Anda di halaman 1dari 15

PAPER

MK TEKNIK BIOPROSES
(Pembuatan Biodiesel Minyak Jarak Pagar)

Oleh :
Nama : Lisa Oktavia Br Napitupulu
NPM : 240110150057
Hari,Tanggal : Kamis, 21 Desember 2017
Waktu : 10.30 – 12.30 WIB
Kelas : Teknik Pertanian/Pasca 2015

Dosen Pengampu :
Sarifah nurjanah. Dr.Ir., M.App.Sc

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
1. Pendahuluan
Kebutuhan akan energi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
populasi penduduk dunia dalam hal transportasi, industry, dan lain-lain. Sumber
energi yang selama ini banyak digunakan adalah minyak bumi. Penggunaan bahan
bakar minyak bumi semakin hari semakin meningkat sehingga menyebabkan
ketersedian minyak bumi semakin menipis. Konsumsi BBM secara nasional terus
meningkat dari tahun ke tahun.Setiap harinya konsumsi BBM tingkat nasional rata-
rata mencapai 140.000-180.000 kiloliter (Devita, 2015). Untuk menghasilkan
minyak bumi diperlukan waktu yang sangat lama. Oleh karena itu salah satu solusi
untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mencari sumber energi terbarukan
yang dapat diproduksi secara kontinyu atau terus menerus. Sampai saat ini telah
ditemukannya bebera sumber energy terbarukan dari minyak nabati yang disebut
dengan biofuel. Biofuel ini terdiri dari biodiesel, bioethanol dan pure plant oil.
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang memiliki beberapa
keunggulan. Beberapa keunggulan yang didapatkan dari biodiesel yaitu ramah
lingkungan, tidak memiliki efek yang buruk bagi kesehatan tubuh, bilangan asetan
yang tingg. Biodiesel dikhusukan untuk menggantikan bahan bakar solar untuk
mesin diesel. Pembuatan biodiesel secara umum melalui proses esterifikasi dan
transesterifikasi. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biodiesel
diharapkan memenuhi kriteria tidak bersaing dengan pangan, ketersedian bahan
baku yang selalu ada, potensi luas area penanaman yang luas dan lain lain. Salah
satu bahan baku yang berpontensi dijadikan biodiesel adalah tanaman jarak pagar.
Jarak pagar (Jatropha Curcas Linn) merupakan tanaman yang tumbuh di daerah
tropis dan subtropis.Berbeda dengan tanaman lain yang dapat dijadikan bahan baku
biodiesel tanaman jarak pagar ini tidak dapat dikonsumsi karena beracun sehingga
nilai ekonomi dari tanaman ini mutlak diperoleh dari pemanfaatannya sebagai
biodiesel.
Biodiesel yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam mesin diesel
belumlah dapat digunakan secara murni atau 100% biodiesel karena hasil dari
pembakaran pada mesin yang tidak baik, oleh karena itu penggunaan biodiesel saat
ini masih dilakukan dengan pencampuran solar. Perbandingan dari campuran solar
dan biodiesel ini mempengaruhi kualitas dari standar mutu dan juga penyalaan pada
mesin, selain itu kualitas biodiesel dipengaruhi oleh proses metode yang dilakukan,
penggunaan katalis, proses pengadukan, proses pemurnian dan lain-lain. Standar
mutu biodiesel yang baik dapat dilihat dari SNI-7182-2015.

