Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PENDAPATAN USAHA PETERNAK ITIK


PETELUR DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN NOMADEN
DI DESA MACCINI BAJI, KEC. LAU, KAB. MAROS

AISYAH AINUN NADIA

1922100005

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PETERNAKAN

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE


KEPULAUAN

2022
ii

LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PROPOSAL

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Peternak Itik


Petelur Dengan Sistem Pemeliharaan Nomaden
di Desa Maccini Baji, Kec. Lau, Kab. Maros
Nama : Aisyah Ainun Nadia
NPM : 1922100005
Program Studi : Agribisnis Peternakan
Pembimbing 1 : Aisyah, SE, Ak., M.Si
Pembimbing 2 : Ummul Masir, S.Pt., M.Si.
Tanggal Seminar :

Di setujui Oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Aisyah, SE, Ak., M.Si Ummul Masir, S.Pt., M.Si.


NIP : 196812071999032001 NIP : 1989082420190320015

Mengetahui :
Ketua Program Studi Agribisnis Peternakan

Dr. Alima Bachtiar Abdullahi, S.Pt., M.Si.


NIP : 19761124 2009122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah subhannahu wa


ta,ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua,
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian “Analisis Pendapatan
Peternak Itik Petelur Dengan Sistem Pemeliharaan Nomaden di Desa
Maccini Baji, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros”. Penulisan proposal ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ayahanda Sulaiman


dan ibunda Ernawati yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik dan
mengiringi setiap langkah penulis dengan doa restu yang tulus serta tak henti-
hentinya memberikan dukungan baik secara moril maupun materi.Penulis juga
menghaturkan banyak terima kasih kepada seluruh keluarga saya yang telah
menjadi inspirasi dalam hidupku serta dukungan dan motivasinya, penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir Darmawan MP selaku direktur Politeknik pertanian negri pangkep beserta


seluruh jajaran
2. Dr. Ir. Harifuddin, M.Si..selaku selaku ketua Jurusan Peternakan Agribisnis
Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajenne Kepulauan
3. Dr. Alima Bachtiar Abdullahi, S.Pt., M.Si selaku ketua Program Studi
Agribisnis Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajenne
Kepulauan
4. Aisyah, SE,Ak.,M.Si. selaku pembimbin I dan Ummul Masir S.Pt., M.Si.
selaku pembimbing II
5. Bapak dan ibu dosen beserta staf Akademik Program Studi Agribisnis
peternakan Politeknik pertanian negeri pangkep
6. Rekan seperjuangan Angkatan 2019,yang memberikan masukan dan saran
selama penulis menyelesaikan proposal.
7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.

iii
iv

Penulis menyadari bahwa propsal ini masih memerlukan saran dan kritikan
yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap proposal ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Pangkep, Desember 2022

Aisyah Ainun Nadia


NIM : 1922100005

iv
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL............................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PROPOSAL.......................................... ii

KATA PENGANTAR......................................................................................... iii

DAFTAR ISI........................................................................................................ v

DAFTAR TABEL................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian.................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 6

2.1. Landasan Teori........................................................................................ 6


A. Analisis Pendapatan........................................................................ 6
B. Biaya Pemeliharaan Itik Petelur...................................................... 6
C. Penerimaan Usaha Itik Petelur........................................................ 8
D. Pendapatan Usaha Itik Petelur........................................................ 9
E. Efisiensi Usaha................................................................................ 10
F. Sistem Pemeliharaan Nomaden...................................................... 10
2.2. Penelitian Terdahulu............................................................................... 12
2.3. Kerangka Konseptual.............................................................................. 16

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 17

3.1. Waktu dan Tempat.................................................................................. 17

v
vi

3.2. Instrumen Penelitian............................................................................... 17


3.3. Populasi dan Sampel............................................................................... 17
3.4. Metode Pengumpulan Data..................................................................... 18
3.5. Jenis dan Sumber Data............................................................................ 19
3.6. Teknik Analisis Data............................................................................... 19
3.7. Definisi Operasional............................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 22

