal


(Sumber : Wahyudi Noor,2006)

< = bacaan PA bacaan PB


Pengukuran jarak dengan alat ukur waterpas merupakan pengukuran sipat
datar, jarak mendatar diperoleh dari hasil bacaan benang diafragma dengan
persamaan berikut:
J = c (BA BB)
J : jarak mendatar (cm)
BA : Bacaan benang atas (cm)
BB : Bacaan benang baawah (cm)
C : konstanta alat = 100
Andri Widiyanto
240110150040

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Tabel Hasil Pengukuran
Bacaan Muka Besar
Tem Titik Sudut Sudut Beda
Tinggi Jarak
pat Bidi Horizon Antara Tinggi
Alat (m) BA BB BT (m)
Alat kan tal dua (m)
titik)
1 30,7 30,05 29,4 0 0 13 -1,64

1,36 2 39,2 38,7 38,2 32 32 10 -2,51


1

3 40,2 39,7 39,2 73 41 10 -2,61

Tabel.1 Data Hasil Praktikum, 2016


3.1.2 Hasil Perhitungan
I. Andri (40)
J1 = c (BA BB) Beda tinggi 1 = Tinggi alat BT
J1 = 100 (30,7 29,4) = 1,36 - 30,05
J1 = 13 m = -1,64 m

J2 = c (BA BB) Beda tinggi 2 = Tinggi Alat BT


J2 = 100 (39,2 - 38,2) = 1,36 - 38,7
J2 = 10 m = -2,51 m

J3 = c (BA BB) Beda tinggi 3 = Tinggi Alat BT


J3 = 100 (40,2 - 39,2 ) = 1,36 - 39,7
J3 = 10 m =- 2,61 m

3.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini membahas mengenai membidik dan mendirikan alat
menggunakan waterpass. Pertama diawali dengan set up ataupun mendirikan alat
ukur dengan syarat pemasangan tripod harus sama tinggi dilanjutkan dengan
memasang unting unting harus sejajar dengan benchmark yang telah ditetapkan
pada suatu wilayah, karena jika tidak garis bidik dan nivo kotak tidak akan sejajar
dan menyebabkan kerancuan pada saat pembidikan maupun pengambilan data
ukuran.
Setelah pemasangan alat ukur selesai dilanjutkan dengan membidik rambu
ukur yang ditetapkan dalam 3 benchmark maupun patok tujuannya untuk mencari
data Bacaan Atas (BA), Bacaan Tengah (BT), Bacaan Bawah (BB), Sudut
Horizontal, Besar Sudut antar 2 Titik, Jarak, dan H. Untuk menghitung data
Bacaan Tengah (BT) bisa dihitung dengan data Bacaan Atas (BA) dikurangi data
Bacaan Bawah (BB). Dimulai dengan pembidikan terhadap rambu ukur (patok 1)
dengan sudut diputar terhadap 0 derajat terlebih dahulu dan agar bayangan yang
dihasilkan lensa tidak buram bisa mengatur fokus bidikan dengan cara
memutarnya.
Menghasilkan data Bacaan Atas (BA) sebesar 30,7 dan Bacaan Bawah 29,4
dengan sudut horizontal sebesar 0. Dilanjutkan dengan pembidikan ke 2 terhadap
rambu ukur (patok 2), karena patok 2 ini jaraknya sedikit berjauhan dengan patok
1 maka waterpass bagian atas di putar searah atau sejajar dengan rambu ukur
(patok 2) lalu putar skrup gerakan halus horizontal. Data kedua menghasilkan
Bacaan Atas (BA) sebesar 39,2 dan Bacaan Bawah 38,2 dengan sudut horizontal
sebesar 32 derajat. Selanjutnya terakhir pembidikan terhadap rambu ukur (patok
3), data yang didapat untuk Bacaan Atas (BA) sebesar 40,2 dan Bacaan Bawah
(BB) 39,2 dengan sudut horizontal 73 derajat.
Lalu setelah data Bacaan Atas (BA), Bacaan Bawah (BB), dan Sudut
Horizontal didapat, selanjutnya menghitung Besar Sudut antar 2 Titik, Jarak, dan
H. Menghitung jarak dengan rumus S = C (BA BT). Hasil untuk jarak pada
data pertama sebesar 13 m, data kedua 10 m, dan data ketiga 10 m. Berbeda
dengan hasil yang diberikan oleh asisten praktikum yaitu data pertama sebesar 12
m, data kedua 9m, dan data ketiga 9m. Perbedaan data keseluruhan yaitu 1 m.
Untuk Besar Sudut antar 2 Titik hasilnya data pertama 0, data kedua 32, dan
data ketiga 41. Hasil asisten praktikum yaitu data pertama 0, data kedua 28,
dan data ketiga 45. Untuk data pertama sama, dan sisanya berbeda. Lalu
perhitungan H dengan rumus ( H = hi-BT ) dimana hi adalah ketinggian dari
tanah hingga waterpass untuk data pertama yaitu -1,64 meter, data kedua 2,51
meter, dan data ketiga 2,61 meter. Data delta h yang diberikan oleh asisten
praktikum yaitu data pertama 1,7 meter, data kedua 2,56 meter, dan data
ketiga 2,64 meter. Untuk selisih H tidak terlalu jauh dan hampir sama. Hal ini
disebabkan praktikan kurang fokus pada saat pembidikan rambu ukur dan juga
faktor alam (angin) sehingga rambu ukur sulit untuk dibidik karena posisinya
yang selalu tidak teratur maupoun goyang serta posisi pemegang rambu yang
kurang pas dengan benchmark ataupun patok sehingga menghasilkan data
pembidikan dan perhitungan yang berbeda.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah melakukan praktikum ini adalah :
1. Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur beda tinggi suatu
titik diatas permukaan bumi.
2. Mampu mendirikan alat menggunakan waterpass, membidik, dan
membaca hasil pengukuran dengan baik.
3. Dengan mendapatkan data Bacaan Rambu serta Sudut Horizontal bisa
mendapatkan data Besar Sudut antar 2 Titik, jarak, dan H.
4. Ketidaktelitian saat membidik dakan mempengaruhi hasil data
perhitungan.
5. Faktor alam seperti angin akan mempengaruhi alat rambu ukur sehingga
hasil bidikan dan perolehan data perhitungan menjadi rancu.

