1922100005
JURUSAN PETERNAKAN
2022
ii
Di setujui Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui :
Ketua Program Studi Agribisnis Peternakan
ii
KATA PENGANTAR
iii
iv
Penulis menyadari bahwa propsal ini masih memerlukan saran dan kritikan
yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap proposal ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
v
vi
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 22
LAMPIRAN......................................................................................................... 24
vi
DAFTAR TABEL
No Hal
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
No
Hal
viii
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peternakan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara di
Indonesia. Sektor peternakan merupakan salah satu sumber pangan bagi masyarakat
yang penting dalam penyediaan pangan bergizi karena fungsi dan manfaatnya bagi
peternak merupakan penghasil protein hewani yang kini sangat penting bagi
masyarakat dan seterusnya.
Itik merupakan salah satu komoditas peternakan yang populer di masyarakat
pedesaan dan perkotaan dan seringkali masih dipelihara secara sederhana/tradisional.
Namun kontribusi terhadap pendapatan masyarakat dan ternak sebagai penghasil
protein hewani sangat nyata. Dari sisi produksi telur, tingkat kontribusi telur itik
terhadap produksi telur dalam negeri mencapai sekitar 24,9%. Namun dari sisi
produksi daging, kontribusi itik terhadap produksi daging nasional masih relatif
rendah (Sumanto dan E. Juarini, 2007).
Ternak itik ialah salah satu unggas yang dipelihara oleh petani peternak yang
ada di Indonesia yang berperan sebagai sumber pendapatan, membuka kesempatan
kerja dan sumber protein hewani baik dari daging maupun telur. Ternak itik petelur
produksi sangat dipengaruhi oleh ketersedian air, Maka dari itu peternak harus
memperhatikan ketersediaan air untuk ternaknya. Demi berlangsungnya kegiatan
produksi ternak itik petelur melakukan kegiatan berpindah tempat untuk
mendapatkan kebutuhan air dan pakan untuk ternak itik tersebut. Hal ini juga untuk
mengurangi biaya pakan yang sangat besar. Biaya pakan yang besar tentunya akan
mempengaruhi besar kecilnya pendapatan dari pelaku usaha ternak itik.
Pengembangan peternakan itik akan menjadi salah satu cara untuk
meningkatkan pendapatan penduduk pedesaan. Mempertahankan pemeliharaan
dengan pendekatan manajemen agribisnis yang tepat akan membantu mencapai
tujuan tersebut. Pengelolaan meliputi mendukung operasional produksi yang baik
dengan menerapkan teknik yang tepat dalam pengelolaan itik (Hadayani et al., 2007).
2
Salah satu peluang potensial untuk pengembangan industri itik adalah itik
petelur. Hal ini dikarenakan permintaan telur itik setiap tahun meningkat. Selain
sebagai sumber protein rumah tangga, telur itik banyak digunakan sebagai bahan
pembuatan aneka kue (Sipora et al., 2009).
Populasi ternak itik yang tinggi dan kontribusi produksi telur yang dihasilkan
cukup besar menunjukkan salah satu potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan
untuk memberikan nilai tambah dalam usaha ternak itik, meningkatkan konsumsi gizi
keluarga akan protein hewani bahkan sebagai komoditas agribisnis (Rahayu, dkk.,
2012).
Tabel 1. Data Populasi itik di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017-2021
usaha pokok, karena mengusahakan budidaya itik cukup dapat dijadikan sebagai
sumber pendapatan keluarga.
Namun dengan sistem pemeliharaan yang banyak diterapkan oleh peternak
yaitu sistem pemeliharaan secara nomaden khususnya di Desa Maccini Baji, peternak
kadang kala tidak mengetahui berapa pendapatan yang diperoleh dari usaha itik
petelur dengan sistem pemeliharaan nomaden. Untuk itu dalam mengembangkan
usaha ternak itik yang dijalankan, maka penting diketahui seberapa besar pendapatan
peternak itu sendiri dengan sistem pemeliharaan nomaden. Hal inilah yang
melatarbelakangi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peternak itik
petelur sistem pemeliharaan nomaden, maka dilakukanlah penelitian dengan judul
“Analisis Pendapatan Peternak Itik Petelur Dengan Sistem Pemeliharaan
Nomaden di Desa Maccini Baji, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu, berapa pendapatan yang diperoleh peternakan itik
petelur yang menggunakan sistem pemeliharaan nomaden di Desa Maccini Baji,
Kecamatan Lau, Kabupaten Maros?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pendapatan peternak itik
petelur dengan sistem pemeliharaan nomaden di Desa Maccini Baji, Kecamatan Lau,
Kabupaten Maros.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi atau acuan bagi mahasiswa, masyarakat atau
peternak itik petelur mengenai pendapatan yang diperoleh dari hasil sistem
pemeliharaan nomaden di Desa Maccini Baji, Kecamatan Lau, Kabupaten
Maros.