2. Isi
2.1 Potensi Bahan Baku
Dalam pembuatan biodiesel bahan baku yang digunakan haruslah memenuhi
keriteria bahwa bahan baku tersebut tidak bersaing dengan pangan, tidak bersaing
dengan tanaman pangan untuk tempat hidupnya, dan juga haruslah memiliki
ketersediaan yang cukup. Salah satu bahan baku yang memenuhi kriteria tersebut
dan dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah tanaman jarak
pagar. Tanaman jarak pagar ini tidak dikonsumsi oleh manusia dan juga hewan
karen sifatnya yang beracun. Selain itu ketersediaan lahan dalam penanaman jarak
pagar ini cukup luas sehingga tanaman pagar ini cukup potensial untuk dijadikan
bahan baku biodiesel. Tanaman jarak pagar sudah dikenal oleh masyarakat luas
dengan nama yang berbeda-beda sesuai dengan daerah atau wilayah masing-masing
seperti jarak China (Jawa), baklawah, nawaih (NAD), jarak kosta (Sunda), paku
kare (Timor), peleng kaliki (Bugis), kalelkie paghar (Madura), jarak pager (Bali),
lulumau, paku kase, jarak pagar (Nusa Tenggara), kuman nma (Alor) dan lain
sebagainya. Tanaman jarak merupakan tanaman asal Amerika Tengah yang
kemudian diperkenalkan dan menyebar di Indonesia oleh pelaut Portugis pada abad
ke 18.
Dari hasil eksplorasi yang dilakukan oleh Putslitbang di perkebunan
dibeberapa provinsi memperlihatkan morfologi tanaman jarak pagar yaitu akar
jarak pagar dipengaruhi oleh kondisi atau keadaan lahan jarak pagar ditanam,
batang tanaman jarak pagar mempunyai struktur kayu berbentuk slindris, bergetar
dan bercabang tidak beraturan, daunnya membentuk menjari berwarna hijau muda
sampai hijau tua, bunga tanaman ini berwarna hijau kekuningan atau coklat
kekuningan, dan buah setelah 40-50 hari akan berbentuk menjadi masak dan
berubah warna dari warna hijau menjadi kuning dan kemudian mengering.
Potensi ketersedian lahan berdasarkan kriteria kelas kesesuaian lahan, di
Indonesia baru tersedia peta skala kecil 1:1.000.000,-. Pada peta skala eksplorasi
menunjukkan lahan yang sesuai untuk jarak pagar di Indonesia seluas 49,53 juta ha,
yang terdiri atas ; sangat sesuai 14.28 juta ha, cukup sesuai 5,53 juta ha dan sesuai
marginal 29,72 juta ha. Kelas lahan sangat sesuai terdapat di Kalimantan 4,72 juta
ha, disusul Papua, Maluku dan Sulawesi 2,56 juta ha. Untuk kelas cukup sesuai
terdapat di Kalimantan 1,71 juta ha dan di Nusa Tenggara 1,26 juta ha. Kelas sesuai
marginal terluas di Sumatera 11,09 juta ha dan Kalimantan 11,03 juta ha (Syakir,
2010).

Gambar 1. Jarak Pagar


(Sumber : Bursatriannyo, 2013)