LAMPIRAN......................................................................................................... 24

vi
DAFTAR TABEL

No Hal

1. Data Populasi Itik di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017-2020.................. 2

2. Data Populasi Itik di Kabupaten Maros Tahun 2017-2020............................... 2

3. Data Produksi Telur Itik di Kabupaten Maros Tahun 2017-2020...................... 3

vii
viii

DAFTAR GAMBAR

No
Hal

2.3. Kerangka Konseptual.................................................................................... 16

viii
1

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peternakan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara di
Indonesia. Sektor peternakan merupakan salah satu sumber pangan bagi masyarakat
yang penting dalam penyediaan pangan bergizi karena fungsi dan manfaatnya bagi
peternak merupakan penghasil protein hewani yang kini sangat penting bagi
masyarakat dan seterusnya.
Itik merupakan salah satu komoditas peternakan yang populer di masyarakat
pedesaan dan perkotaan dan seringkali masih dipelihara secara sederhana/tradisional.
Namun kontribusi terhadap pendapatan masyarakat dan ternak sebagai penghasil
protein hewani sangat nyata. Dari sisi produksi telur, tingkat kontribusi telur itik
terhadap produksi telur dalam negeri mencapai sekitar 24,9%. Namun dari sisi
produksi daging, kontribusi itik terhadap produksi daging nasional masih relatif
rendah (Sumanto dan E. Juarini, 2007).
Ternak itik ialah salah satu unggas yang dipelihara oleh petani peternak yang
ada di Indonesia yang berperan sebagai sumber pendapatan, membuka kesempatan
kerja dan sumber protein hewani baik dari daging maupun telur. Ternak itik petelur
produksi sangat dipengaruhi oleh ketersedian air, Maka dari itu peternak harus
memperhatikan ketersediaan air untuk ternaknya. Demi berlangsungnya kegiatan
produksi ternak itik petelur melakukan kegiatan berpindah tempat untuk
mendapatkan kebutuhan air dan pakan untuk ternak itik tersebut. Hal ini juga untuk
mengurangi biaya pakan yang sangat besar. Biaya pakan yang besar tentunya akan
mempengaruhi besar kecilnya pendapatan dari pelaku usaha ternak itik.
Pengembangan peternakan itik akan menjadi salah satu cara untuk
meningkatkan pendapatan penduduk pedesaan. Mempertahankan pemeliharaan
dengan pendekatan manajemen agribisnis yang tepat akan membantu mencapai
tujuan tersebut. Pengelolaan meliputi mendukung operasional produksi yang baik
dengan menerapkan teknik yang tepat dalam pengelolaan itik (Hadayani et al., 2007).
2

Salah satu peluang potensial untuk pengembangan industri itik adalah itik
petelur. Hal ini dikarenakan permintaan telur itik setiap tahun meningkat. Selain
sebagai sumber protein rumah tangga, telur itik banyak digunakan sebagai bahan
pembuatan aneka kue (Sipora et al., 2009).
Populasi ternak itik yang tinggi dan kontribusi produksi telur yang dihasilkan
cukup besar menunjukkan salah satu potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan
untuk memberikan nilai tambah dalam usaha ternak itik, meningkatkan konsumsi gizi
keluarga akan protein hewani bahkan sebagai komoditas agribisnis (Rahayu, dkk.,
2012).
Tabel 1. Data Populasi itik di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017-2021

Provinsi Populasi Itik menurut Provinsi


Sulawesi 2017 2018 2019 2020 2021
Selatan 5.699.519 6.853.254 4.780.196 5.134.836 5.237.531
Sumber Data : Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2021.
Berdasarkan data diatas, populasi itik di Provinsi Sulawesi Selatan dalam
kurun waktu tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan hingga pada tahun
2021 mencapai 5.237.531 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya masyarakat
Sulawesi Selatan yang memiliki minat dalam beternak itik.
Tabel 2. Data Populasi itik di Kabupaten Maros Tahun 2017-2021

Kabupaten Populasi Itik menurut Kabupaten


2017 2018 2019 2020 2021
Maros
434.798 485.319 521.257 493.914 499.583
Sumber Data : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan data di atas jumlah populasi itik berdasarkan Kabupaten Maros
dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami penurunan pada tahun 2019-2020
yakni berkurang sebanyak 27.343, kemudian mengalami peningkatan pada tahun
2021 sebanyak 499.583.
3

Tabel 2. Data Produksi telur itik di Kabupaten Maros Tahun 2017-2021

Kabupaten Produksi Telur Itik (Ton)


2017 2018 2019 2020 2021
Maros
310,32 618,66 687,51 735,35 995,89
Sumber Data : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan data di atas tingkat produksi makin meningkat tiap tahunnya di
Kabupaten Maros dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan
banyaknya peminat dan permintaan dari konsumen atau masyarakat sekitar dari tahun
ke tahun.
Peternakan itik didominasi oleh peternak dengan sistem pemeliharaan yang
masih tradisional di mana itik digembalakan di sawah atau di tempat – tempat yang
banyak airnya. Sistem pemeliharaan ini biasa disebut dengan sistem pemeliharaan
nomaden, yaitu sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak dimana peternak
membawa ternaknya berpindah – pindah tempat guna mendapatkan pakan untuk
ternak itik mereka. Hal ini dilakukan peternak karena adanya kelangkaan dan
tingginya harga pakan ternak itik. Para peternak itik mengaku sangat kesulitan
dengan naiknya harga pakan ini. Pasalnya meski harga pakan naik, namun harga telur
itik tetap stabil.
Di Desa Maccini Baji, Kecamatan Barandasi, Kabupaten Maros terdapat
peternak itik yang masih melakukan sistem pemeliharaan secara nomaden. Peternak
memelihara ternak mereka dengan berpindah dari satu tempat ketempat lain bersama
ternak itik mereka dengan tujuan mencari pakan dan tempat untuk megembalakan
ternaknya. Daerah yang biasa yang didatangi oleh peternak yaitu daerah yang
sawahnya sudah dipanen. Hal ini dilakukan peternak untuk mensiasati terjadinya
kelangkaan serta harga pakan yang mahal.
Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa usaha peternakan
itik bukan hanya sekedar usaha sampingan akan tetapi sudah memiliki orientasi bisnis
yang diarahkan dalam suatu kawasan, baik sebagai cabang usaha maupun sebagai
4

