Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN PANCASILA

Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur Terkait Permasalahan Peran


Keluarga dalam Pembentukan Karakter.

disusun oleh :

Achmad Ramadhan (2304672)


Bunga Putri Mirawan (2311307)
Destyani Dwi Nur Haliza (2300300)
Deden (2305064)
Difa Salsabila Putri (2301045)
Farrel Dio Pratama (2306971)
Ilman Fadhilah Rahmatillah (2300033)
Lerisha Nur Afifa Firdaus(2304687)
Fahrie Mohammad Ardhana (2300452)
Muhammad Genta Masykur (2304844)
Putri Angelia (2312140)

PROGRAM STUDI SURVEI PEMETAAN DAN INFORMASI GEOGRAFIS


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena berkat rahmat-nya kami
bisa menyelesaikan makalah pada kali ini, mengenai Peraturan Perundang-Undangan yang
mengatur Terkait Permasalahan Peran Keluarga Dalam Pembetukan Karakter. Makalah ini
kami buat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang diampu
oleh dosen kami yakninya bapak Dadi Mulyadi, S.Pd., M.Pd.
Dalam makalah ini berisi mengenai peraturan perundang-undangan mengenai peran
keluarga dalam pembentukan karakter anak di zaman sekarang ini. Pendidikan karakter
merupakan hal yang sangat berperan penting bagi tumbuh kembang anak, karena tanpa adanya
pendidikan karakter seorang anak akan tumbuh menjadi orang yang tidak berperilaku baik
karena kurangnya pendidikan dari orang tua sendiri. Karakter seorang anak yang baik agar bisa
tercipta, dibutuhkan 3 peran penting yakninya keluarga,masyarakat, dan sekolah.
Oleh karena itu kami berharap nantinya makalah ini bisa menjadi pedoman dan
membantu bagi anak agar mendapatkan kasing sayang dan pendidikan karakter oleh orang
tuanya. Saya harap makalah ini bisa bermanfaat dan membantu dalam mengetahui hal-hal yang
mengatur tentang pentingnya mendidik karakter seorang anak, agar anak tersebut bisa tumbuh
menjadi orang yang memiliki karakter yang baik dan berguna bagi nusa dan bangsa.

Bandung, 18 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
BAB I .......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ......................................................................................................................... 1
BAB II ......................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 2
2.1. Pembentukan Karakter ................................................................................................... 2
2.2. Peraturan Perundang-undangan tentang Peran Keluarga dalam Pembentukan
Karakter .................................................................................................................................. 2
2.3. Peraturan Berdasar Konvensi Hak Anak dan UNICEF .................................................. 3
2.4. Peraturan Berdasar Agama ............................................................................................ 4
BAB III ........................................................................................................................................ 6
PENUTUP .................................................................................................................................. 6
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................... 6
3.2. Saran ............................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan karakter merupakan suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk
mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya
sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-
nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Pendidikan
karakter (character education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana
tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus
guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik.

1.2.Rumusan Masalah
a. Apa itu pendidikan karakter?
b. Seperti apa peran keluarga dalam pembentukan karakter itu?
c. Bagaimana peraturan perundang-undangan berperan dalam pembentukan karakter?

1.3.Tujuan
a. Mengetahui manfaat dan tujuan dari peran keluarga dalam pembentukan karakter
b. Memahami peraturan perundang-undangan yang berperan dalam pembentukan
karakter

