Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI MANAJEMEN

PENENTUAN BIAYA VARABLE DAN PELAPORAN SEGMEN

OLEH:
KELAS 4C
KELOMPOK 8

KADEK SRI SINTA DEWI : 1817051195


WAYAN VINA DAMAYANTI : 1817051066

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI


PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2020
ANALISIS DAN PERBANDINGAN ANTARA METODE PENENTUAN BIAYA
VARIABLE DAN METODE PENENTUAN BIAYA PENUH
Terdapat dua metode penentuan biaya produk yaitu metode penentuan biaya
variable (PBV) dan metode penentuan biaya penuh (PBP). Perbedaan antara kedua
metode penentuan biaya tersebut adalah pada perlakuan terhadap biaya overhead pabrik
tetap.
Metode MPV membedakan antara biaya produksi variable dengan biaya produksi
tetap. Metode MPV hanya membedakan biaya produksi variable ke produk yang meliputi
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variable.

Klasifikasi Biaya Menurut Mtode Penentuan Biaya Variable dan Metode Penentuan
Biaya Penuh
Klasifikasi Metode Penentuan Biaya Variable Metode Penentuan Biaya Penuh
Biaya Produk Biaya Bahan Baku Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead pabrik variable Biaya Overhead Pabrik Variable
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya Periodik Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya Pemasaran Biaya Pemasaran
Biaya Administrasi dan Umum Biaya Administrasi dan Umum

Metode PBP membebankan semua biaya produksi ke produk yang meliputi biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variable, dan biaya
overhead pabrik tetap. Dalam PBP, biaya overhead pabrik tetap dipandang sebagai biaya
produk, bukan biaya periodic.

Penilaian Persediaan
Perbedaan Metode penentuan biaya produk akan memengaruhi nilai persediaan. Berikut
disediakan penilaian persediaan dengan metode MBV dan metode PBP PT Pelangi
mempunyai data yang berhubungan dengan biaya produk sebagai berikut.

Jumlah unit persediaan awal 0


Jumlah unit diproduksi 20.000
Jumlah unit dijual (harga jual Rp.600 per unit) 16.000
Volume normal 20.000
Biaya variable per unit:
Bahan baku Rp.100
Tenaga kerja langsung 200
Overhead pabrik variable 100
Pemasaran, administrasi dan umum variable 20
Biaya tetap:
Overhead pabrik tetap Rp.500.000
Pemasaran, administrasi dan umum tetap 200.000

Pada metode PBV nilai persediaan biaya meliputi biaya produksi variable saja, sedangkan
pada metode PBP nilai persediaan meliputi semua biaya produksi. Perhitungan biaya per
unit persediaan dalam kedua metode tersebut sebagai berikut.
Keterangan Penentuan Biaya Penentuan Biaya
Variable Penuh
Biaya bahan baku Rp.100 Rp.100
Biaya tenaga kerja langsung 200 200
Biaya overhead pabrik veriable 100 200
Biaya overhead pabrik tetap Rp.500.000/ 25
20.000 unit
Biaya per unit Rp.400 Rp.425

Perbedaan dalam biaya perunit memengaruhi biaya persediaan yang disajikan


dalam neraca atau laporan posisi keuangan. Oleh karena tidak ada persdiaan awal pada
PT Pelangi, maka jumlah unit persediaan akhir adalah 4.000 unit (jumlah produksi
sebanyak 20.000unit dikurangi volume penjualan sebanyak 16.000 unti). Pada metode
MBV hanya persediaan akhir sebesar Rp.1.700.000(Rp.425 x 4.000 unit). Oleh karena
itu metode MBV tidak memasukkan komponen biaya overhead pabrik tetap, maka biaya
persediaan akhir dalam metode MBV selalu lebih rendah daripada dalam metode PBP.

Laporan Laba Rugi: Analisis dan Rekonsiliasi


Oleh karena biaya produk perunit merupakan dasar penentuan harga pokok penjualan,
maka perbedaan penggunaan metode PBV atau metode PBP akan mengakibatkan angka
laba yang berbeda.
Laporan laba rugi menunjukkan bahwa laba operasi dengan metode penentuan
biaya tetap lebih tinggi Rp.100.000 dari pada laba operasi dengan metode PBV.
Perbedaan ini terjadi karena semua biaya overhead tetap (Rp.500.000) diperlukan sebagai
biaya periodic dalam metode PBV, tetapi pada metode PBP sebagai biaya overhead tetap
melekad pada persediaan akhir yang diperlukan sebagai biaya periodic dalam pada
periode berikutnya.

