Anda di halaman 1dari 50

BAB 5

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK BERBASIS VOLUME


Tujuan Pembelajaran :

1. Menjelaskan pembebanan biaya produksi ke produk


2. Menjelaskan perlunya alokasi biaya
3. Menjelaskan pembebanan biaya overhead pabrik ke produk
4. Menjelaskan konsep kapasitas pabrik
5. Menjelaskan departementalisasi
6. Menjelaskan langkah-langkah perhitungan harga pokok produk berbasis
volume
7. Menjelaskan langkah-langkah pada akhir periode sehubungan dengan
biayaboverhead sesungguhnya
8. Menjelaskan akuntansi biaya overhead pabrik departemen
9. Menjelaskan pengaruh automasi dalam perhitungan tariff overhead berbasis
volume
Tujuan 1: Menjelaskan Pembebanan Biaya Produksi ke Produk

A. PEMBEBANAN BIAYA PRODUKSI KE PRODUK


Perhitungan harga pokok produk berbasis volume (volume based costing-
VCB) disebut juga dengan perhitungan harga pokok produk berbasis unit (unit based
costing)atau dengan perhitungan harga pokok berbasis fungsi (funcitional based
costing-FBC) atau peaunut butter costing.

Berdasarkan perhitungan harga pokok produk berbasis volume,pembebanan


biaya produksi ke produk menggunakan driver berbasis unit (unit based
driver).Driver basis unit adalah driver yang memicu pada unit yang dihasilkan.Istilah
volume atau unit memicu pada unit yang dihasilkan.Semakin banyak unit yang
dihasilkan ,maka semakin besar biaya produksinya.Begitu juga sebaliknya semakin
kecil unit yang dihasilkan ,maka semakin kecil pula biaya produksinya. Sebagaimana
dijelaskan di bab 3 terdapat 5 driver berbasis unit yang dapat digunakan untuk
membebankan biaya overjhead pabrik ke produk, yaitu jam kerja langsung (JKL),
jam mesin (JM),jumlah unit yang dihasilkan, biaya bahan baku langsung (BBBL),
dan biaya tenaga kerja langsung (BTKL). Korelasi biaya produksi dengan jumlah
unit yang dihasilkan di ilustrasikan dalam gambar 5.1.
GAMBAR 5.1 Korelasi antara Biaya Produksi dan Jumlah Unit yang
Dihasilkan

Memicu Biaya Bahan Baku


Langsung

Jumlah

Unit yang
Dihasilkan Biaya Tenaga Kerja
Memicu
Langsung

Unit Based
Driver

Jam Mesin (JM) Biaya Overhead


Memicu Memicu
Pabrik
Jam Kerja
Langsung (JKL)

Biaya Bahan
Baku Langsung
(BBBL)

Biaya Tenaga
Kerja Langsung
(BTKL)
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa semakin banyak unit yang
dihasilkan,maka semakin bsar biaya bahan baku langsung (BBBL),dan biaya tenaga
kerja langsung (BTKL).Unit yang dihasilkan memicu biaya bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung.Karena unit yang dihasilkan memicu jam mesin (dengan
asumsi pabrik banyak menggunakan mesin),jam kerja langsung (dengan asumsi
pabrik banyak menggunakan tenaga kerja manusia),biaya bahan baku langsung,dan
biaya tenaga kerja langsung disebut dengan driver berbasis unit (unit based
driver).Kemudian driver berbasis unit ini akan memicu biaya overheadbpabrik
karena tariff biaya overhead pabrik dihitung per jam mesi atau per jam kerja
langsung.Oleh karena itu,maka semakin banyak jumlah unit yang dihasilkan maka
semakin besar biaya overhead.

Asumsi ini di perdebatkan oleh pendekatan perhitungan harga pokok


kontemporer. Menurut pendekatan perhitungan harga pokok produk kontemporer,
tidak semua biaya mempunyai korelasi langsung dengan jumlah unit yang di
hasilkan, terutama untuk biaya overhead pabrik. Misalnya, biaya pengecekan
produkk yang di lakukan menggunakan sample yang di hasil setiap satu jam sekali.
Untuk kasus ini, besarnya biaya pengecekan di pengaruhi oleh jumlah pengecekan,
bukan jumlah unit yang di hasilkan karna jumlah unit yang di hasilkan untuk setiap
jam dapat saja berbeda, misalnya pada satu jam pertama, jumlah unit yang di
hasilkan sebanyak 100 unit, dan pada satu jam kedua, jumlah unit yang di hasilkan
sebanyak 80 unit. Sementara itu, jumlah sampel yang di ambil untuk setiap jam
sama, Misalnya 5 sampel. Pemakaian Driver jam mesin atau jam kerja langsung juga
tidak tepat karena pengecekan produk di lakukan setelah produk di hasilkan. Oleh
karena itu, tidak ada hubungan antara jam mesin atau jam kerja langsung dan biaya
pengecekan produk. Jadi, Driver yang cocok untuk pembebanan biaya pengecekan
produk ke produk adalah jumlah pengecekan yang merupakan batch driver. Batch
driver adalah driver yang di picu jumlah batch (sekelompok) produk yang di
hasilkan.
Istilah “fungsi” tersebut menunjukan fungsi dalam organisasi, seperti fungsi
produksi, fungsi pemasaran, serta fungsi administrasi dan umum. Fungsi produksi
adalah fungsi yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Perhitungan biaya
berbasis fungsi menghasilkan informasi biaya produksi berdasarkan pabrik atau
departemen produksi. Dalam kasus ini, pabrik atau depertemen produksi di jadikan
sebagai pool biaya (cost pool) untuk biaya overhead pabrik. Jadi, pool biaya adalah
wadah (tempat) di kumpulkannya biaya pabrik.
Informasi biaya depertemen produksi meliputi beban listrik, beban gaji,
beban penyusutan, beban bahan bakar, beban suku cadang, dll. Informasi biaya yang
di hasilkan oleh perhitungan biaya berbasis fungsi bukan informasi biaya aktivitas
atau proses bisnis, melainkan informasi mengenai biaya atas sumber daya yang di
gunakan. Jika sumber daya nya adalah gedung pabrik, biaya nya adalah beban
penyusutan, beban pemeliharaan, pajak bumi dan bangunan, dan beban asuransi. Jika
sumber daya nya adalah karyawan, biaya nya adalah beban gaji.