4.2 Saran
Agar hasil yang diperoleh sesuai dengan ketentuan maka hal-hal berikut dapat
disarankan pada saat melakukan pengukuran:
1. Praktikan mampu mendirikan alat dan mengenal fungsi alat seperti
waterpass, tripod, dan rambu ukur maupun alat ukur lainnya.
2. Mengecek peralatan ukur terlebih dahulu sebelum digunakan.
3. Mampu membaca bidikan dengan benar supaya hasil yang diperoleh
dalam perhitungan akurat.
4. Dalam proses pengukuran maupun pembidikan harus dipertimbangkan
faktor lain seperti angin kencang agar alat ukur tidak terganggu.

Elviera Rahmadina
240110150045

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Tabel Hasil Pengukuran
Bacaan Muka Besar
Tingg Titik Sudut Sudut Beda
Tempat Jarak
i Alat Bidi Horizon Antara Tinggi
Alat BA BB BT (m)
(m) kan tal dua (m)
titik)

1 31 30,3 30,1 0 0 9 -1,635

2 1,395 2 39,7 39,3 38,9 35o 35o 8 -2,535

3 40,9 40,4 39,9 74o 39o 10 -2,645

Tabel.2 Data Hasil Praktikum, 2016

3.1.2 Hasil Perhitungan


J1 = c (BA BB) Beda tinggi 1 = Tinggi alat BT
J1 = 100 (31 30,1) = 1,395 - 3,03
J1 = 9 m = -1,635 m

J2 = c (BA BB) Beda tinggi 2 = Tinggi Alat BT


J2 = 100 (39,7 - 38,9 ) = 1,395 - 3,93
J2 = 8 m = -2,535 m

J3 = c (BA BB) Beda tinggi 3 = Tinggi Alat BT


J3 = 100 (40,9 - 39,9) = 1,395 - 4,04
J3 = 10 m = -2,645 m

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu membidik dan mendirikan alat menggunakan
waterpass. Setelah melakukan pembidikan pada waterpass, menghasilkan
beberapa data, yaitu Batas Atas (BA), Batas Tengah (BT), Batas Bawah (BB) dan
sudut horizontal. Data-data tersebut kemudian dihitung dan menghasilkan

beberapa data lagi, seperti jarak, besar sudut antar dua titik, dan H.
Data-data yang telah dihasilkan dari bidikan di beberapa titik bidik sebagian
besar ada perbedaan dengan data yang sebenarnya. Kebanyakan data-data tersebut
memiliki perbedaan yang sangat kecil.
Pada titik bidik pertama, data yang dihasilkan yaitu H adalah -1,635 m.

Sedangkan pada data asli atau yang sebenarnya yaitu -1,68 m. Perbedaan yang
dihasilkan sangat kecil yaitu hanya perbedaan angka-angka dibelakang koma.
Kemudian untuk jarak, data hasil bidikan yaitu 9 m dan data aslinya yaitu juga 9
m. Ini berarti data bidikan dan data aslinya sama persis, tidak ada perbedaan sama
sekali. Pada data besar sudut antar dua titik, data bidikan yang dihasilkan yaitu 0 o.
Data asli juga sama yaitu 0o ini karena pada saat pertama kali atau saat mulai
membidik, sudut pada waterpass harus sama dengan 0o.
Pada titik bidik kedua, data bidikan untuk H yaitu -2,535 m dan data

aslinya yaitu -2,54 m. Perbedaan pada kedua data tersebut juga sangat sedikit,
hanya angka belakangnya saja yang berbeda dan jika kita menggunakan
pembulatan, data yang dihasilkan juga akan sama yaitu -2,54 m. Data untuk jarak,
pada hasil bidikan yaitu 8 m, sedangkan pada data aslinya yaitu 7,5 m dan jika
dilakukan pembulatan pada data bidikan, hasilnya pun akan sama dengan data
aslinya. Dan data untuk besar sudut antar dua titik yaitu, untuk data hasil bidikan
adalah 35o, sedangkan data asli atau yang sebenarnya yaitu 36 o. Untuk data ini pun
sama, hanya terdapat sedikit perbedaan, yaitu bedanya hanya 1o.
Pada titik bidik yang ketiga, data bidikan yang dihasilkan untuk H yaitu