Laporan Laba Rugi Metode Penentuan Biaya Variable

Penjualan Rp.500 x 16.000 unit. Rp.9.600.000


Biaya variable total:
Harga pokok penjualan variable Rp.400 x 16.000unit Rp.6.400.000
Biaya pemasaran administrasi dan umum variable:
Rp.20 x 16.000unit Rp. 320.000 Rp.6.720.000
Margin kontribusi total Rp.2.880.000
Biaya tetap total:
Biaya Overhead pabrik tetap Rp.500.000
Biaya pemasaran administrasi dan umum tetap 200.000 700.000
Laba operasi Rp.2.380.000

Laporan Laba Rugi Metode Penentuan Biaya Penuh

Penjualan Rp.500 x 16.000unit Rp.9.600.000


Harga pokok penjualan: Rp.425 x 16.000 unit 6.800.000
Laba kotor Rp.2.800.000
Biaya pemasaran administrasi dan umum:
Rp.200.000 + (Rp.20 x 16.000 unit) 520.000
Laba operasi Rp.2.280.000

Pada metode MPV, harga pokok penjualan variable adalah Rp.6.400.000 (Rp.400 x
16.000 unit).
Hubungan antara Produksi, Penjualan, dan Laba
Hubungan antara laba menurut metode PBV dengan metode PBP berubah sejalan
dengan perubahan hubungan antara produksi dengan penjualan. Apabila jumlah unit yang
dijual lebih banyak dari pada jumlah unit yang diproduksi, maka laba menurut metode
PBV akan lebih besar daripada laba dengan metode PBP.
Jika jumlah unit produksi lebih kecil dari pada jumlah unit yang dijual, maka pada
metode PBP biaya overhead pabrik yang diakui sebagai biaya meliputi biaya overhead
pabrik tetap pada periode yang bersangkutan ditambah dengan biaya overhead pabrik
tetap yang melekad pada unit persediaan akhir periode sebelumnya yang ikut dijual dalam
periode yang bersangkutan. Apabila unit yang dijual lebih kecil daripada jumlah unit yang
diproduksi, maka laba menurut metode PBV akan lebih kecil dari pada laba menurut PBP.
Jika jumlah unit produksi lebih besar daripada jumlah unti yang dijual, maka pada metode
PBP, biaya overhead pabrik yang dialami sebagai biaya periodic hanya meliputi yang
bersangkutan saja, dan masih terdapat biaya overhead pabrik tetap yang melekat pada
persediaaan akhir yang belum terjual yang berasal dari produksi dalam periode yang
bersangkutan. Apabila jumlah unit produksi sama dengan jumlah unit dijual, maka tidak
ada perbedaan diantara laba operasi menurut metode PBP dengan metode PBV.

Hubungan Produksi, Penjualan, dan Laba dalam Metode Penentuan Biaya Variable dan
Penuh
Keterangan Laba Operasi
Unit produksi < Unit penjualan Metode PBP < Metode PBV
Unit produksi > Unit penjualan Metode PBP > Metode PBV
Unit produksi = Unit penjualan Metode PBP = Metode PBV

Ilustrasi hubungan antara produksi, penjualan, dan laba operasi diantara kedua metode
penentuan biaya. PT Alam Raya mempunyai data operasi untuk tahun 2010, 2011, 2012
berikut ini.

Biaya variable per unit:


Biaya bahan baku Rp.8
Biaya tenaga kerja langsung 3
Biaya overhead pabrik variable 1
Biaya pemasaran, administrasi, dan umum vriable 0,50
Biaya overhead pabrik tetap pertahun Rp.300.000
Volume produksi normal pertahun 300.000 unit
Biaya pemasaran, administrasi, dan umum tetap pertahun Rp.100.000
Harga jual per unit Rp.20

Estimasi dan sama dengan yang sesungguhnya terjadi.