Pembebanan biaya produksi ke produk dengan menggunakan perhitungan


harga pokok berbasis volume (volume-based costing) dapat digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 5.2 Pembebanan Biaya Produksi ke Produk

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Biaya Overhead


Langsung Kerja Langsung Pabrik

Pool Biaya:Pabrik
atau Departemen
Produksi

Produk

Pada Gambar diatas,biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung dibebankan secara langsung ke produk.Sebaliknya,pembebanan biaya
overhead pabrik lebih rumit dibandingkan dengan biaya bahan baku langsung da
biaya tenaga kerja langsung karena biaya overhead pabrik merupakan biaya tidak
langsung produk terutama jika perusahaan yang menghasilkan beberapa macam
produk melalui beberapa departemen produksi.
Format perhitungan harga pokok produk jika perusahaan menjadikan pabrik sebagai
Pool biaya untuk biaya overhead pabrik dapat dilihat ditabel 5.1

Tabel 5.1 Format Peerhitungan Harga Pokok Produk Jika Pabrik Pool Biaya

Produk A Produk B Produk C


Biaya bahan baku langsung Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx
Biaya overhead pabrik Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx
(dibebankan)
Total biaya produksi Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx

Berdasarkan informasi ditabel 5.1, biaya overhead pabrik yang dibebankan dihitung
dengan cara mengalihkan tarif biaya overhead pabrik dengan kapasitas
sesungguhnya.

Format perhitungan harga pokok produk jika perusahaan menjadikan


departemen produksi sebagai pool biaya untuk biaya overhead pabrik dapat dilihat di
tabel 5.2

Tabel 5.1 Format Perhitungan Harga Pokok Produk Jika Departemen Produksi
sebagai Pool Biaya

Produk A Produk B Produk C


Biaya bahan baku langsung Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx
Biaya overhead pabrik Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx
(dibebankan)
Departemen produksi I Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx
Departemen produksi II Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx
Departemen produksi III Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx
Total biaya produksi Rp.xxx Rp.xxx Rp.xxx
Berdasarkan Tabel 5.2 Biaya overhead pabrik dibebebankan diperoleh dari perkalian
antara kapasitas sesungguhnya untuk setiap departemen produksi dan tariff biaya
overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.

Tujuan 2 : Menjelaskan Perlunya Alokasi Biaya

B. ALOKASI BIAYA
Perhitungan harga pokok produk yang paling akurat adalah jika perusahaan
hanya menghasilkan satu jenis produk atau jasa karena semua biaya yang berkaitan
dengan proses menghsilkan suatu produk dapat dibebankan keproduk tersebut.

Keakuratan harga pokok produk semakin berkurang jika perusahaan


menghasilkan beberapa jenis produk yang berbeda karena setiap jenis produk
mengonsumsi sumber daya yang berbeda dan tidak semua biaya biaya dapat
ditelusuri secara mudah ke setiap jenis produk,pembebanan biaya sumber daya ini
perlu dilakukan dengan alokasi.Akibatnya,keakuratan harga pokok produk sangat
dipengaruhi oleh keakuratan dalam memilih dasar alokasi biaya(cost allocation
base).Jika terdapat kesalahan maka harga pokok produk juga akan salah.Kesalahan
dapat berupa harga pokok yang terlalu tinggi atau terlalu rendah sehingga produk
menjadi tidak kompetitif atau produk akan terlihat berlaba tetapi kenyataannya
merugi. Penentuan dasar alokasi yang akurat dapat dilakukan melalui analisisdriver
biaya (cost driver).Driver biaya adalah faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
biaya.

Pengalokasian biaya pabrik atau departemen produksi keproduk disebut


dengan alokasi biaya (cost allocation), pembebanan biaya (cost assignment),
distribusi biaya (cost distribution), atau pembagian biaya (cost apportionment).
Berdasarkan beberapa istilah tersebut, mungkin istilah yang lebih tepat adalah
membebankan biaya (cost assignment) karena istilahnya lebih bersifat umum,
sedangkan istilah “alokasi” mengacu pada salah satu metode pembebanan biaya
( cost assignment) yang akan dibahas secara mendetail dibab 6 . Namun, untuk tahap
awal ini, kita masih menggunakan istilah alokasi biaya untuk memudahkan
pemahaman.
Alokasi biaya diperlukan untuk biaya tidak langsung (indirect
cost).Misalnya,alokasi biaya departemen jasa (service departemen) ke departemen
produksi (producing departement),alokasi biaya departemen produksi ke masing-
masing jenis produk yang dihasilkan,dan alokasi beban administrasi fakultas ke
masig-masing program studi. Beban administrasi fakultas merupakan beban tidak
langsung program studi karena fakultas memberikan jasa kepada beberapa program
studi sehingga beban administrasi fakultas perlu dialokasikan ke masing masing
program studi berdasarkan besarnya jasa yang diberikan kepada masing masing
program studi.

