Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI MANAJEMEN

OLEH:
KELAS 4C
KELOMPOK 8

KADEK SRI SINTA DEWI : 1817051195


WAYAN VINA DAMAYANTI : 1817051066

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI


PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2020
1. BIAYA PRODUK
Pengertian biaya produk ditentukan oleh tujuan manajerial yang ingin dipenuhi.
Definisi biaya produk dapat memberikan gambaran mengenai prinsip dasar manajemen
biaya, yaitu biaya yang berbeda untuk ttujuan yang berbeda. Berdasarkan kepentingan
pelaporan eksternal, biaya produk dapat diklasifikasi menjadi tiga komponen, yaitu biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

• Biaya Per Unit


Biaya per unit (unit cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan tiap satu
unit produk. Biaya yang dihitung berasal dari pembebanan biaya ke objek biaya
seperti produk, konsumen, pemasok dan bahan mentah. Biaya per unit dihitung
dengan cara sebagai berikut:
Biaya per unit = biaya total
Jumlah unit diproduksi
• Pentingnya Penentuan Biaya Per Unit Produk
Manajemen perlu menentukan biaya per unit produk untuk berbagai kepentingan,
baik yang bersifat strategis maupun teknis, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Dasar penentuan harga. Jika manajemen mengetahui biaya produksinya maka
mereka akan dapat menentukan harga yang sekitarnya tidak akan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
2. Dasar pembuatan keputusan. Jika manajemen mengetahui biya produksi
sebuah produk maka mereka dapat membadingkannya dengan harga jual
produk pesaing.
Banyak keputusan strategis dibuat berdasarkan pada biaya per unit. Oleh karena itu,
akurasi dalam penenuan biaya unit menjadi penting.
• Penentuan Biaya Per Unit Produk
Biaya per unit produk dihitung dengan cara berikut:
Biaya per unit = Biaya bahan baku total + Biaya tenaga kerja langsung total + Biaya
Overhead total

Unit diproduksi total


• Biaya Sesungguhnya dan Biaya Normal
Pada aplikasi sesungguhnya, perhitungan biaya per unit sering menemukan masalah.
Secara umum masalah-masalah tersebut dapat dibedakan menjadi dua. Pertama,
biaya sesungguhnya total akan dapat diketahui saat semua proses produksinya
berdasarkan proses (produk missal), proses produksi bisa dikatakan tidak pernah
selesai. Kedua salah satu sifat dari biaya overhead adalah tidak jelas siapa
pemakainya, berapa banyak dipakai oleh satu produk dan biasanya fluktuatif
jumlahnya, sehingga sulit mengetahui berapakah biaya sesungguhnya yang
dikonsumsi oleh suatu produk.
Permasalahan pertama dapat diatasi menggunakan penekatan biaya normal dalam
menghitung biaya per unit produk. Permasalahan kedua dijawab melalui teknik-
teknik pembebanan biaya overhead yang terbagi dalam dua kelompok yaitu berbasis
unit (metode konvensional) dan berbasis aktivitas.
• Biaya Sesungguhnya.
Pendekatan biaya sesungguhnya adalah perhitungan biaya produk atau jasa
menggunakan biaya yang sebenarnya terjadi untuk bahan baku, tenaga kerja
langsung, overhead pabrik. Biaya sesungguhnya dalam kaitan produksi
adalah semua biya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk, mulai tahap
produksi sampai produk selesai diproduksi. Hasilnya akan diperoleh biaya
produk yang benar-benar akurat. Perhitungan biaya berdasarkan biaya
sesungguhnya memiliki kelemahan, yaitu biaya baru dapat diketahui jika
semua tahap produksi selesai dilakukan. Hal tersebut berdampak pada
masalah ketetapan waktu, karena proses produksi sebagian besar industry bisa
dikatakan tidak pernah selesai dan bersifat terus-menerus.
• Biaya Normal
Pendekattan biaya normal adalah penentuan biaya produk atau jasa
menggunakan biaya sesungguhnya dari bahan baku tenaga kerja, sedangkan
biaya overhead menggunakan pembebanan yang didasarkan pada estimasi
biaya overhead yang digunakan dalam satu periode. Pembebanan biaya
overhead dilakukan dengan menentukan tariff pembebanan terllebih dahulu,
baru kemudian ditentukan biaya overhead yang dibebankan dalam suatu
periode dengan cara mengaikan tarif dengan aktivitas yang digunakan untuk
mendapatkan informasi biaya. Penentuan tariff dilakukan dengan cata berikut:

Tarif Overhead = Anggaran Biaya Overhead


Anggaran Penggunaan aktivitas

Kesulitan dalam aplikasi biaya normal adalah adanya kecendrungan bahwa


dengan tariff yang ditentukan dimuka, hasil biaya overhead yang dibebankan
berbeda dengan biaya overhead yang sesungguhnya terjadi. Walaupun dalam
perhitungan sering kali perbedaan tersebut tidak signifikan, tetapi akurasi
dalam penentuan tariff adalah penting.

2. METODE PENENTUAN BIAYA PRODUK


Terdapat dua kelompok pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung biaya
produk yaitu dapat digunakan untuk menhgitung baiya produk, yaitu pendekatan berbasis
unit (konvensional) dan pendekatan berbasis aktivitas . metode-metode tersebut muncul dan
berkembangan mengikuti perkembangan proses produksi, khususnya produksi barang.
Metode pertama muncul adalah metode taris tunggal yang berlatar belakang industry
munafaktur. Tahap kedua berkembang proses produksi dengan pendekatan
dapartementalisasi yang dalam proses produksinya mulai ada variasi proses, dan terdapat
beberapa aktivitas dominan karena produk yang dihasilkan juga mulai bervariasi walaupun
tidak banyak. Tahap ketiga keiinginan konsumen saat ini semakin beragam dan menyukai
produk bersifat personal yang berdampak pada tingginya variaso produk.

• Tarif Tunggal
Bersadarkan pendekatan tariff tunggal, biaya ooverhead diasumsikan hanya dipacu
oleh satu pemicu pada semua fasilitas produksi dan produk. Terdapat dua tahap dalam
perhitungannya:
1. Penentuan tariff pembebanan Overhead
Anggaran Overhead diakumulasi menjadi satu untuk seluruh pabrik dengan langkah-
langkah.
a. Biaya diakumulasi secara sederhana dengan cara langsung menambahkan semua
biaya yang diharapkan akan terjadi selama satu periode dalam satu fasilitas pabrik.
b. Setelah yang diakumulasi, dihitung tariff pembebanannya berdasarkan satu pemicu
leve tertentu.
Perhitungan tariff pembebanan overhead dapat dilakukan dengan formulasi berikut:

Tariff Overhead = Anggaran biya Overhead

Anggaran penggunaan aktivitas

2. Pembebanan Biaya Overhead


Biaya overhead dibebankan ke dalam produk menggunakan dasar tariff yang telh
ditentukan. Pembebanan biaya overhead ke dalam produk dilakukan dengan
menggunakan formula berikut ini
Overhead dibebankan total = tariff overhead x aktivitas sesungguhnya
Setelah biaya overhead pabrik yang dibebankan ke produk diketahui, langkah terakhir
perhitungan biaya produk adalah menjumlahkan dengan biaya bahan baku
sesungguhnya yang digunakan ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung
sesungguhnya.
• Tariff Dapartemental
Pembebanan dilakukan dengan asumsi bahwa setiap dapartemen memiliki pemicu
biaya overhead dengan dapartemen lainnya. Tahap perhitungan biaya produk dengan
tariff dapartemental:

1. Biaya overhead di seluruh pabrik dibagi dan dimasukkan ke dalam kelompok-


kelompok dapartemen produksi sehingga didapatkan kelompok biaya dapartemen.

Tariff overhead = Anggaran biaya overhead


Anggaran Penggunaan Akivitas
2. Biaya overhead dibebankan ke produk dengan cara mengalikan antara tariff biaya
overhead dapartemen dan jumlah pemicu yang digunakan oleh produk dapartemen
tersebut.