Keterangan 2010 2011 2012
Unit persediaan awal - - 300.000
Unit produksi 300.000 300.000 300.000
Unit penjualan 300.000 200.000 400.000
Unit persediaan akhir - 200.000 -

Laporan laba rugi dengan metode PBV disajikan sebagai berikut


Keterangan 2010 2011 2012
Penjualan (harga jual x unit dijual) Rp.6.000.000 Rp.4.000.000 Rp.8.000.000
Dikurangi biaya variable total:
Harga pokok penjualan variable Rp.3.600.000 Rp.2.400.000 Rp.4.800.000
Biaya pemasaran, administrasi, dan
umum variable 150.000 100.000 200.000
Margin kontribusi total Rp.6.000.000 Rp.4.000.000 Rp.8.000.000
Dikurangi biaya tetap total:
Biaya overhead pabrik tetap 300.000 300.000 300.000
Biaya pemasaran, administrasi, dan
umum tetap 100.000 100.000 100.000
Laba Operasi Rp.2.850.000 Rp.2.200.000 Rp.2.600.000

Penentuan Harga Pokok Penjualan Variable


Keterangan 2010 2011 2012
Persediaan awal - - Rp.1.200.000
Harga Pokok produksi variable Rp.3.600.000 Rp.3.500.000 3.600.000
Barang tersedia untuk dijual Rp.3.600.000 Rp.3.6000.000 Rp.4.800.000
Dikurangi persediaan akhir - 1.200.000 -
Harga pokok penjualan variable Rp.3.600.000 Rp.2.400.000 Rp.4.500.000
(Rp. 8 + Rp. 3) x Rp. 33 x
300.000 unit

Laporan laba rugi dengan metode penentuan biaya penuh disajikan sebagai berikut
Keterangan 2010 2011 2012
Penjualan (harga jual x unit dijual) Rp.6.000.000 Rp.4.000.000 Rp.8.000.000
Dikurangi Harga pokok penjualan 3.900.000 2.600.000 5.200.000
Laba kotor total Rp.2.100.000 Rp.1.400.000 Rp.2.900.000
Dikurangi biaya tetap total:
Biaya pemasaran, administrasi, dan
umum tetap 250.000 200.000 300.000
Laba Operasi Rp.1.850.000 Rp.1.200.000 Rp.2.300.000

Biaya produksi perunit = Biaya overhead pabrik tetap per unit + Biaya
Produksi Variable per unit
Biaya overhead pabrik perunit = Biaya overhead pabrik tetap per unit + Volume
produksi normal per tahun
Biaya produksi perunit = (Rp.300.000/300.000 unit) + (Rp.8 + Rp.3) =
Rp.13
Perubahan jumlah biaya overhead pabrik tetap dalam persediaan adalah sama
dengan perbedaan laba operasi di antara kedua metode penentuan biaya tersebut.
Perubahan biaya overhead pabrik tetap tersebut dapat dihitung dengan mengalikan tarif
biaya overhead pabrik tetap dengan perbedaan jumlah unit persediaan akhir atau
persediaa antara jumlah unit diproduksi dan jumlah unit dijual.

Laba Operasi Metode MBP- Laba = Tarif Biaya Overhead pabrik tetap x (unit
Operasi metode PBV diproduksi – Unit dijual)
Pedekatan ringkas yang dapat digunakan untuk menjelaskan perbedaan laba di
antara kedua metode tersebut disajikan sebagai berikut.
Keterangan 2010 2011 2012
Laba Operasi:
Metode Penentuan biaya penuh Rp.1.850.000 Rp.1.200.000 Rp.2.500.000
Metode Penentuan biaya variable 1.850.000 1.100.000 2.600.000
Persediaan Rp.0 Rp.100.000 (Rp.100.000)
Penjelasan:
Unit produksi 300.000 300.000 300.000
Unit penualan 300.000 200.000 400.000
Perubahan dalam persediaan 0 100.000 (Rp.100.000)
Dikalikan: Tarif biaya Overhead Rp.1 Rp.1 Rp.1
Pabrik tetap
Persediaan yang disajikan Rp.0 Rp.100.000 (Rp.300.000)

Perlakuan Biaya Overhead Pabrik Tetap dalam Metode Penentuan Biaya Penuh
Perbedaan antara metode PBP dengan metode PBV adalah pada pengakuan biaya yang
berhubungan dengan biaya overhead pabrik tetap. Dalam metode PBP, biaya overhead
pabrik tetap harus dibebankan ke unit-unit yang diproduksi. Pembebanan biaya overhead
pabrik tersebut mempunyai dua masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana mengonversikan biaya overhead pabrik yang dibebankan tidak
berdasarkan unit, misalnya jam tenaga kerja langsung atau jm mesin menjadi
biaya overhead pabrik yang dibebankan ke unit-unit yang diproduksi.
2. Apa yang harus dilakukan jika biaya overhead pabrik sesungguhnya berbeda
dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan.