Tujuan 3 : Menjelaskan pembebanan biaya overhead pabrik ke produk

C. PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD KE PRODUK


Dalam perhitungan biaya berbasis volume,biaya overhead pabrik dibebankan
pertama kali ke pabrik atau departemen produksi dibebankan ke produk. Jika pool
biayanya adalah pabrik,tarif biaya overhead pabriknya disebut tarif departemen
(deartemental rate) dalam akuntansi biaya tradisioanl,pembebanan biaya pabrik atau
biaya departemen ke produk menggunakan driver tingkat unit atau volume
(unit/volume driver). Proses pembebanan biaya overhead pabrik ke produk dengan
menggunakan tariff tunggal atau tariff pabrik (plant-wide rate) .

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,contoh driver tingkat unit adalah jam


kerja langsung,jam mesin,biaya bahan baku,biaya kerja langsung,dan unit produksi.
Semua driver ini mempunyai hubungan langsung dengan unit yang hasilkan.
Perhitungan harga pokok berbasis volume mengasumsikan bahwa semua biaya
overhead mempunyai hubungan langsung dengan unit yang di hasilkan. Semakin
banyak unit yang dihasilkan, semakin banyak jam mesin terpakai dan semakin besar
biaya overhead pabrik. Demikian juga untuk jam kerja langsung, biaya bahan baku
langsung, dan biaya tenaga kerja langsung, tarif biaya overhead pabrik dinyatakan
dalam bentuk “sekian rupiah per jam mesin atau jam kerja langsung; sekian persen
dari biaya bahan baku langsung atau biaya tenaga kerja langsung”. Proses
pembebanan biaya overhead pabrik ke produk dengan menggunakan tarif tunggal
atau tarif pabrik (plant-wid rate) dapat dilihat digambar 5.3.
Biaya overhead pabrik

Pool Biaya :

Pabrik

Produk
Berdasarkan gambar 5.3, biaya overhead pabrik dibebankan ke pool(wadah)
biaya pabrik. Karena wadah biayanya besar, pembedaannya relatif mudah karena
hampir semua biaya overhead pabrik merupakan biaya langsung pabrik (direct cost
of factory). Selanjutnya, biaya pabrik dibebankan ke pabrik dengan menggunakan
unit driver.

Proses pembebanan biaya overhead pabrik ke setiap deparatemen produksi


tidak semudah pembebanan biaya overhead pabrik kepabrik.dengan dibaginya pabrik
menjadi beberapa departemen produksi,akan muncul biaya tidak langsung
departemen.Proses pmbebanan biaya overhead pebrik keproduk dengan
menggunakan tariff departemen (departemental rates) dapat dilihat di Gambar 5.4.

Biaya overhead pabrik

Dept. prduksi I Dept. produksi II Dept. produksi III

Produk

Proses pembebanan biaya overhead pabrik ke setiap departemen produksi


tidak semua pembebanan biaya overhead pabrik ke pabrik. Dengan dibaginya pabrik
menjadi beberapa departemen produksi, akan banyak muncul biaya tidak langsung
departemen. Hal ini akan menimbulkan masalah alokasi biaya. Misalnya, beban
penyusutan gedung pabrik menjadi biaya tidak langsung departemen produksi dan
biaya ini perlu dialokasikan kemasing-masing departemen menggunakan driver biaya
yang tepat. Kesalahan dalam pemilihan driver biaya akan mengakibatkan kesalahan
dalam alokasi biayanya. Setelah biaya overhead pabrik diketahui untuk masing-
masing departemen produksi, biaya overhead pabrik untuk setiap departemen
produksi selanjutnya dibebankan keproduk dengan menggunakan unit driver. Tarif
biaya overhead pabrik dihitung untuk setiap departemen produksi. Dalam gambar
5.4. terdapat tiga departemen produksi sehingga juga terdapat tiga tarif biaya
overhead pabrik, yaitu tarif biaya overhead pabrik departemen produksi I, tarif biaya
overhead pabrik departemen produksi II, dan tarif biaya overhead pabrik departemen
produksi III. Tarif biaya overhead pabrik ini digunakan untuk pembebanan biaya
overhead pabrik bagi masing-masing departemen produksi ke produk.
Pembebanan biaya overhead pabrik dengan menggunakan beberapa tarif akan
menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat dibandingkan
dengan menggunakan satu tarif, terutama ketika setiap departemen produksi
memiliki karakteristik proses yang berbeda. Misalnya, departemen produksi I banyak
menggunakan mesin, sementara departemen produksi II banyak menggunakan tenaga
kerja manusia. Dalam hal ini, tarif biaya overhead pabrik departemen produksi I
dihitung dengan menggunakan jam mesin sebagai driver biayanya, sedangkan tarif
biaya overhead pabrik departemen produksi II dihitung dengan menggunakan jam
kerja langsung sebagai driver biayanya. Penggunaan satu driver, misalnya jam mesin,
untuk keseluruhan pabrik tidaklah tepat karena biaya departemen produksi II
dipengaruhi oleh jam kerja langsung. Selain itu, juga tikdak berhubungan dengan jam
mesin karena seluruh proses produksinya dikerjakan oleh tenaga kerja manusia.

Tujuan 4 : Menjelaskan konsep kapasitas pabrik

D. PEMILIHAN TINGKAT KAPASITAS


Pemilihan tingkat kapasitas pokok diperlukan sebagai dasar perhitungan tarif
biaya overhead pabrik. Terdapat empat jenis kapasitas yaitu: kapasitas teoritis
(theoretical capity), kapasitas praktis ( practical capity ), kapasitas normal (normal
capity), dank a[asitas sesungguhnya yang diharapkan (expected actual capity ).
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing jenis kapasitas tersebut.