Gambar 2. Jarak Pagar


(Sumber : Bursatriannyo, 2013)
2.2 Metode produksi Biodiesel
1. Proses Ekstraksi Minyak Jarak Pagar
Pada tahap pertama ini biji jarak pagar disortasi agar dapat memisahkan biji
jarak pagar yang baik dan yang busuk, dan cacat ataupun rusak. Karena kualitas biji
jarak pagar akan mempengaruhi kandungan minyak yang ada didalamnya. Selain
itu sortasi disini dilakukan untuk memisahkan biji dari benda-benda yang tidak
diinginkan seperti sisa ranting-ranting ataupun kerikil. Kemudian dilakukan
pemisahan daging biji secara manual. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa
pembuatan ekstraksi minyak jarak pagar dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu ekstraksi biji yang telah dikupas dari kulitnya dan cara lain menggunakan
daging bijinya
a. Cara pertama dengan menggunakan biji jarak yang sudah terpisah dari kulitnya
yaitu biji jarak dibersihkan kemudian dimasak pada suhu 80°C dalam kondisi
kedap udara. Setelah biji masak kemudian dilakukan pengeringan pada suhu
100°C dengan menggunakan oven. Biji jarak yang telah kering kemudian
dihaluskan dengan menggunakan grinder ataupun blender. Setelah itu biji jarak
yang telah halus dipres dengan menggunakan press hidrolik dengan kekuatan
3-4 ton.
b. Cara kedua yaitu dengan daging bijinya. Daging biji yang telah dipisahkan
kemudian di giling sampai halus dan selanjutnya dilakukan pengeringan
dengan menggunakan oven pada suhu 105°C selama 2 jam. Kemudian daging
biji yang sudah dikeringkan dimasukan kedalam alat kempa hidrolik manual
berkekuatan 20 ton (total). Alat kempa ini dipanaskan pada suhu 60°C dan
kemudian dilakukan pengempaan menggunakan tuas hidrolik. Setelah itu
minyak yang keluar melalui lubang-lubang yang terdapat di bagian pinggir
blok piston ditampung kedalam gelas piala dan sedangkan bungkilnya
dikeluarkan kemudian digiling dan dikempa kembali dengan cara yang sama.
Hal ini dilakukan untuk memperoleh minyak jarak yang banyak.

2. Proses tahap 1 (Esterifikasi)


Pembuatan biodiesel biasanya cukup dilakukan dengan proses transesterifikasi
satu tahap namun beberapa penelitian yang sudah ada manunjukan minyak jarak
pagar sebelum dilakukan proses transesterifikasi terlebih dahulu harus dilakukan
proses esterifikasi yang dimaksudkan untuk menghilangkan kandungan asam lemak
bebas yang ada pada minyak jarak pagar. Asam lemak bebas ( keasaman ) dalam
konsentrasi tinggi yang terdapat dalam nabati sangat merugikan, karena dapat
menurunkan kwalitas atau akan mempengaruhi sifat fisis dan sifat kimia dari bahan
bakar, untuk itulah perlu dilakukan usaha untuk mengurangi dan mencegah
terbentukya kadar asam lemak bebas yang tinggi. Asam lemak bebeas dapat
dihilangkan dengan mengkonversinya menjadi metil ester. Pada tahap esterifikasi
ini katalis yang digunakannya adalah katalis asam yaitu H2SO4 2% (v/v). Jika
katalis yang digunakan adalah katalis basa maka akan memungkinkan terjadinya
pembentukan sabun (saponifikasi). Pereaksi yang digunakan adalah methanol
tekniks dengan konsentrasi 20% (v/v).
Hal yang dilakukan pada tahap ini yaitu mencampurkan methanol teknik
dengan asam H2SO4. Campuran tersebut kemudian dimasukan kedalam erlenmeyer
yang telah brisi minyak jarak pagar yang telah dilengkapi dengan alat kondesor
untuk mengkondensasi uap methanol yang selanjutnya akan dipanaskan pada suhu
60°C selama 90 menit. Campuran hasil pemanasan selanjtunya dilakukan
pemisahan untuk memisahkan hasil samping dari metil ester (biodiesel) dan minyak
jarak pagar. Selanjutnya dilakukan dua kali pencucian. Pencucian pertama
campuran biodiesel dicuci dengan larutan urea 1% dan pencucian kedua kali dengan
air suling hangat sehingga air akan terpisah yaitu pada bagian bawah dari campuran
biodiesel dengan minyak jarak pagar.