usaha pokok, karena mengusahakan budidaya itik cukup dapat dijadikan sebagai
sumber pendapatan keluarga.
Namun dengan sistem pemeliharaan yang banyak diterapkan oleh peternak
yaitu sistem pemeliharaan secara nomaden khususnya di Desa Maccini Baji, peternak
kadang kala tidak mengetahui berapa pendapatan yang diperoleh dari usaha itik
petelur dengan sistem pemeliharaan nomaden. Untuk itu dalam mengembangkan
usaha ternak itik yang dijalankan, maka penting diketahui seberapa besar pendapatan
peternak itu sendiri dengan sistem pemeliharaan nomaden. Hal inilah yang
melatarbelakangi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peternak itik
petelur sistem pemeliharaan nomaden, maka dilakukanlah penelitian dengan judul
“Analisis Pendapatan Peternak Itik Petelur Dengan Sistem Pemeliharaan
Nomaden di Desa Maccini Baji, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu, berapa pendapatan yang diperoleh peternakan itik
petelur yang menggunakan sistem pemeliharaan nomaden di Desa Maccini Baji,
Kecamatan Lau, Kabupaten Maros?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pendapatan peternak itik
petelur dengan sistem pemeliharaan nomaden di Desa Maccini Baji, Kecamatan Lau,
Kabupaten Maros.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi atau acuan bagi mahasiswa, masyarakat atau
peternak itik petelur mengenai pendapatan yang diperoleh dari hasil sistem
pemeliharaan nomaden di Desa Maccini Baji, Kecamatan Lau, Kabupaten
Maros.
5

2. Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan terutama bagi penulis


dan pihak lain yang membuutuhkan referensi tentang pengembangan usaha
itik petelur dengan sistem pemeliharaan nomaden.
6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


A. Analisis Pendapatan
Ananlisis Pendapatan digunakan untuk mengetahui besarnya suatu
keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu yang telah
ditentukan sebelumnya. Analisis usaha sering digunakan sebagai salah satu cara
untuk mengukur suatu keberhasilan usaha yang dilakukan.
Menurut Soekarwati (2006) Analisis pendapatan digunakan untuk
menganalisis besarnya keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dari suatu jenis
usaha. Besarnya total pendapatan yang diperoleh dapat diketahui dengan cara, besar
nilai pendapatan dikurangi dengan biaya pengeluaran dalam waktu yang telah
ditentukan. Dalam hal ini biaya dikelompokkan menjadi 2, yakni biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak berubah meskipun
terjadi perubahan jumlah produksi, sedangkan biaya variabel (variable cost) adalah
biaya yang nilainya berubah seiring dengan perubahan jumlah produksinya.
B. Biaya Pemeliharaan Itik Petelur
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang
yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu
selama masa proses produksi berlangsung. Biaya produksi adalah semua pengeluaran
yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan
bahan penunjang lainnya yang dapat digunakan agar produk tertentu yang telah
direncanakan dapat terwujud dengan baik (Darsono dan Ashari, 2005). Biaya
produksi digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap (Taufik, dkk. 2013).
Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses serta
menjadikan barang tertentu menjadi produk, dan termasuk di dalamnya adalah barang
yang dibeli dan jasa yang dibayar (Hernanto, 1996). Biaya dapat dikelompokkan
menjadi biaya tetap dan biaya variabel serta biaya tunai (riil) dan biaya tidak tunai
(diperhitungkan).
7

Biaya produksi jangka pendek diturunkan dari fungsi produksi jangka pendek.
Dalam pembahasan teori produksi telah dijelaskan bahwa ciri dari produksi jangka
pendek adalah adanya pemakaian input tetap salain dari input variabel. Dengan
demikian biaya produksi jangka pendek juga dicirikan oleh adanya biaya tetap.
Beberapa konsep yang berhubungan dengan biaya produksi jangka pendek adalah
sebagai berikut (Sugiarto, dkk., 2005):
1. Biaya Tetap (Fixed Cost, FC)
Biaya tetap adalah biaya yang timbul akibat penggunaan sumber daya tetap
dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya tidak berubah
walaupun jumlah produksi mengalami perubahan (naik atau turun).
Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa
produksi, misalnya bangunan atau kandang, pembelian peralatan dan perawatannya,
serta biaya penyususutan alat dan bangunan atau kandang.
Pada metode penyusutan peralatan dan bangunan atau kandang menggunakan
metode Straight Line Method yang merupakan sebuah metode yang paling sering
digunakan untuk melakukan perhitungan biaya penyusutan dengan rumus sebagai
berikut :

Harga Pokok −Nilai Sisa


Umur Ekonomis

2. Biaya Variable (Variable Cost, VC)


Biaya variabel atau sering disebut biaya variabel total (total variable cost,
TVC) adalah jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi rendahnya jumlah
output yang akan dihasilkan. Semakin besar output atau barang yang akan dihasilkan,
maka akan semakin besar pula biaya variabel yang akan dikeluarkan. Termasuk
dalam biaya ini yaitu biaya ternak awal, mortalitas, transportasi, biaya obat dan
vaksin, biaya akomodasi dan tenaga kerja, akan tetapi dalam peternakan tradisional
8

tenaga kerja keluarga tidak pernah diperhitungkan, padahal perhitungan gaji tenaga
kerja keluarga juga penting.
Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung pada skala
produksi, antara lain bibit, obat – obatan, tenaga kerja luar keluarga, biaya panen, dan
biaya pemeliharaan yang dikeluarkan untuk mendukung kegiatan operasional lainnya
(Budiraharjo dan Migie, 2008).
Tenaga kerja yang pada umumnya digunakan oleh peternak ialah tenaga kerja
keluarga dalam membantu usaha peternakannya. Tenaga kerja keluarga ini nilainya
tidak bisa diabaikan begitu saja, karena tenaga kerja merupakan salah satu komponen
produksi dalam pemeliharaan ternak.
3. Biaya Total
Biaya total adalah pengeluaran yang ditanggung perusahaan untuk membeli
berbagai macam input atau faktor – faktor yang dibutuhkan untuk keperluan
produksinya (Mankiw, 2000 dalam Syamsidar, 2012).
Biaya total adalah keseluruhan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan
atau dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya total yang dibebankan pada setiap unit disebut biaya total rata-rata
(average total cost)