1. Kapasitas Teoritis

Kapasitas teoritis disebut juga kapasitas ideal atau kapasitas maksimim, yaitu
kapasitas untuk operasi 100 persen.Dalam praktinya,kapasitas ini tidak pernah
dipakai sebagai dasar perhitungan tariff biaya overhead pabrik ke produk karena
sulit dicapai.Dalam pelaksaaannya sering kali ditemui hambatan-hambatan, baik
yang bersifat internal ,seperti mesin rusak,maupun eksternal,seperti turunnya
permintaan produk.
2. Kapasitas Praktis

Kapasitas praktis adalah kapasitas teoritis dikurangi hambatan-hambatan


internal perusahaan, seperti pekerja sakit, mesin rusak, pekerja unjuk rasa, karyawan
cuti, dan sebagainya.Jadi kapasitas praktis adalah kapasitas reoritis dikurangi
hambatan hambatan internal. Kapasitas ini juga jarang digunakan sebagai dasar
perhitungan tariff biaya overhead pabrik karena masih sulit dicapai.

3. Kapasitas Normal

Kapasitas normal adalah kapasitas setelah mempertimbangkan hambatan


internal dan eksternal. Beberapa contoh hambatan eksternal adalah hari libur nasionl,
masyarakat unjuk rasa, turunnya permintaan produk karena krisis ekonomi, dan
sebagainya. Jadodi , kapasitas normal adalah kapasitas teoritis dikurangi hambatan
hambata internal dan eksternal. Kapasitas ini umumnya digunakan sebagai dasar
perhitungan tariff biaya overhead pabrik ke produk karena merupakan kapasitas yang
paling mungkin dicapai. Kapasitas ini tidak hanya mempertimbangkan hambatan
internal dan eksternal, tetapi juga mempertimbangkan fluktuasi pemakaian kapasitas
selama umur ekonomis. Dengan mempetimbangkan fluktuasi pemakaian kapasitas
selama umur ekonomis, tariff biaya overhead pabrik akan lebih stabil katena tidak
dipengaruhi oleh fluktuasi produksi dalam jangka pendek.

4. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan

Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan adalah kapasitas sesungguhnya


yang diharapkan untuk periode mendatang, misalnya tahun depan karena
perhitungan periode kapasitas ini bersifat jangaka pendek, kapasitas yang dipakai
mungkin saja berbeda antara satu periode dan periode lainnya. Oleh karena itu,
kapasitas ini jarang digunakan sebagai dasar perhitungan tariff biaya overhead
pabrik,karena jika kapasitas ini yang dipakai,tariff biaya overhead pabrikakan
menjadi tidak stabil. Pada periode dengan produksi tinggi, tariff overhead akan
rendah karena biaya overhead tetapnya dapat didistribusikan dalam jumlah unit yang
lebih banyak. Sebaiknya, pada periode dengan produksi rendah, tariff overhead akan
tinggi karena biaya overhead pabrik tetap didistribusikan dalam jumlah unit yang
sedikit.
Tujuan 5 : Menjelaskan departemenalisasi pabrik

E. DEPARTEMENALISASI PABRIK
Departemenalisasi pabrik adalah proses pembagian pabrik menjadi beberapa
departemen dimana biaya overhead pabrik akan dibebankan.Tujuan pembagian
pabrik menjadi beberapa departemen adalah untuk memperbaiki keakuratan
perhitungan harga pokok produk dan mengendalikan biaya overhead pabrik.
Perhitungan harga pokok produk menjadi lebih akurat karena setiap departemen
mengkin memiliki tariff biaya overhead pabrik yang berbeda. Pengendalian biaya
overhead pabrik akan mudah dilakukan karena menejer departemen dapat
dibebankan tanggung jawab terhadap biaya yang terjadi di departemennya.

Departemen ini dikelompokkan menjadi departemen produksi (producing


departemen) dan departemen jasa (service departemen). Departemen produksi
adalah departemen yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Contoh produksi
diperusahaan pembuat perabot adalah deprtemen pemotongan bahan, departemen
perakitan komponen, dan departemen pengecatan. Sedangkan departemen jasa
adalah departemen yang memeberikan jasa kepada departemen produksi. Contoh
departemen jasa dalah pembangkitan tenaga listrik, bengkel, dan kafetaria.

Gambar 5.5 Hubungan Antara Departemen Jsa dan Departemen Produksi

Departemen jasa Departemen


Produksi

Departemen
Departemen
penyelesaian
penanganan
bahan baku

Departemen
perakitan

Departemen
kafetaria

Departemen
pemotongan
Sebagaimana terlihat digambar 5.5 arah panah menunjukkan kemana saja jasa
diberikan oleh departemen jasa. Departemen penanganan bahan bakumemberikan
jasa penanganan bahan baku kedepartemen pemotongan, departemen perakitan, dan
departemen penyelesaian, sedangkan departemen cafeteria selain memberikan jasa
konsumsi kepada departemen produksi, juga memberikan jasa kepada departemen
penanganan bahan baku. Biaya departemen cafeteria seharusnya dialokasikan ke
departemen produksi dank e departemen penanganan bahan baku sesuai dengan
besarnya jasa yang diberikan kepada masing masing departeman. Hal itu juga
diterapkan biaya departemen penanganan bahan baku.

TUJUAN 6: Menjelaskan langkah-langkah perhitungan harga pokok produk


berbasis volume

F. LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK


BERBASIS VOLUME
1. Mengidenfikasi departemen jasa dan departemen produksi serta cost
drivernya.
2. Mengidenfikasi sumbe daya dan biaya sumber daya yang digunanakan setiap
departemen serta cost driver untuk biaya tidak langsung departemen.
3. Mengumpulkan data kapasitas cost driver pada awal tahun.
4. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik untuk setiap departemen.
5. Mengalokasikan biaya departemen jasa kedepartemen produksi.
6. Mengehitung tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.
7. Menghitung harga pokok produk.

Langkah 1: mengidenfikasi departemen produksi dan departemen jasa serta


cost drivernya.