METODE PENENTUAN BIAYA VARIABLE DAN EVALUASI KINERJA


MANAJER
Evaluasi kinerja manajer sering dihubungkan dengan profitabilitas unit-unit bisnis
yang mereka kendalikan. Perubahan laba dari period eke periode dan perbandingan antara
laba sesungguhnya dengan laba dianggarkan sering digunakan sebagai sinyal kinerja
manajerial.
Secara umum, jika kinerja laba mencerminkan kinerja manajerial, manajer dapat
berharap tiga hal berikut ini.
1. Jika terjadi peningkatan penjualan, hal-hal lain dianggap tetap maka laba akan
meningkat.
2. Jika terjadi penurunan penjualan, hal-hal lain dianggap tetap, maka laba akan
menurun.
3. Jika tidak terjadi perubahan penjualan, hal-hal lain dianggap tetap, maka laba juga
tidak berubah.
Metode PBV selalu mengikuti hubungan antara penjualan dan laba seperti diatas,
tetapi tidak demikian dengan metode PBP. Sebagai ilustrasi suatu divisi pada PT. Alam
Hijau mempunyai data operasi sebagai berikut.
Keterangan Tahun 2011 Tahun 2012
Biaya produksi variable per unit Rp.20 Rp.20
Unit produksi (estimasian – sesungguhnya) 20.000 10.000
Unit penjualan (harga jual Rp.60 per unit) 10.000 20.000
Biaya overhead pabrik tetap (estimasian –
sesungguhnya) Rp.400.000 Rp.400.000

Laporan laba rugi dengan metode penentuan biaya variable disajikan sebagai berikut
Keterangan 2011 2012
Penjualan (harga jual x unit dijual) Rp.500.000 Rp.1.000.000
Dikurangi biaya variable total:
Harga pokok penjualan variable 200.000 400.000
Margin kontribusi total Rp.300.000 Rp. 500.000
Dikurangi biaya tetap total:
Biaya overhead pabrik 400.000 400.000
Laba (Rugi) Operasi (Rp.100.000) Rp.200.000
Penentuan harga pokok penjualan variable untuk tahun 2011 = (Rp.20 x 10.000 unit) dan
tahun 2012 = (Rp.20 x 20.000 unit)

Laporan laba rugi dengan motode PBP disajikan sebagai berikut.


Keterangan 2011 2012
Penjualan (harga jual x unit dijual) Rp.500.000 Rp.1.000.000
Dikurangi Harga pokok penjualan 400.000 1.000.000
Laba (Rugi) Operasi Rp.1.000.000 Rp.0

Penentuan Harga Pokok Penjualan


Keterangan 2011 2012
Persediaan awal - Rp.400.000
Harga Pokok produksi
Biaya produksi per unit x unit penjualan) Rp.800.000 600.000
Barang tersedia untuk dijual Rp.800.000 Rp.1.000.000
Dikurangi: persediaan akhir 400.000 -
Harga pokok penjualan Rp.400.000 Rp.1.000.000

Biaya produksi perunit = Biaya overhead pabrik tetap per unit + Biaya
Produksi Variable per unit
Biaya overhead pabrik perunit = Biaya overhead pabrik tetap per tahun/Volume
produksi normal per tahun
Biaya produksi perunit tahun 2011 = (Rp.400.000/20.000 unit) + Rp.20 = Rp.40
Biaya produksi perunit tahun 2012 = (Rp.400.000/20.000 unit) + Rp.20 = Rp.60

