OLEH:
KELAS 4C
KELOMPOK 8
Klasifikasi Biaya Menurut Mtode Penentuan Biaya Variable dan Metode Penentuan
Biaya Penuh
Klasifikasi Metode Penentuan Biaya Variable Metode Penentuan Biaya Penuh
Biaya Produk Biaya Bahan Baku Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead pabrik variable Biaya Overhead Pabrik Variable
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya Periodik Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya Pemasaran Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum Biaya Administrasi dan Umum
Metode PBP membebankan semua biaya produksi ke produk yang meliputi biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variable, dan biaya
overhead pabrik tetap. Dalam PBP, biaya overhead pabrik tetap dipandang sebagai biaya
produk, bukan biaya periodic.
Penilaian Persediaan
Perbedaan Metode penentuan biaya produk akan memengaruhi nilai persediaan. Berikut
disediakan penilaian persediaan dengan metode MBV dan metode PBP PT Pelangi
mempunyai data yang berhubungan dengan biaya produk sebagai berikut.
Pada metode PBV nilai persediaan biaya meliputi biaya produksi variable saja, sedangkan
pada metode PBP nilai persediaan meliputi semua biaya produksi. Perhitungan biaya per
unit persediaan dalam kedua metode tersebut sebagai berikut.
Keterangan Penentuan Biaya Penentuan Biaya
Variable Penuh
Biaya bahan baku Rp.100 Rp.100
Biaya tenaga kerja langsung 200 200
Biaya overhead pabrik veriable 100 200
Biaya overhead pabrik tetap Rp.500.000/ 25
20.000 unit
Biaya per unit Rp.400 Rp.425
Pada metode MPV, harga pokok penjualan variable adalah Rp.6.400.000 (Rp.400 x
16.000 unit).
Hubungan antara Produksi, Penjualan, dan Laba
Hubungan antara laba menurut metode PBV dengan metode PBP berubah sejalan
dengan perubahan hubungan antara produksi dengan penjualan. Apabila jumlah unit yang
dijual lebih banyak dari pada jumlah unit yang diproduksi, maka laba menurut metode
PBV akan lebih besar daripada laba dengan metode PBP.
Jika jumlah unit produksi lebih kecil dari pada jumlah unit yang dijual, maka pada
metode PBP biaya overhead pabrik yang diakui sebagai biaya meliputi biaya overhead
pabrik tetap pada periode yang bersangkutan ditambah dengan biaya overhead pabrik
tetap yang melekad pada unit persediaan akhir periode sebelumnya yang ikut dijual dalam
periode yang bersangkutan. Apabila unit yang dijual lebih kecil daripada jumlah unit yang
diproduksi, maka laba menurut metode PBV akan lebih kecil dari pada laba menurut PBP.
Jika jumlah unit produksi lebih besar daripada jumlah unti yang dijual, maka pada metode
PBP, biaya overhead pabrik yang dialami sebagai biaya periodic hanya meliputi yang
bersangkutan saja, dan masih terdapat biaya overhead pabrik tetap yang melekat pada
persediaaan akhir yang belum terjual yang berasal dari produksi dalam periode yang
bersangkutan. Apabila jumlah unit produksi sama dengan jumlah unit dijual, maka tidak
ada perbedaan diantara laba operasi menurut metode PBP dengan metode PBV.
Hubungan Produksi, Penjualan, dan Laba dalam Metode Penentuan Biaya Variable dan
Penuh
Keterangan Laba Operasi
Unit produksi < Unit penjualan Metode PBP < Metode PBV
Unit produksi > Unit penjualan Metode PBP > Metode PBV
Unit produksi = Unit penjualan Metode PBP = Metode PBV
Ilustrasi hubungan antara produksi, penjualan, dan laba operasi diantara kedua metode
penentuan biaya. PT Alam Raya mempunyai data operasi untuk tahun 2010, 2011, 2012
berikut ini.