Langkah pertama ini mengidenfikasi departemen yang derdapat dipabrik


untuk menentukan departemen produksi dan departemen jasa serta cost driver.
Misalnya, setelah dilakukan identifikasi departemen yang terdapat dipabrik, PT
Perabot Jepara Cabang Pekanbaru memiliki tiga cabang departemen produksi, yaitu
departemen pemotongan, departemen perakitan, dan departemen penyelesaian.
Untuk mengetahui cost driver departemen produksi, perlu diketahui terlebih dahulu
karakteristik proses untuk setiap departemen produksi. Cost driver ini digunakan
untuk membebankan biaya departemen produksi ke produk. Misalnya, pengolahan
produk didepartemen perakitan banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya),
sedangkan pengolahan produk departemen pemotongan dan departemen
penyelesaian banyak menggunakan mesin(padat modal). Karena departemen
perakitan banyak menggunakan tenaga kerja, misalnya biaya departemen perakitan
dipengaruhi oleh jumlah jam kerja langsung(JKL) sehingga cost driver yang dapat
digunakan untuk membebankan biaya departemen perakitan ke produk adalah jam
kerja langsung(JKL). Karena departemen pemotongan dan departemen
penyelesaikan banyak menggunakan mesin, besarnya biaya departemen pemotongan
dan penyelesaian dipengaruhi oleh jumlah jam mesin(JM), sehinga cost driver yang
dapat digunakan untuk membebankan biaya departemen pemotongan dan biaya
departemen penyelesaian ke produk adalah jam mesin(JM)
PT perabot jepara cabang pekan baru memiliki dua departemen jasa
diidenfikasi, selanjutnya perlu ditentukan cost drivernya. Cost driver ini digunakan
untuk mengalokasi biaya departemen jasa keproduksi, misalnya biaya departemen
penanganan bahan baku dipengaruhi oleh besarnya nilai biaya bahan baku. Oleh
karena itu, cost driver yang digunakan mengalokasikan biaya departemen
penanganan bahan baku ke departemen produksi adalah taksiran biaya bahan baku.
Jika biaya kafetaria di pengaruhi oleh jumlah pekerja yang makan di kafetaria, cost
driver yang dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya kafetaria ke departemen
produksi adalah jumlah pekerja.
Departemen produksi dan departemen jasa yang dimiliki oleh PT Perabot
Jepara Cabang Pekanbaru serta cost driver-nya diikhtisarkan sebagai berikut.

Cost driver
Departemen produksi
Pemotongan Jam mesin
Perakitan Jam tenaga kerja langsung
Penyelesaian Jam mesin
Departemen jasa
Penanganan bahan Taksiran biaya bahan baku
Kafetaria Jumlah karyawan

Langkah 2: mengidenfikasi sumber daya, biaya sumber daya serta cots driver
untuk biaya tidak langsung departemen.

1. Mengidentifikasi sumber daya yang digunakan oleh setiap departemen .


Setelah departemen produksi, departemen jasa , dan cost drivernya
diidentifikasi, langkh selanjutnya adalah mengidentifikasi sumber daya yang
digunakan oleh setiap departemen. Tujuan identifikasi sumber daya yang
digunakan oleh setiap departemen, yaitu agar biaya yang dibebankan
kedepartemen adalah biaya untuk sumber daya yang benar-benar dikonsumsi
oleh departemen yang bersangkutan. Misalnya,berikut ini sumber daya yang
digunakan oleh masing-masing departemen produksi dan jasa di PT Perabot
Jepara Cabang.
a. Perlengkapan
b. Mesin
c. Listrik
d. Gedung pabrik
e. Supervisor
2. Menentukan biaya sumber daya yang digunakan
Setelah sumber daya yang digunakan oleh masing-masing departemen
ditentukan , langkah selanjutnya adalah menentukan biaya untuk masing-
masing sumber daya yang digunakan karena setiap sumber daya memiliki
biaya, seperti beban perlengkapan untuk sumberdaya perlengkapan, beban
penyusutan mesin untuk sumber daya mesin, beban listrik untuk sumber daya
listrik, beban penyusutan gedung pabrik untuk sumber dayagedung pabrik,
dan beban gaji supervisor untuk sumber daya supervisor. Besarnya biaya
sumber daya dapat diperoleh dari buku besar (general ledger) perusahaan.
3. Mengidentifikasi biaya langsung departeme (direct cost of department) dan
biaya tidak langsung departemen (indirect cost of department).
Untuk keakuratan perhitungan biaya dimasing-masing departemen, biaya
sumber daya perlu dikelompokkan menjadi biaya langsung departemen dan
biaya tidak langsung departemen. Konsep biaya langsung dan biaya tidak
langsung secara detail di Bab 2 sebagaimana dijejelaskan sebelumnya, biaya
langsung departemen adalah biaya yang dapat secara mudah dan akurat
ditelusuri kemasing-masing departemen. Pda dasarnya, biaya langsumg
departemen adalah biaya untuk sumber daya yang semata mata dikonsumsi
oleh departemen tersebut. Penyusunan anggaran biaya ini tidak terlalu rumit
karena biayanya dapat ditentukan secara langsung dimasing-masing
depaartemen sehingga lokasi biaya tidak diperlikan. Misalnya, setiap
departemen memiliki mesin sendiri dan menggunakan perlengkapan dengan
anggaran biaya sebagai berikut.

