Anda di halaman 1dari 7

AKUNTANSI MANAJEMEN

Pertemuan ke 7
Harga Pokok Variabel

CA SHIFT 2020

Kelompok 3 :

1. Eka Candra Putri Nurizky (2422001920)


2. Hidayatul Hikmah (2421801637)
3. Riska Yulia Wijayanti (2422001941)

STIE GICI BUSINESS SCHOOL CIBITUNG


1. Definisi Harga Pokok Variabel
Penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya
produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja. Oleh karena itu, penentuan
harga pokok produksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode full costing/Absortion
costing dan Variable costing/direct costing.
Full costing adalah penentuan harga pokok produksi dengan memperhitungkan semua biaya
produksi seperti biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel
dan biaya overhead tetap. Akan tetapi data biaya yang disajikan oleh metode penentuan harga
pokok penuh seringkali tidak relevan untuk tujuan managerial control di dalam jangka pendek.
Untuk memenuhi kebutuhan managerial maka diperlukan pendekatan yang memusatkan perhatian
pada unsur biaya variabel, yaitu biaya relevan yang berubah susuai dengan tingkat volume kegiatan
dalam jangka pendek. Oleh karena itu managerial biasanya melakukan pendekatan dengan
menggunakan harga pokok variabel (variable costing).
Harga pokok variabel (variable costing) adalah penentuan harga pokok produksi yang hanya
memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen harga pokok produk. Biaya produksi tetap
dianggap sebagai biaya periodik.Sehingga biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai biaya
produksi melainkan diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan dibebankan dalam laporan
laba-rugi.
 Perhitungan Harga Pokok Produk
Dalam pendekatan full costing semua unsur baiya produksi menjadi elemen harga
pokok produk. Dalam pendekatan variable costing semua unsur biaya produksi
hanyalah biaya-biaya produksi variable yang diperhitungkan sebagai elemen harga
pokok produk.
Dalam arus biaya full costing elemen baiay periodic hanya terdiri dari
baiyaadministrasi dan penjualan. Elemen harga pokok produknya terdiri dari biaya
overhead tetap, biaya overhead variable serta biaya bahan baku dan tenaga kerja
langsung. Dalam arus biaya variable costing elemen biaya periodik terdiri dari biaya
overhead tetap ditambah biayaadministrasi dan penjualan. Elemen harga pokok
produknya hanya terdiri dari komponen biaya overhead variable serta biaya bahan
baku dan tenaga kerja langsung, tidak termasuk baiya overhead tetap.

Contoh :
Konsistensi dengan praga tersebut, misalkan PT ZAI memproduksidan menjual 5.000
unit produkX per tahun dengan harga Rp 18.750,- per unit. Berikut adalah struktur
baiya produksi, pemasaran, dan administrative tahun 2000:

Biaya variable per unit:

Bahan langsung Rp 1.500


Tenaga kerja langsung Rp3.000
Overhead pabrik Rp750
Penjualan, administrasi Rp2.250
Biaya-biaya tetap per tahun:
Overhead pabrik Rp22.500.000
Penjualan, administrasi Rp 7.500.000
Total biaya tetap Rp 30.000.000

Berdasarkan data di atas perhitungan harga pokok per unit produk menurut
Variable costing dan full costing dapat dibedakan sebagai berikut:

2
Full costing Variabel Costing
Bahan Langsung Rp. 1.500 Rp. 1.500
Tenaga Kerja Langsung Rp. 3.000 Rp. 3.000
Overhead Pabrik variabel Rp. 750 Rp. 750
Total Biaya produksi variabel Rp. 5.250 Rp. 5.250
Overhead Pabrik tetap Rp. 4.500 Rp. -
Harga pokok per unit Rp. 9.750 Rp. 5.250

Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa harga pokok per unit
produkmenurut full costing Rp 9.750 lebih besar disbanding hasil perhitungan
menurut variablecosting Rp 5.250. Perbedaan tersebut disebabkan dalam full costing
turut diperhitungkan biaya-biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp 4.500 per unit.
Sementara dalam pendekatan variable costing biaya tersebut tidak diperhitungkan
sebagai elemen harga pokok produk. Untuk metode full costing dalam laporan laba
rugi hasil perhitungan harga pokoktersebut akan ditempatkan sebagai pengurangan
atas total penjualan sebagai elemen beban pokok penjualan dalam menghitung laba
bruto. Dalam metode variable costing perhitungan tersebut masuk dalam komponen
biaya variable sebagai pengurang dari total penjualan dalam perhitungan marjin
kontibusi.