-2,645 m. Untuk data asli atau sebenarnya yaitu -2,62 m. Pada kedua data ini,
perbedaan yang dihasilkan masih relatif kecil atau hanya ada sedikit perbedaan.
Tetapi dapat dilihat bahwa kali ini, data hasil bidikan lebih besar jika
dibandingkan dengan data aslinya walaupun hanya berbeda dibagian angka-angka
terakhirnya saja. Kemudian untuk data bidikan jarak, hasil yang didapat yaitu 10
m, dan pada data aslinya yaitu 11 m. Pada pengukuran jarak kali ini, perbedaan
yang dihasilkan juga kecil, hanya berbeda 1 m. Untuk data besar sudut antar dua
titik, data hasil bidikan yaitu 39o dan data asli atau sebenarnya yaitu 48,5o. Untuk
data besar sudut antar dua titik, antara data hasil bidikan dan data sebenarnya di
dapatkan perbedaan yang cukup besar, yaitu 9,5o.
Perbedaan-perbedaan yang di dapatkan dari ketiga hasil dari titik bidik diatas
dikarenakan kurang telitinya praktikan dalam membidik. Selain itu juga
dikarenakan oleh rambu ukurnya. Rambu ukur yang dipegang oleh praktikan
lainnya goyang-goyang terkena angin, jadi praktikan susah untuk membidik BA,
BT, dan BB dengan teliti dan tepat.
Pada hasil H, didapatkan hasil dari ketiga titik bidik diatas yaitu minus.

Ini dikarenakan oleh dataran untuk waterpass lebih tinggi dibandingkan dengan
dataran untuk rambu ukur, jadi membidik dilakukan secara menurun. Jadi dapat
disimpulkan bahwa perbedaan yang didapatkan karena kurang telitinya praktikan
dalam membidik dengan waterpass.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah melakukan praktikum ini adalah:
1. Penempatan posisi rambu ukur dan waterpass mempengaruhi hasil H.
2. Besar sudut antar dua titik untuk tiga titik bidik yaitu selalu bertambah di
tiap titik bidiknya.
3. Besarnya jarak tidak mempengaruhi besarnya bacaan sumbu.
4. Semakin besar bacaan sumbunya, maka semakin besar pula hasil H.
4.2 Saran
Saran yang didapat setelah melakukan praktikum ini adalah:

1. Sebaiknya praktikan harus sudah menguasai cara membidik dengan


waterpass dengan benar agar pada saat melakukan pembidikan, praktikan
dapat melakukannya dengan tepat dan akurat.
2. Praktikan harus benar-benar teliti dalam membidik, karena rambu ukurnya
juga sering bergoyang-goyang terkena angin.

Muammar Fattan G.
240110150047

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Tabel Hasil Pengukuran
Bacaan Muka Besar
Tem Titik Sudut Sudut Beda
Tinggi Jarak
pat Bidi Horizon Antara Tinggi
Alat (m) BA BB BT (m)
Alat kan tal dua (m)
titik)

1 3,1 3,05 3 0 0 10 -1,655

2 1,395 2 3,95 3,91 3,87 35 35 8 -2,515

3 4,1 4,05 4 75 40 10 -2,655

Tabel.3 Data Hasil Praktikum, 2016

3.1.2 Hasil Perhitungan


J1 = c (BA BB) Beda tinggi 1 = Tinggi alat BT
J1 = 100 (3,1 3) = 1,395 - 3,05
J1 = 10 m = -1,655 m

J2 = c (BA BB) Beda tinggi 2 = Tinggi Alat BT


J2 = 100 (3,95- 3,87 ) = 1,395 - 3,91
J2 = 8 m = -2,515 m

J3 = c (BA BB) Beda tinggi 3 = Tinggi Alat BT


J3 = 100 (4,1 -4 ) = 1,395 - 4,05
J3 = 10 m = -2,655 m

3.2 Pembahasan
Pada parktikum pemetaan sumber daya lahan yang pertama, praktikan harus
mampu mengenali alat ukur, memahami mendirikan alat ukur serta membidik
mengunakan alat ukur, dalam hal ini menggunakan alat ukur waterpas. Sebelum
melakukan pengukuran praktikan harus mampu mendirikan alat-alat ukur yaitu
tripod atau kaki tiga, unting-unting dan waterpas dengan prosedur yang benar.
Pada pemasangan waterpas pada kepala statif kaki tiga yang paling penting adalah
praktikan harus mampu mendatarkan alat atau mengatur keadaan nivo pada
waterpas agar berada di posisi tengah.
Kemudian praktikan membidik dari satu tempat alat untuk 3 titik bidikan.
Bidikan pertama, kedua dan ketiga diperoleh bacaan sudut masing-masing 0 0, 350
dan 400. Sedangkan untuk jarak yang dihitung dengan rumus yang telah
ditentukan diperoleh jarak titik bidikan pertama, kedua dan ketiga masing-masing
10 m; 8 m; dan 10 m. Padahal sudut yang seharusnya didapatkan pada titik
bidikan pertama, kedua dan ketiga masing-masing adalah 00; 360 dan 48,50.
Meskipun selisihnya hanya sedikit, tetap saja terdapat perbedaan pada sudut yang
seharusnya dengan sudut yang diukur saat praktikum. Untuk jarak yang
sebenarnya seharusnya 9 m; 7,5 m; dan 11 m. Terdapat selisih antara jarak yang
sebenarnya dengan jarak yang diukur. Selisih yang terjadi cukup signifikan.
Perbedaan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor. Diantaranya adalah
faktor kesalahan manusia, faktor alat dan faktor lingkungan. Faktor kesalahan
yang disebabkan oleh manusia diantaranya adalah kurang teliti saat pembacaan
skala horizontal dan skala pada rambu ukur, keterbatasan waktu yang
menyebabkan pembacaan terburu-buru, kurang memahaminya cara membaca
rambu ukur, dan bisa juga terjadi karena kesalahan praktikan yang memegang
rambu ukur dengan tidak tepat dan tidak stabil. Itu karena disebabkan oleh faktor
lingkungan yang sangat berpengaruh, contohnya terdapat hembusan angin yang
sangat kencang sehingga praktikan pemegang rambu ukur kesulitan untuk
menstabilkannya, terlebih bidang atau media yang diukur adalah lahan yang
kontur permukaannya tidak datar yaitu bidang miring.
Kesalahan yang berasal dari manusia biasanya paling sering terjadi dan
kesalahan ini sangat mempengaruhi hasil pengukuran. Sehingga terjadi perbedaan
hasil jarak seharusnya dengan jarak waterpas. Keadaaan topografi pada daerah
pengukuran, sinar matahari, angin, dan temperatur udara juga mempengaruhi
kecermatan praktikan dalam melakukan pengukuran. Keempat faktor tersebut
merupakan beberapa kesalahan yang disebabkan oleh alam atau lingkungan.
Faktor alam juga harus diperhatikan saat melakukan pengukuran karena bisa
mempengaruhi kerja alat-alat ukur dan berdampak pada hasil pengukuran.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi saat mendirikan alat adalah kesalahan saat
mendatarkan nivo. Nivo terus saja berada dipinggir. Keadaan tersebut terjadi
karena pada saat mendatarkan alat tidak melihat kearah mana harus memutar
untuk mendatarkan nivo tersebut. Akibatnya adalah waterpas tidak datar dan
bidikan yang dihasilkan tidak akan tepat atau ketelitiannya sangat kurang.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini diantaranya :
1. Data jarak, sudut dan beda ketinggian yang diperoleh, berbeda dengan data
yang sebenarnya.
2. Faktor lingkungan dan kesalahan manusia sangat berpengaruh pada hasil
pengukuran.