TC = FC + VC
Keterangan :
TC = Total Cost/ Total Biaya (Rp)
FC = Fixed Cost/ Biaya Tetap
VC = Variable Cost/ Biaya Variabel
C. Penerimaan Usaha Itik Petelur
Penerimaan merupakan seluruh hasil yang diperoleh dari hasil penjualan
produk yang dihasilkan dikali dengan harga satuan produk tersebut. Jumlah
penerimaan peternak tergantung pada harga dan jumlah produk yang diproduksi atau
dijual. Penerimaan diperhitungkan hanya dalam wujud tunai yang diterima oleh
9

peternak dari hasil penjualan saja yang diperhitungkan dalam penerimaan (Dewanti
dan Sihombing, 2012).
Jumlah penerimaan yang akan diperoleh dari suatu proses produksi dapat
ditentukan dengan mengalikan jumlah hasil produksi dengan harga produk
bersangkutan pada saat itu (Riyanto, 1984). Penerimaan adalah nilai yang diperoleh
dari penjualan hasil produksi (Boediono, 1988).
Penerimaan usaha tani (farm receipts) sebagai penerimaan dari semua sumber
usaha tani yang meliputi jumlah penambahan investasi dan nilai penjualan hasil serta
nilai penggunaan yang dikonsumsi rumah tangga (Yoga, 2007).

TR =Q x P
Keterangan :
TR = Total Revenue/ Penerimaan (Rp)
Q = Jumlah Produksi
P = Harga (Rp)
D. Pendapatan Usaha Itik Petelur
Pendapatan merupakan jumlah penerimaan yang diperoleh dari hasil usaha
lebih besar daripada jumlah pengeluaran atau total biaya. Pendapatan usaha
peternakan itik petelur, produksi yang dimaksud berupa telur dan daging, serta untuk
menghasilkan output tersebut diperlukan biaya produksi yang besarnya tergantung
pada besarnya biaya yang dikeluarkan untuk hasil akhir. Menurut Triana, dkk (2011)
bahwa biaya produksi yang besar dan seimbang dengan skala usaha maka tingkat
pendapatan peternak akan semakin besar pula sistem pengolahannya dilakukan secara
optimal.
Pendapatan adalah penghasilan yang berhak dimiliki oleh pelaku usaha dari
hasil penjualan produk yang telah diterima setelah dikurangi dengan biaya
operasional selama proses produksi, sebelum mencari jumlah pendapatan, maka perlu
mengetahui nilai penerimaan dan biaya produksi dari usaha tersebut. Analisis
pendapatan usahatani selalu disertai dengan pengukuran efisiensi pendapatan
10

usahatani. Untuk mengetahui efisiensi suatu usahatani terhadap penggunaan satu unit
input dapat digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang merupakan
perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima usahatani dari setiap rupiah
yang dikeluarkan dalam proses produksi (Taufik, dkk. 2013).

Pd = TR - TC
Keterangan :
Pd = Pendapatan Bersih (Rp)
TR = Total Revenue/ Penerimaan (Rp)
TC = Total Cost/ Total Biaya (Rp)
E. Efisiensi Usaha
Efesiensi usaha digunakan untuk mengetahui usaha yang dilaksanakan
mendapatkan keuntungan atau mengalami kerugian. Rumus yang digunakan yaitu
R/C adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya total. Dimana Revenue
ialah besarnya penerimaan yang diperoleh dan Cost ialah besarnya biaya yang
dikeluarkan.

TR
R/C ratio =
TC
Keterangan :
R/C ratio : Perbandingan antara penerimaan dan biaya
TR : Total penerimaan (Total Revenue) (Rp)
TC : Biaya total (Total Cost) (Rp)
Nilai R/C Ratio merupakan nilai dasar titik impas dengan nilai 1, dimana
kondisi usaha tidak untuk dan tidak rugi.
F. Sistem Pemeliharaan Nomaden
Peternakan itik didominasi oleh peternak dengan sistem pemeliharaan yang
masih tradisional di mana itik digembalakan di sawah atau di tempat – tempat yang
banyak airnya. Sistem pemeliharaan ini biasa disebut dengan sistem pemeliharaan
nomaden, yaitu sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak dimana peternak
11