5
Biaya produksi jangka pendek diturunkan dari fungsi produksi jangka pendek.
Dalam pembahasan teori produksi telah dijelaskan bahwa ciri dari produksi jangka
pendek adalah adanya pemakaian input tetap salain dari input variabel. Dengan
demikian biaya produksi jangka pendek juga dicirikan oleh adanya biaya tetap.
Beberapa konsep yang berhubungan dengan biaya produksi jangka pendek adalah
sebagai berikut (Sugiarto, dkk., 2005):
1. Biaya Tetap (Fixed Cost, FC)
Biaya tetap adalah biaya yang timbul akibat penggunaan sumber daya tetap
dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya tidak berubah
walaupun jumlah produksi mengalami perubahan (naik atau turun).
Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa
produksi, misalnya bangunan atau kandang, pembelian peralatan dan perawatannya,
serta biaya penyususutan alat dan bangunan atau kandang.
Pada metode penyusutan peralatan dan bangunan atau kandang menggunakan
metode Straight Line Method yang merupakan sebuah metode yang paling sering
digunakan untuk melakukan perhitungan biaya penyusutan dengan rumus sebagai
berikut :
tenaga kerja keluarga tidak pernah diperhitungkan, padahal perhitungan gaji tenaga
kerja keluarga juga penting.
Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung pada skala
produksi, antara lain bibit, obat – obatan, tenaga kerja luar keluarga, biaya panen, dan
biaya pemeliharaan yang dikeluarkan untuk mendukung kegiatan operasional lainnya
(Budiraharjo dan Migie, 2008).
Tenaga kerja yang pada umumnya digunakan oleh peternak ialah tenaga kerja
keluarga dalam membantu usaha peternakannya. Tenaga kerja keluarga ini nilainya
tidak bisa diabaikan begitu saja, karena tenaga kerja merupakan salah satu komponen
produksi dalam pemeliharaan ternak.
3. Biaya Total
Biaya total adalah pengeluaran yang ditanggung perusahaan untuk membeli
berbagai macam input atau faktor – faktor yang dibutuhkan untuk keperluan
produksinya (Mankiw, 2000 dalam Syamsidar, 2012).
Biaya total adalah keseluruhan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan
atau dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya total yang dibebankan pada setiap unit disebut biaya total rata-rata
(average total cost)
TC = FC + VC
Keterangan :
TC = Total Cost/ Total Biaya (Rp)
FC = Fixed Cost/ Biaya Tetap
VC = Variable Cost/ Biaya Variabel
C. Penerimaan Usaha Itik Petelur
Penerimaan merupakan seluruh hasil yang diperoleh dari hasil penjualan
produk yang dihasilkan dikali dengan harga satuan produk tersebut. Jumlah
penerimaan peternak tergantung pada harga dan jumlah produk yang diproduksi atau
dijual. Penerimaan diperhitungkan hanya dalam wujud tunai yang diterima oleh
9
peternak dari hasil penjualan saja yang diperhitungkan dalam penerimaan (Dewanti
dan Sihombing, 2012).
Jumlah penerimaan yang akan diperoleh dari suatu proses produksi dapat
ditentukan dengan mengalikan jumlah hasil produksi dengan harga produk
bersangkutan pada saat itu (Riyanto, 1984). Penerimaan adalah nilai yang diperoleh
dari penjualan hasil produksi (Boediono, 1988).
Penerimaan usaha tani (farm receipts) sebagai penerimaan dari semua sumber
usaha tani yang meliputi jumlah penambahan investasi dan nilai penjualan hasil serta
nilai penggunaan yang dikonsumsi rumah tangga (Yoga, 2007).
TR =Q x P
Keterangan :
TR = Total Revenue/ Penerimaan (Rp)
Q = Jumlah Produksi
P = Harga (Rp)
D. Pendapatan Usaha Itik Petelur
Pendapatan merupakan jumlah penerimaan yang diperoleh dari hasil usaha
lebih besar daripada jumlah pengeluaran atau total biaya. Pendapatan usaha
peternakan itik petelur, produksi yang dimaksud berupa telur dan daging, serta untuk
menghasilkan output tersebut diperlukan biaya produksi yang besarnya tergantung
pada besarnya biaya yang dikeluarkan untuk hasil akhir. Menurut Triana, dkk (2011)
bahwa biaya produksi yang besar dan seimbang dengan skala usaha maka tingkat
pendapatan peternak akan semakin besar pula sistem pengolahannya dilakukan secara
optimal.