METODE PENENTUAN BIAYA VARIABLE DAN PELAPORAN SEGMEN


Manfaat metode PBV untuk evaluasi kinerja tidak hanya untuk mengevaluasi kinerja
manajer, tetapi juga digunakan untuk mengevaluasi aktivitas-aktivitas yang menjadi
tanggungjawab seseorang manajer. Misalnya, seseorang manajer harus mengevaluasi
kontribusi terhadap laba total perusahaan dari setiap pabrik, lini produk, dan daerah
pemasaran yang dimiliki.
Pemisahan biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel dalam PBV penting agar dapat
dilakukan evaluasi kinerja secara akurat. Evaluasi kinerja secara implisist berhubungan
dengan keputusan-keputusan, misalnya keputusan apakah akan melanjutkan atau
menghentikan operasi suatu pabrik, atau apakah mempertahankan atau mneghentikan
suatu produk. Apabila tidak melakukan pemisahan biaya ke dalam biaya tetap dan biaya
variabel, evaluasi terhadap aktivita-aktivitas untuk menghasilkan laba akan menghasilkan
keputusan yang salah.
Pelaporan kontribusi dari setiap aktivitas atau daerah pemasaran atau unit bisnis yang ada
dalam laporan perusahaan disebut pelaporan segmen (segmented reporting). Laporan
segmen disiapkan berdasarkan metode PBV untuk menghasilkan evaluasi dan keputusan
yang lebih baik dari pada jika disiapkan dengan metode PBP.
Manajer memerlukan informasi yang lebih terperinci dari pada informasi ringkas yang
ada dalam laporan laba rugi yntuk melakukan evaluasi berbagaiaktivitas dalam
perusahaan. Misalnya, dalam perusahaan terdapat berbagai divis yang berpotensi dalam
pasar yang berbeda, manajer pasti ingin mengetahui profitabilitas setiap divisi.
Pengetahuan yang diperoleh dapat mengarahkan pada pemerolehan laba keseluruhan
yang lebih besar dengan melakukan penghapusan divisi yang tidak menguntungkan,
memberi perhatian khusus terhadap masalah divisi, mengalokasikan dana tambahan ke
divis yang lebih menguntungkan.
Laporan laba rugi divisi yang dihasilkan oleh suatu sistem akuntansi manajemen mungkin
masih belum cukup. Segmentasi yang lebih tepat dan jelas diperlukan oleh manajer untuk
melaksanakan pertanggungjawaban secara benar. Pabrik-pabrik memproduski produk
dan informasi profitabilitas setiap produk adalah penting. Sebagian produk mungkin
menguntungkan, sedangkan sebagian produk yang lain merugikan. Demikian juga,
informasi laba berdasarkan daerah peasaran, proyek khusus, dan tenaga penjual
individual adalah penting.
Manajer perlu mengetahui profitibilitas setiap segmen dalam perusahaan agar mampu
membuat evaluasi dan keputusan yang berhubungan mengenai berkelanjutan setiap
segmen, jumlah pendanaan dan sebagainya. Suatu segmen adalah suatu entitas yang
menghasilkan laba dalam suatu perusahaan. Suatu laporan segmen dapat memberi
informasi yang bernilai mengenai biaya yang dapat dikendalikan oleh manajer segmen.
Biaya yang dapat dikendalikan adalah biaya yang dapat dipengaruhi secara memadai oleh
seorang manajer. Apabila seseorang manajer tidak mempunyai wewenang yang cukup
terhadap timbulnya suatu biaya, maka manajer tersebut seharusnya tidak
bertanggungjawab terhadap timbulnya biaya tersebut. Misalnya, seorang manajer divisi
tidak mempunyai wewenang untuk mengotorisasi biaya yang muncul di kantor pusat,
seperti biaya penentuan dan pengembangan, serta gaji manajemen puncak. Oleh karena
itu, manajer divisi seharusnya tidak dimintai tanggung jawab atas timbulnya biaya-biaya
tersebut. Jika biaya yang tidak dapat dikendalikan dimasukkan dalam laporan segmen,
biaya tersebut harus dipisahkan dari biaya yang dapat dikendalikan dan diberi nama biaya
yang tidak dapat dikendalikan. Misalnya, biaya tetap yang dikonsumsi bersama oleh dua
atau lebih pabrik dalam suatu divis tidak akan dialokasikan ke setiap pabrik, tetapi
disajikan sebagai biaya bersama divisi.

Pelaporan Segmen Berdasarkan Metode Penentuan Biaya Penuh


Dalam pembuatan laporan segmen, pertanyaan yang timbul adalah apakah metode PBP
lebih baik dari pada metode PBV atau sebaliknya. Sebagai ilustrasi PT Gemah Ripah
memproduksi radio dan DVD player dalam suatu pabrik yang sama dan menggunakan
metode PBP untuk pelaporan internal maupun eksternal. Berikut disajikan laporan laba
rugi dengan metode PBP berdasarkan produk untuk tahun 2011.