• Kelebihan Sistem Biaya Berbasis Unit


Kelebihannya yaitu terdapat kemudahan dalam aplikasinya. Data yang dibutuhkan
relative sederhana sehingga tidak memerlukan sistem informasi yang canggih dan
mahal untuk mendapatkannya. Walaupun sederhana , sistem ini masih memdai untuk
digunakan pada bisnis yang menghasikan produ atau jasa yang seragam atau tidak
dapat bantak varian proses produksi.
• Kelemahan Sistem Biaya Berbasis Unit
Sistem ini sering mengakibatkan distrosi dalam penentuan produk. Terkait dengan hal
tersebut manajemen sering mengambil keputusan bahwa ada infensiasi dalam produski
salah satu produk yang kurang laku. Berikut ini beberapa indicator yang menunjukan
bahwa sistem biaya berbasis unit ketinggalan zaman.
a) Hasil penawaran sulit dijelaskan. Produ yang ditawarkan dengan harga rendah justru
tidak laku
b) Harga produk persaingan terlihat sangat murah dan tidak masuk akal padahal proses
produksi perusahaan sudah dilakukan seefisiensi mungkin
c) Produk yang laku sulit menghsilkan laba yang tinggi
d) Konsumen tidak ptrotes saat terjadi kenaikn harga produk tertentu karena harga
masih dibawah harga produk lain sejenis
e) Beberapa dapartemen menggunakan sistem biaya sendiri karena merasa sistem
biaya yang ada tidak akurat
f) Biaya produksi berubah saat pada perubahan aturan pelaporan keuangan.
• Penentuan Biaya Produk Kontemporer
ABC (activity besed costing) adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan
biaya sumber daya ke daam objek biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk
objek biaya. Berdasarkan premis tersebut terdapat dua keyakinan dasar ABC.
a) Biaya merupakan akibat dari pelaksanaan aktivitas dan aktivitas merupakan
penyebab munculnya biaya.
b) Penyebab biaya dapat dikelola.
• Prosudur Pembebanan Dua Tahap
Prosedur ini membebankan biaya sumber daya seperti overhead pabrik ke dalam
kelompok biaya aktivitas. Lngkah pertama dalam prosudur ini dalah membebankan
biaya overhead ke dalam aktivitas atau pusat biaya aktivitas menggunakan dasar
pemicu biaya sumber daya yang tepat. Langkah kedua, membebankan biaya aktivitas
atau kelompok biata aktivitas ke dalam objek biaya menggunakan dasar pemicu
konsumsi biaya aktivitas yang sesuai dalam mengukur permintaan objek biaya pada
aktivitas.
• Langkah-Langkah Siatem ABC

1. Mengidentifikasi Biaya Sumber Daya dan Akktivitas

Tahap pertama adalah melakukan analisis aktivitas untuk mengidentifikasi biaya


sumber daya dan aktivitas di perusahaan. Kebanyakan perusahaan, pencatatan biaya
sumber daya dilakukan pada rekening-rekening yang spesifik dalam sistem
akuntansinya. Dalam aktivitas berikut ini merupakan beberapa pertanyaan yang
azim digunakan untuk mengidentifikasi aktivitas.
a. Apakah pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan?
b. Beberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melalukan aktivitas tersebut?
c. Sumber daya apa yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas tersebutd. Nilai
(velue) apa yang diberikan aktivitas ini pada produk, jasa, konsumen, atau
organisasi?
2. Mengalokasi Biaya ke Dalam Objek Biaya

ABC menggunakan dasar pemicu konsumen biaya sumber daya dalam


mengalokasikan biaya sumber daya ke dalam produk. Biaya sumber dapat
dialokasikan ke dalam aktivitas berdasarkan etimasi atau penulusuran langsung.
Perusahaan langsung menggunakan pengukuran penggunaan sumber daya
sesungguhnya

3. Mengalokasikan Biaya Aktivitas Ke Dalam Objek Biaya

Langkah terakhir adalah mengalokasikan biaya aktivitas ke dalam objek biaya


berdasarkan pemicu biaya aktivitas yang sesuai. Pemicu biaya aktivitas harus dapat
menjelaskan nai turunnya biaya. Tarif pembebanan dapat dihitung menggunakan
rumus :

Tarif overhead dibebankan= Anggaran biaya Overhead per poll aktivitas


Aktivitas diestimasi per pool

Dalam satu fasilitas produksi sangat dimungkinkan untuk memiliki banyak


tarif pembebanan overhead. Langkah pembebanan biaya overhead yaitu :

