Anda di halaman 1dari 26

ANGGARAN TETAP

DAN
ANGGARAN VARIABEL
Anggaran Tetap
Anggaran tetap adalah anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada
intinya merupakan suatu serf anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. Misal -
nya anggaran jualan disusun berkisar antara 500 unit sampai 1000 unit. Anggaran tetap disebut juga anggaran statis.

Penyusunan Anggaran Tetap


Penyusunan anggaran tetap dapat dilakukan dengan metode penghargapokokan variabel dan metode penghar -
gapokokan penuh disebut dengan metode penghargapokokan konvensional (tradisional). Anggaran yang menggu -
nakan metode penghargapokokan konvensioanal disebut dengan anggaran konvensional atau anggran tradisional.
Anggaran konvensional sebagai lawannya adalah anggaran berdasar kegiatan (activity based budget). Anggaran
berdasar kegiatan menggunakan metode penghargapokokan berdasar kegiatan (activity based coasting). Anggaran
berdasar kegiatan dapat digunakan untuk menyusun anggaran variabel dan dapat juga digunakan untuk menyusun
anggaran tetap. Penyususnan anggaran konvensional (tradisional) terdiri atas anggaran fungsional yang menggu -
nakan metode penghargapokokan penuh dan anggaran berdasar sifat yang menggunakan metode penghar -
gapokokan variabel.
Ilustrasi Penyusunan Anggaran Konvensional
Sebagai ilustrasi penyusunan anggaran konvensional digunakan data PT Iqra. Pada tahun 2016 PT Iqra membuat
anggran konvensional dalam 4 triwulan, misalkan harga pokok standar per unit produk jadi seperti Tabel 1.

Tambahan data
a. Biaya overhead pabrik tetap Rp 6.200.000 setahun
b. BOP tetap triwulan Rp 6.200.000 + 4 = Rp 1.550.000 (su-
dah termasuk biaya
depresiasi Rp 550.000).
c. Biaya usaha tetap tiap triwulan Rp 800.000 (sudah terma-
suk biaya depresiasi
Rp 100.000).
d. Biaya usaha variabel per unit Rp 50.
e. Harga jual per unit produk jadi Rp 5.530.
f. Kapasitas normal setahun 10.000 unit atau 2.500 jam kerja.
g. Kapasitas normal tiap triwulan 2.500 unit atau 625 jam.
h. Data neraca per 31 Desember 2015 terdiri atas kas Rp 2.000.000, bangunan pabrik dan alat Rp
50.000.000, bangunan dan alat usaha Rp 30.000.000, dan modal saham Rp 82.000.000.
i. Sediaan bahan baku dianggarkan tahun 2016 tiap akhir triwulan Rp 200.000. Bahan baku dibeli secara
kredit dan dibayar triwulan berikutnya.
j. Produk dijual secara tunai 50% dan50% kredit jangka waktu tiga bulan. Tidak terdapat sediaan bahan lain -
nya.
k. Biaya tenaga kerja, biaya bahan lainnya dibayar tunai.
Perhitungan unit ekuivalen dengan menggunakan metode MPKP (masuk pertama keluar pertama) = Produk jadi
diproduksi periode ini + Unit ekuivalen sediaan produk dalam proses akhir – Unit ekuivalen sediaan produk dalam
proses awal.
Data produk dan jualan dianggarkan seperti Tabel 2.

Dari data tersebut dapat dibuat anggaran laba rugi dan anggaran biaya produksi dengan metode penghargapokokan
penuh dan metode penghargapokokan variabel. Dalam penyusunan anggaran dimulai dari anggaran jualan seperti
Tabel 3.
Anggaran jualan pada Tabel 3 dibuat dengan cara harga jual per unit produk
jadi dikalikan jualan dalam unit seperti perhitungan berikut ini:
I 2.000 unit x Rp 5.530 = Rp 11.060.000
II 2.200 unit x Rp 5.530 = Rp 12.166.000
III 2.300 unit x Rp 5.530 = Rp 12. 719.000
IV 2.500 unit x Rp 5.530 = Rp 13.825.000
Total jualan tahun 2016 Rp 49.770.000
Setelah menyusun anggaran jualan selanjutnya dapat disusun anggaran sediaan produk jadi akhir seperti Tabel 4 .
Sediaan produk jadi akhir akan menjadi
persediaan produk jadi awal berikutnya.
Sediaan produk jadi akhir = Sediaan
produk jadi akhir dalam unit (kg) x Harga
produk per unit.