Beban Perlengkapan Beban Penyusutan


Mesin
Departemen produksi:
 Pemotongan Rp. 5.000.000 Rp. 12.000.000
 Perakitan Rp. 8.000.000 Rp. 15.000.000
 Penyelesaian Rp. 7.000.000 Rp. 13.000.000
Departemen Jasa
 Penanganan bahan Rp. 6.000.000 Rp. 3.000.000
baku
 Kafetaria Rp. 4.000.000 Rp. 7.000.000
Total Rp. 30.000.000 Rp. 50.000.000

Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat secara mudah dan akurat
ditelusuri kemasing-masing departemen. Pada dasarnya,biaya ini adalah biaya untuk
sumber daya yang dikonsumsi secara bersama oleh beberapa departemen. Penentuan
biaya ini di masing-masing departemen lebih rumit dibandingkan biaya lagsung
departemen karena biayanya hanya diketahui secara total. Untuk mengetahui biaya
masing-masing departemen dipengaruhi oleh keakuratan pemilihan dasar lokasi dan
kapasitas yang digunakan. Untuk itu, perlu ditentukan cost driver yang sesuai sebagai
dasar alokasi. Cost driver biaya tidak langsung departemen digunakan utuk
mengalokasikan biaya tidak langsung departemen ke masing-masing departemen.
Misalnya, pembayaran listrikdilakukan untuk satu gedung pabrik secara keseluruhan,
bukan per departemen karena perusahaan hanya memasang satu meteran di gedung
pabrik tersebut, supervisor mengawasi pekerja di semua departemen dan gajinya
secara bulanan. Berikut ini contoh anggaran biaya tidak langsung departemen per
tahun.

Beban listrik Rp. 10.000.000

Beban penyusutan gedung pabrik Rp. 15.000.000

Beban gaji supervisor Rp. 8.000.000

Total Rp.33.000.000

Biaya tidak langsung departemen perlu dialokasikan ke masing-masing


departemen dengan menggunakan dasar alokasi Yang tepat. Misalnya, beban listrik
dialokasikan ke masing-masing departemen menggunakan cost driver kWh, beban
penyusutan gedung pabrik secara keseluruhan, biaya tidak langsung departemen dan
cost driver-nya diikhtisarkan sebagai berikut.

Biaya tidak langsung Cost driver


Departemen
Biaya penyusutan gedung pabrik Luas lantai
Biaya listrik Kwh
Gaji mandor Jumlah pekerja
Langkah 3: mengumpulkan data kapasitas cost driver.

Setelah cost driver diketahui, perlu ditentukan kapasitas untuk masing-masing


cost driver. Kapasitas cost driver diperoleh di departemen-departemen terkait pada
awal periode akuntansi. Data yang dikumpulkan adalah jumlah JKL, jumlah JM,
jumlah pekerja, jumlah kWh, taksiran BBB, dan jumlah luas lantai untuk masing-
masing departemen. Anggaplah data kapasitas cost driver PT Perabot jepang Cabang
Pekanbaru pada awal tahun 2016 seperti dalam table 5.3.

Tabel 5.3
PT perabot jepara cabang pekan baru
Data kapasitas cost driver pada awal tahun 2000

Kwh Jmlh BBB Luas Jkl JM


karyw Diminta Lantai
Dept. Prod:
-pemotongan 10.000 20 180.000 5.000 100.000 300.000
-perakitan 5.000 10 200.000 4.000 150.000 500.000
-penyelesaian 15.000 30 120.000 6.000 120.000 200.000
Dept. Jasa
-penanganan 4.000 25 3.000 100.000
BB
-kafe 6.000 15 70.000 2.000
40.000 100 570.000 20.000 470.000 1.000.000

Berdasarkan table 5.3 terdapat beberapa data yang dikumpulkan. Masing –


masing data tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan beban
listrik ke masing-masing departemen produksi dan jasa. Luas lantai akan digunakan
sebagai dasar alokasi beban penyusutan ke masing-masing departemen produksi dan
jasa. Jumlah karyawan akan digunakan sebagai dasar alokasi biaya departemen
kafeteria ke departemen lainnya. Taksiran biaya bahan baku (BBB)yang diminta
akan digunakan sebagai dasar alokasi biaya departemen penanganan bahan baku ke
departemen lainnya. Jam kerja langsung(JKL) dan jam mesin (JM) akan digunakan
sebagai dasar untuk membebankan biaya overhead pabrik ke produk dengan
menggunakan tarif biaya overhead pabrik.

Langkah 4: penyusunan anggaran BOP.

Anggaran biaya overhead pabrik disusun untuk departemen produksi dan


departemen jasa. Langkah penyusunan anggaran biaya overhead pabrik.

1. Mengklasifikasikan biaya overhead pabrik menjadi biaya langsung


departemen dan biaya tidak langsung departemen.
Anggaran biaya overhead pabrik untuk setiap departemen perlu
diklasifikasikan menjadi biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung
departemen. Anggaran biaya langsung departemen dapat disusun secara
mudah biayanya dapat ditelusuri ke masing-masing departemen. Sebaliknya,
biaya tidak langsung departemen perlu dialokasikan ke masing-masing
departemen dengan menggunakan cost driver. Dengan menggunakan cost
driver biaya tidak langsung sebagaimana telah dijeleskan di langkah 2 dan
data kapasitas cost driver di table 5.3, di alokasikan biaya tidak langsung
departemen ke masing-masing departemen sebagai berikut.
a. Beban listrik
Dengan menggunakan cost driver kWh, tarif beban listrik dapat dihitung
sebagai berikut.

Tarif beban listrik = total beban listrik


Total kWh
= Rp10.000.000
40.000 kWh
= Rp 250per kWh

Dengan menggunakan tarif ini , alokasi beban listrik ke masing-masing departemen


adalah:
Departemen pemotongan 10.000kWh x Rp250 Rp.2.500.000

Departemen perakitan 5.000kWh xRp250 Rp.1.250.000

Departemen penyelesaiaan 15.000kWh x Rp250 Rp.3.750.000

Departemen penanganan bahan baku 4.000kWh x Rp250 Rp.1.000.000

Departemen kafeteria 6.000kWh xRp250 Rp.1.500.000

Total Rp.10.000.000

b. Beban penyusutan gedung pabrik.