PT Gemah Ripah
Laporan Laba Rugi Segmen, 2011
Metode Penentuan Biaya Penuh
Keterangan Radio DVD Player Total
Penjualan Rp800.000 Rp3.380.000
Dikurangi: Harga pokok penjulan 700.000 Rp580.000 3.300.000
600.000
Laba kotor Rp100.000 (Rp20.000) Rp80.000
Dikurangi : Biaya Pemasaran dan 60.000
Administrasi 40.000 100.000
Laba (rugi) Operasi Rp40.000 (Rp60.000) (Rp20.000)

Berdasarkan laporan segmen di atas, Tuan Aryo selaku direktur PT Gemah Ripah
memutuskan untuk menghentikan produksi DVD player dengan alasan keputusan ini
akan meningkatkan laba Rp60.000. Namun, pada tahun berikutnya (laba rugi tahun
2012), hasil yang diperoleh sangat berbeda dari yang diharapkan. Laporan laba rugi tahun
2012 menujukkan rugi total sebesar Rp130.000 atau rugi menilai Rp110.000. Berikut ini
disajikan laporan laba rugi segmen (tinggi suatu macam produknya yaitu radio) untuk
tahun 2010 dengan etode PBP.
PT. Gemah Rupiah
Laporan Laba Rugi Segmen, 2012
Metode Penentuan Biaya Penuh
KETERANGAN TOTAL
Penjualan Rp800.000
Dikurangi: Harga Pokok Penjualan 860.000
Laba Kotor (Rp60.000)
Dikurangi: Biaya pemasaran dan administrasi 70.000
Laba (rugi) operasi (Rp130.000)

Tuan Arya mempercayai informasi biaya yang dikumpulkan oleh sistem pelaporan
keuangan eksternal. Namun demikian, informasi yang diperlukan untuk kepentingan
internal sering berada secara signifikan dengan informasi yang diminta untuk pelaporan
keuangan eksternal. Perilaku biaya dan penelusuran biaya memungkinkan tidak penting
untuk pelaporan keuangan kepada pihak eksternal, tetapi penting bagi manajer yang
sedang berupaya untuk membuat keputusan strategis.
Tuan Arya menentukan bahwa banyak biaya tetap yang sebelumnya dialokasikan ke
produk DVD player dieleminasi ketika produk tersebut dihentikan produksinya. Oleh
karena produk radio maupun DVD player diproduksi dalam pabrik yang sama, banyak
terdapat biaya overhead pabrik tetap yang merupakan biaya bersama bagi kedua produk,
yang meliputi biaya depresiasi pabrik, pajak bumi dan bangunan, biaya asuransi pabrik,
dan gaji maanjer pabrik. Ketika produk DVD player dihentikan, semua biaya overhead
pabrik tetap bersama dibebankan seluruhnya ke produk radio. Demikian juga, biaya
pemasaran dan administrasi

Pelaporan Segmen Berdasarkan Metode Penentuan Biaya Variabel


Laporan laba rugi segmen dengan metode PBV menyediakan informasi biaya penting
untuk menilai peranan produk DVD player. Berikut ini disajikan laporan laba rugi dengan
Metode PBV untuk tahun 2011.
PT Gemah Ripah
Laporan Rugi Laba Segmen, 2011
Metode Penentuan Biaya Variabel
Keterangan Radio DVD Player Total
Penjualan Rp. 800.000 Rp.580.000 Rp. 1.380.000
Dikurangi biaya variabel:
Harga pokok penjualan variabel 600.00 400.000 1.000.00
Biaya pemasaran dan administrasi 30.000
variabel 10.000 20.000
Margin Kontribusi Rp.190.000 Rp.160.000 Rp. 350.000
Dikurang biaya tetap langsung:
Biaya Overhead tetap langsung 60.000 40.000 100.000
Biaya pemasaran dan administratsi
tetap 20.000 10.000 30.000
Laba Segmen Rp. 110.000 Rp.110.000 Rp.220.000
Dikurang biaya tetap bersama :
Biaya overhead tetap bersama 100.000
Biaya pemasaran dan administrasi
bersama 40.000

Laba (rugi) operasi (Rp. 20.000)