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pembentukan Karakter


Karakter kita terbentuk dari kebiasaan kita. Kebiasaan kita saat anak-anak biasanya
bertahan sampai masa remaja. Orang tua bisa mempengaruhi baik atau buruk, pembentukan
kebiasaan anak-anak mereka (Lickona, 2012:50).
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena pikiran yang di dalamnya
terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidup, yang kemudian membentuk
sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikir yang bisa mempengaruhi
perilaku. Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya
dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah, nature) dan lingkungan (sosialisasi pendidikan,
nurture).
Tujuan pembentukan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak
yang baik dengan tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong anak untuk
tumbuh dengan kapasitas komitmen-nya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan
melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan
dalam membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungan.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional, keluarga termasuk jalur pendidikan informal atau
jalur pendidikan luar sekolah. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1, bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
formal, informal, dan nonformal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan
formal adalah jalur pendidikan sekolah. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga.
Dan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan lingkungan atau masyarakat. Pendidikan
dalam keluarga sangat berperan dalam mengembangkan watak, karakter, dan kepribadian
seseorang.
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memiliki peran penting dalam
pembentukan karakter bangsa. Keluarga akan membentuk karakter seseorang dan berpengaruh
pada lingkungannya sebab keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi
pembentukan karakter setiap anak yang ada di Indonesia ini.
Pendidikan karakter seorang anak akan berjalan secara efektif bila melibatkan 3
konstitusi yaitu keluarga,sekolah, dan masyarakat. Pendidikan informal yang didapatkan
seorang anak di lingkungan keluarga merupakan hal yang sangat penting karena mulai dari
seorang anak itu balita hingga dewasa mereka akan tumbuh kembang di lingkungan keluarga.
Jika pendidikan seorang anak dapat terpenuhi dengan baik dilingkungan keluarga maka
nantinya anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yg berkarakter sesuai dengan apa yang
mereka dapatkan dan lihat dari lingkungan keluarga itu sendiri.

2.2. Peraturan Perundang-undangan tentang Peran Keluarga dalam Pembentukan


Karakter
Pengertian pendidikan karakter tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pengertiannya, pembentukan karakter
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan seseorang dan membentuk karakter serta

2
3

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada
pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, informal,
dan nonformal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Pasal 49 UU No.35 Tahun 2014 menyatakan Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Keluarga, dan Orang Tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak
untuk memperoleh pendidikan.
Pendidikan nasional telah diatur dan didefinisikan dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). UU ini berkedudukan sebagai landasan hukum
dalam penyelenggaraan setiap sistem pendidikan di Indonesia. Peran keluarga, dalam hal ini
orang tua dalam pendidikan tertera dalam Pasal 7 ayat 1 dan 2. Ayat 1 menyatakan, orang tua
berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang
perkembangan pendidikan anaknya. Sedangkan ayat (2) menyatakan, orang tua dari anak usia
wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.
Permendikbud Nomor 30 Tahun 2017 tentang Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan
Pendidikan Ayat (3) pasal 1 Penguatan Pendidikan Karakter adalah gerakan pendidikan di
bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui
harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama
antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari gerakan nasional
revolusi mental.
Permendikbud Nomor 30 Tahun 2017 BAB III Pasal (8) ayat (1) Pelibatan Keluarga dalam
Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c dapat berupa:
a. mencegah peserta didik dari perbuatan yang melanggar peraturan Satuan Pendidikan
dan/atau yang mengganggu ketertiban umum;
b. mencegah terjadinya tindak anarkis dan/atau perkelahian yang melibatkan pelajar; dan
c. mencegah terjadinya perbuatan pornografi, pornoaksi, dan penyalahgunaan narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang melibatkan peserta didik.
Ayat (2) Bentuk Pelibatan Keluarga sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan
dengan cara membina, mengawasi, dan/atau melaporkan kepada pihak Satuan Pendidikan atau
pihak berwajib.

2.3. Peraturan Berdasar Konvensi Hak Anak dan UNICEF


Konvensi Hak Anak (KHA) adalah perjanjian internasional yang ditetapkan oleh PBB
pada tahun 1989 dan telah diadopsi oleh 193 negara, termasuk Indonesia pada tahun 1990.
KHA merupakan perjanjian HAM yang paling banyak diratifikasi di dunia.
Sedangkan UNICEF berperan sebagai organisasi advokasi dan implementasi yang bekerja
untuk mewujudkan Konvensi Hak Anak (KHA).
Konvensi Hak Anak adalah perjanjian internasional yang ditetapkan oleh PBB dan telah
diadopsi oleh hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Konvensi ini berisi
pedoman tentang hak-hak anak yang harus dihormati, dilindungi, dan dipenuhi oleh negara-
negara anggotanya. Jadi, meskipun tidak memiliki undang-undang sendiri, UNICEF
memainkan peran penting dalam mendorong dan mendukung negara-negara untuk mengadopsi
dan menerapkan Konvensi Hak Anak sebagai landasan hukum nasional untuk melindungi dan
memenuhi hak-hak anak.
4