Setelah menyusun anggaran sediaan produk jadi akhir selanjutnya dapat


disusun anggaran bahan baku seperti Tabel 5 berikut:
Anggaran bahan baku (Tabel 5) = Unit ekuivalen
biaya bahan baku dengan metode MPKP x
Harga bahan baku per kg.
Perhitungan unit ekuivalen biaya bahan baku
(BBB) = Produk jadi + Unit ekuivalen PDP akhir –
Unit ekuivalen PDP awal.
Unsur anggaran biaya pabrik selain biaya bahan baku adalah anggaran biaya tenaga kerja langsung dan anggaran
biaya overhead pabrik. Anggaran biaya tenaga kerja langsung disusun seperti Tabel 6 berikut:

Anggaran biaya tenaga kerja langsung (Tabel 6 ) =


Unit ekuivalen biaya tenaga kerja langsung(BTKL)
x tarif upah per jam.

Unsur anggaran biaya pabrik yang ketiga adalah anggaran biaya overhead
pabrik. Anggaran biaya overhead pabrik disusun seperti Tabel 7 dan Tabel 8, yaitu
anggaran biaya overhead pabrik variabel dan anggaran pabrik tetap.
Setelah menyusun ketiga unsur anggaran biaya pabrik, kemudian dapat disusun anggaran sediaan
produk dalam proses akhir seperti Tabel 9.
Anggaran sediaan produk dalam proses akhir
seperti pada Tabel 9 dihitung dengan cara sediaan
produk dalam proses akhir dalam unit dikalikan
dengan tingkat penyelesaian dikalikan lagi dengan
masing-masing biaya (harga pokok) per unit. Sedi-
aan produk dalam proses akhir sama dengan se-
diaan produk dalam proses awal periode berikut-
nya.
Pada Tabel 10 tampak seluruhnya anggaran bi-
aya overhead pabrik (BOP) tetap lebih, tidak ter-
dapat biaya overhead pabrik (BOP) tetap ku-
rang. Hal ini disebabkan BOP tetap tiap triwulan
sebesar Rp 1.550.000 lebih besar daripada jum-
lah BOP tetap menurut unit ekuivalen seperti
pada Tabel 8.

Setelah menyusun anggaran BOP telah lebih (kurang), kemu-


dian disusun anggaran beban usaha variabel seperti Tabel 11.

Anggaran beban usaha variabel pada Tabel 11 dihitung dengan cara


jualan dalam unit dikali biaya usaha variabel per unit.
Kemudian menyusun anggaran laba rugi, baik
dengan metode penghargapokokan penuh
maupun dengan metode penghargapokokan
variabel. Anggaran laba rugi dengan metode
penghargapokokan penuh seperti Tabel 12
dan Tabel 13.

Anggaran laba rugi seperti pada Tabel 12


adalah anggaran laba rugi metode penghar-
gapokokan penuh yang menggunakan BOP
tetap lebih (kurang). Anggaran laba rugi da-
pat juga dibuat tanpa menggunakan BOP
tetap lebih (kurang), karena BOP tetap
adalah biaya tetap yang jumlahnya sama se-
lama periode tertentu.