2. Perbandingan Harga Pokok Variabel dengan Harga Pokok Penuh


Perbedaan konsep penentuan harga pokok variabel dan full costing terletak pada tujuan utamanya.
Harga pokok variabel memiliki tujuan utama untuk pelaporan internal, sedangkan full costing
bertujuan untuk pelaporan eksternal. Perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan perlakuan
terhadap biaya produksi tetap yang mempengaruhi:
1) Penentuan Besarnya Harga Pokok Produk
Pada full costing, semua elemen biaya produksi baik tetap maupun variabel dibebankan ke dalam
harga pokok produk. Sehingga, elemen biaya harga pokok produk pada metode ini meliputi biaya
bahan baku (raw material cost), biaya tenaga kerja langsung ( direct labor cost), biaya overhead
pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap. Sedangkan pada harga pokok variabel, hanya
biaya produksi variabel yang dimasukkan dan dibebankan ke dalam harga pokok produk. Sehingga,
elemen biaya harga pokok produk pada metode ini meliputi biaya bahan baku ( raw material cost),
biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost), dan biaya overhead pabrik
variabel.

BIAYA-BIAYA FULL COSTING HARGA POKOK


VARIABEL
BIAYA BAHAN BAKU Rp. 20 Rp. 20
BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG Rp. 10 Rp. 10
BIAYA OVERHEAD VARIABEL Rp. 4 Rp. 4
BIAYA OVERHEAD TETAP Rp. 8 Rp. -
BIAYA PRODUKSI/UNIT Rp. 42 Rp. 34

2) Penentuan Besarnya Harga Pokok Persediaan


Pada full costing, biaya overhead pabrik tetap dibebankan pada harga pokok produk. Hal tersebut
mengakibatkan sebagian biaya overhead pabrik tetap melekat pada harga pokok persediaan apabila
ada persediaan yang masih belum terjual. Sedangkan pada harga pokok variabel tidak
membebankan biaya overhead tetap ke dalam harga pokok produk, tetapi

3
langsung dibebankan ke laba rugi sebagai biaya periode. Sehingga, produk dalam persediaan hanya
dibebani biaya produksi variabel atau biaya overhead pabrik tetap tidak melekat pada harga pokok
persediaan.

3) Penggolongan dan penyajian dalam laporan laba rugi.


Perbedaan penggolongan dan penyajian dalam laporan laba rugi metode harga pokok variabel dan
full costing dapat ditinjau dari segi:

a. Penggolongan biaya dalam laporan laba rugi


Pada full costing, biaya digolongkan menjadi biaya produksi dan biaya non-produksi.
Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
tetap maupun variabel. Semua harga biaya produksi diperlakukan sebagai harga pokok produk dan
dipertemukan dengan penghasilan penjualan pada periode di mana produk tersebut laku dijual
dengan cara menentukan besarnya harga pokok penjualan. Biaya non produksi pada full costing
disebut pula biaya periode, yakni biaya semua biaya yang tidak termasuk dalam harga pokok
produk sehingga harus dibebankan langsung di laba rugi periode terjadinya, yang meliputi biaya
tetap maupun variabel untuk pemasaran, administrasi dan umum, dan finansial.
Pada harga pokok variabel, biaya digolongkan menjadi biaya variabel dan biaya tetap.
Biaya variabel meliputi semua biaya yang jumlah totalnya berubah secara proporsional sesuai
dengan perubahan volume kegiatan, yang dikelompokkan menjadi biaya variabel produksi (biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik varabel) dan biaya variabel
non produksi (biaya pemasaran variabel, Biaya administrasi & umum variabel, dan biaya financial
variabel). Semua elemen biaya variabel produksi diperlakukan sebagai harga pokok produk dan
akan dipertemukan dengan penghasilan penjualan sebagai harga pokok penjualan variabel atas
produk yang sudah laku dijual. Biaya tetap meliputi semua biaya yang jumlah totalnya tetap
konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai dengan tingkatan kapasitas
tertentu. Pada harga pokok variabel, biaya tetap disebut juga sebagai biaya periode, yakni semua
biaya tetap yang terjadi dalam rangka penyediaan kapasitas tertentu untuk memproduksi dan
memasarkan produk dan dalam jangka pendek jumlah totalnya tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume kegiatan. Biaya tetap pada harga pokok variabel ini meliputi biaya overhead pabrik tetap,
biaya pemasaran tetap, Biaya administrasi & umum tetap, dan biaya finansial tetap. Dalam harga
pokok variabel, selain disebut biaya periode, biaya tetap juga disebut sebagai biaya kapasitas yang
langsung dibebankan ke laba rugi. Konsep harga pokok variabel berpendapat bahwa menunda biaya
tetap yang terjadi pada periode tertentu pada periode berikutnya tidak memiliki manfaat.