membawa ternaknya berpindah – pindah tempat guna mendapatkan pakan untuk


ternak itik mereka. Hal ini dilakukan peternak karena adanya kelangkaan dan
tingginya harga pakan ternak itik.
Pemeliharaan sistem nomaden umumnya diterapkan pada itik umur diatas 1
bulan sampai dengan dewasa. Pada pemeliharaan sistem gembala ini, tempat
pemeliharaan itik berpindah – pindah untuk mencari tempat penggembalaan yang
banyak tersedia pakan, misalnya sawah yang baru dipanen. Pemeliharaan sistem ini
untuk menekan tingginya biaya pakan terutama pada pembesaran. Sistem ini banyak
diusahakan secara turun – temurun oleh peternak itik di Pantura Jawa Tengah.
Mereka memanfaatkan jeda waktu antara musim panen dengan musim tanam padi
untuk memelihara itik muda – dewasa itu di sawah. Pada kondisi tersebut terdapat
ceceran padi sebagai sumber pakan ternak itik yang digembalakan, selain pakan alami
berupa cacing, katak, keong, serangga air, belalang dan sebagainya (Yuwono, 2012).
Sebagai tempat berteduh pada malam hari dibuat pagar bambu setinggi sekitar
50 cm dan kandang sederhana yang dapat setiap saat dipindah - pindahkan/boro.
Lantai kandang dialasi jerami dan sebagai atapnya dapat menggunakan terpal, jerami
atau bahan lainnya agar itik terhindar dari hujan. Kelemahan dari pemeliharaan sistim
boro ini adalah produksi telurnya bergantung pada musim panen. Bila musim panen
padi, persediaan makanan cukup melimpah dengan demikian produksi telur akan
meningkat. Kelemahan lainnya adalah relatif banyaknya ternak itik yang mati karena
keracunan bangkai maupun pestisida tanaman padi (Yuwono, 2012).
Sistem tradisional (gembala) pemeliharaan itik petelur dengan sistem
tradisional adalah pemeliharaan itik dengan cara mengembalakan itik ke sumber –
sumber pakan seperti sawah – sawah. Peternak cukup mengembalakan itik mulai pagi
sekitar pukul 05.00 – 06.00, peternak biasanya memanen telur terlebih dahulu
sebelum digembalakan. Namun, sering kali pemanenan telur dilakukan di sawah.
Setelah satu hari itik – itik digembalakan, pada sore hari sekitar pukul 17.00 – 18.00
itik – itik digiring kembali ke kandangnya (Sipora, dkk., 2009).
12

Pemeliharaan dengan sistem tradisional ini hampir mirip dengan pemeliharaan


ternak itik sistem semi intensif ialah pemeliharaan itik dengan cara kombinasi, yakni
secara gembala dan terkurung. Sistem pemeliharaan semi intensif masih banyak
dilaksanakan oleh sebagian besar peternak, dimaksudkan agar lebih menghemat biaya
pakan karena pada waktu tertentu itik dilepas untuk mencari pakan di sekitar lokasi
kandangnya. Sistem pemeliharaan pada masing – masing fase sebagai berikut
(Yuwono, 2012):
1. Periode starter yaitu anak itik berumur 1 hari sampai dengan 2 bulan, pada saat
umur 1 – 2 minggu anak itik dipelihara dalam kandang indukan dengan cara
membuatkan kotak atau menyekat kandang dari bambu yang diberi lampu
pemanas/listrik sebagai sumber panas. Selanjutnya setelah umur itik lebih dari 2
minggu tidak diberi pemanas lagi dan luas penyekat dilebarkan sehingga anak itik
lebih leluasa bergerak. Pada periode ini anak itik belum dilepas/digembalakan.
2. Periode grower atau itik dara (umur 2 – 5 bulan) umur 5 bulan itik menjelang
bertelur, pada periode ini itik mulai dilepas untuk mencari tambahan pakan.
3. Periode layer atau masa bertelur yaitu umur 5,5 bulan – 3 tahun. Itik mulai bertelur
umur 5,5 bulan – 6 bulan dan setelah berumur 3 tahun itik sebaiknya sudah diafkir.
Pada periode layer itik dilepas/digembalakan setelah pukul 10.00 karena itik sudah
bertelur. Pada saat digembalakan itik mencari pakan bekicot, cacing atau sisa-sisa
panen padi. Pemberian pakan pada pemeliharaan itik semi intensif jumlahnya
bervariasi sesuai kemampuan peternak, pakan yang diberikan misalnya bekatul, nasi
aking atau jagung giling.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain
terkait dengan penelitian yang penulis lakukan untuk menegaskan penelitian dan
sebagai teori pendukung dalam menyusun konsep penelitian baru. Penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian penulis yang dilakukan oleh :
A. Nurana (2014) yang berjudul “Analisis Pendapatan Itik Petelur Sistem
Pemeliharaan Nomaden di Desa Kaliang, Kecamatan Duampanua, Kabupaten
13

Pinrang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sistem


pemeliharaan nomaden dan pendapatan yang diperoleh peternak itik petelur di
Desa Kaliang, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2014 dan pengambilan data bertempat
di Desa Kaliang, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif Deskriptif
adalah jenis penelitian yang menggambarkan variabel yang dipertanyakan tanpa
melakukan pengujian hipotesa. Analisis data yang digunakan adalah statistik
deskriptif. Hasil penelitian diperoleh bahwa Sistem pemeliharaan nomaden itik
petelur di Desa Kaliang, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang dilakukan
dengan pengembalaan itik petelur di sawah yang sudah dipanen, kemudian
dipindahkan ke daerah lain saat musim tanam tiba serta pendapatan peternak itik
petelur sistem pemeliharaan nomaden yang tertinggi yaitu Rp. 7.520.832 dengan
R/C yaitu 1,15% dan yang terendah yaitu Rp. 1.703.144 dengan R/C yaitu 1,07%.
Perbedaan pendapatan yang diperoleh peternak disebabkan karena perbedaan
jumlah ternak itik petelur yang dimiliki.

