Anda di halaman 1dari 6

PENENTUAN BIAYA PRODUKSI: VARIABEL DAN PENUH

RESUME

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

Akuntansi Manajemen

Dosen Pengampu: Satriya Candra Bondan Prabowo S.E., M.M..

Oleh

Novriska Safitri(185020201111026)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2020
5.1 ELEMEN-ELEMEN BIAYA PRODUK

Menurut variabel costing,elemen biaya produksi terdiri atas biaya variabel produksi saja,
yakni terdiri atas biaya bahan baku,biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik variabel.
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang (produk).Di
perusahaan pemanufakturan yang dimaksud biaya produk adalah biaya yang dikeluarkan dalam
rangka membuat produk di pabrik. Biaya yang terjadi di bagian pemasaran dan bagian
administrasi dan umum ataupun di bagian lain tidak dimasukkan sebagai biaya produk.

Variabel costing tidak memasukkan biaya overhead tetap sebagai elemen biaya produk,
melainkan biaya perioda. Dalam penentuan laba-rugi periodik, biaya tersebut segera diakui
sebagai beban pada perioda dikeluarkannya, tidak perlu menanti sampai terjualnya produk
dengan alasan berikut ini. Memasukkan biaya overhead tetap pada produk mengakibatkan
penundaan proses pengakuan biaya menjadi beban hingga terjualnya produk. Jika produk dibuat
pada perioda sekarang tetapi baru terjual pada perioda berikutnya, padahal pada perioda
berikutnya biaya overhead juga akan terjadi, tidaklah ada gunanya menunda pembebanan
overhead tetap sampai terjualnya produk.

5.2 FULL COSTING DAN VARIABLE COSTING

Menurut full costing, biaya produk meliputi seluruh komponen biaya untuk membuat
produk. Biaya produk menurut metoda ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead variabel, dan biaya overhead tetap. Menurut variabel costing, biaya
overhead tetap bukan merupakan biaya produksi. Perbedaan dalam melakukan biaya overhead
tetap mengakibatkan perbedaan dalam beberapa hal. Berikut adalah penjelasan mengenai
perbedaan-perbedaan tersebut.

5.2.1 BIAYA PER UNIT DAN TOTAL

Perbedaan pertama terletak pada jumlah biaya produksi. Perhatikan contoh dibawah
ini.

“kapasitas produksi normal Pabrik Kaleng “DOIKU” adalah 10.000 kaleng. Untuk tahun 2015,
pabrik ini berencana memproduksi 10.000 kaleng dengan taksiran biaya sebagai berikut”
Elemen Biaya Total Per Unit

Bahan Baku Rp.100.000 Rp.10


Upah Langsung Rp.200.000 Rp.20
Rp.300.000 Rp.30
Overhead (kapasitas normal 10.000 kaleng)
- Variabel Rp.150.000 Rp.15
- Tetap Rp.250.000 Rp.25
Rp.400.000 Rp.40

Taksiran biaya perunit dan total dengan menggunakan 2 metoda tersebut dapat dilihat pada tabel
5.1

Tabel 5.1
Biaya Produk
Variabel Costing vs Full Costing
Elemen Biaya Variabel costing Full Costing
Per unit Total Per unit Total
Bahan baku 10 100.000 10 100.000
Upah langsung 20 200.000 20 200.000
Overhead 15 150.000 15 150.000
variabel
Overhead tetap - - 25 250.000
Jumlah 45 450.000 70 700.000

Pada tabel diatas,menunjukkan bahawa biaya produk taksiran menurut variabel costing adalah
Rp.45 per unit (Rp.450.000 total) dan menurut full costing adalah Rp.70 per unit (Rp.700.000
total). Selisih Rp.25 per unit produk terjadi karena variable costing tidak memasukkan overhead
tetap, sedangkan full costing memasukkannya. Oleh karena biaya per unitnya berbeda, biaya
total nya juga berbeda dengan selisih Rp.250.000. Selisih ini tidak lain merupakan biaya
overhead tetap total tahun 2015. Jumlah tersebut, untuk kepentingan pennetuan laba-rugi
periodik, diakui oleh variabel costing sebagai biaya perioda yakni pada tahun 2015. Oleh full
costing bagian tersebutakan diakui sebagai bagian dari harga pokok penjualan yang akan
ditandingkan dengan pendapatan. Perioda penandingannya bergantung pada kapan produk ini
dijual.

5.2.2 PEMBEBANAN OVERHEAD LEBIH (KURANG)


Perbedaan kedua terletak pada adanya overhead lebih (kurang) dibebankan yang
mungkin terjadi pada full costing jika pembebanan overhead ke produk menggunakan
tarif standar atau tarif yang ditentukan di muka (predtermined overhead rate, selanjutnya
disebut tarif). Pennetuan tarif menggunakan rumus berikut.

Tarif overhead per unit = anggaran biaya overhead pada kapasitas normal
Kapasitas normal

Kapasitas untuk menentukan tarif adalah kapasitas normal sebagaimana contoh diatas.
Setelah tarif ditentukan, berikutnya overhead diperhitungkan ke produk sebesar perkalian antara
tarif dan jumlah produk yang sesungguhnya di produksi. Pembebanan lebih (kurang) terjadi jika
jumlah produk yang sesungguhnya di produksi berbeda dari jumlah produk menurut rencana,
yaitu sesuai kapasitas yang digunakan untuk menentukan tarif.