b. Struktur atau susunan penyajian laporan laba rugi


Konsep full costing menyajikan biaya sesuai dengan penggolongan fungsi-fungsi pokok di
dalam perusahaan. Penjualan dipertemukan dengan harga pokok penjualan yang meliputi biaya
produksi variabel dan biaya produksi tetap, selisihnya adalah laba/rugi kotor atas penjualan.
Laba/rugi kotor atas penjualan dipertemukan dengan biaya komersial, selisihnya adalah laba/rugi
bersih usaha. Selanjutnya, laba/rugi berseih usaha dipertemukan dengan biaya finansial atau biaya
bunga, hasilnya adalah laba/rugi bersih.
Sedangkan pada konsep harga pokok variabel, langkah pertama yang dilakukan dalam
penyusunan laba rugi adalah menggolongkan biaya ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.
Langkah kedua adalah menggolongkan biaya variabel dan biaya tetap ke dalam biaya produksi dan
biaya non produksi. Kemudian, penjualan dipertemukan dengan harga pokok penjualan variabel,
selisihnya adalah batas kontribusi kotor (gross contribution margin). Batas kontribusi kotor
dipertemukan dengan biaya komersial variabel, selisihnya adalah batas kontribusi bersih (net
contribution margin). Batas kontribusi bersih dipertemukan dengan semua biaya tetap atau biaya
periode, baik produksi maupun non-produksi, selisihnya adalah laba bersih.
c. Besarnya laba bersih

4
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada full costing, apabila masih ada persediaan
barang yang masih belum terjual, maka dalam harga pokok persediaan tersebut melekat biaya
overhead pabrik tetap. Sedangkan pada metode harga pokok produk, biaya overhead pabrik tetap
tidak melekat pada harga pokok persediaan. Dengan demikian, penilaian harga pokok persediaan
kedua metode tersebut berbeda. Nilai harga pokok persediaan pada metode harga pokok variabel
menjadi lebih kecil sehingga harga pokok penjualan sebagai pengurang penjualan menjadi lebih
besar dan menghasilkan laba yang lebih kecil. Hal ini berbanding terbalik dengan metode full
costing.

PT EL SARI
LAPORAN LABA RUGI
Yang Berakhir pada bulan Januari
Full Costing Harga Pokok Variabel
Volume Penjualan (unit) 190 Volume Penjualan (unit) 190
Penjualan Rp. 19.000 Penjualan Rp. 19.000
Harga Pokok Penjualan Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal Rp. 1.260 Persediaan Awal Rp. 1.260
Biaya Bahan Baku Rp. 4.000 Biaya Bahan Baku Rp. 4.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 2000 Biaya Tenaga Kerja Rp. 2000
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp. 800 Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp. 800
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp. 1.600 Harga Pokok Produk siap jual Rp. 7.820
Harga Pokok Produk siap jual Rp. 9.660 Persediaan akhir Rp. 1.360
Persediaan akhir Rp. 1.680 Harga Pokok Penjualan Variabel Rp. 6.460
HP.Penj. sebelum disesuaikan Rp. 7.980 Biaya Administrasi & Umum Rp. 570
Biaya Overhead Pabrik Kurang Rp. 100 Variabel
dibebankan Biaya Pemasaran Variabel Rp. 1.900
Harga Pokok Penjualan Rp. 8.080 Total Biaya Variabel Rp. 8.930
Laba Bruto Rp. 10.920
Biaya Komersial Laba Kontribusi Rp. 10.070
Biaya Administrasi & Umum Rp. 570 Biaya Tetap
Variabel Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp. 1.700
Tetap Rp. 400 Biaya Administrasi & Umum Tetap Rp. 400
Biaya Pemasaran Variabel Rp. 1.900 Biaya Pemasaran Variabel
Tetap Rp. 1.000 Tetap Rp. 1.000
Jumlah Biaya Komersial Rp. 3.870 Jumlah Biaya Tetap Rp. 3.100
Laba Bersih Rp. 7.050 Laba Bersih Rp. 6.970

3. Harga Pokok Variabel dan Evaluasi Kinerja Manajer


Manfaat Variabel Costing bagi Manajemen:
a. Variable Costing sebagai Alat Perencanaan Laba

Perencanaan Laba atau perencanaan operasi adalah rencana dari manajemen yang meliputi seluruh
tahap dari operasi dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan perusahaan yang dibagi dalam
dua jenis rencana, yaitu rencana jangka pendek dan jangka panjang. Variable Costing bermanfaat
dalam pembuatan rencana jangka pendek dengan memisahkan biaya variabel dan tetap dalam
laporan rugi laba, sehingga akan diketahui Contribution Margin. Dengan kedua hal itu maka
manajemen bisa merencanakan berapa laba yang akan diperoleh.