4.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah :
1. Sebaiknya sebelum praktikum dilakukan praktikan harus sudah
mengetahui dan memahami tujuan dari praktikum tersebut.
2. Praktikan harus memperhatikan faktor lingkungan, karena lingkungan
sangat berpengaruh terhadap hasil akhir pengukuran.
3. Pemasangan alat-alat ukur harus dilakukan dengan tepat karena sangat
mempengaruhi keakuratan hasil.
4. Praktikan harus mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
selama praktikum agar hasil yang didapat lebih akurat.

Lisa Oktavia Br Napitupulu


240110150057

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Tabel Hasil Pengukuran
Tempat Ting Titik Bacaan Muka Sudut Besar Jarak Beda
Sudut
gi
Bidi Horizon Antara Tinggi
Alat Alat BA BB BT (m)
kan tal dua (m)
(m)
titik)

1 30,9 30,2 29,8 0 0 11 -1,66

1 1,36 2 39,25 38,9 38,2 28 28 10,5 -2,53

-2,66
3 40,8 40,2 39,8 73 45 10

Tabel.4 Data Hasil Praktikum, 2016

3.1.2 Hasil Perhitungan


J1 = c (BA BB) Beda tinggi 1 = Tinggi alat BT
J1 = 100 (30,9 29,8 ) = 1,36 -3,02
J1 = 11 m = -1,66 m

J2 = c (BA BB) Beda tinggi 2 = Tinggi Alat BT


J2 = 100 (39,25 - 38,2) = 1,36 - 3,89
J2 = 10,5 m = -2,53 m

J3 = c (BA BB) Beda tinggi 3 = Tinggi Alat BT


J3 = 100 (40,8- 39,8) = 1,36 - 4,02
J3 = 10 m = -2,53 m

3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini melakukan perhitungan menggunakan waterpass.
Waterpass yang praktikan gunakan adalah waterpas pada tempat 1. Dengan
menggunakan 3 perlakuan letak rambu ukur yang berbeda didapat bacaan atas
(BA), bacaan tengah (BT) dan bacaan bawah (BB) yang berbeda- beda. Pada
posisi pertama rambu ukur didapat BA sebesar 30,9 , BT sebesar 30,2 dan BB

sebesar 29,8 kemudian besar sudut yang didapat adalah 0 . Dari data yang
didapat pada posisi pertama rambu ukur dapat dihitung jarak antara posisi
waterpas dengan posisi rambu ukur 1. Dari perhitungan didapat bahwa jarak
waterpas dengan posisi pertama rambu ukur adalah sejauh 11 m . Kemudian pada
posisi ke dua rambu ukur didapat BA sebesar 39,25 , BT sebesar 38,9 , BB sebesar

38,2 dan didapat sudut perpindahan waterpass sebesar 28 . Dari perhitungan

jarak antara posisi waterpas dengan posisi rambu ukur di dapat jarak sebesar
10,5 . Pada posisi ke 3 rambu ukur didapat data BA sebesar 40,8 , BT sebesar 40,2