Dengan menggunakan cost driver luas lantai, tariff beban penyusutan
gedung pabrik dapat dihitung sebagai berikut.
Tarif beban penyusutan gedung pabrik = total beban penyusutan
Total luas lantai
= Rp 15.000.000
20.000 m2
= Rp 750per m2

Berdasarkan tarif ini, alokasi beban penyusutan gedung pabrik ke masing-


masing departemen sebagai berikut.

Departemen pemotongan 5.000m2 x Rp750 Rp.3.750.000

Departemen perakitan 4.000m xRp750 Rp.3.000.000

Departemen penyelesaiaan 6.000 m2 x Rp750 Rp.4.500.000

Departemen penanganan bahan baku 3.000m2 x Rp750 Rp.2.25


0.000

Departemen kafeteria 2.000 m2 xRp750 Rp.1.500.000

Total Rp.15.000.000

c. Beban gaji supervisor

Dengan menggunakan cost driver jumlah karyawan, tariff beban gaji


supervisor dapat dihitung sebagai berikut .
Tarif beban gaji supervisor = total beban gaji supervisor
Total karyawan
= Rp8.000.000
100 orang
= Rp80.000 per orang

Dengan menggunakan tariff ini, alokasi beban gaji supervisor ke masing-


masing departemen menjadi seperti berikut.

Departemen pemotongan 20 orang x Rp80.000 Rp.3.750.000

Departemen perakitan 10 orang x Rp80.000 Rp. 800.000

Departemen penyelesaiaan 30 orang x Rp80.000 Rp.2.400.000

Departemen penanganan bahan baku 25 orang x Rp80.000 Rp.2.000.000


Departemen kafeteria 15 orang x Rp80.000 Rp.1.200.000

Total Rp.8.000.000

2. Mengklafikasi BOP menjadi biaya variabel dan biaya tetap.


Anggaran biaya overhead pabrik perlu diklasifikasikan menjadi biaya
variabel dan biaya tetap. Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam
estimasi biaya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus biaya
sebagaimana telah dijelaskan di bab 4. Pengendalian biaya dapat dilakukan
melalui analisi selisih. Apabila terjadi selisih, tentukan apakah selisih tersebut
disebabkan oleh perbedaan biaya tetap atau biaya variabel. Pada umumnya,
biaya tetap sulit di kendalikan oleh manajemen karena biaya ini sebagian
besar berkaitan dengan penyedian kapasitas. Baik ada aktivitas operasional
maupun tidak, biaya ini tetap terjadi . oleh karena itu, selisih biaya overhead
tetap disebut juga dengan tidak terkendali (uncontrollable variance). Hal ii
berbeda dengan biaya variabel. Artinya, manajemen dapat mengendalikan
aktivitasnya.. oleh karena itu , selisih biaya overhead pabrik variabel disebut
juga dengan selisih terkendali (controllable variance).
Berdasarkan contoh PT Perabot jepara cabang pekanbaru, misalkan biaya overhead
pabrik variabel adalah beban perlengkapan dan beban listrik, sedangkan biaya
overhead pabrik tetap terdiri atas beban penyusutan mesin, beban penyusutan gedung
pabrik, dan beban gaji supervisor.

Anggaran biaya overhead pabrik di PT perabot jepara cabang pekanbaru


untuk tahun 2016 di sajikan di table 5.4.

TABEL 5-4

PERABOT JEPARA CABANG PEKAN BARU

ANGGARAN BOP

TAHUN 2000 (in Rp. 000)

v/t Dept.produksi Dept. Jasa total

Pemoto perakitan penyele Penanga Kafetar


ngan saian nan bb ia

Biaya langsung dept.


Btklt V 5.000 8.000 7.000 6.000 4.000 30.000
Biaya penyusutan mesin T 12.000 15.000 13.000 3.000 7.000 50.000
Total biaya lngsng dept 17.000 23.000 20.000 9.000 11.000 80.000
b. tdk langsng dept.:
Biaya listrik (rp 250/kwh) V 2.500 1.250 3.750 1.000 1.500 10.000
b.peny. gedung pabrik T 3.750 3.000 4.500 2.250 1.500 15.000
b.suverpisior T 1.600 800 2.400 2.000 1.200 8.000
Total b. Tdk lngsng dept 7.850 5.050 10.650 5.250 4.200 33.000
Total bop 24.850 28.050 30.650 14.250 15.200 11.3000
Total bv de V 7.500 9.250 10.750 7.000 5.500 40.000
Total bt departemen T 17.350 18.800 19.900 7.250 9.700 73.000

Langkah 5: mengalokasi biaya departemen jasa ke departemen produksi.


Sebagaimana di jelaskan sebelumnya, departemen jasa tidak mengolah bahan
baku menjadi barang jadi. Oleh karena itu, harga pokok produk hanya dihitung untuk
departemen produksi. Walaupun departemen jasa tidak mengolah produksi secara
langsung, departemen jasa memberikan jasa ke departemen produksi. Oleh karena
itu, biaya departemen jasa seharusnya dialokasikan ke departemen produksi dengan
menggunakan cost driver yang paling tepat. Beberapa cost driver yang dapat
digunakan untuk mengalokasikan biaya departemen penanganan bahan baku yang
dibeli, dan besarnya biaya bahan baku yang diminta oleh pabrik. Di antara ketiga
driver tersebut, driver yang paling tepat , misalnya besarnya bahan baku yang
diminta oleh pabrik . berdasarkan driver ini, biaya departemen penanganan bahan
baku dialokasikan ke departemen produksi demikian juga untuk kafeteria. Cost
driver yang dapt digunakan untuk mengalokasikan biaya kafeteria , semakin besar
biaya cafeteria dalam hal ini, jelas bahwa pemicu biaya kafeteria adalah jumlah
karyawan.