Laporan laba rugi dengan metode penentuan biaya penuh disajikan sebagai berikut
Keterangan 2010 2011 2012
Penjualan (harga jual x unit dijual) Rp.6.000.000 Rp.4.000.000 Rp.8.000.000
Dikurangi Harga pokok penjualan 3.900.000 2.600.000 5.200.000
Laba kotor total Rp.2.100.000 Rp.1.400.000 Rp.2.900.000
Dikurangi biaya tetap total:
Biaya pemasaran, administrasi, dan
umum tetap 250.000 200.000 300.000
Laba Operasi Rp.1.850.000 Rp.1.200.000 Rp.2.300.000
Biaya produksi perunit = Biaya overhead pabrik tetap per unit + Biaya
Produksi Variable per unit
Biaya overhead pabrik perunit = Biaya overhead pabrik tetap per unit + Volume
produksi normal per tahun
Biaya produksi perunit = (Rp.300.000/300.000 unit) + (Rp.8 + Rp.3) =
Rp.13
Perubahan jumlah biaya overhead pabrik tetap dalam persediaan adalah sama
dengan perbedaan laba operasi di antara kedua metode penentuan biaya tersebut.
Perubahan biaya overhead pabrik tetap tersebut dapat dihitung dengan mengalikan tarif
biaya overhead pabrik tetap dengan perbedaan jumlah unit persediaan akhir atau
persediaa antara jumlah unit diproduksi dan jumlah unit dijual.
Laba Operasi Metode MBP- Laba = Tarif Biaya Overhead pabrik tetap x (unit
Operasi metode PBV diproduksi – Unit dijual)
Pedekatan ringkas yang dapat digunakan untuk menjelaskan perbedaan laba di
antara kedua metode tersebut disajikan sebagai berikut.
Keterangan 2010 2011 2012
Laba Operasi:
Metode Penentuan biaya penuh Rp.1.850.000 Rp.1.200.000 Rp.2.500.000
Metode Penentuan biaya variable 1.850.000 1.100.000 2.600.000
Persediaan Rp.0 Rp.100.000 (Rp.100.000)
Penjelasan:
Unit produksi 300.000 300.000 300.000
Unit penualan 300.000 200.000 400.000
Perubahan dalam persediaan 0 100.000 (Rp.100.000)
Dikalikan: Tarif biaya Overhead Rp.1 Rp.1 Rp.1
Pabrik tetap
Persediaan yang disajikan Rp.0 Rp.100.000 (Rp.300.000)
Perlakuan Biaya Overhead Pabrik Tetap dalam Metode Penentuan Biaya Penuh
Perbedaan antara metode PBP dengan metode PBV adalah pada pengakuan biaya yang
berhubungan dengan biaya overhead pabrik tetap. Dalam metode PBP, biaya overhead
pabrik tetap harus dibebankan ke unit-unit yang diproduksi. Pembebanan biaya overhead
pabrik tersebut mempunyai dua masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana mengonversikan biaya overhead pabrik yang dibebankan tidak
berdasarkan unit, misalnya jam tenaga kerja langsung atau jm mesin menjadi
biaya overhead pabrik yang dibebankan ke unit-unit yang diproduksi.
2. Apa yang harus dilakukan jika biaya overhead pabrik sesungguhnya berbeda
dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan.
Laporan laba rugi dengan metode penentuan biaya variable disajikan sebagai berikut
Keterangan 2011 2012
Penjualan (harga jual x unit dijual) Rp.500.000 Rp.1.000.000
Dikurangi biaya variable total:
Harga pokok penjualan variable 200.000 400.000
Margin kontribusi total Rp.300.000 Rp. 500.000
Dikurangi biaya tetap total:
Biaya overhead pabrik 400.000 400.000
Laba (Rugi) Operasi (Rp.100.000) Rp.200.000
Penentuan harga pokok penjualan variable untuk tahun 2011 = (Rp.20 x 10.000 unit) dan
tahun 2012 = (Rp.20 x 20.000 unit)
Biaya produksi perunit = Biaya overhead pabrik tetap per unit + Biaya
Produksi Variable per unit
Biaya overhead pabrik perunit = Biaya overhead pabrik tetap per tahun/Volume
produksi normal per tahun
Biaya produksi perunit tahun 2011 = (Rp.400.000/20.000 unit) + Rp.20 = Rp.40
Biaya produksi perunit tahun 2012 = (Rp.400.000/20.000 unit) + Rp.20 = Rp.60
PT Gemah Ripah
Laporan Laba Rugi Segmen, 2011
Metode Penentuan Biaya Penuh
Keterangan Radio DVD Player Total
Penjualan Rp800.000 Rp3.380.000
Dikurangi: Harga pokok penjulan 700.000 Rp580.000 3.300.000
600.000
Laba kotor Rp100.000 (Rp20.000) Rp80.000
Dikurangi : Biaya Pemasaran dan 60.000
Administrasi 40.000 100.000
Laba (rugi) Operasi Rp40.000 (Rp60.000) (Rp20.000)
Berdasarkan laporan segmen di atas, Tuan Aryo selaku direktur PT Gemah Ripah
memutuskan untuk menghentikan produksi DVD player dengan alasan keputusan ini
akan meningkatkan laba Rp60.000. Namun, pada tahun berikutnya (laba rugi tahun
2012), hasil yang diperoleh sangat berbeda dari yang diharapkan. Laporan laba rugi tahun
2012 menujukkan rugi total sebesar Rp130.000 atau rugi menilai Rp110.000. Berikut ini
disajikan laporan laba rugi segmen (tinggi suatu macam produknya yaitu radio) untuk
tahun 2010 dengan etode PBP.
