DAN
ANGGARAN VARIABEL
Anggaran Tetap
Anggaran tetap adalah anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada
intinya merupakan suatu serf anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. Misal -
nya anggaran jualan disusun berkisar antara 500 unit sampai 1000 unit. Anggaran tetap disebut juga anggaran statis.
Tambahan data
a. Biaya overhead pabrik tetap Rp 6.200.000 setahun
b. BOP tetap triwulan Rp 6.200.000 + 4 = Rp 1.550.000 (su-
dah termasuk biaya
depresiasi Rp 550.000).
c. Biaya usaha tetap tiap triwulan Rp 800.000 (sudah terma-
suk biaya depresiasi
Rp 100.000).
d. Biaya usaha variabel per unit Rp 50.
e. Harga jual per unit produk jadi Rp 5.530.
f. Kapasitas normal setahun 10.000 unit atau 2.500 jam kerja.
g. Kapasitas normal tiap triwulan 2.500 unit atau 625 jam.
h. Data neraca per 31 Desember 2015 terdiri atas kas Rp 2.000.000, bangunan pabrik dan alat Rp
50.000.000, bangunan dan alat usaha Rp 30.000.000, dan modal saham Rp 82.000.000.
i. Sediaan bahan baku dianggarkan tahun 2016 tiap akhir triwulan Rp 200.000. Bahan baku dibeli secara
kredit dan dibayar triwulan berikutnya.
j. Produk dijual secara tunai 50% dan50% kredit jangka waktu tiga bulan. Tidak terdapat sediaan bahan lain -
nya.
k. Biaya tenaga kerja, biaya bahan lainnya dibayar tunai.
Perhitungan unit ekuivalen dengan menggunakan metode MPKP (masuk pertama keluar pertama) = Produk jadi
diproduksi periode ini + Unit ekuivalen sediaan produk dalam proses akhir – Unit ekuivalen sediaan produk dalam
proses awal.
Data produk dan jualan dianggarkan seperti Tabel 2.
Dari data tersebut dapat dibuat anggaran laba rugi dan anggaran biaya produksi dengan metode penghargapokokan
penuh dan metode penghargapokokan variabel. Dalam penyusunan anggaran dimulai dari anggaran jualan seperti
Tabel 3.
Anggaran jualan pada Tabel 3 dibuat dengan cara harga jual per unit produk
jadi dikalikan jualan dalam unit seperti perhitungan berikut ini:
I 2.000 unit x Rp 5.530 = Rp 11.060.000
II 2.200 unit x Rp 5.530 = Rp 12.166.000
III 2.300 unit x Rp 5.530 = Rp 12. 719.000
IV 2.500 unit x Rp 5.530 = Rp 13.825.000
Total jualan tahun 2016 Rp 49.770.000
Setelah menyusun anggaran jualan selanjutnya dapat disusun anggaran sediaan produk jadi akhir seperti Tabel 4 .
Sediaan produk jadi akhir akan menjadi
persediaan produk jadi awal berikutnya.
Sediaan produk jadi akhir = Sediaan
produk jadi akhir dalam unit (kg) x Harga
produk per unit.
Unsur anggaran biaya pabrik yang ketiga adalah anggaran biaya overhead
pabrik. Anggaran biaya overhead pabrik disusun seperti Tabel 7 dan Tabel 8, yaitu
anggaran biaya overhead pabrik variabel dan anggaran pabrik tetap.
Setelah menyusun ketiga unsur anggaran biaya pabrik, kemudian dapat disusun anggaran sediaan
produk dalam proses akhir seperti Tabel 9.
Anggaran sediaan produk dalam proses akhir
seperti pada Tabel 9 dihitung dengan cara sediaan
produk dalam proses akhir dalam unit dikalikan
dengan tingkat penyelesaian dikalikan lagi dengan
masing-masing biaya (harga pokok) per unit. Sedi-
aan produk dalam proses akhir sama dengan se-
diaan produk dalam proses awal periode berikut-
nya.
Pada Tabel 10 tampak seluruhnya anggaran bi-
aya overhead pabrik (BOP) tetap lebih, tidak ter-
dapat biaya overhead pabrik (BOP) tetap ku-
rang. Hal ini disebabkan BOP tetap tiap triwulan
sebesar Rp 1.550.000 lebih besar daripada jum-
lah BOP tetap menurut unit ekuivalen seperti
pada Tabel 8.