3. Proses Tahap 2 (Transesterifikasi)


Tahap ini dilakukan untuk mengkonversi trigliserida menjadi metil ester
(biodiesel). Berbeda dengan proses esterifikasi proses ini menggunakan katalis basa
yaitu KOH 0,3 % (v/v). Penggunaan katalis basa dimaksudkan untuk mempercepat
reaksi transesterifikasi. Pereaksi yang digunakan adalah methanol teknis dengan
konsentrasi yang bervariasi. Banyaknya penggunaan pereaksi yang menggunakan
methanol dikarenakan bahwa methanol merupakan larutan yang aman dan
terjangkau dimana-mana sehingga mudah untuk menemukannya.
Tahapan proses ini yaitu campuran biodiesel dengan minyak jarak pagar
dimasukkan kedalam Erlenmeyer kemudian dipanas hingga mencapai 60°C.
Dilakukan pencampuran antara methanol dengan KOH yang kemudian larutan ini
akan dimasukan kedalam Erlenmeyer yang berisi minyak jarak pagar. Kemudian
campuran ini dikondensasi dengan menggunakan kondensor untuk
mengkondensasi uap methanol. Campuran tersebut direaksikan dengan cara
memanaskannya pada suhu 60°C selama 90 menit. Selanjutnya biodiesel yang
telah terbentuk dilakukan pemisahan antara biodiesel dengan gliserol dengan
menggunakan corong pemisah. Sama halnya dengan tahap esterifikasi, pada tahap
ini juga dilakukan pencucian sebanyak 2 kali. Pencucian pertama dilakukan dengan
larutan asam asetat 0,05% dan dilanjutkan pencucian dnegan menggunakan air
suling hangat sehingga air akan terpisah pada bagian bawah dari campuran
biodiesel dengan minyak jarak pagar. Proses terakhir dari tahap ini yaitu untuk
menghilangkan molekul air yang masih terdapat pada biodiesel yang dilakukan
dengan penyaringan menggunakan kertas saring yang sudah dibubuhi oleh natrium
sulfat anhidrat. Hal ini dilakukan karena pada biodiesel sendiri kadar air yang
diperbolehkan oleh SNI yaitu maksimal sebesar 0,05 %. Hal ini dikarenaka jika
biodiesel mengandung air berlebih maka dalam penggunaan pada mesin tidak akan
baik, sistem penyelaan atau pembakarannya akan menjadi terganggu.

Gambar 3. Biodiesel Jarak Pagar


(Sumber : Persatuan Insinyur Indonesia, 2012)