B. Riwan Sinaga, dkk (2012) yang berjudul “Analisis Usaha Ternak Itik Petelur
(Studi Kasus Kecamatan Bandar Khalifah, Kabupatten Serdang Berdagai)”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sistem cara beternak itik, jumlah
pendapatan usaha ternak itik, apakah usaha ternak itik layak atau tidak untuk
dikembangkan secara ekonomis, masalah-masalah yang dihadapi dalam beternak
itik dan upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi masalah dalam beternak
itik. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja).
Analisis yang digunakan untuk menganalisis kelayakan ekonomi yaitu R/C Rasio
(Return Cost Ratio),Produktivitas Tenaga Kerja dan BEP (Break Even Point).
Hasil penelitian menunjukkan : Sistem pemeliharaan usaha ternak itik di daerah
penelitian masih tergolong sederhana atau tradisional (semi intensif), rataan
pendapatan bersih usaha ternak itik adalah sebesar Rp. 34.243.000 per peternak /
14

periode (± 1,2 tahun), usaha ternak itik di daerah penelitian layak dikembangkan
secara ekonomis. Dengan nilai R/C Rasio = 4,31, BEP Produksi = 8.932 Butir,
BEP Harga = Rp. 289,4 / Butir.

C. Agung Gumelar (2021) yang berjudul “AnalisiPendapatan Usaha Peternakan Itik


Nomaden di Desa Purwosari Kecamatan Tomoni Timur Kabupaten Luwu Timur
(Studi Kasus Usaha Peternak Pak Guntoro). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran Usaha Itik Nomaden di Desa Purwosari Kecamatan
Tomoni Timur Kabupaten Luwu Timur (Studi Kasus Usaha Peternakan Pak
Guntroro). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2021 sampai dengan Mei
2021, di Desa Purwosari Kecamatan Tomoni Timur Kabupaten Luwu Timur.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitif deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,
wawancara dengan bantuan kuisioner dan dokumentasi. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian adalah statistik deskriptif dengan menggunkan
pengelompokan, penyederhanaan dan penyajian data dalam bentuk tabel biasa
dengan menggunakan rumus pendapatan π = TR – TC. Hasil dari penelitian usaha
ternak itik nomaden pak Guntoro yakni Biaya Tetap sebesar Rp.2.351.986 dan
Biaya Variabel sebesar Rp.13.481.986, serta penerimaan sebesar Rp. 86.458.000
dengan pendapatan dari usaha ternak itik nomaden pak Guntoro yaitu sebesar
Rp.72.976.014.

D. ST. Nurdiana (2020) dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik di
Desa Bonto Baji Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba”. Penelitian memiliki
tujuan untuk mengetahui: yang pertama bagaimana pendapatan usaha ternak itik
di Desa Bonto Baji Kecamatan kajang Kabupaten Bulukumba. Kedua, bagaimana
kelayakan usaha terna itik di Desa Bonto Baji Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba Penentuan sampel dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara
sampling jenuh atau sensus yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota
15

populasi digunakan sebagai sampel. Analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif kuantitatif dengan analisis pendapatan, analisis R/C (Revenue Cost
Ratio), analisis B/C (Benevit Cost Ratio) dan analisis BEP (Break Event Point).
Hasil penelitian ini menunjukkan pendapatan total usaha ternak itik di Desa
Bonto Baji Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Rp. 15.467.292/per
periode 1 bulan. Dari hasil uji kelayakan usaha ternak itik menunjukkan bahwa
nilai R/C Ratio sebesar 2,23, Benevit Cost Ratio atau B/C 1,23, BEP Produksi
sebesar 766,78 butir, dan BEP harga Rp. 1.346 sehingga usaha ternak itik di Desa
Bonto Baji Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba layak untuk diusahakan
karena memberikan keuntungan kepada peternak itik.
16

2.3. Kerangka Konseptual


Peternak Itik Petelur

1. Sistem Pemeliharaan Nomaden


2. Peningkatan Produksi Itik
3. Pencatatan Pemasukan dan
Pengeluaran Usaha

Output Produksi

Penerimaan Usaha Biaya Pemeliharaan


Ternak Itik Petelur Usaha Ternak Itik
Petelur

Pendapatan

Rekomendasi Usaha Ternak Itik Petelur di


Desa Maccini Baji, Kec. Lau, Kab. Maros

Gambar 2.3. Kerangka Konseptual


17

III. METODE PENELITIAN


3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April Sampai dengan Mei 2023.
Bertempat di Kecamatan Barandasi, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.
3.2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi
tentang data responden/peternak, penerimaan peternak, biaya pemeliharaan itik
petelur, dan biaya tenaga kerja yang ada di Desa Maccini Baji, Kecamatan Lau,
Kabupaten Maros.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah dan waktu
dengan kualitas tertentu yang akan diamati/teliti. Sampel penelitian merupakan
bagian dari populasi yang dijadikan subyek penelitian sebagai wakil dari para
anggota populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah 150 peternak itik petelur di Desa Maccini
Baji, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros. Pada penelitian ini dilakukan pengambilan
sampel, jika jumlah sampel kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, tetapi
jika jumlah sampel lebih dari 100 maka lebih baik diambil antara 10-15 persen dari
jumlah populasi ataupun tergantung dari kemampuan peneliti.
Dari jumlah populasi tersebut kemudian dilakukan pengambilan sampel
minimum yang dapat mewakili populasi dengan menggunakan rumus Slovin. Sebagai
berikut :

N
n= 2
1+ N ( e)
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = 15%
18

Kelonggaran 15% digunakan dengan dasar jumlah populasi tidak lebih dari
2000 (King dalam Umar, 1998). Sehingga jumlah sampel yang didapatkan yaitu :

150
n=
1+150(15 %)2
150
n=
1+150(0,0225)
150
n=
4,375
n=34,29 = 34 peternak

Berdasarakan rumus Slovin tersebut, maka diperoleh jumlah sampel peternak


itik petelur dengan sistem pemeliharaan nomanden sebagai responden sebanyak 34
peternak.