a. Implementasi KHA di Indonesia


Indonesia telah meratifikasi KHA pada tahun 1990 dan telah melakukan berbagai upaya
untuk mengimplementasikannya, antara lain:
- Pengesahan Undang-undang Perlindungan Anak (UU No. 35 Tahun 2014)
- Pembentukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
- Penyusunan berbagai kebijakan dan program nasional untuk mewujudkan hak-hak
anak
Meskipun demikian, masih banyak tantangan dalam implementasi KHA di Indonesia,
antara lain:
- Keterbatasan sumber daya
- Kurangnya kesadaran masyarakat tentang hak-hak anak
- Praktik-praktik yang melanggar hak-hak anak, seperti pernikahan anak dan pekerja
anak.
b. Ada beberapa perbedaan antara Konvensi Hak Anak (yang diadopsi oleh PBB) dan
peran UNICEF sebagai badan PBB yang berfokus pada implementasi dan
perlindungan hak-hak anak, yaitu ;
1. Konvensi Hak Anak (PBB):
- Sifat Legislatif Internasional: Pasal-pasal dalam Konvensi Hak Anak
merupakan bagian dari perjanjian hak asasi manusia yang diadopsi oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1989.
- Universal dan Bersifat Hukum Internasional: Konvensi ini bersifat universal
dan memiliki dampak hukum internasional karena diadopsi oleh banyak
negara di dunia, termasuk Indonesia.
2. UNICEF:
- Pelaksanaan Program dan Proyek: UNICEF adalah badan PBB yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan proyek yang mendukung
hak-hak anak di seluruh dunia.
- Mitra Pelaksana Terrain: UNICEF sering menjadi mitra pelaksana dalam
proyek-proyek yang bertujuan memastikan pemenuhan hak anak sesuai dengan
prinsip-prinsip yang tercantum dalam Konvensi Hak Anak.

2.4. Peraturan Berdasar Agama


Sejalan dengan pandangan Qurays Shihab, bahwa Alquran banyak mengaitkan akhlak
terhadap Allah dengan akhlak kepada Rasulullah. Sebelum seorang muslim berhubungan
kepada diri dan sesamanya, terlebih dahulu harus memulainya dengan berkarakter mulia
kepada Allah dan Rasulullah. Kualitas cinta kepada sesama tidak boleh melebihi kualitas
cinta kepada Allah dan Rasulullah (QS. al-Taubah:24). Bentuk karakter mulia terhadap Allah
Swt, adalah dengan mengikuti perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Pendidikan karakter yang harus ditanamkan kepada anak adalah sebagaimana yang
diucapkan oleh Luqman kepada anaknya, Allah Ta'ala berfirman dalam QS. Luqman 17-19,

ِ ‫زم األ ُ ُم‬


17‫ور‬ ِ ‫ع‬ َ َ ‫علَى َما أ‬
َ ‫صابَكَ ِإ َّن ذَلِكَ ِمن‬ َّ ‫ي أَق ِِم ال‬
َ َ‫صالَة َ َوأ ُمر ِبال َم ْع ُروفِ َوا ْنه‬
َ ‫ع ِن ال ُمنك َِر َواص ِبر‬ َّ َ‫يَابُن‬
5

“Wahai anakku, dirikanlah sholat dan perintahkanlah mengerjakan yang baik dan
cegahlah dari kemunkaran dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya
yang demikian itu termasuk hal-hal diutamakan.”

18‫ور‬ ِ ‫اس َوالَت َ ْم ِش فِي األ َ ْر‬


ٍ ‫ض َم َر ًحا إِ َّن هللاَ الَيُحِ بُّ كُ َّل ُمخت َا ٍل فَ ُخ‬ َ ُ ‫الَت‬
ِ َّ‫صع ِْر َخدَّكَ لِلن‬

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

َ َ‫ت ل‬
ِ ِ‫صوتُ ال َحم‬
19 ‫ير‬ ْ َ ‫صوتِكَ إِ َّن أَنك ََراأل‬
ِ ‫ص َوا‬ َ ‫ُض ِمن‬ ِ ‫َوا ْق‬
ْ ‫صدْ فِي َم ْش ِيكَ َوا ْغض‬

“Dan berjalanlah dengan sederhana dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-


buruk suara ialah suara keledai."