2.3 Mutu
Kualitas biodiesel yang dihasilkan dapat dilihat dengan melakukan pengamatan
visual. Kondisi fisik dari biodiesel yang dihasilkan haruslah jernih seperti minyak
nabati dengan toleransi berwarna agak kecoklatan seperti sari apel. Pada biodiesel
tidak boleh terdapat partikel, endapan, ataupun keruhan pada biodiesel akhir.
Adapun parameter yang dijadikan untuk mengukur kualitas mutu biodiesel antara
lain :
1. Viskositas
Viskositas adalah ukuran hambatan cairan untuk mengalir secara gravitasi, untuk
aliran gravitasi dibawah tekanan hidrostatis, tekanan cairan sebanding dengan
kerapatan cairan. Dari beberapa penelitian pembuatan biodiesel menyatakan bahwa
kekentalan dipengaruhi oleh konsentrasi methanol yang digunakan. Pengaruh
peningkatan konsentrasi methanol cenderung menurunkan kekentalan biodiesel.
Dan dari penelitian mengatakan bahwa kekentalan yang mendekati standard an
masih rendah berada pada konsentrasi methanol sebesar 30% (v/v). Menurut
Nirwana (2012), penelitian yang ia lakukan menunjukan bahwa viskositas biodiesel
dipengaruhi oleh panjang rantai dan komposisi asam lemak, posisi dan jumlah ikatan
rangkap (derajat ketidakjenuhan).
Semakin cepat waktu alit suatu cairan, maka kekentalan akan semakin rendah.
Kekentalan ini berbanding terbalik dnegan waktu alir. Menurut SNI kekentalan
yang diperbolehkan yaitu 2,3-6,0 mm2/s (cSt). Jike kekentalan melebihi standar
tersebut maka dapat dikatakan bahwa biodiesel tersebut tidaklah baik karena jika
kekentalan biodiesel besar maka akan berpengaruh pada pengaliran biodiesel ke
ruang pembakaran, nantinya akan menyebabkan terjadinya perlambatan alir.
Sedangkan jika kekentalan biodiesel lebih rendah dari standar SNI maka nantinya
untuk mencapai ruang pembakaran pada mesin akan sangat cepat sehingga sistem
pembakaran tidak terjadi dengan baik.
2. Densitas
Densitas adalah massa biodiesel persatuan volume pada suhu tertentu. Parameter
densitas ini dipengaruhi panjang rantai asam lemak, ketidak jenuhan, dan
temperature lingkungan. Seperti halnya viskositas, semakin panjang rantai asam
lemak, maka densitas akan semakin meningkat. Ketidak jenuhan juga
mempengaruhi densitas, dimana semakin banyak jumlah ikatan rangkap yang
terdapat dalam produk akan terjadi penurunan densitas. Biodiesel yang diproduksi
haruslah stabil pada suhu rendah. Semakin rendah suhu maka densitas biodiesel akan
semakan tinggi begitu juga sebaliknya. Densitas yang baik adalah sesuai dengan SNI
yaitu pada suhu 40 °C sebesar 850-890 kg/ m3.
3. Kadar air
Kadar air biodiesel mempengaruhi penyimpanan biodiesel dan juga proses
pencampuran dengan solar karena sifatnya yang hidroskopis. Kada air biodiesel
yang tinggi dapat menyebabkan mikroba mudah tumbuh dan mengotori biodiesel,
korosi pada mesin, dan pada suhu rendah menyebabkan pemisahan terhadap
biodiesel murni. SNI mengeluarkan standar untuk kadar air yang diperbolehkan
pada biodiesel adalah 0,05% maks.
4. Bilangan Asam dan Kadar Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas pada minyak maupun metil ester akan meningkat dengan
adanya proses hidrolisis yang dikatalisa asam, terutama produk yang memiliki kadar
air yang tinggi. Kadar asam ini sesuai standar mutu SNI yang diperbolehkan
maksimum 0,5 mg-KOH/g. Kadar asam ini pada biodiesel nantinya akan