3.4. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara :
A. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap usaha ternak itik
petelur dengan sistem pemeliharaan nomaden di Desa Maccini Baji, Kecamatan
Barandasi, Kabupaten Maros.
B. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan bertemu langsung dengan peternak
itik petelur yang melakukan sistem pemeliharaan nomaden di Kecamatan Barandasi,
Kabupaten Maros.
C. Kuesioner
Kuisioner yaitu daftar pertanyaan yang telah diatur sesuai kebutuhan peneliti yang
akan ditanyakan kepada peternak seperti identitas responden, jumlah ternak itik
petelur, gambaran sistem pemeliharaan nomaden, penerimaan dan lain sebagainya.
19

3.5. Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data kuantitatif. Data
Kuantitatif adalah data yang diperoleh dari peternak itik petelur di Desa Maccini Baji,
Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, yang dinyatakan dalam bentuk angka. Data
tersebut meliputi penerimaan dan biaya – biaya yang dikeluarkan oleh peternak itik
petelur seperti biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan
kandang dan biaya penyusutan peralatan sedangkan biaya variabel meliputi biaya
ternak itik awal, transportasi, tenaga kerja, biaya obat dan vaksin, dan biaya
akomodasi.
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Data perimer adalah data yang bersumber dari wawancara langsung dengan
peternak itik petelur yang melakukan sistem pemeliharaan nomaden.
2. Data sekunder adalah data yang bersumber dari literatur, kantor pemerintahan dan
instansi – instansi yang terkait seperti keadaan wilayah dan lain sebagainya,.
3.6. Teknik Analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
A. Biaya total (Total Cost)
Menurut Mubyarto (2003), total biaya pemeliharaan diperoleh dari formula
berikut ini :

TC = FC + VC
Keterangan :
TC = Total Cost/ Total Biaya (Rp)
FC = Fixed Cost/ Biaya Tetap (Rp)
VC = Variable Cost/ Biaya Variabel (Rp)
B. Penerimaan (Revenue)
Untuk mengetahui penerimaan peternak itik petelur dengan sistem
pemeliharaan nomaden rumus sebagai berikut (Soekarwati, 2003) :
20

TR = Q x P

Dimana : TR = Total Revenue/penerimaan (Rp/Thn)


Q = Jumlah Produksi
P = Harga (Rp)
C. Pendapatan (Income)
Untuk mengetahui pendapatan peternak itik petelur dengan sistem
pemeliharaan nomaden digunakan rumus sebagai berikut (Soekarwati, 2003) :

Total Pendapatan (Pd) = TR - TC

Dimana : Pd = Total Pendapatan yang dipeeroleh peternak (Rp/Thn)


TR = Total Revenue/penerimaan yang diperoleh peternak (Rp/Thn)
TC = Total Cost/Biaya yang dikeluarkan peternak (Rp/Thn)
D. Efisiensi Usaha
Untuk mengetahui perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran biaya
(R/C Rasio) pemeliharaan itik petelur dengan sistem nomaden digunakan rumus
sebagai berikut :

TR
R/C ratio =
TC
Dimana : R/C ratio = Perbandingan antara penerimaan dan total biaya
TR = Total Revenue/ penerimaan (Rp)
TC = Total Cost/ Biaya total (Rp)
Apabila :
1. R/C ratio > 1 : Berarti usaha yang pemeliharaan itik petelur yang dijalankan
secara ekonomis efisien atau menguntungkan.
2. R/C ratio < 1 : Berarti usaha yang pemeliharaan itik petelur yang dijalankan
secara ekonomis tidak efisien atau tidak menguntungkan.
3. R/C ratio = 1 : Berarti usaha pemeliharaan itik petelur mengalami titik impas
(tidak untung, tidak rugi)
21

3.7. Definisi Operasional


1. Ternak itik ialah salah satu unggas yang dipelihara oleh petani peternak yang ada
di Indonesia yang berperan sebagai sumber pendapatan, membuka kesempatan
kerja dan sumber protein hewani baik dari daging maupun telur.
2. Sistem pemeliharaan nomaden, yaitu sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh
peternak dimana peternak membawa ternaknya berpindah – pindah tempat guna
mendapatkan pakan untuk ternak itik mereka.
3. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi serta
menjadikan barang tertentu menjadi produk, dan termasuk di dalamnya adalah
barang yang dibeli dan jasa yang dibayar.
4. Biaya tetap adalah biaya yang timbul akibat penggunaan sumber daya tetap dalam
proses produksi.
5. Biaya variabel atau sering disebut biaya variabel total (total variable cost, TVC)
adalah jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi rendahnya jumlah
output yang akan dihasilkan.
6. Biaya total adalah keseluruhan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan atau
dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya total yang dibebankan pada setiap unit disebut biaya total rata-rata
(average total cost)
7. Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari penjualan hasil produksi (Boediono,
1988).
8. Pendapatan adalah penghasilan yang berhak dimiliki oleh pelaku usaha dari hasil
penjualan produk yang telah diterima setelah dikurangi dengan biaya operasional
selama proses produksi, sebelum mencari jumlah pendapatan, maka perlu
mengetahui nilai penerimaan dan biaya produksi dari usaha tersebut.
22
23

DAFTAR PUSTAKA

Budiraharjo, Kustopo dan Migie Handayani. 2008. Analisis Profitabilitas Dan


Kelayakan Finansial Usaha Ternak Itik Di Kecamatan Pagerbarang
Kabupaten Tegal. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Universitas
Diponegoro. Semarang.