Pendapatan adalah penghasilan yang berhak dimiliki oleh pelaku usaha dari
hasil penjualan produk yang telah diterima setelah dikurangi dengan biaya
operasional selama proses produksi, sebelum mencari jumlah pendapatan, maka perlu
mengetahui nilai penerimaan dan biaya produksi dari usaha tersebut. Analisis
pendapatan usahatani selalu disertai dengan pengukuran efisiensi pendapatan
10
usahatani. Untuk mengetahui efisiensi suatu usahatani terhadap penggunaan satu unit
input dapat digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang merupakan
perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima usahatani dari setiap rupiah
yang dikeluarkan dalam proses produksi (Taufik, dkk. 2013).
Pd = TR - TC
Keterangan :
Pd = Pendapatan Bersih (Rp)
TR = Total Revenue/ Penerimaan (Rp)
TC = Total Cost/ Total Biaya (Rp)
E. Efisiensi Usaha
Efesiensi usaha digunakan untuk mengetahui usaha yang dilaksanakan
mendapatkan keuntungan atau mengalami kerugian. Rumus yang digunakan yaitu
R/C adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya total. Dimana Revenue
ialah besarnya penerimaan yang diperoleh dan Cost ialah besarnya biaya yang
dikeluarkan.
TR
R/C ratio =
TC
Keterangan :
R/C ratio : Perbandingan antara penerimaan dan biaya
TR : Total penerimaan (Total Revenue) (Rp)
TC : Biaya total (Total Cost) (Rp)
Nilai R/C Ratio merupakan nilai dasar titik impas dengan nilai 1, dimana
kondisi usaha tidak untuk dan tidak rugi.
F. Sistem Pemeliharaan Nomaden
Peternakan itik didominasi oleh peternak dengan sistem pemeliharaan yang
masih tradisional di mana itik digembalakan di sawah atau di tempat – tempat yang
banyak airnya. Sistem pemeliharaan ini biasa disebut dengan sistem pemeliharaan
nomaden, yaitu sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak dimana peternak
11
B. Riwan Sinaga, dkk (2012) yang berjudul “Analisis Usaha Ternak Itik Petelur
(Studi Kasus Kecamatan Bandar Khalifah, Kabupatten Serdang Berdagai)”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sistem cara beternak itik, jumlah
pendapatan usaha ternak itik, apakah usaha ternak itik layak atau tidak untuk
dikembangkan secara ekonomis, masalah-masalah yang dihadapi dalam beternak
itik dan upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi masalah dalam beternak
itik. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja).
Analisis yang digunakan untuk menganalisis kelayakan ekonomi yaitu R/C Rasio
(Return Cost Ratio),Produktivitas Tenaga Kerja dan BEP (Break Even Point).
Hasil penelitian menunjukkan : Sistem pemeliharaan usaha ternak itik di daerah
penelitian masih tergolong sederhana atau tradisional (semi intensif), rataan
pendapatan bersih usaha ternak itik adalah sebesar Rp. 34.243.000 per peternak /
14
periode (± 1,2 tahun), usaha ternak itik di daerah penelitian layak dikembangkan
secara ekonomis. Dengan nilai R/C Rasio = 4,31, BEP Produksi = 8.932 Butir,
BEP Harga = Rp. 289,4 / Butir.
D. ST. Nurdiana (2020) dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik di
Desa Bonto Baji Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba”. Penelitian memiliki
tujuan untuk mengetahui: yang pertama bagaimana pendapatan usaha ternak itik
di Desa Bonto Baji Kecamatan kajang Kabupaten Bulukumba. Kedua, bagaimana
kelayakan usaha terna itik di Desa Bonto Baji Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba Penentuan sampel dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara
sampling jenuh atau sensus yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota
15
populasi digunakan sebagai sampel. Analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif kuantitatif dengan analisis pendapatan, analisis R/C (Revenue Cost
Ratio), analisis B/C (Benevit Cost Ratio) dan analisis BEP (Break Event Point).
Hasil penelitian ini menunjukkan pendapatan total usaha ternak itik di Desa
Bonto Baji Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Rp. 15.467.292/per
periode 1 bulan. Dari hasil uji kelayakan usaha ternak itik menunjukkan bahwa
nilai R/C Ratio sebesar 2,23, Benevit Cost Ratio atau B/C 1,23, BEP Produksi
sebesar 766,78 butir, dan BEP harga Rp. 1.346 sehingga usaha ternak itik di Desa
Bonto Baji Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba layak untuk diusahakan
karena memberikan keuntungan kepada peternak itik.