berpengaruh pada mesin yang dapat menyebabkan korosi terhadap mesin. Sehingga
nantinya dapat merusak mesin.
5. Angka setana
Angka setana adalah kemampuan bahan bakar untuk menyala dengan cepat
setelah diinjeksi. Fungsinya untuk mengetahuikecenderungan bahan bakar motor
diesel membentuk ketukan ( knocking ).Semakin tinggi nilainya, semakin baik
kualitas pembakaran bahan bakar tersebut. Angka setana adalah salah satu
parameter penting yang menentukan apakah suatu metil ester asam lemak dapat
digunakan sebagai biodiesel atau tidak. Angka setana merupakan ukuran yang
dipakai untuk menyatakan kualitas pembakaran bahan bakar dalam ruang bakar
mesin. Angka setana adalah fungsi dari banyaknya CH2 dan CH3 dalam komposisi
bahan bakar (rasio CH2 : CH3). Semakin tinggi rasio antara keduanya, maka
semakin tinggi angka setana biodiesel yang diperoleh.
6. Flash Point
Flash point: adalah temperatur terendah yang harus dicapai dalam pemanasan
biodieseluntuk menimbulkan uap yang dapat terbakar dalam jumlah yang cukup,
untuk nyala atau terbakar sesaat ketika disinggungkan dengansuatu nyala uap.
Apabila flash point bahan bakar tinggi, akan memudahkan dalam penanganan dan
penyimpanan bahan bakar tersebut karena bahan bakar tidak perlu disimpan pada
temperatur rendah, sebaliknya jika flash point terlalu rendah, akan berbahaya karena
menimbulakn resiko tinggi bagi penyalaan, sehingga harus disimpan pada suhu
rendah. Sesuai dengan standar SNI titik nyala atau flash point yang diharapkan
adalah minimal 100°C.
7. Bilangan Iod
Bilangan iod adalah ukuran dari jumlah ketidakjenuhan minyak atau lemak.
Minyak dengan bilangan iod tinggi akan menghasilkan ester dengan daya aliran dan
pemadatan pada suhu rendah. Bilangan iod biodiesel dipengaruhi faktor-faktor
seperti persentase konsentrasi komponen asam lemak tidak jenuh, berat molekul
masing-masing komponen tersebut, dan jumlah ikatan rangkap didalamnya. Metil
ester asam lemak yang memiliki derajat ketidakjenuhan tinggi tidak cocok
digunakan sebagai biodiesel karena molekul tidak jenuh akan bereaksi dengan
oksigen dari atmosfer dan terkonversi menjadi peroksida. Akhirnya terjadi ikatan
silang pada sisi tidak jenuh dan menyebabkan biodiesel terpolimerisasi, terutama
jika suhu meningkat. Sebagai akibatnya terjadi deposit pada mesin diesel.
Tabel 1. Syarat Mutu Biodiesel
No Parameter Uji Satuan, Persyaratan
min/maks
1 Massa jenis pada 40 °C kg/m3 850-890
2 Viskositas kinematic pada 40 °C mm2/s (cSt) 2,3-6,0
3 Angka setana min 51
4 Titik nyala (mangkok tertutup) °C , min 100
5 Titik kabut °C , makx 18
6 Korosi lempeng tembaga (3 jam Nomor 1
pada 50 °C
7 Residu karbon
- dalam percontohan asli; atau 0,05
- dalam 10% ampas distilasi %-massa, maks 0,3
8 Air dan sedimen %-volume, maks 0,05
9 Temperatur distilasi 90% °C , maks 360
10 Abu tersulfatkan %-massa, maks 0,02
11 Belerang mg/kg, maks 50
12 Fosfor mg/kg, maks 4
13 Angka asam mg-KOH/g, maks 0,5
14 Gliserol bebas %- massa, maks 0,02
15 Gliserol total %- massa, maks 0,24
16 Kadar ester metil %- massa, min 96,5
17 Angka iodium %- massa (g- 115
l2/100 g), maks
18 Kestabilan oksidasi periode 480
induksi metode rancimat atau Menit 36
periode induksi metode petro oksi
19 Monogliserida %-massa, maks 0,8