Overhead dibebankan total= tarif overhead x Aktivitas sesungguhnya

3. PERBANDINGAN BIAYA PRODUK KONVENSIONAL DAN KONTEMPORER


Ketiga metode penentuan biaya produk tersebut menghasilkan biaya produk yang
berbeda - beda (Peraga 6.13). Hal ini bukan berarti ketiga metode ada yang salah, hanya saja
ketiga metode tersebut memiliki akurasi yang berbeda dalam mengalokasikan biaya
overhead ke dalam produk. Metode konvensional (tarif tunggal dan departemental)
cenderung kurang akurat dalam membebankan biaya overhead ke dalam produk. Ini karena
pada pendekatan konvensional terlalu menyederhanakan proses produksi suatu produk atau
jasa. Produk yang berbeda - beda diasumsikan hanya menggunakan satu aktivitas pada
keseluruhan proses produksi atau pada satu departemen tertentu. Faktanya, suatu proses
produksi membutuhkan banyak aktivitas yang tingkat konsumsi sumber dayanya juga akan
berbeda - beda pada setiap ljenis produk, dan dalam penggunaan aktivitas tersebut belun tentu
perbandingannya proporsional antar - aktivitas untuk setiap produk atau jasa.
Peraga 6.I3 menunjukkan bahwa pembebanan biaya overhead untuk produk Nozle
Premiam dengan menggunakan metode konvensional jauh lebih rendah dibandingkan
dengan ABC. Sebaliknya, pembebanan biaya overhead untuk produk Nozle Solar dengan
menggunakan metode konvensional jauh lebih besar dibandingkan dengan menggunakan
metode ABC. Hal ini disebabkan aktivitas yang dipilih sebagai pemicu biaya pada metode
konvensional dilakukan lebih banyak untuk produk Nozle Solar dibandingkan Nozle
Premium. Nozle Premium justru menggunakan aktivitas lain secara lebih dominan dan
aktivitas itu tidak dijadikan sebagai dasar pembebanan. Akibatnya pada pendekatan
konvensional, Nozle Solar mendapatkan pembebanan biaya overhead terlalu besar,
sedangkan produk Nozle Premium dibebani biaya overhead terlalu kecil. Akhirnya, biaya
produk untuk Nozle Solar juga menjadi terlalu mahal dan biaya produk Nozle Premiu terlalu
rendah. Hal tersebut akan mengarahkan kebijakan harga menjadi tidak tepat.
Produk yang seharusnya dijual mahal dihargai terlala murah, dan produk yang
seharusnya dijual murah menjadi terlalu mahal. Inilah yang sering kali menyebabkan manajer
menjadi bingung terhadap hubungan antara penjualan dan laba yang tidak sinkron. Saat
penjuala produk naik tinggi seharusnya berkontibusi pada kenaikan laba, tetapi yang terjadi
justru terjadi penurunan laba. Terjadi juga suatu produk tidak dapat bersaing dengan produk
lain karena dibebani harga terlalu tinggi padahal proses produksinya sudah dilakukan secara
efisien.

Manfaat dan Keterbatasan Activity Based Costing


Metode perhitungan biaya produk berkembang sesuai dengan perkembangan dunia
bisnis. Saat suatu metode yarg dikembangkan pasti membawa manfaat lebih bagi bisnis.
Seiring dengan perkembangan dunia bisnis yang kompleks, metode tersebut akan
memunculkan keterbatasan yang menyertainya. Demikian pula dengan metode ABC, metode
ini tidak terlepas dari hal-hal tersebut.
Awalnya tujuan perusahaan menggunakan ABC adalah untuk mengurangi distorsi
dalam perhitungan biaya produk yang sering dijumpai dalam sistem biaya berbasis unit.
Berikut ini manfaat lain ABC bagi perusahaan:
1. Pengukuran profitabiltas yang lebih baik. Biaya setiap aktivitas dapat dibebankan dengan
lebih akurat dan terperinci ke dalam produk atau jasa sehingga hasil penawaran produk
atau jasa menjadi mudah ditelusur. Selain itu, profitabilitas juga menjadi lebih mudah
diketahui kaitannya dengan suatu produk atau jasa.
2. Pembuatan keputusan yang lebih baik. Informasi penggunaan aktivitas yang lebih detail
menjadikan manajemen dapat menganalisis dampak atau hasil dari suatu aktivitas
sehingga dapat memberi dasar pembuatan keputusan yang lebih akurat.
3. Perbaikan proses (process improvement). ABC memberikan informasi detail mengenai
penggunaan aktivitas. Hal ini memudahkan manajemen menelusur dan menganalisis
efektivitas dan efisiensi biaya aktivitas. Kemudian, aktivitas-aktivitas yang dianggap tidak
memberi nilai tambah dapat dihilangkan sementara aktivitas-aktivitas yang belum optimal
dapat dioptimalkan
4. Estimasi biaya. Ketersediaan informasi penggunaan aktivitas dan biaya di masa lalu yang
terperinci dapat memberikan dasar yang akurat dalam penentuan estimasi biaya di masa
depan.
5. Penentuan biaya kapasitas tak terpakai. Estimasi biaya yang akurat atas suatu aset atau
sumber daya pada suatu kapasitas yang dianggarkan dapat menjadi dasar penentu nilai
biaya dari kapasitas yang tidak digunakan akibat inefisiensi produksi atau pelayanan.