Handayani, M., A. Setiadi., S. Gayatri dan H. Setiyawan. 2007. Profil Usaha


Peternakan Itik Di Kabupaten Brebes (The Profile of Duck Business in
Brebes Regency). Journal of Animal Agricultural Socio-economics.
Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro.

Jaya, Khairdin Pramana. 2011. Jenis – Jenis Itik di Indoneia. http://www


herdinbisnis.com/2011/12/jenis-jenis-itik-di-indonesia.html.

Rahayu, Dewi Puji., Umi Wisapti Ningsih and Hari Dwi Utami. 2012. Analisis
Curahan Jam Kerja dan Sumbangan Pendapatan Tenaga Kerja Wanita pada
Usaha Penetasan Telur Itik (Studi Kasus: Dusun Gedang Desa Modopuro
Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto). Fakulty Of Animal Husbandry.
University of Brawijaya. Malang.

Sipora, Srianna., Ira Wadani Harahap., dan Zulka Hidayati. 2009. Usaha Itik Petelur
Dan Telur Tetas. Program Studi Manajemen Hutan. Departemen Kehutanan.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Soekartawi 2006. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Sugiarto., Tedy Herlambang., Brastoro., Rachmat Sudjana., dan Said Kelana. 2005.
Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
24

Sumanto Dan E. Juarini. 2007. Analisis Finansial Usaha Itik di Peternak dalam
Rangka Menunjang Penyediaan Protein Hewani Dibali. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Taufik, D.K., Isbandi dan Dyah M. 2013 Analisis Pengaruh Sikap Peternak
Terhadap Pendapatan Pada Usaha Peternakan Itik Di Kelurahan
Pesurungan Lor Kota Tegal. Fakultas Peternakan. Universitas Dipenegoro.
Semarang. JITP Vol. 2 No. 3.

Taufik, D.K., Isbandi dan Dyah M. 2013 Analisis Pengaruh Sikap Peternak
Terhadap Pendapatan Pada Usaha Peternakan Itik Di Kelurahan
Pesurungan Lor Kota Tegal. Fakultas Peternakan. Universitas Dipenegoro.
Semarang. JITP Vol. 2 No. 3.

Yoga, Marta Dwi. 2007. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat
Di Desa Wonokerto Kecamatan Bantur Kabupaten Malang. Skripsi. Program
Studi Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.

Yuwono, Dian Maharso. 2012. Budidaya Ternak Itik Petelur. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Tengah.
25

LAMPIRAN

KUESIONER

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyususn skripsi yang berjudul “Analisis
Pendapatan Usaha Peternakan Itik Petelur Dengan Sistem Pemeliharaan Nomaden di
Desa Maccini Baji, Kec. Lau, Kab. Maros”

I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : …………………………
Jenis Kelamin : …………………………
Umur : …………………………
Alamat : …………………………
Pendidikan : …………………………
Jumlah Keluarga : …………………………
Jumlah Ternak : ………………………….
Lama Beternak : ………………………….
II. PENDAPATAN USAHA ITIK PETELUR
A. Penerimaan
1. Jumlah dan nilai ternak itik petelur
a. Jumlah telur itik yang terjual
No Uraian Jumlah/Hari Harga/Butir
1. Telur itik

b. Jumlah telur yang tidak terjual


No Uraian Jumlah/Hari Harga/Butir
1. Telur itik
26

c. Jumlah itik yang dikonsumsi


No Uraian Jumlah/Hari Harga/Butir
1. Telur itik

d. Jumlah itik yang terjual


No Uraian Jumlah/Hari Harga/Ekor
1. Telur itik

e. Jumlah itik yang dikonsumsi


No Uraian Jumlah/Hari Harga/Ekor
1. Telur itik

B. Biaya Pemeliharaan
1. Biaya Tetap
- Biaya Penyusutan
No Uraian Harga (Rp) Jumlah Umur Biaya
Pemakaian Ekonomis Penyusutan
1. Kandang
2. Peralatan
-
-
-

2. Biaya Variabel
No Uraian Jumlah Harga (Rp)
1. Pembelian Ternak
2. Obat-obatan
27

-
-
-
3. Transportasi

4. Mortalitas

5. Lain-lain
-
-
-

3. Biaya Tenaga Kerja


No Uraian Jumlah Jumlah Jam UpahTenaga
Tenaga Kerja Kerja/Hari Kerja Rp/Hari
1. TK Dalam
Keluarga :
- Bapak/Pria
- Ibu/Wanita
- Anak
2. Peralatan
- Bapak/Pria
- Ibu/Wanita
- Anak

Anda mungkin juga menyukai