Rumus menghitung selisih kapasitas adalah:


SK = (KS – KN) x TT
SK = selisih kapasitas
KS = kapasitas sesungguhnya
KN = kapasitas normal (yang digunakan untuk menghitung tarif overhead)
TT = Tarif overhead tetap per unit yang ditentukan di muka

Yang menjadi perbedaan antara variabel costing dan full costing yakni dapat dilihat pada
pembebanan kurang atau lebih hanya terjadi pada full costing saja. Pada variable costing tidak
ada selisih pembebanan overhead. Inilah yang menjadi perbedaan diantara keduanya jika
overhead menggunakan tarif (yang ditentukan di muka).

5.2.3 PENYAJIAN DI LAPORAN LABA-RUGI


Perbedaa ketiga adalah dalam penyajian laporan laba-rugi. Penyajian laporan laba-rugi
menurut variable costing menggunakan format margin kontribusi, yakni menyajikan informasi
dengan mengurangkan lebih dahulu seluruh biaya variabel dari penjualan, baru kemudian
mengurangkannya dengan seluruh biaya tetap. Laporan dengan format ini hanya dipergunakan
untuk laporan internal, bukan laporan eksternal sebab ia tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
Sedangkan penyajian laporan laba-rugi menurut full costing, menggunakan pendekatan
fungsional, yakni mengurangkan seluruh biaya produksi (variabel dan tetap) dari penjualan dan
kemudian mengurangkannya dengan biaya operasi yang diklasifikasikan menurut fungsi-fungsi
pokok perusahaan. Laporan dengan format inilah yang diperbolehkan untuk pihak eksternal
karena sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

5.2.4 JUMLAH LABA PERIODIK


Perbedaan keempat antara variable costing dan full costing terletak pada jumlah laba
periodik. Jumlah laba periodik kedua metode itu berbeda ketika jumlah unit yang di produksi
berbeda dari jumlah unit yang terjual.
Penyebab perbedaan laba antardua metoda adalah selisih volume persediaan. Apabila
persediaan akhir lebih besar daripada persediaan awal, laba menurut full costing lebih besar
daripada laba menurut variable costing. Sebaliknya, apabila persediaan akhir lebih kecil daripada
persediaan awal, laba menurut full costing lebih kecil darpada laba menurut variable costing.
Formula untuk menghitung selisih kaba adalah sebagai berikut.
Selisih laba = (Persediaan akhir – persediaan awal) x tarif overhead tetap

Meskipun begitu, formula diatas hanya berlaku jika jumlah biaya overhead tetap tahun ini
tidak berubah dari tahun sebelumnya. Jika berubah,analisis yang tepat adalah mengidentifikasi
berapa overhead tetap yang digeser dari tahun sebelumnya ke tahun sekarang dan berapa
overhead tetap yang digeser dari tahun ini ke tahun berikutnya. Overhead tetap yang digeser dari
tahun lalu di identifikasi dari persediaan awal,sedangkan yang digeser ke tahun depan
diidentifikasi dari persediaan akhir.
Masalah perbedaan jumlah laba antara metoda full costing dengan variable costing akan
menjadi berkurang jika perusahaan menggunakan pendekatan just in time, yakni sebuah
pendekatan meminimumkan biaya persediaan dengan cara meminimumkan tingkat persediaan.

5.3 MANFAAT DAN KETERBATASAN


Manfaat utama dari variabel costing adalah sebagai berikut.
1,mendorong manajemen untuk mengevaluasi pola perilaku biaya yang menyadarkannya
mengenai sensitifitas biaya terhadap perubahan tingkat aktifitas.
2.format margin kontribusi mendekati gagasan bahwa laba adalah fungsi penjualan, alih-alih
fungsi kombinasi antara produksi dan penjualan.
3. menyediakan i formasi untuk menganalisis biaya volume laba
4.membimbing manajemen untuk mearuh perhatian lebih ke beban tetap sebab beban tetap
dalam laporan laba-rugi format margin kontribusi dilaporkan secara agregat pada satu tempat
tertentu, tidak menyebar di seluruhbbagian laporan tersebut.
5.memudahkan penyiapan anggaran fleksibel yang memisahkan beban variabel dan beban tetap.
6.membantu manajemen untuk merencana laba, mengendali biaya, menentukan harga jual
pesanan khusus dan alokasi sumber daya
7.membantu manajemen dalam proses pegevaluasian efisiensi pusat pertanggungjawaban biaya
standar

Keterbatasan variable costing adalah sebagai berikut:


1.pemisah pola perilaku biaya menjadi biaya variable dan tetap sebenarnya sulit, dan hasilnya
hanya berupa taksiran.
2.tidak dapat digunakan untuk pelaporan eksternal atau untuk pelaporan pajak
3.dapat memberi kesan seakan-akan hanya beban variable yang harus dipretimbangkan dalam
penentuan harga jual
4.persediaan di neraca terukur lebih rendah daripada biaya tital yang diperlukan untuk
memproduksinya.

Anda mungkin juga menyukai