Selain manfaat, ABC juga memiliki beberapa keterbatasan. Berikut ini keterbatasan
- keterbatasan yang terdapat dalam AbC.

1. Alokasi
Tidak semua biaya memiliki aktivitas atau pemicu konsumsi sumber daya yang
sesuai. Beberapa biaya perlu dialokasikan ke departemen dan produk berdasarkan
pengukuran volume arbiter karena mencari aktivitas yang memicu biaya tidak praktis.
Contohnya, biaya sistem informasi untuk pemeliharaan fasilitas pabrik, gaji manajer pabrik,
asuransi pabrik, dan pajak properti pabrik.
2. Pengabaian biaya (emiscion of cost)
Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi oleh sistem ABC cenderung tidak
memasukkan semua biaya yang terkait dengan produk atau jasa, seperti biaya untuk aktivitas
pemasaan, riset periklanan, pengembangan dan rekayasi produk. Meskipun beberapa biaya
dapat ditelusur langsung ke produk atau jasa individual. Biaya produk tidak menasukkan
biaya-biaya ini karena prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (PAPII) untuk
pelaporan keuangan mengharuskan biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periode
3. Biaya dan waktu.
Salah satu kendala terbesar dalam penerapan ABC adalah besarnya biaya aplikasi dan
lamanya proses implementesi ABC. Hal ini karena ABC bukan masalah menghitung biaya
produk semata, tetapi lehih pada cara manajemen mengidentifikasi aktivitas - aktivias dalam
produksi, samber daya yang dikonsumsinya, hal-hal yang memicu biaya aktivitas tersebut,
dan besarnya biaya yang terjadi. Mungkin saja terdapat ratusan bahkan ribuan aktivitas yang
harus dilakukan dalam rangka memproduksi satu jenis produk atau jasa. Setiap aktivitas
dapat mengonsumsi satu, dua, atau bahkan lebih sumber daya. Satu sumber daya dapat
dikonsumsi oleh lebih dari satu aktivitas, misalnya kelistrikan pabrik. Kelistrikan digunakan
oleh aktivitas mesin pabrik, aktivitas penerangan pabrik, dan aktivitas pendinginan pabrik.
Selain itu, harus ditentukan pula pemicu penggunaan sumber daya biaya tersebut. Penentuan
pemicu aktivitas sangat penting karena menentulan akurasi alokasi biaya dan aktivitas
tersebut. Sebuah aktivitas bisa saja nemiliki lebih dari satu pemicu, seperti aktivitas mesin
pabrik vang menggunakan kelistrikan di atas. Perlu diketahui apakah pengguna biaya dipicu
oleh lamanya mesin menyala, banyaknya kelistrikan yang dikonsumsi, atau lamanya tenaga
kerja lungung bekerja.
Pertanyaan:
1. Keuntungan yang maksimum dicapai oleh perusahaan apabila perbedaan antara
hasil penjualan dan biaya produksi mencapai tingkat yang paling besar. Apakah
terdapat masalah pokok yang dihadapi oleh produsen dalam memaksimalkan
keuntungan?
2. Apa saja kan unsur-unsur yang meliputi biaya produksi?
3. Mengapa perusahaan yang dalam pengambilan keputusannya berbasis informasi
pada biaya produk sering kalah dalam persaingan
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Baldric dkk. 2013. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Selemba Empat

Anda mungkin juga menyukai