Biaya variabel per unit = Harga


pokok produk per unit + Biaya
variabel per unit
= Rp 3.480 + Rp 50
= Rp 3.530
Biaya tetap = Biaya overhead
pabrik tetap + Beban usaha tetap
= Rp 1.550.000 + Rp 800.000
= Rp 2.350.000
Setelah menyusun anggaran laba rugi metode
penghargapokokan penuh seperti pada Tabel
12 dan Tabel 13 dan sebagai perbandingan
dapat disusun anggaran laba rugi metode
penghargapokokan variabel bentuk panjang
seperti
Tabel 15. Anggaran laba rugi metode penghar-
gapokokan variabel bentuk pendek (singkat)
dapat dibuat seperti Tabel 14.
Jualan dalam rupiah seperti tampak pada Tabel 14 adalah hasil perkalian
jualan dalam unit dengan harga jual per unit, dan jumlah biaya variabel adalah hasil
perkalian jualan dalam unit dengan biaya variabel per unit. Tampak margin
kontribusi dan laba pada Tabel 15 sama dengan yang terdapat pada Tabel 14.
Menurut metode penghargapokokan penuh
seperti Tabel 3 laba usaha berbeda dengan
metode penghargapokokan variabel seperti
pada Tabel 15.
Perbedaan laba usaha tersebut tampak
seperti pada Tabel 16 yang disebabkan
oleh perbedaan sediaan seperti tampak
pada Tabel 17.
Produksi juga harus disesuaikan seperti yang terdapat pada
tabel 13, triwulan I Rp. 9.228.400, triwulan II Rp. 9.905.900,
triwulan III Rp. 9.964.200, dan triwulan IV Rp. 9.943.350.
Demikian pula dengan produk jadi masuk produksi periode ini
pada tabel 18 harus disesuaikan dengan cara empat langkah.
Langkah pertama, adalah menyesuaikan produk selesai di-
transfer ke gudang (produk asli) untuk BOPT (biaya overhead
pabrik tetap) tiap triwulan sebagai berikut:
I 2.500 = 2.495 + (10 x 50%)
II 2.500 = 2.495 + (20 x 50%) - (10 x 50%)
III 2.500 = 2.497,5 + (25 x 50%) – (20 x 50%)
IV 2.500 = 2.505 + (15 x 50%) – (25 x 50%)
Ket:
a) I, II ... adalah Triwulan
b) 2.500 adalah Kapasitas normal
c) 2.495, 2.497... adalah Produk jadi disesuaikan
d) (10 x 50%)... adalah Unit ekuivalen sediaan PDP akhir
e) (10 x 50%)... adalah Unit ekuivalen sediaan PDP awal
Langkah kedua, menghitung harga pokok produk jadi masuk produksi periode ini untuk unsur biaya overhead pabrik tetap
BPOT tiap triwulan sebagai berikut:
Setahun = 9.992.5 x Rp 620 = Rp 6.195.350
I (2.495 – 0) x Rp. 620 = Rp 1.546.900
II (2.495 – 10) x Rp 620 = Rp 1.540.700
III (2.497,5 – 20) x Rp 620 = Rp 1.536.050
IV (2.505 – 25) x Rp 620 = Rp 1.537.600
Ket:
a) I,II... adalah Triwulan
b) 2.495... adalah Produk jadi disesuaikan
c) 0, 10, 20... adalah Sediaan produk dalam proses awal dalam unit
d) Rp 620 adalah Tarif BOPT per unit produk
e) Rp 1.546.900... adalah Harga pokok produk jadi masuk produksi periode ini
untuk unsur BOPT

Langkah ketiga, menhitung harga pokok produk jadi yang masuk produksi periode ini dengan metode penghargapokokan
variabel yang meliputi BBB Rp 1.000 + BTKL Rp 1.100 + BPOV Rp 1.380 = Rp 3.480, sebagai berikut
I (2.200 unit – 0) x Rp. 3.480 = Rp 7.656.000
II (2.100 unit – 10 unit) x Rp. 3.480 = Rp 7.273.200
III (2.400 unit – 20 unit) x Rp. 3.480 = Rp 8.282.400
IV (2.400 unit – 25 unit) x Rp. 3.480 = Rp 8.265.000
Setahun 9.100 x Rp. 3.480 = Rp 31.668.000
Langkah keempat, membuat rekapitulasi atau menggabungkan hasil perhitungan langkah kedua dengan langkah
ketiga tiap triwulan sebagai berikut:
I Rp 1.546.900 + Rp 7.656.000 = Rp 9.202.900
II Rp 1.540.700 + Rp 7.273.200 = Rp 8.813.900
III Rp 1.536.050 + Rp 8.282.400 = Rp 9.818.450
IV Rp 1.537.600 + Rp 8.265.000 = Rp 9.802.600
Setahun Rp 31.668.000 + Rp 6.195.350 = Rp 37.863.350

Hasil perhitungan pada langkah keempat merupakan harga pokok produk jadi masuk produksi periode ini yang
telah disesuaikan dan tampak pada anggaran biaya produksi metode penghargapokokan penuh telah disesuaikan
sesuai Tabel 19.
Hasil perhitungan pada langkah keempat merupakan
harga pokok produk jadi masuk produksi periode ini
yang telah disesuaikan dan tampak pada anggaran
biaya produksi metode penghargapokokan penuh
telah disesuaikan sesuai Tabel 19.
Harga pokok produk jadi masuk produksi periode ini dapat dihitung secara sederhana dengan cara biaya produksi
dibebankan dikurangi sediaan produk dalam proses akhir menghasilkan harga pokok produk jadi. Kemudian harga pokok
produk jadi dikurang sediaan produk dalam proses awal dan penyelesaian sediaan produk dalam proses awal, meng -
hasilkan harga pokok produk jadi masuk produksi periode ini, tetapi cara seperti ini harus dibuktikan dengan cara empat
langkah terdahulu.
Produk yang dihasilkan jumlahnya harus sama den-
gan produk diproses. Biaya produksi diperhitungakn
jumlahnya harus sama dengan biaya produksi
dibebankan. Perbedaan aset / utang dan modal di an-
tara metode pengelompokan variabel (PV) dengan
metode penghargapokokan penuh (PP) sebagai
berikut:
Anggaran laba rugi triwulan II metode penghargapokokan penuh (PP) dan metode penghargapokokan variabel
(PV) dapat dibandingkan dengan throughtput accounting (akunting bahan terpakai atau ABT). ABT adalah cara pe -
nentuan tingkat uang yang dihasilkan dari suatu perusahaan melalui penjualan bahan yang terpakai. Perhitungan
sediaan produk jadi akunting bahan terpakai adalah sediaan produk jadi dalam unit dikali tarif biaya bahan baku per
unit.