, BB sebesra 39,8 dan sudut yang didapat adalah 73 . Dari perhitungan didapat

bahwa jarak waterpas dengan posisi ketiga rambu ukur adalah sejauh 10 m .
Dilihat dari perhitungan jarak yang ada diketahui bahwa posisi waterpas terhadap
rambu ukur pertama memiliki jarak yang jauh dibandingan dengan posisi kedua
dan ketiga rambu ukur . Dari kenyataan yang terjadi pada praktikum benar adanya
bahwa posisi pertama rambu ukur terletak jauh di sebelah kiri waterpas tempat
pertama . Sedangkan posisi ketiga rambu ukur terletak sebelah kanan dan dekat
dengan waterpas tempat pertama. Kemudian pratikan melakukan perhitungan
beda tinggi dengan cara mengurangi tinggi alat dari permukaan tanah dengan
bacaan tengah sehingga didapat beda tinggi posisi pertama , posisi kedua dan
posisi ketiga antara posisi rambu ukur dengan posisi waterpas. Data beda tinggi
yang didapat adalah pada posisi pertama sebesar -1,66 m , pada posisi kedua
sebesar -2,53 m dan posisi ketiga sebesar -2,66 m . Data tersebut mengartikan
bahwa perbedaan tinggi yang ada dipermukaan tanah antara permukaan tanah
waterpas dengan permukaan tanah posisi rambu ukur diletakan. Diketahui bahwa
posisi ketiga rambu ukur diletakan memeliki permukaan tanah yang lebih rendah
dengan permukaan tanah posisi ke 1 dan 2 rambu ukur . Relief permukaan
tanahnya semakin menurun . . Dari ketiga nilai tersebut diperoleh nilai minus
karna terjadi penurunan ketinggian dari tempat alat ukur ke titik pembidikan.
Dari data yang praktikan lakukan saat praktikum memiliki sedikit perbedaan
dengan data yang asisten dosen berikan. Perbedaan yang ada terdapat pada jarak
1,2,3 yaitu seharusnya memiliki jarak 12m, 9m, 9m namun praktikan mendapat
data 11m, 10,5m, 10m . Juga terdapat perbedaan pada beda tinggi yang didapat
praktikan dengan data yang diberikan asisten dosen. Yaitu seharusnya besar beda
tinggi 1,2,3 adalah -1,7m , -2,56m , -2,64m namun data yang dapat praktikan
adalah -1,66, -2,53 , -2,66. Namun untuk besar sudut antra 2 titik data yang
praktikan punya sama dengan data yang diberikan asisten dosen. Kesalahan atau
perbedaan yang terjadi pada data yang praktikan punya mungkin saja terjadi
karena adanya faktor-faktor lingkungan , keruskan alat dan juga faktor kelalian
pengamatan yang dilakukan praktikan. Saat praktikum berjalan faktor
penghambat yang ada adalah karena faktor cuaca adanya angin yang cukup besar
sehingga rambu ukur bergerak-gerak. Hal itu cukup menyulitkan praktikan untuk
membaca garis batas atas , batas bawah , dan batas tengah. Faktor lain juga terjadi
pada orang yang memegang rambu ukur yang sering kali bergerak-gerak sehingga
mengubah bacaan atas , bacaan tengah dan bacaan bawah. Faktor lain adalah
kelalian dari praktikan saat melihat garis bacaan pada waterpas .

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada dasarnya setiap permukaan tanah memiliki ketinggian yang berbeda-
beda.
2. Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur beda tinggi suatu
titik diatas permukaan bumi
3. Nilai beda tinggi yang diperoleh semuanya bernilai negatif, hal ini
dikarenakan terjadi penurunan ketinggian dari tempat alat ukur ke titik
pembidikan.
4. Pemasangan alat mengikuti perubahan bentuk lahan yang ada.

4.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Praktikan harus lebih teliti dalam menempatkan alat pada tempat yang
bergelombang atau adanya lubang.
2. Praktikan harus mengetahui fungsi dari setiap bagian pada waterpass dan
juga cara pemakaiannya agar pada saat melakukan praktikum tidak
mengalami kesulitan.
3. Praktikan harus lebih memperhatikan ketelitian dalam pembacaan rambu
ukur.
4. Penempatan rambu ukur harus lebih tepat

Muhammad Wibangga
240110150058

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Tabel Hasil Pengukuran
Tempat Tingg Titik Bacaan Muka Sudut Besar Jarak Beda
BA BB BT
Alat i Alat Bidi Horizon Sudut (m) Tinggi
(m) kan tal Antara (m)
dua
titik)
1 31 30 30 0 0 10 -1,605

2 1,395 2 39,6 39,2 38,8 36 36 8 -2,525

3 40,7 40,2 39,6 75 39 11 -2,625

Tabel.5 Data Hasil Praktikum, 2016

3.1.2 Hasil Perhitungan


J1 = c (BA BB) Beda tinggi 1 = Tinggi alat BT
J1 = 100 (31 30) = 1,395 - 3
J1 = 10 m = -1,605 m

