MK TEKNIK BIOPROSES
(Pembuatan Biodiesel Minyak Jarak Pagar)
Oleh :
Nama : Lisa Oktavia Br Napitupulu
NPM : 240110150057
Hari,Tanggal : Kamis, 21 Desember 2017
Waktu : 10.30 – 12.30 WIB
Kelas : Teknik Pertanian/Pasca 2015
Dosen Pengampu :
Sarifah nurjanah. Dr.Ir., M.App.Sc
2. Isi
2.1 Potensi Bahan Baku
Dalam pembuatan biodiesel bahan baku yang digunakan haruslah memenuhi
keriteria bahwa bahan baku tersebut tidak bersaing dengan pangan, tidak bersaing
dengan tanaman pangan untuk tempat hidupnya, dan juga haruslah memiliki
ketersediaan yang cukup. Salah satu bahan baku yang memenuhi kriteria tersebut
dan dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah tanaman jarak
pagar. Tanaman jarak pagar ini tidak dikonsumsi oleh manusia dan juga hewan
karen sifatnya yang beracun. Selain itu ketersediaan lahan dalam penanaman jarak
pagar ini cukup luas sehingga tanaman pagar ini cukup potensial untuk dijadikan
bahan baku biodiesel. Tanaman jarak pagar sudah dikenal oleh masyarakat luas
dengan nama yang berbeda-beda sesuai dengan daerah atau wilayah masing-masing
seperti jarak China (Jawa), baklawah, nawaih (NAD), jarak kosta (Sunda), paku
kare (Timor), peleng kaliki (Bugis), kalelkie paghar (Madura), jarak pager (Bali),
lulumau, paku kase, jarak pagar (Nusa Tenggara), kuman nma (Alor) dan lain
sebagainya. Tanaman jarak merupakan tanaman asal Amerika Tengah yang
kemudian diperkenalkan dan menyebar di Indonesia oleh pelaut Portugis pada abad
ke 18.
Dari hasil eksplorasi yang dilakukan oleh Putslitbang di perkebunan
dibeberapa provinsi memperlihatkan morfologi tanaman jarak pagar yaitu akar
jarak pagar dipengaruhi oleh kondisi atau keadaan lahan jarak pagar ditanam,
batang tanaman jarak pagar mempunyai struktur kayu berbentuk slindris, bergetar
dan bercabang tidak beraturan, daunnya membentuk menjari berwarna hijau muda
sampai hijau tua, bunga tanaman ini berwarna hijau kekuningan atau coklat
kekuningan, dan buah setelah 40-50 hari akan berbentuk menjadi masak dan
berubah warna dari warna hijau menjadi kuning dan kemudian mengering.
Potensi ketersedian lahan berdasarkan kriteria kelas kesesuaian lahan, di
Indonesia baru tersedia peta skala kecil 1:1.000.000,-. Pada peta skala eksplorasi
menunjukkan lahan yang sesuai untuk jarak pagar di Indonesia seluas 49,53 juta ha,
yang terdiri atas ; sangat sesuai 14.28 juta ha, cukup sesuai 5,53 juta ha dan sesuai
marginal 29,72 juta ha. Kelas lahan sangat sesuai terdapat di Kalimantan 4,72 juta
ha, disusul Papua, Maluku dan Sulawesi 2,56 juta ha. Untuk kelas cukup sesuai
terdapat di Kalimantan 1,71 juta ha dan di Nusa Tenggara 1,26 juta ha. Kelas sesuai
marginal terluas di Sumatera 11,09 juta ha dan Kalimantan 11,03 juta ha (Syakir,
2010).
2.3 Mutu
Kualitas biodiesel yang dihasilkan dapat dilihat dengan melakukan pengamatan
visual. Kondisi fisik dari biodiesel yang dihasilkan haruslah jernih seperti minyak
nabati dengan toleransi berwarna agak kecoklatan seperti sari apel. Pada biodiesel
tidak boleh terdapat partikel, endapan, ataupun keruhan pada biodiesel akhir.
Adapun parameter yang dijadikan untuk mengukur kualitas mutu biodiesel antara
lain :
1. Viskositas
Viskositas adalah ukuran hambatan cairan untuk mengalir secara gravitasi, untuk
aliran gravitasi dibawah tekanan hidrostatis, tekanan cairan sebanding dengan
kerapatan cairan. Dari beberapa penelitian pembuatan biodiesel menyatakan bahwa
kekentalan dipengaruhi oleh konsentrasi methanol yang digunakan. Pengaruh
peningkatan konsentrasi methanol cenderung menurunkan kekentalan biodiesel.