PT. Gemah Rupiah
Laporan Laba Rugi Segmen, 2012
Metode Penentuan Biaya Penuh
KETERANGAN TOTAL
Penjualan Rp800.000
Dikurangi: Harga Pokok Penjualan 860.000
Laba Kotor (Rp60.000)
Dikurangi: Biaya pemasaran dan administrasi 70.000
Laba (rugi) operasi (Rp130.000)
Tuan Arya mempercayai informasi biaya yang dikumpulkan oleh sistem pelaporan
keuangan eksternal. Namun demikian, informasi yang diperlukan untuk kepentingan
internal sering berada secara signifikan dengan informasi yang diminta untuk pelaporan
keuangan eksternal. Perilaku biaya dan penelusuran biaya memungkinkan tidak penting
untuk pelaporan keuangan kepada pihak eksternal, tetapi penting bagi manajer yang
sedang berupaya untuk membuat keputusan strategis.
Tuan Arya menentukan bahwa banyak biaya tetap yang sebelumnya dialokasikan ke
produk DVD player dieleminasi ketika produk tersebut dihentikan produksinya. Oleh
karena produk radio maupun DVD player diproduksi dalam pabrik yang sama, banyak
terdapat biaya overhead pabrik tetap yang merupakan biaya bersama bagi kedua produk,
yang meliputi biaya depresiasi pabrik, pajak bumi dan bangunan, biaya asuransi pabrik,
dan gaji maanjer pabrik. Ketika produk DVD player dihentikan, semua biaya overhead
pabrik tetap bersama dibebankan seluruhnya ke produk radio. Demikian juga, biaya
pemasaran dan administrasi
Laporan laba rugi segmen dengan metode PBV mempunyai suatu fitur tambahan, yaitu
biaya tetap dipisahkan menjadi dua kategori yang terdiri atas biaya tetap langsung dan
biaya tetep bersama. Fitur tambahan ini menunjukkan biaya dapat diekndalikan dan biaya
tidak dapat dikendalikan, dan meningkatkan kemampuan untuk mengevaluasi kontribusi
setiap segmen terhadap kinerja perusahaan keseluruhan.
Biaya tetep langsung adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri secara langsung ke suatu
segmen, misalnya suatu produk. Biaya semacam ini kadang-kadang disebut biaya tetap
yang dapat dihindari atau biaya tetap yang dapat dilacak karena biaya tersebut tidak
terjadi jika segmen dieleminasi. Biaya tetap tersebut disebabkan oleh keberadaan segmen
yang bersangkutan. Pada PT Gemah Ripah, biaya depresiasi peralatan yang digunakan
untuk memproduksi DVD player dan gaji pengawas produksi DVD player adalah contoh
biaya tetap langsung.
Biaya tetap bersama, biaya yang disebabkan secara bersama oleh dua atau lebih segmen.
Biaya tetap bersama tetap ada walaupun salah satu segmen dieleminasi. Misalnya, pada
PT Gemah Ripah, biaya depresiasi pabrik dan gaji pengawas pabrik merupakan biaya
tetap bersama. Penghentian produk DVD player tidak menghilangkan pabrik dan biaya
depresiasinya. Demikian juga, pengawas pabrik masih dibutuhkan untuk mengawasi
produksi produk radio.