J2 = c (BA BB) Beda tinggi 2 = Tinggi Alat BT


J2 = 100 (39,6 - 38,8 ) = 1,395 - 3,92
J2 = 8 m = -2,525 m

J3 = c (BA BB) Beda tinggi 3 = Tinggi Alat BT


J3 = 100 (40,7 - 39,6 ) = 1,395 - 4,02
J3 = 11 m = -2,625 m

3.2 Pembahasan
Pada praktikum pemetaan sumber daya lahan ini dilakukan pengenalan alat-
alat utama ukur wilayah, mendirikan, membidikkan serta membaca alat ukur
waterpass. Praktikum dilakukan pada lahan kosong di lingkungan Fakultas
Teknologi Industri Pertanian.
Dalam praktikum kali ini praktikan dikenalkan dengan alat-alat utama ukur
wilayah dan prosedur penggunaannya. Untuk penggunaan waterpass dilakukan
dengan membidik tiga titik dari suatu titik didirikannya pasak dan membidik
rambu ukur yang telah didirikan di tiga titik tersebut serta membaca bacaan atas,
bacaan bawah, dan bacaan tengahnya, jarak dari posisi alat dan titik bidikan
dihitung dengan cara mengurangi bacaan atas dengan bacaan bawah dan
mengalikannya dengan konstanta yang berfungsi sebagai perubah ke satuan yang
dibutuhkan.
Pendirian alat serta pemasangannya dilakukan dengan hati-hati mengikuti
prosedur yang ada dimulai dari mendirikan tripod di atas pasak tempat membidik,
dan tepat lurus sehingga unting-unting untuk mengetahui letak tepat mendirikan
tripod atau kaki tiga yang ada. Setelah itu praktikan dapat memasang waterpass
dan menguncinya pada tripod lalu mengatur posisi waterpass menggunakan
sekrup pemfokus bidikan yang ada hingga pada nivo sebagai sumbu vertikal
menunjukkan bahwa posisi alat sudah sejajar dan lurus sehingga pengukuran
dapat dilakukan. Lensa objektif dapat diarahkan pada titik bidikan dengan
memperhatikan visir yang ada, lalu memfokuskan sekrup diafragma yang ada
dengan skrup pengatur gerakan halus horizontal hingga pengukuran dapat
dilakukan.
Kesulitan dalam mendirikan alat adalah mengatur skrup yang ada agar posisi
nivo tepat seperti yang diharapkan. Sulitnya mengatur posisi nivo ini bisa
dikarenakan kesalahan praktikan meletakkan tripod yang ada, dikarenakan jika
tripod yang diletakkan tidak datar maka letak waterpass akan sulit untuk datar
mengikuti nivo meski terus diatur dengan ketiga skrup pemfokus bidikan yang
ada.
Pada titik bidikan 1 bacaan atas adalah 31 dm dan bacaan bawah adalah 30 dm
yang berarti jarak dari alat ke titik bidikan 1 adalah 10 m sedangkan hasil
perhitungan asisten dosen 9 m. Dengan bacaan sudut horizontal 0o .Pada titik
bidikan 2 bacaan atas adalah 39,6 dm dan bacaan bawah adalah 38,8 dm yang
berarti jarak dari alat ke titik bidikan 2 adalah 8 m sedangkan hasil asisten dosen
7,5 m. Dengan bacaan sudut horizontal 36o sesuai dengan hasil asisten. Pada titik
bidikan 3 bacaan atas adalah 40,7 dm dan bacaan bawah adalah 39,6 dm yang
berarti jarak dari alat ke titik bidikan 3 adalah 11 m untuk hasil ini sesuai dengan
asisten. Dengan bacaan sudut horizontal 75o sedangkan hasil asisten 84,5o. Untuk
mengukur perbedaan tinggi menggunakan rumus selisih antara ketinggian
waterpass diletakan dengan batas tengah di setiap titik. Pada perhitungan pertama,
hasil perhitungan yang didapatkan praktikan adalah -1,605 m sedangkan hasil
perhitungan asisten dosen adalah -1,68. Pada perhitungan kedua, hasil perhitungan
yang didapatkan praktikan adalah -2,525 sedangkan hasil dari asisten dosen
adalah -2,54. Pada perhitungan ketiga, hasil yang didapatkan praktikan adalah
-2,625 sedangkan hasil perhitungan asisten dosen adalah -2,62. Kesalahan yang
terjadi dalam pengukuran ini dapat dikarenakan kesalahan praktikan dalam
membaca rambu ukur dan tidak tepat saat melihat posisi benang stadia yang
dikarenakan rambu ukur yang bergoyang goyang karena human eror sehingga
praktikan sulit dalam membacanya.
Ketelitian saat mendirikan dan mengemas alat juga harus diperhatikan pada
saat mendirikan tripod ikuti prosedur yang benar sehingga tripod bisa berdiri
dengan tegak, dan jangan lupa untuk mengatur nivo agar bidikan waterpass bisa
dipastikan dalam keadaan datar.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum kali yaitu:
1. Waterpass merupakan alat ukur wilayah yang berfungsi untuk mengukur
jarak antara dua titik dan beda tinggi antara dua titik atau lebih.
2. Jarak dari kedua titik dapat dihitung dengan mengurangi bacaan atas
dengan bacaan bawah dari waterpass
3. Kesalahan manusia / human error sangat berpengaruh dalam ketepatan
hasil bidikan.
4. Kesalahan dalam pendirian alat juga sangat berpengaruh dalam ketepatan
hasil bidikan.

4.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah:
1. Praktikan harus lebih teliti dan berhati-hati dalam mendirikan alat,
memegang rambu ukur, dan membidik menggunakan waterpass.
2. Sebaiknya praktikum tidak dilakukan secara tergesa-gesa karena akan
mempengaruhi kefokusan praktikan.
3. Sebaiknya praktikan mempelajari materi praktikum terlebih dahulu.