16
Output Produksi
Pendapatan
N
n= 2
1+ N ( e)
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = 15%
18
Kelonggaran 15% digunakan dengan dasar jumlah populasi tidak lebih dari
2000 (King dalam Umar, 1998). Sehingga jumlah sampel yang didapatkan yaitu :
150
n=
1+150(15 %)2
150
n=
1+150(0,0225)
150
n=
4,375
n=34,29 = 34 peternak
TC = FC + VC
Keterangan :
TC = Total Cost/ Total Biaya (Rp)
FC = Fixed Cost/ Biaya Tetap (Rp)
VC = Variable Cost/ Biaya Variabel (Rp)
B. Penerimaan (Revenue)
Untuk mengetahui penerimaan peternak itik petelur dengan sistem
pemeliharaan nomaden rumus sebagai berikut (Soekarwati, 2003) :
20
TR = Q x P
TR
R/C ratio =
TC
Dimana : R/C ratio = Perbandingan antara penerimaan dan total biaya
TR = Total Revenue/ penerimaan (Rp)
TC = Total Cost/ Biaya total (Rp)
Apabila :
1. R/C ratio > 1 : Berarti usaha yang pemeliharaan itik petelur yang dijalankan
secara ekonomis efisien atau menguntungkan.
2. R/C ratio < 1 : Berarti usaha yang pemeliharaan itik petelur yang dijalankan
secara ekonomis tidak efisien atau tidak menguntungkan.
3. R/C ratio = 1 : Berarti usaha pemeliharaan itik petelur mengalami titik impas
(tidak untung, tidak rugi)
21
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Dewi Puji., Umi Wisapti Ningsih and Hari Dwi Utami. 2012. Analisis
Curahan Jam Kerja dan Sumbangan Pendapatan Tenaga Kerja Wanita pada
Usaha Penetasan Telur Itik (Studi Kasus: Dusun Gedang Desa Modopuro
Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto). Fakulty Of Animal Husbandry.
University of Brawijaya. Malang.
Sipora, Srianna., Ira Wadani Harahap., dan Zulka Hidayati. 2009. Usaha Itik Petelur
Dan Telur Tetas. Program Studi Manajemen Hutan. Departemen Kehutanan.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sugiarto., Tedy Herlambang., Brastoro., Rachmat Sudjana., dan Said Kelana. 2005.
Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
24
Sumanto Dan E. Juarini. 2007. Analisis Finansial Usaha Itik di Peternak dalam
Rangka Menunjang Penyediaan Protein Hewani Dibali. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Taufik, D.K., Isbandi dan Dyah M. 2013 Analisis Pengaruh Sikap Peternak
Terhadap Pendapatan Pada Usaha Peternakan Itik Di Kelurahan
Pesurungan Lor Kota Tegal. Fakultas Peternakan. Universitas Dipenegoro.
Semarang. JITP Vol. 2 No. 3.
Taufik, D.K., Isbandi dan Dyah M. 2013 Analisis Pengaruh Sikap Peternak
Terhadap Pendapatan Pada Usaha Peternakan Itik Di Kelurahan
Pesurungan Lor Kota Tegal. Fakultas Peternakan. Universitas Dipenegoro.
Semarang. JITP Vol. 2 No. 3.
Yoga, Marta Dwi. 2007. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat
Di Desa Wonokerto Kecamatan Bantur Kabupaten Malang. Skripsi. Program
Studi Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
Yuwono, Dian Maharso. 2012. Budidaya Ternak Itik Petelur. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Tengah.
25
LAMPIRAN
KUESIONER
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyususn skripsi yang berjudul “Analisis
Pendapatan Usaha Peternakan Itik Petelur Dengan Sistem Pemeliharaan Nomaden di
Desa Maccini Baji, Kec. Lau, Kab. Maros”
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama : …………………………
Jenis Kelamin : …………………………
Umur : …………………………
Alamat : …………………………
Pendidikan : …………………………
Jumlah Keluarga : …………………………
Jumlah Ternak : ………………………….
Lama Beternak : ………………………….
II. PENDAPATAN USAHA ITIK PETELUR
A. Penerimaan
1. Jumlah dan nilai ternak itik petelur
a. Jumlah telur itik yang terjual
No Uraian Jumlah/Hari Harga/Butir
1. Telur itik
B. Biaya Pemeliharaan
1. Biaya Tetap
- Biaya Penyusutan
No Uraian Harga (Rp) Jumlah Umur Biaya
Pemakaian Ekonomis Penyusutan
1. Kandang
2. Peralatan
-
-
-
2. Biaya Variabel
No Uraian Jumlah Harga (Rp)
1. Pembelian Ternak
2. Obat-obatan
27
-
-
-
3. Transportasi
4. Mortalitas
5. Lain-lain
-
-
-