Dari ayat tersebut, maka dapat diambil beberapa poin penting pendidikan karakter yang
harus diajarkan kepada anak, yaitu,
1. Sholat
2. Mengerjakan kebaikan dan memerintahkannya
3. Mencegah melakukan hal yang buruk
4. Bersabar atas ujian
5. Tidak boleh sombong dan angkuh
6. Sederhana, tidak berlebihan
7. Tidak berperangai dan berkata kasar.

Menurut asas -asas bab 37 dari kitab injil :


Dalam tanggung jawab kudus peran sebagai orang tua, “para ayah dan ibu berkewajiban
untuk saling membantu sebagai pasangan yang setara” (“Keluarga: Pernyataan kepada
Dunia,” Liahona, Oktober 2004, 49). Mereka hendaknya bekerja bersama untuk memenuhi
kebutuhan rohani, emosi, intelektual, dan jasmani keluarga.
Beberapa tanggung jawab haruslah dipikul bersama oleh suami dan istri. Orang tua
hendaknya mengajarkan Injil kepada anak-anak mereka. Tuhan memperingatkan bahwa jika
orang tua tidak mengajari anak-anak mereka tentang iman, pertobatan, pembaptisan, dan
karunia Roh Kudus, dosa akan dipikulkan ke atas kepala orang tua. Orang tua hendaknya
juga mengajari anak-anak mereka untuk berdoa dan untuk mematuhi perintah-perintah Tuhan
(lihat A&P 68:25, 28).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Keluarga merupakan hal yang sangat terpenting bagi tumbuh kembangnya seorang
anak, bagaimana perilaku dan karakter seorang anak merupakan tanggung jawab orang tua
yang sangat penting. Tujuan awal dari pembentukan karakter seorang anak pada awalnya
adalah agar seorang anak tersebut bisa tumbuh menjadi orang yang memiliki karakter yang
baik, serta mendorong seorang anak untuk memiliki komitmen yang baik dan memilki tujuan
hidup benar dan searah sehingga bisa bermanfaat bagi seorang anak utnuk kehidupan anak
tersebut dikemudian harinya.

3.2. Saran
Sebaiknya orang tua harus selalu untuk menyanyi anak-anaknya karena, karakter anak
itu bisa terbentuk dari kasing sayang kedua orang tuanya. Orang tua tidak bisa menyerahkan
secara sepenuhnya pendidikan karakter anak kepada pihak sekolah saja, karena karakter
seorang anak itu bisa terbentuk dari 3 faktor yaitu keluarga, masyarakat, dan sekolah. Agar
karakter generasi muda Indonesia menjadi lebih baik maka diperlukan peran dari semua
faktor keluarga, masyrakat, dan sekolah, apabila ke-3 faktor tersebut terpenuhi maka akan
terciptanya karakter yang baik, sehingga menyebabkan nantinya akan tercipta cita-cita negara
Indonesia yakninya generasi emas tahun 45.

6
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. (2015). Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Al-qur€ ™an (Studi Qs Luqman:
12-19) . From Irfani: https://www.neliti.com/publications/29308/nilai-nilai-pendidikan-
karakter-dalam-al-quran-studi-qs-luqman-12-19
Ariyati, T., & Dimyati, D. (n.d.). PENTINGNYA PERAN KELUARGA UNTUK PENGUATAN
KARAKTER DALAM MEMBENTUK AKHLAK BAIK PADA ANAK USIA DINI.
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
pengelola web kemdikbud. (2017, Juli). Penguatan Pendidikan Karakter Jadi Pintu Masuk
Pembenahan Pendidikan Nasional. From KEMENDIKBUD:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/07/penguatan-pendidikan-karakter-jadi-
pintu-masuk-pembenahan-pendidikan-nasional
Rahmad, M. (2017, Juni). Peran Keluarga Dalam Pendidikan Karakter. From Industrycoid:
https://www.industry.co.id/read/10674/peran-keluarga-dalam-pendidikan-karakter
Tanggung Jawab Keluarga. (n.d.). From GEREJA YESUS KRISTUS:
https://www.churchofjesuschrist.org/study/manual/gospel-principles/chapter-37-
family-responsibilities?lang=ind
YOZ. (2016, Juni). Regulasi Mengamanatkan Pentingnya Peran Keluarga untuk Masa
Depan Anak. From Hukum Online: https://www.hukumonline.com/berita/a/regulasi-
mengamanatkan-pentingnya-peran-keluarga-untuk-masa-depan-anak-
lt5752868d32f4f/

Anda mungkin juga menyukai