Rizqi Fadilah A
240110150045

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Tabel Hasil Pengukuran
Tempat Tingg Titik Bacaan Muka Sudut Besar Jarak Beda
BA BB BT
Alat i Alat Bidi Horizont Sudut (m) Tinggi
(m) kan al Antara (m)
dua
titik)
1 31 30,55 30,1 0 0 9 -1,66
2 1,395 30,72 30,72
2 39,8 39,35 38,9 9 -2,54

45,28
3 40,8 40,2 39,6 76 12 -2,62

Tabel.6 Data Hasil Praktikum, 2016

3.1.2 Hasil Perhitungan


J1 = c (BA BB) Beda tinggi 1 = Tinggi alat BT
J1 = 100 (3130,1 ) = 1,395 -3,055
J1 = 9 m = -1,66 m

J2 = c (BA BB) Beda tinggi 2 = Tinggi Alat BT


J2 = 100 (39,8 - 38,9) = 1,395 -3,935
J2 = 9 m = -2,54 m

J3 = c (BA BB) Beda tinggi 3 = Tinggi Alat BT


J3 = 100 (40,8 - 39,6) = 1,395 - 4,08
J3 = 12 m = -2,654 m

3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan diberi tugas untuk memberdirikan tripod
dan memasang waterpass diatas nya serta melakukan beberapa kali pengukuran
menggunakan waterpass pada tiga titik dengan rambu ukur.
Saat mulai memberdirikan tripod dan pemasangan waterpass buka lah
pengunci lalu berdirikan dan atur ketinggian sesuai kebutuhan, lalu lebarkan kaki
tripod hingga membentuk segitiga sama sisi kemudian pasangkan waterpass yang
telah disiapkan dan kunci pada bagian kepala tripod sampai benar-benar terkunci.
Saat pemasangan waterpass tentukan arah bidik menggunakan visir, dan atur
gelembung nivo hingga berada pada tengah-tengah lingkaran dari nivo kotak
dengan memutar tiga skrup mendatar, serta atur skrup pemfokus hingga
waterpass siap untuk membidik.
Dalam hal ini tersebut banyak terjadi kesulitan pada saat mengatur nivo kotak
agar berada di tengah-tengah lingkaran, hal tersebut disebabkan karna kepala dari
tripod tidak cukup mendatar sehingga gelembung nivo sulit untuk diatur serta
pemutaran tiga skrup mendatar yang kurang baik.
Dalam melakukan pengukuran menggunakan waterpass, praktikan diminta
untuk melakukan tiga kali pembidikan ke arah rambu ukur yang di tempatkan di
tiga tempat. Dalam pembidikan ini praktikan menggunakan waterpass beserta
tripod yang tinggi nya 1,395 m (Alat 2). Pada titik bidik pertama, praktikan
mendapatkan data BA = 31, BT = 30,55, BB = 30,1, pada titik bidik kedua dengan
sudut horizontal 30,72 o praktikan mendapatkan data BA = 39,8, BT = 39,35, BB =
38,9, pada titik bidik ketiga dengan sudut horizontal 76 o praktikan mendapatkan
data BA = 40,8, BT = 40,2, BB = 39,6.
Dari titik satu ke titik dua, praktikan memproleh hasil 30,72 o kemudian hasil
o
45,28 yang merupakan beda sudut antara titik dua ke titik tiga. Kedua nya
merupakan nilai dari besar sudut antar dua titik saat waterpass diputar dari arah
rambu ukur satu ke arah rambu ukur yang selanjutnya.
Setelah mendapatkan nilai dari BA, BT dan BB dan jarak atara dua sudut
selanjutnya merupakan perhitungan jarak. Jarak yang maksud yaitu jarak dari
patok waterpass ke rambu ukur. Dengan menggunakan rumus S = C x (BA - BB)
praktikan mempoleh data dari patok ke rambu ukur satu sebesar 9 meter, ke rambu
ukur dua sebesar 9 meter, ke rambu ukur tiga sebesar 12 meter.
Setelah memperoleh besar sudut antar dua titik dan jarak selanjutnya
menghitung nilai dari beda tinggi. Beda tinggi yang dimaksud merupakan
perbedaan dari tinggi alat ukur dengan nilai dari bacaan tengah dari rambu ukur.
Nilai beda tinggi tersebut diperoleh dengan rumus h = h 1 BT dimana h
merupakan tinggi alat yaitu 1,395 meter. Nilai yang diperoleh dari beda tinggi alat
ukur ke titik bidik satu sebesar -1,66 meter dan beda tinggi ke titik bidik dua
sebesar -2,54 meter serta beda tinggi ke titik bidik tiga sebesar -2,625 meter. Dari
ketiga nilai tersebut diperoleh nilai minus karna terjadi penurunan ketinggian dari
tempat alat ukur ke titik pembidikan.
Dalam pengukuran menggunakan waterpass terdapat kesulitan saat pengukuran
nilai BA, BT dan BB karna saat pengukuran dilakukan, rambu ukur bergoyang-
goyang atau tidak stabil karna adanya angin yang cukup kencang serta adapun
kurang teliti nya praktikan dalam melakukan pembidikan dan membaca batas
pada benang stadia.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini yaitu:
1. Ketelitian sangat berpengaruh besar terhadap hasil dari pengukuran
praktikum kali ini
2. Praktikan dapat menggunakan tripod dan waterpass dengan baik dan
benar
3. Perbedaan BA, BT dan BB akan berpengaruh besar terhadap nilai jarak
dan beda tinggi.
4.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah:
1. Seharusnya rambu ukur lebih stabil atau tidak bergoyang-goyang agar
tidak terjadi kesalahan dalam permbacaan BA, BT dan BB
2. Tempat dari tripod didirikan tidak rata sehingga cukup menyulitkan dalam
mengatur nivo kotak.