Laporan laba rugi segmen dengan metode PBV mempunyai suatu fitur tambahan, yaitu
biaya tetap dipisahkan menjadi dua kategori yang terdiri atas biaya tetap langsung dan
biaya tetep bersama. Fitur tambahan ini menunjukkan biaya dapat diekndalikan dan biaya
tidak dapat dikendalikan, dan meningkatkan kemampuan untuk mengevaluasi kontribusi
setiap segmen terhadap kinerja perusahaan keseluruhan.
Biaya tetep langsung adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri secara langsung ke suatu
segmen, misalnya suatu produk. Biaya semacam ini kadang-kadang disebut biaya tetap
yang dapat dihindari atau biaya tetap yang dapat dilacak karena biaya tersebut tidak
terjadi jika segmen dieleminasi. Biaya tetap tersebut disebabkan oleh keberadaan segmen
yang bersangkutan. Pada PT Gemah Ripah, biaya depresiasi peralatan yang digunakan
untuk memproduksi DVD player dan gaji pengawas produksi DVD player adalah contoh
biaya tetap langsung.
Biaya tetap bersama, biaya yang disebabkan secara bersama oleh dua atau lebih segmen.
Biaya tetap bersama tetap ada walaupun salah satu segmen dieleminasi. Misalnya, pada
PT Gemah Ripah, biaya depresiasi pabrik dan gaji pengawas pabrik merupakan biaya
tetap bersama. Penghentian produk DVD player tidak menghilangkan pabrik dan biaya
depresiasinya. Demikian juga, pengawas pabrik masih dibutuhkan untuk mengawasi
produksi produk radio.
Biaya tetap yang merupakan biaya tetap langsung bagi suatu segmen mungkin merupakan
biaya tetap bersama bagi segmen yang lain. Misalnya, produk radio dijual di dua segmen
daerah pemasaran. Dalam hal ini, biaya depresiasi peralatan yang digunakan untuk
memproduksi radio adalah biaya tetap bersama bagi kedua segmen daerah pemasaran,
tetapi merupakan biaya tetap langsung bagi segmen produk radio.
Laporan laba rugi segmen dengan metode PBV lebih berguna daripada metode PBP.
Perhatikan laporan laba rugi dengan metode PBV pada PT Gemah Ripah, bahwa produk
radio maupun produk DVD palyer mempunyai margin kontribusi positif, yaitu
Rp190.000 untuk produk radio, dan Rp160.000 untuk produk DVD player. Kedua produk
mempunyai penjualan yang lebih besar daripada biaya variabel sehingga dapat membantu
menutup biaya tetap perusahaan. Namun, sebagian biaya tetap perusahaan disebabkan
oleh keberadaan kedua segmen produk itu sendiri. Jadi, ukuran yang tepat untuk
mengukur kontribusi laba setiap segmen adalah apa yang tersisa setelah biaya tetap
langsung dapat tertutup.
Kontribusi laba setiap segmen untuk menutup biaya tetap bersama perusahaan disebut
laba segmen. Suatu segmen seharusnya paling tidak menutup biaya variabel dan biaya
tetap langsung segemen yang bersangkutan. Suatu laba segmen negatif akan menurunkan
laba total perusahaan yang kemudian mengarah pada pertimbangan untuk menutup
segmen tersebut. Laba segmen mengukur perubahan laba total perusahaan yang akan
terjadi jika segmen tersebut dihentikan.
Pada laporan laba rugi PT Gemah Ripah dengan metode PBV di atas menunjukkan bahwa
produk DVD palyer memberik kontribusi Rp110.000 untuk menutup biaya tetap bersama.
Jika produk DVD player dihentikan, maka laba total perusahaan akan turun Rp110.000
(lihat rugi operasional total dengan metode PBP tahun 2011 sebesar Rp20.000 dan rugi
operasi total dengan metode PBP tahun 2012 sebesar Rp130.000). Jadi, penghentian
produk DVD player adalah keputusan yang salah.
Keputusan yang benar adalah mempertahankan kedua produk atau tidak menghentikan
produk DVD player. Kedua produk mempunyai kontribusi yang sama (masing-masing
mempunyai margin segmen Rp110.000) terhadap profitabilitas perusahaan. Pengehntian
salah satu produk tersebut akan menimbulkan masalah, kecuali kalau digantikan oleh
produk yang mempunyai margin segmen yang lebih tinggi. Oleh karena kedua produk
mempunyai margin segmen positif, solusi lain dibutuhkan untuk mengatasi rugi operasi
total perusahaan. Akuntansi dapat membantu dengan berfokus pada analisis yang lebih
terperinci terhadap biaya dengan menggunakan penentuan biaya berdasarkan aktivitas.