2.4 Prospek Penggunaan (Manfaat)


Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar yang berasal dari minyak nabati,
minyak hewani dan sisa dari minyak atau lemak. Biodiesel ini sudah
dikembangkan bahkan diproduksi untuk menjadi bahan bakar alternatif sebagai
pengganti bahan bakar yang berasal dari dalam minyak bumi. Meningkatnya
kebutuhan akan energy menyebabkan konsumsi energy dari minyak bumi semakin
meningkat. Meningkatnya konsumsi minyak bumi ini membuat cadangan minyak
bumi semakin menipis. Untuk menghasilkan minyak bumi diperlukan beribu-ribu
tahun. Oleh karena itu biodiesel dijadikan salah satu alternative bahan bakar.
Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar alternative hal ini karena biodiesel
bersifat ramah lingkungan, tidak mempunyai efek terhadap kesehatan sehingga
dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor yang dapat menurunkan
emisi bila dibandingkan dengan minyak diesel. Selain itu salah satu kriteria yang
menunjukan bahan bakar alternative untuk masa depan adalah harus memnuhi
ketersedian bahan baku atau sumber yang banyak dan terbarukan. Produk akhir
dari biodiesel dapat digunakan secara murni tanpa dicampur maupun dilakukan
pencampuran,. Biodiesel ini dikhususkan untuk mesin jenis diesel dan digunakan
untuk pengganti solar untuk mengurangsi kunsumsi solar (minyak bumi).
Biodiesel sebagai bahan bakar alternative untuk mesin diesel memiliki
kelebihan dibandingan dibandingkan dengan bahan bakar diesel petroleum yaitu
biodiesel merupakan bahan bakar yang tidak beracun dan dapat dibiodegradasi,
memiliki bilangan setana yang tinggi, mengurangi emisi karbon monoksida,
hidrokarbon dan lain-lain. Menurut Arifin (2008) dalam penelitiannya belum dapat
merekomendasikan biodiesel murni 100 % karena masih terdapat kadar air yang
melebihi batas normalnya. Dan didapatkan bahwa campuran biodiesel dengan solar
yang terbaik pada beberapa fraksi menunjukan hasil bahwa penggunaa biodiesel
dapat memperbaiki torsi motor pada berbagai tingkat rpm dengan hasil yang paling
tinggi dicapai oleh campuran biodiesel 20%. Selain itu pada campuran 20% ini
daya motor yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar berbagai fraksi biodiesel
memiliki karaktersitik yang lebih baik dari pada minyak diesel murni. Hal ini terjadi
karena putaran torsi yang semakin baik akan menghasilkan daya yang semakin baik
juga. Untuk konsumsi bahan bakar, yang menunjukan konsumsi bahan bakar
terendah adalah pada bahan bakar biodiesel fraksi 20%. Dengan demikian dapat
dikatan bahwa bahan bakar biodiesel minyak jarak memiliki kecenderungan yang
labih baik jika digunakan pada mesin diesel. Sementara pengaruh penggunaan
bahan bakar biodiesel minyak jarak terhadap kualitas emisi gas buang terutama
terhadap besarnya opasitas menunjukkan adanya perbaikan kualitas emisi yang
dihasilkan. Besarnya penurunan ini dikarenakan tercukupinya jumlah udara dalam
silinder, sehingga sebagian besar bahan bakar tercampu secara ideal pada saat bahan
bakar berbentuk uap. Besarnya pengurangan tingkat kepekatan asap gas buang
motor diesel (opacity) pada penggunaan bio diesel minyak jarak memiliki
kecenderungan semakin baik. Keunggulan yang lain dari biodiesel ini yaitu adalah
tidak diperlukannya modifikasi mesin, hal ini dikarenakan biodiesel mempunyai
efek pembersihan terhadap tangki bahan bakar, injector dan slang.
Beberapa faktor pendukung pengembangan biodiesel di Indonesia: Bahan baku
minyak nabati cukup banyak tersedia, teknologi pembuatan biodiesel relatif mudah
tersedia, adanya peluang pasar dan keuntungannya yang menjanjikan. Faktor
pendukung dan kebutuhan dalam menemukan energy alternative maka prospek
untuk mengembangkan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif sangatlah
prospektif, khususnya di Indonesia.
2.5 Prospek Pasar
Menurut menteri energy dan suber daya mineral (ESDM), pemakaian bahan
bakar dalam negeri naik rata-rata sebesar 5% pertahun dan untuk menghemat
pemakaian deviasa, pemerintah merencanakan mulai pada tahun 2008 akan
mengganti 50% solar transportasi dengan biosolar, 20 % minyak tanah dengan
Biokerosin, serta 60% solar industry dan minyak bakar dengan biodiesel
(Yunizurwan, 2007).
Potensi pasar biodiesel sangatlah terbuka lebar. Dalam jangka pendek
digunakan sebagai subtitusi solar untuk industry, minyak tanah dan sebagai bahan
pencampur pembuatan biosolar oleh PT. Pertamina, jumlah tersebut diprediksi akan
naik dan potensi tersebut akan lebih besar bila diproduksi untuk tujuan ekspor.
Perhitungan finansial untuk industry biodiesel skala pilot proyek dengan kapasitas
produksi 100 ton pertahun, usia teknis 10 tahun, dengan suku bunga 15% akan
didapatkan Rp. 157.815.220,-. Untuk nilai IRR akan terjadi pada tahun ke 5 dan
break event point dalam pembuatan adalah 22,709 ton. Adapun harga pokok yang
ada dalam pembuatan biodiesel jarak pagar adalah sebesar Rp. 4.015,38 per liter
dan belum dapat bersaing dengan harga penjualan solar dipasaran yaitu sebesar
4.300 per liter dan harga pembelian solar oleh pemerintah Indonesia sebesar
Rp.6.040 per liter. Untuk setiap liter bahan bakar fosil yang disubsitusi dengan
bahan bakar yang berasal dari tanaman jarak pagar , akan terjadi transfer pricing
(pembelanjaan dalam negeri) sebesar Rp. 3.418.40 (dari pengadaan biji jarak pagar)
dan menyerap tenaga kerja sebanyak 0,000342 orang (diperkebunan dan industry
biodiesel), pengehematan devisa sebesar harga pemeblian minyak oleh pemerintah
(Yunizurwan, 2007). Dilihat dari segi prospek pasarnya biodiesel dari jarak pagar
dapat membantu dalam perkonomian masyarakat Indonesia khususnya bagi
masyarakat pedesaan. Dalam hal ini dapat membuka lapangan pekerjaan,
mendorong atau mengembangkan sektor perkebunan, mengurangi devisa Negara
dan mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.

3. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa tanaman jarak pagar sangat
potensial dijadikan sebagai biodiesel. Biodiesel sendiri merupakan bahan bakar
alternative pengganti solar yang digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel.
Biodiesel ini memiliki keunggulan yaitu ramah lingkungan dan dapat diperbaharui.
Pembuatan biodiesel sendiri melalui tahap esterifikasi dan transesterifikasi
kemudian dicuci untuk mendapatkan minyak biodiesel yang jernih. Mutu biodiesel
didapatkan dari beberapa parameter seperti metode pembuatan, pengadukan,
penggunakan katalis dll.
DAFTAR PUSTAKA

Bursatriannyo. 2013 . Jarak Pagar sebagai Bahan Baku Biodiesel. Terdapat pada
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/?p=6875 (Diakses pada tanggal
17 Desember 2017 pukul 8:00 WIB)

Devita. 2015. Biodiesel Sebagai Bioenergi Alternatif Dan Prospeftif . Sekolah


Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan Vol. 9 No. 2 Nopember 2015

Persatuan Insinyur Indonesia. 2012. Jarak Pagar (Jatropa curcas L.) Varietas IP-
3P. Terdapat pada http://www.bkmpii.org/2012/12/jarak-pagar-sebagai-
bahan-baku-biodiesel.html (Diakses pada tanggal 17 Desember 2017 pukul
8:00 WIB)

Yunizurwan. 2007. Analisis Potensi dan Peluang Ekonomi Biodiesel Dari Minyak
Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Sebagai Bahan Bakar Alternatif.
Universitas Sumatera Utara. Medan

Jurnal yang dianalisis

M.D Kolo, Sefrinus; dkk. 2016. Produksi Biodiesel dari Minyak Biji Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.). Jurnal Pendidikan Biologi. Vol. 1, No 1 (6-8)

Sudrajat, R; dkk. Teknologi Pembuatan Biodisel Dari Minyak Biji Tanaman Jarak
Pagar. Terdapat pada
repository.ipb.ac.id/bitstream/123456789/2522/4/F07abt.pdf

Suhartanta dan Zainal Arifin. 2008. Pemanfaatan Minyak Jarak Pagar Sebagai
Bahan Bakar Alternatif Mesin Diesel. Jurnal Penelitian Saintek. Vol. 13, No
1 (19-46)

Syakir, M. 2010. Prospek dan Kendala Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha


curcas L.) Sebagai Bahan Bakar Nabati di Indonesia. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Vol 9, No 2(55-65)

Anda mungkin juga menyukai