200 unit x Rp 1.000 = Rp 200.000


100 unit x Rp 1.000 = Rp 100.000

Perhitungan sediaan produk dalam proses pada akunting bahan terpakai adalah sediaan produk dalam proses
dalam unit dikali tingkat penyelesaian bahan baku dikali tarif bahan baku per unit.

10 unit x 100% x Rp 1.000 = Rp 10.000


20 unit x 100% x Rp 1.000 = Rp 20.000

Unsur harga pokok produk metode penghargapokkan penuh meliputi biaya bahan baku (BBB), biaya tenaga kerja
langsung (BTKL), biaya overhead pabrik variable (BOPV), dan biaya overhead pabrik tetap (BOPT), sedangkan
metode penghargapokokan variabel mengakui unsur harga pokok produk hanya meliputi BBB. BTKL, dan BOPV,
dan di sisi lain akunting bahan terpakai mengakui unsur harga pokok produknya hanya BBB (biaya bahan baku).
Tampak pada Tabel 21 bahan yang digu-
nakan untuk dijual (harga pokok produk ter-
jual) sebesar Rp 2.200.000 untuk memper-
oleh dapatan jualan sebesar Rp
12.166.000. Dapatan jualan dikurang
harga pokok produk terjual adalah margin
bahan terpakai yaitu sebesar Rp
9.966.000. Margin bahan terpakai dikurang
seluruh biaya (beban) adalah laba
(rugi).Dalam hal ini seluruh biaya meliputi:
BTKL Rp 2.315.500, BOPV Rp 2.904.900,
BOPT Rp 1.550.000, biaya (beban) usaha
variabel Rp 110.000, biaya (beban) usaha
tetap Rp 800.000, dan seluruhnya berjum-
lah berjumlah Rp 7.680.400. Demikian laba
akunting bahan terpakai Rp 2.285.600
adalah margin bahan terpakai Rp
9.966.000 kurang seluruh biaya Rp
7.680.400. Tampak pada Tabel 21 laba
akunting bahan terpakai Rp 2.285.600
lebih besar daripada laba PV
sebesar Rp 2.050.000, dan laba PP hanya
Rp 1.991.100.
Anggaran Variabel
Anggaran variabel merupakan suatu perencanaan mengenai skedul biaya yang menunjukkan bagaimana tiap-tiap
biaya akan berubah sehubungan dengan perubahan tingkat kegiatan untuk masa yang akan datang dalam rele -
vant range tertentu.

Metode Pemisahan Komponen Biaya Tetap (fixed) dan Biaya Variabel


1. Metode taksiran langsung (direct estimate method) Metode yang didasarkan atas pengalaman di masa lalu. Biasanya di-
gunakan oleh pimpinan/ manajer produksi dan juga pertimbangan pimpinan perusahaan.
2. Metode titik tertinggi dan terendah (high and low point method) Metode ini memisahkan biaya variabel dan biaya tetap
dalam relevant range tertentu. Anggaran variabel menurut titik tertinggi dan terendah dapat disusun dalam 3 (tiga) bentuk,
yaitu:
(a) Bentuk formula, Menetapkan biaya variabel untuk tiap unit dan biaya tetap untuk tiap
periode.
(b) Bentuk tabel, Menyusun anggaran variabel untuk tiap tingkat kegiatan dari tiap-tiap
jenis biaya.
(c) Bentuk grafik, Menyusun anggaran variabel untuk tiap tingkat kegiatan dari tiap-tiap
jenis biaya.
3. Metode statistik (statistic method) Metode ini menggunakan regresi linier. Analisis ini menghubungkan data biaya dengan
data output dari waktu-waktu yang lalu, sehingga dapat diketahui bagaimana biaya-biaya akan berubah sehubungan dengan
perubahan volume output berdasarkan persamaan yang terbentuk. Hasil taksiran yang diperoleh dapat dijadikan perkiraan
pada masa yang akan dating dalam kaitannya dengan hubungan perubahan volume output dengan perubahan biaya.
Ilustrasi Penyusunan Anggaran Variabel
Thank you

Anda mungkin juga menyukai