Dan dari penelitian mengatakan bahwa kekentalan yang mendekati standard an
masih rendah berada pada konsentrasi methanol sebesar 30% (v/v). Menurut
Nirwana (2012), penelitian yang ia lakukan menunjukan bahwa viskositas biodiesel
dipengaruhi oleh panjang rantai dan komposisi asam lemak, posisi dan jumlah ikatan
rangkap (derajat ketidakjenuhan).
Semakin cepat waktu alit suatu cairan, maka kekentalan akan semakin rendah.
Kekentalan ini berbanding terbalik dnegan waktu alir. Menurut SNI kekentalan
yang diperbolehkan yaitu 2,3-6,0 mm2/s (cSt). Jike kekentalan melebihi standar
tersebut maka dapat dikatakan bahwa biodiesel tersebut tidaklah baik karena jika
kekentalan biodiesel besar maka akan berpengaruh pada pengaliran biodiesel ke
ruang pembakaran, nantinya akan menyebabkan terjadinya perlambatan alir.
Sedangkan jika kekentalan biodiesel lebih rendah dari standar SNI maka nantinya
untuk mencapai ruang pembakaran pada mesin akan sangat cepat sehingga sistem
pembakaran tidak terjadi dengan baik.
2. Densitas
Densitas adalah massa biodiesel persatuan volume pada suhu tertentu. Parameter
densitas ini dipengaruhi panjang rantai asam lemak, ketidak jenuhan, dan
temperature lingkungan. Seperti halnya viskositas, semakin panjang rantai asam
lemak, maka densitas akan semakin meningkat. Ketidak jenuhan juga
mempengaruhi densitas, dimana semakin banyak jumlah ikatan rangkap yang
terdapat dalam produk akan terjadi penurunan densitas. Biodiesel yang diproduksi
haruslah stabil pada suhu rendah. Semakin rendah suhu maka densitas biodiesel akan
semakan tinggi begitu juga sebaliknya. Densitas yang baik adalah sesuai dengan SNI
yaitu pada suhu 40 °C sebesar 850-890 kg/ m3.
3. Kadar air
Kadar air biodiesel mempengaruhi penyimpanan biodiesel dan juga proses
pencampuran dengan solar karena sifatnya yang hidroskopis. Kada air biodiesel
yang tinggi dapat menyebabkan mikroba mudah tumbuh dan mengotori biodiesel,
korosi pada mesin, dan pada suhu rendah menyebabkan pemisahan terhadap
biodiesel murni. SNI mengeluarkan standar untuk kadar air yang diperbolehkan
pada biodiesel adalah 0,05% maks.
4. Bilangan Asam dan Kadar Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas pada minyak maupun metil ester akan meningkat dengan
adanya proses hidrolisis yang dikatalisa asam, terutama produk yang memiliki kadar
air yang tinggi. Kadar asam ini sesuai standar mutu SNI yang diperbolehkan
maksimum 0,5 mg-KOH/g. Kadar asam ini pada biodiesel nantinya akan
berpengaruh pada mesin yang dapat menyebabkan korosi terhadap mesin. Sehingga
nantinya dapat merusak mesin.
5. Angka setana
Angka setana adalah kemampuan bahan bakar untuk menyala dengan cepat
setelah diinjeksi. Fungsinya untuk mengetahuikecenderungan bahan bakar motor
diesel membentuk ketukan ( knocking ).Semakin tinggi nilainya, semakin baik
kualitas pembakaran bahan bakar tersebut. Angka setana adalah salah satu
parameter penting yang menentukan apakah suatu metil ester asam lemak dapat
digunakan sebagai biodiesel atau tidak. Angka setana merupakan ukuran yang
dipakai untuk menyatakan kualitas pembakaran bahan bakar dalam ruang bakar
mesin. Angka setana adalah fungsi dari banyaknya CH2 dan CH3 dalam komposisi
bahan bakar (rasio CH2 : CH3). Semakin tinggi rasio antara keduanya, maka
semakin tinggi angka setana biodiesel yang diperoleh.
6. Flash Point
Flash point: adalah temperatur terendah yang harus dicapai dalam pemanasan
biodieseluntuk menimbulkan uap yang dapat terbakar dalam jumlah yang cukup,
untuk nyala atau terbakar sesaat ketika disinggungkan dengansuatu nyala uap.
Apabila flash point bahan bakar tinggi, akan memudahkan dalam penanganan dan
penyimpanan bahan bakar tersebut karena bahan bakar tidak perlu disimpan pada
temperatur rendah, sebaliknya jika flash point terlalu rendah, akan berbahaya karena
menimbulakn resiko tinggi bagi penyalaan, sehingga harus disimpan pada suhu
rendah. Sesuai dengan standar SNI titik nyala atau flash point yang diharapkan
adalah minimal 100°C.