5
b. Variable Costing sebagai Petunjuk Penentuan Harga Jual

Informasi Contribution Margin dari Variable Costing sangat membantu dalam menentukan harga
jual yang kompetitive, karena Contribution Margin menunjukkan berapa kelebihan hasil
penjualan dari biaya variabel, bisa diperhitungkan dengan mengalikan contribution margin/unit
dengan jumlah penjualan.sedang biaya tetap akan tetap jumlahnya, oleh karena itu tertutup atau
tidaknya tergantung jumlah CM yang didapat. Selisih antara CM dengan biaya tetap merupakan
laba.

c. Variable Costing untuk Pengambilan Keputusan Manajemen

Manajemen sering dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif dimana alternatif-alternatif


tersebut mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya laba perusahaan. seperti masalah memasuki
pasar-pasar baru, perluasan usaha,memenuhi atau tidak pesanan khusus,membuat sendiri atau
memesan bahan pembantu atau suku cadang tertentu. Masalah ini dapat dipecahkan dengan
pertolongan analisis CM.

 Membandingkan Metode Perhitungan


Full assets : informasi berupa seluruh aktiva
Full Revenues : informasi berupa seluruh pendapatan yang diperoleh
Full Costs : informasi berupa seluruh sumber/biaya yang dikorbankan

Perbedaan full accounting information, full cost dan full costing:


full accounting information: terdiri dari full assets, full revenues dan full costs
full cost: salah satu unsur dari full accounting information, total biaya yang bersangkutan dengan
obyek informasi. Jika obyek informasi adalah produk, maka full cost merupakan total biaya yang
bersangkutan dengan produk tersebut. Perhitungan full cost suatu produk dipengaruhi oleh metode
penentuan kos produk yang digunakan: full costing atau variable costing atau activity-based costing.
full costing:merupakan salah satu metode penentuan kos produk, yang membebankan seluruh biaya
variabel maupun tetap.
Full costing dan variable costing merupakan metode penentuan kos produk konvensional, yang
dirancang berdasarkan kondisi tekonologi manufaktur pada masa lalu. Dengan digunakannya secara
luas teknologi informasi dalam proses pengolahan produk dan dalam pengolahan informasi keuangan,
Activity based costing (ABC) menjadi alternative metode penentuan kos produk konvensional.

Perbedaan ketiga metode penentuan kos produk tersebut adalah:


Full Costing Variable Costing ABC
Biaya produksi Biaya variabel Unit-level activity cost
Biaya administrasi & umum Batch-related activity cost
Biaya Pemasaran Biaya Tetap Product-sustaining activity cost
Facility-sustaini

Beda unsur biaya produk dalam pendekatan full costing, variable costing dan ABC:

Conventional costing method Activity based costing


TUJUAN Inventory valuation Product costing
LINGKUP Tahap produksi Tahap desain, tahap produksi dan
tahap dukungan logistik

6
FOKUS Biaya bahan baku, biaya Biaya overhead pabrik
tenaga kerja langsung
PERIODE Periode Akuntansi Daur hidup produk
TEKNOLOGI Metode manual Komputer, telekomunikasi
INFORMASI YANG
DIGUNAKAN

Rincian biaya setiap jenis aktivitas desain, produksi, dan distribusi produk dalam lingkungan manufaktur
maju adalah sebagai berikut:
 Unit-level activity costs. Biaya ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang dihasilkan. Contoh
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya energi dan biaya angkutan. Dibebankan
berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan.
 Batch-related activity cost. Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksi.
Contoh Setup costs, biaya angkutan bahan baku, biaya order pembelian, biaya inspeksi . Besar
kecilnya biaya tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi.
 Product-sustaining activity costs. Biaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan
produk tertentu dan biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Contoh biaya
desain produk, desain proses pengolahan produk, biaya pengujian produk. Dibebankan berdasarkan
taksiran jumlah unit produk tertentu yang akan dihasilkan selama umur produk tersebut (product
life cycle)
 Facility-sustaining activity cost. Biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan
kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan. Contoh biaya depresiasi, biaya amortisasi, biaya asuransi,
biaya gaji karyawan kunci perusahaan. Dibebankan atas dasar taksiran unit produk yang dihasilkan
pada kapasitas normal divisi penjual.

Anda mungkin juga menyukai