Langkah ketiga, menhitung harga pokok produk jadi yang masuk produksi periode ini dengan metode penghargapokokan
variabel yang meliputi BBB Rp 1.000 + BTKL Rp 1.100 + BPOV Rp 1.380 = Rp 3.480, sebagai berikut
I (2.200 unit – 0) x Rp. 3.480 = Rp 7.656.000
II (2.100 unit – 10 unit) x Rp. 3.480 = Rp 7.273.200
III (2.400 unit – 20 unit) x Rp. 3.480 = Rp 8.282.400
IV (2.400 unit – 25 unit) x Rp. 3.480 = Rp 8.265.000
Setahun 9.100 x Rp. 3.480 = Rp 31.668.000
Langkah keempat, membuat rekapitulasi atau menggabungkan hasil perhitungan langkah kedua dengan langkah
ketiga tiap triwulan sebagai berikut:
I Rp 1.546.900 + Rp 7.656.000 = Rp 9.202.900
II Rp 1.540.700 + Rp 7.273.200 = Rp 8.813.900
III Rp 1.536.050 + Rp 8.282.400 = Rp 9.818.450
IV Rp 1.537.600 + Rp 8.265.000 = Rp 9.802.600
Setahun Rp 31.668.000 + Rp 6.195.350 = Rp 37.863.350
Hasil perhitungan pada langkah keempat merupakan harga pokok produk jadi masuk produksi periode ini yang
telah disesuaikan dan tampak pada anggaran biaya produksi metode penghargapokokan penuh telah disesuaikan
sesuai Tabel 19.
Hasil perhitungan pada langkah keempat merupakan
harga pokok produk jadi masuk produksi periode ini
yang telah disesuaikan dan tampak pada anggaran
biaya produksi metode penghargapokokan penuh
telah disesuaikan sesuai Tabel 19.
Harga pokok produk jadi masuk produksi periode ini dapat dihitung secara sederhana dengan cara biaya produksi
dibebankan dikurangi sediaan produk dalam proses akhir menghasilkan harga pokok produk jadi. Kemudian harga pokok
produk jadi dikurang sediaan produk dalam proses awal dan penyelesaian sediaan produk dalam proses awal, meng -
hasilkan harga pokok produk jadi masuk produksi periode ini, tetapi cara seperti ini harus dibuktikan dengan cara empat
langkah terdahulu.
Produk yang dihasilkan jumlahnya harus sama den-
gan produk diproses. Biaya produksi diperhitungakn
jumlahnya harus sama dengan biaya produksi
dibebankan. Perbedaan aset / utang dan modal di an-
tara metode pengelompokan variabel (PV) dengan
metode penghargapokokan penuh (PP) sebagai
berikut:
Anggaran laba rugi triwulan II metode penghargapokokan penuh (PP) dan metode penghargapokokan variabel
(PV) dapat dibandingkan dengan throughtput accounting (akunting bahan terpakai atau ABT). ABT adalah cara pe -
nentuan tingkat uang yang dihasilkan dari suatu perusahaan melalui penjualan bahan yang terpakai. Perhitungan
sediaan produk jadi akunting bahan terpakai adalah sediaan produk jadi dalam unit dikali tarif biaya bahan baku per
unit.
Perhitungan sediaan produk dalam proses pada akunting bahan terpakai adalah sediaan produk dalam proses
dalam unit dikali tingkat penyelesaian bahan baku dikali tarif bahan baku per unit.
Unsur harga pokok produk metode penghargapokkan penuh meliputi biaya bahan baku (BBB), biaya tenaga kerja
langsung (BTKL), biaya overhead pabrik variable (BOPV), dan biaya overhead pabrik tetap (BOPT), sedangkan
metode penghargapokokan variabel mengakui unsur harga pokok produk hanya meliputi BBB. BTKL, dan BOPV,
dan di sisi lain akunting bahan terpakai mengakui unsur harga pokok produknya hanya BBB (biaya bahan baku).
Tampak pada Tabel 21 bahan yang digu-
nakan untuk dijual (harga pokok produk ter-
jual) sebesar Rp 2.200.000 untuk memper-
oleh dapatan jualan sebesar Rp
12.166.000. Dapatan jualan dikurang
harga pokok produk terjual adalah margin
bahan terpakai yaitu sebesar Rp
9.966.000. Margin bahan terpakai dikurang
seluruh biaya (beban) adalah laba
(rugi).Dalam hal ini seluruh biaya meliputi:
BTKL Rp 2.315.500, BOPV Rp 2.904.900,
BOPT Rp 1.550.000, biaya (beban) usaha
variabel Rp 110.000, biaya (beban) usaha
tetap Rp 800.000, dan seluruhnya berjum-
lah berjumlah Rp 7.680.400. Demikian laba
akunting bahan terpakai Rp 2.285.600
adalah margin bahan terpakai Rp
9.966.000 kurang seluruh biaya Rp
7.680.400. Tampak pada Tabel 21 laba
akunting bahan terpakai Rp 2.285.600
lebih besar daripada laba PV
sebesar Rp 2.050.000, dan laba PP hanya
Rp 1.991.100.
Anggaran Variabel
Anggaran variabel merupakan suatu perencanaan mengenai skedul biaya yang menunjukkan bagaimana tiap-tiap
biaya akan berubah sehubungan dengan perubahan tingkat kegiatan untuk masa yang akan datang dalam rele -
vant range tertentu.