Pelaporan Segmen dengan Pendekatan Penentuan Biaya Berdasarkan Aktivitas


Pendekatan penentuan biaya berdasarkan aktivitas memberi manajemen suatu wawasan
yang lebih akurat mengenai hubungan laba dengan lini produk yang berbeda dan
keberadaan yang yang tidak bernilai tanmabah. Sebagai PT Gemah Ripah mempunyai
biaya tetap bersamaan yang meliputi biya penanggunga bahan dan biaya pemeliharaan.
Biaya tetap langsung adalah biaya pengesetan. Berikut ini disajikan biaya tahunan untuk
setiap aktivitas overhead pabrik tersebut.
Aktivitas Overhead Pabrik Jumlah Biaya
Penanganan bahan Rp.40.000
Pemeliharaan 16.000
Pengesetan 36.000

Tuan Arya direktur PT Gemah Ripah, mempunyai beberapa ide yang menjadi
fokus perhatian. Penanganan bahan merupakan aktivitas tidak bernilai tambah.
Pengesetan yang merupakan aktivita bernilai tambah harus ditingkatkan efisiensinya.
Setiap pengurangan terhadap kedua biaya ini dapat secara langsung memengaruhi laba
total perusahaan. Konfigurasi ulang pabrik mungkin akan mengurangi biaya penanganan
bahan. Persetujuan kontrak baru dengan pemasok mungkin mengarah pada penerimaan
bahan secara tepat waktu dari pemasok sehingga dapat langsung masuk ke proses
produksi. Demikian juga, suara perubahan konfigurasi proses perakitan mungkin
mengakibatkan aktivitas pengesetan dapat dilakukan lebih cepat dan lebih murah.
Aktivitas pemeliharaan juga perlu dikaji ulang untuk mengurangi biaya pemeliharaan.
Pendekatan JIT yang diterapkan dalam proses produksi dapat mengarah pada aktivitas
peemliharaan dilakukan oleh karyawan produksi ketika aktivitas produksi dihentikan.

METODE PENENTUAN BIAYA VARIABEL UNTUK PERENCANAAN DAN


PENGENDALIAN
Perencanaan keuangan mengharuskan manajer untuk mengestimasi penjualan, produksi,
biaya pada masa mendatang dan sebagainya. Oleh karena peramalan penjualan yang
menjadi dasar anggaran bersifat tidak pasti, manajemen berusaha menentukan beberapa
tingkat volume penjualanan yang berbeda untuk memperkirakan berbagai kemungkinan
yang dihadapi oleh perusahaan. Pengetahuan mengenai perilaku biaya penting untuk
aktivitas tersebut. Biaya tetap tidak bervariasi dengan perubahan volume aktivitas dalam
suatu rentang relevan tertentu, pembedaan antara biaya tetap dan biaya variabel penting
untuk membuat perkiraan biaya secara akurat pada berbagai level volume produksi dan
penjualan.
Ketika manajemen telah memilih suatu level volume produksi dan penjualan yang
diharapkan untuk tahun yang akan datang, biaya yang diharapkan terjadi juga dapat
ditentukan. Kemudian, rencana keuangan terdiri atas level aktivitas dan level biaya yang
diharapkan. Rencana keuangan digunakan sebagai pedoman untuk pelaksanaan operasi.
Jika kinerja sesungguhnya berbeda dari kinerja yang diharapkan, tindakan koreksi
mungkin diperlukan dengan membandingkan hasil sesungguhnya dengan hasil yang
diharapkan. Adanya tindakan koreksi yang diperlukan, majer dapat melakukan aktivitas
pengendalian. Agar proses pengendalian berjalan, perilku biaya harus diketahui terlebih
dahulu.
PERTANYAAN
1. Mengapa metode penentuan biaya variable tidak memasukkan unsur biaya
overhead pabrik tetap sebagai biaya produk? Jelaskan!
2. Metode manakah yang lebih menguntungkan diterapkan dalam penentuan biaya
produk antara metode penentuan biaya variable (PBV) dan metode penentuan
biaya penuh (PBP)?
3. Apa manfaat yang didapat dari melakukan pelaporan segmen?
4. Apa yang diperlukan untuk membuat pelaporam segmen?
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Baldric dkk. 2013. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Selemba Empat

Anda mungkin juga menyukai