Tiara Putri Dewi


240110150063

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Tabel Hasil Pengukuran
Bacaan Muka Besar
Ting
Titik Sudut Sudut Beda
Tempat gi Jarak
Bidi Horizon Antara Tinggi
Alat Alat BA BB BT (m)
kan tal dua (m)
(m)
titik)
1 30.8 30.2 29.6 0 0 12 -2.63

1 1,36
2 39.1 38.6 38 30 30 11 -2.5

3 40 39.9 39 70 40 10 -2.63

Tabel.7 Data Hasil Praktikum, 2016

3.1.2 Hasil Perhitungan


J1 = c (BA BB) Beda tinggi 1 = Tinggi alat BT
J1 = 100 (30.8 29.6) = 1,36 - 3.02
J1 = 12 m = -2.63 m

J2 = c (BA BB) Beda tinggi 2 = Tinggi Alat BT


J2 = 100 (39.1 - 38 ) = 1,36 - 3.86
J2 = 11 m = -2.5 m

J3 = c (BA BB) Beda tinggi 3 = Tinggi Alat BT


J3 = 100 (40 - 39) = 1,36 - 4
J3 = 10 m = -2.63 m

3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah mengukur sudut horizontal
dan jarak mendatar dengan menggunakan waterpass. Pengukuran dilakukan di
beberapa titik yang berbeda. Pada tiap titik terdapat 3 bidikan.
Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan mendirikan waterpass. Atur
waterpass sedemikian rupa hingga gelembung nivo tepat berada di tengah dan
mengatur lensa waterpass hingga benang diafragma terlihat jelas dan dapat
digunakan untuk membaca rambu ukur. Kemudian arahkan waterpass kearah utara
dan tetapkan sudut horisontalnya pada 0 0. Kemudian lakukan pengukuran dengan
cara mengarahkan teropong waterpass ke sasaran (rambu ukur) pada bidikan 1,
catat benang atas (BA), benang tengah (BT), benang bawah (BB), dan sudut
horizontal yang terbaca pada waterpass. Kemudian ukur jarak antara waterpass
dengan sasaran (rambu ukur) dengan menggunakan meteran. Dengan cara yang
sama lakukan pengukuran pada titik bidikan kedua dan ketiga. Perpindahan posisi
bidikan harus searah dengan arah putar jarum jam.
Setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat, selanjutnya adalah
menghitung hasil pengukuran dengan menggunakan rumus. Data hasil
pengukuran dengan data hasil perhitungan haruslah sama. Berdasarkan teori,
benang atas (BA) ditambah benang bawah (BB) harus sama dengan 2 kali benang
tengah (BT). Pada praktikum kali ini, bacaan tengah pada titik dua dan tiga
terdapat perbedaan nilai dengan menggunakan waterpass dan dengan meggunakan
perhitungan rumus yaitu dengan selisih 0,05 pada titik dua dan selisih 0,4 pada
titik ketiga.
Selain menghitung hasil bacaan pada rambu ukur, dilakukan pula
perhitungan jarak dengan menggunakan rumus untuk mengontrol apakah apakah
hasil pengukuran sudah tepat atau belum.Ternyata jarak dari waterpass ke rambu
ukur dengan perhitungan rumus dengan jarak yang sudah ada terdapat sedikit
perbedaan.
Dari hasil pengukuran dan perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa terdapat persamaan dan perbedaan nilai antara pengukuran dan
perhitungan. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh berbagai faktor, diantaranya
karena kesalahan yang kurang teliti ketika membaca skala, kurang tegaknya tali
meteran, kesalahan penempatan titik nol meteran, gelembung nivo pada waterpass
dan rambu ukur yang belum tepat di tengah, dan sebagainya. Meskipun perbedaan
nilai tersebut tidak terlalu signifikan, tetapi tetap perlu diperhatikan dan diperbaiki
karena kesalahan sekecil apapun akan mempengaruhi ketepatan pengukuran dan
keakuratan data.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan:
1. Waterpass adalah alat ukur sifat datar, yaitu alat yang digunakan untuk
memperoleh lengan mendatar sehingga dapat mengetahui titik yang sama
tingginya atau membedakan ketinggian antara kedua titik atau lebih
2. Selain mengukur jarak mendatar, waterpass juga dapat digunakan untuk
mengukur sudut horizontal
3. Diperlukan ketelitian yang besar ketika melakukan pengukuran dan
perhitungan
4.2 Saran
1. Alat yang digunakan harus dalam kondisi baik
2. Praktikan terlebih dahulu mengetahui bagian dan fungsi alat serta
mengetahui cara menggunakan alat-alat tersebut
3. Posisi lensa waterpass disesuaikan dengan tinggi mata pembidik
4. Lebih teliti dan cermat ketika melakukan pengukuran

DAFTAR PUSTAKA

Frick , Heinz . 1974 . Ilmu Ukur Tanah . Kanisius . Jakarta.


Ferdian, Feri. 2013. Waterpass. Terdapat
http://www.academia.edu/3790480/Waterpass (diakses pada tanggal 30
September 2016 pukul 22.01 WIB).
Gunawan Nawawi dan Kharistya Amaru.2013.Penuntun Praktikum Ilmu Ukur
Wilayah.FTIP UNPAD
P. Muda, Iskandar. 2014. Pengertian Ilmu Ukur Tanah. Terdapat pada
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_SIPIL/196410181
991011-
ISKANDAR_MUDA_P/BAB_I_PENGENALAN_ILMU_UKUR_TANAH
.pdf (diakses pada tanggal 30 September 2016 pukul 22.35 WIB).
Yogie. 2010. Rambu Ukur. Terdapat pada http://yogie-
civil.blogspot.com/2010/06/rambu-ukur_14.html (diakses pada tanggal 02
Oktober 2016 pukul 13.07 WIB).

Wahyudi, Noor.2006. Ilmu Ukur Tanah Lab. Dasar Ukur Tanan Teknik Sipil.
Banjarbaru.

Anda mungkin juga menyukai