Biaya tetap yang merupakan biaya tetap langsung bagi suatu segmen mungkin merupakan
biaya tetap bersama bagi segmen yang lain. Misalnya, produk radio dijual di dua segmen
daerah pemasaran. Dalam hal ini, biaya depresiasi peralatan yang digunakan untuk
memproduksi radio adalah biaya tetap bersama bagi kedua segmen daerah pemasaran,
tetapi merupakan biaya tetap langsung bagi segmen produk radio.
Laporan laba rugi segmen dengan metode PBV lebih berguna daripada metode PBP.
Perhatikan laporan laba rugi dengan metode PBV pada PT Gemah Ripah, bahwa produk
radio maupun produk DVD palyer mempunyai margin kontribusi positif, yaitu
Rp190.000 untuk produk radio, dan Rp160.000 untuk produk DVD player. Kedua produk
mempunyai penjualan yang lebih besar daripada biaya variabel sehingga dapat membantu
menutup biaya tetap perusahaan. Namun, sebagian biaya tetap perusahaan disebabkan
oleh keberadaan kedua segmen produk itu sendiri. Jadi, ukuran yang tepat untuk
mengukur kontribusi laba setiap segmen adalah apa yang tersisa setelah biaya tetap
langsung dapat tertutup.
Kontribusi laba setiap segmen untuk menutup biaya tetap bersama perusahaan disebut
laba segmen. Suatu segmen seharusnya paling tidak menutup biaya variabel dan biaya
tetap langsung segemen yang bersangkutan. Suatu laba segmen negatif akan menurunkan
laba total perusahaan yang kemudian mengarah pada pertimbangan untuk menutup
segmen tersebut. Laba segmen mengukur perubahan laba total perusahaan yang akan
terjadi jika segmen tersebut dihentikan.
Pada laporan laba rugi PT Gemah Ripah dengan metode PBV di atas menunjukkan bahwa
produk DVD palyer memberik kontribusi Rp110.000 untuk menutup biaya tetap bersama.
Jika produk DVD player dihentikan, maka laba total perusahaan akan turun Rp110.000
(lihat rugi operasional total dengan metode PBP tahun 2011 sebesar Rp20.000 dan rugi
operasi total dengan metode PBP tahun 2012 sebesar Rp130.000). Jadi, penghentian
produk DVD player adalah keputusan yang salah.
Keputusan yang benar adalah mempertahankan kedua produk atau tidak menghentikan
produk DVD player. Kedua produk mempunyai kontribusi yang sama (masing-masing
mempunyai margin segmen Rp110.000) terhadap profitabilitas perusahaan. Pengehntian
salah satu produk tersebut akan menimbulkan masalah, kecuali kalau digantikan oleh
produk yang mempunyai margin segmen yang lebih tinggi. Oleh karena kedua produk
mempunyai margin segmen positif, solusi lain dibutuhkan untuk mengatasi rugi operasi
total perusahaan. Akuntansi dapat membantu dengan berfokus pada analisis yang lebih
terperinci terhadap biaya dengan menggunakan penentuan biaya berdasarkan aktivitas.
Tuan Arya direktur PT Gemah Ripah, mempunyai beberapa ide yang menjadi
fokus perhatian. Penanganan bahan merupakan aktivitas tidak bernilai tambah.
Pengesetan yang merupakan aktivita bernilai tambah harus ditingkatkan efisiensinya.
Setiap pengurangan terhadap kedua biaya ini dapat secara langsung memengaruhi laba
total perusahaan. Konfigurasi ulang pabrik mungkin akan mengurangi biaya penanganan
bahan. Persetujuan kontrak baru dengan pemasok mungkin mengarah pada penerimaan
bahan secara tepat waktu dari pemasok sehingga dapat langsung masuk ke proses
produksi. Demikian juga, suara perubahan konfigurasi proses perakitan mungkin
mengakibatkan aktivitas pengesetan dapat dilakukan lebih cepat dan lebih murah.
Aktivitas pemeliharaan juga perlu dikaji ulang untuk mengurangi biaya pemeliharaan.
Pendekatan JIT yang diterapkan dalam proses produksi dapat mengarah pada aktivitas
peemliharaan dilakukan oleh karyawan produksi ketika aktivitas produksi dihentikan.