7. Bilangan Iod
Bilangan iod adalah ukuran dari jumlah ketidakjenuhan minyak atau lemak.
Minyak dengan bilangan iod tinggi akan menghasilkan ester dengan daya aliran dan
pemadatan pada suhu rendah. Bilangan iod biodiesel dipengaruhi faktor-faktor
seperti persentase konsentrasi komponen asam lemak tidak jenuh, berat molekul
masing-masing komponen tersebut, dan jumlah ikatan rangkap didalamnya. Metil
ester asam lemak yang memiliki derajat ketidakjenuhan tinggi tidak cocok
digunakan sebagai biodiesel karena molekul tidak jenuh akan bereaksi dengan
oksigen dari atmosfer dan terkonversi menjadi peroksida. Akhirnya terjadi ikatan
silang pada sisi tidak jenuh dan menyebabkan biodiesel terpolimerisasi, terutama
jika suhu meningkat. Sebagai akibatnya terjadi deposit pada mesin diesel.
Tabel 1. Syarat Mutu Biodiesel
No Parameter Uji Satuan, Persyaratan
min/maks
1 Massa jenis pada 40 °C kg/m3 850-890
2 Viskositas kinematic pada 40 °C mm2/s (cSt) 2,3-6,0
3 Angka setana min 51
4 Titik nyala (mangkok tertutup) °C , min 100
5 Titik kabut °C , makx 18
6 Korosi lempeng tembaga (3 jam Nomor 1
pada 50 °C
7 Residu karbon
- dalam percontohan asli; atau 0,05
- dalam 10% ampas distilasi %-massa, maks 0,3
8 Air dan sedimen %-volume, maks 0,05
9 Temperatur distilasi 90% °C , maks 360
10 Abu tersulfatkan %-massa, maks 0,02
11 Belerang mg/kg, maks 50
12 Fosfor mg/kg, maks 4
13 Angka asam mg-KOH/g, maks 0,5
14 Gliserol bebas %- massa, maks 0,02
15 Gliserol total %- massa, maks 0,24
16 Kadar ester metil %- massa, min 96,5
17 Angka iodium %- massa (g- 115
l2/100 g), maks
18 Kestabilan oksidasi periode 480
induksi metode rancimat atau Menit 36
periode induksi metode petro oksi
19 Monogliserida %-massa, maks 0,8
3. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa tanaman jarak pagar sangat
potensial dijadikan sebagai biodiesel. Biodiesel sendiri merupakan bahan bakar
alternative pengganti solar yang digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel.
Biodiesel ini memiliki keunggulan yaitu ramah lingkungan dan dapat diperbaharui.
Pembuatan biodiesel sendiri melalui tahap esterifikasi dan transesterifikasi
kemudian dicuci untuk mendapatkan minyak biodiesel yang jernih. Mutu biodiesel
didapatkan dari beberapa parameter seperti metode pembuatan, pengadukan,
penggunakan katalis dll.
DAFTAR PUSTAKA
Bursatriannyo. 2013 . Jarak Pagar sebagai Bahan Baku Biodiesel. Terdapat pada
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/?p=6875 (Diakses pada tanggal
17 Desember 2017 pukul 8:00 WIB)
Persatuan Insinyur Indonesia. 2012. Jarak Pagar (Jatropa curcas L.) Varietas IP-
3P. Terdapat pada http://www.bkmpii.org/2012/12/jarak-pagar-sebagai-
bahan-baku-biodiesel.html (Diakses pada tanggal 17 Desember 2017 pukul
8:00 WIB)
Yunizurwan. 2007. Analisis Potensi dan Peluang Ekonomi Biodiesel Dari Minyak
Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Sebagai Bahan Bakar Alternatif.
Universitas Sumatera Utara. Medan
M.D Kolo, Sefrinus; dkk. 2016. Produksi Biodiesel dari Minyak Biji Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.). Jurnal Pendidikan Biologi. Vol. 1, No 1 (6-8)
Sudrajat, R; dkk. Teknologi Pembuatan Biodisel Dari Minyak Biji Tanaman Jarak
Pagar. Terdapat pada
repository.ipb.ac.id/bitstream/123456789/2522/4/F07abt.pdf
Suhartanta dan Zainal Arifin. 2008. Pemanfaatan Minyak Jarak Pagar Sebagai
Bahan Bakar Alternatif Mesin Diesel. Jurnal Penelitian Saintek. Vol. 13, No
1 (19-46)