Terdapat tiga metode alokasi biaya departemen jasa ke departemen produksi ,


yaitu metode alokasi langsung (direct allocation method), metode alokasi bertahap
(step allocation method) , dan metode aljabar (algebraic method). Berikut ini
penjelasan mengenai masing-masing metode tersebut.

1. Metode alokasi langsung (direct allocation method)

Dalam metode ini biaya departemen jasa dialokasikan langsung ke


departemen produksi. Metode ini mengasumsikan bahwa setiap departemen jasa
tidak memberikan jasa kepada departemen jasa kepada departemen jasa lainnya ,
tetapi hanya memberikan kepada departemen produksi. Oleh karena itu, biaya
departemen jasa tidak perlu dialokasikan ke departemen jasa lainnya, tetapi langsung
dialokasikan ke departemen produksi. Dengan menggunakan contoh PT prabot
jepara Cabang pekanbaru, alokasi biaya departemen jas ke departemen produksi
dengan metode alokasi langsung dapt dilihat digambar 5.6.

Gambar 5-6
Alokasi biaya departemen jasa dengan metode alokasi langsung.

Biaya dept.
Biaya
dept.penanganan Kafe
bahan baku rp.
14.250.000 Rp.15.200.000

Departemen Departemen
perakitan rp. penyelesaian
28.050.000 rp.30.650.000

Departemen
pemotongan
rp.24.850.000

Berdasarkan contoh PT prabot jepara Cabang pekanbaru, biaya departemen


penanganan bahan baku dialokasikan menggunakan cost driver taksiran biaya bahan
baku yang diminta, sedangkan biaya departemen kafeteria di alokasikan
menggunakan cost driver jumlah karyawan. Dengan menggunakan data kapasitas
cost driver table 5.3 dan anggaran biaya overhead pabrik di table 5.4 biaya
departemen jasa dialokasikan ke departemen produksi sebagai berikut.
Tarif biaya departemen penanganan bahan baku= total biaya departemen
penanganan bahan baku
total taksiran BBB yang diminta

= Rp. 14.250.000
Rp. 500.000.000

=Rp 0.0285 atau 2,85% dari BBB yang Di minta

Biaya Depertemen penanganan bahan baku hanya di alokasikan ke


depertemen produksi sehingga taksiran biaya bahan baku yang di minta oleh
depertemen produksi, yaitu Rp 500.000.000 yang terdiri atas depertemen
pemotongan sebesar Rp 180.000.000, depertemen perakitan sebesar Rp 200.000.000,
dan dapartemen penyelesaian sebesar Rp 120.000.000.

Penggunaan tarif hanyalah menggunakan dalam mengalokasikan biaya


dapartemen biasa ke depertemen produksi. Setelah tarifnya di ketahui alokasi biaya
dapartemen jasa kedepertemen produksi dilakukan dengan mengalikan tarif dengan
kosumsi cost driver nya sebagimana terlihat berikut ini :

Depertemen pemotonga 2,85% x Rp 180.000.000 Rp. 5.130.000

Depertemen perakitan 2,85% x Rp 200.000.000 Rp. 5.700.000

Depertemen penyelesaian 2,85% x Rp 120.000.000 Rp. 3.420.000

Total Rp. 14.250.000

Alokasi biaya departemen penanganan bahan baku kedepartemen produksi


dapat juga dilakukan sebagai berikut :

Dept. pemotongan : Rp 180.000.000/Rp 500.000.000 x 14.250.000 Rp 5.130.000

Dept. perakitan : Rp 200.000.000/Rp 500.000.000 x 14.250.000 Rp 5.700.000

Dept. penyelesaian : Rp 120.000.000/Rp 500.000.000 x 14.250.000Rp 3.420.000


Total Rp 14.250.000

Cara perhitungan yang sama dapat juga dilakukan untuk biaya dapertemen
kafetaria

Total biaya dapertemen kafetaria

Tariff biaya dapertemen kafetaria = jumlah karyawan

= Rp 15.200.000

60 karyawan

= Rp 253.333.33

Karena biaya dapertemen kafetaria hanya dialokasikan kedepartemen


produksi, jumlah karyawan yang diperhitungkan hany karyawan produksi, yaitu
sebanyak 60 karyawan, yang terdiri atas departemen pemotongan sebanyak 20
karyawan, departemen kafetaria sebesar Rp 15.200.000 kedepartemen produksi.

Dapertemen pemotongan 20 karyawan x Rp 253.333.33 Rp 5.066.667

Dapertemen perakitan 10 karyawan x Rp 253.333.33 Rp 253.333.33

Dapertemen penyelesaian 30 karyawan x Rp 253.333.33 Rp 7.600.000

Total Rp 15.200.000

Alokasi biaya kafetaria de departemen produksi dapat juga di lakukan


sebagai berikut :

Dapertemen pemotongan 20/60 x Rp 15.200.000 Rp 5.066.667

Dapertemen perakitan 10/60 x Rp15.200.000 Rp2. 2533.33

Dapertemen penyelesaian 30/60 x Rp 15.200.000 Rp 7.600.000

Total Rp 15.200.000

Alokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi dengan


menggunakan metode alokasi langsung dapat dilihat di table 5.5
Gambar 5-5: alokasi biaya departemen jasa dengan menggunakan metode langsung
(dalam Rp.000)

Dept. Produksi Dept. Jasa total

pemoton Perakit penyeles penangana kafe


gan an aian n
A. Total BOP sebelum 24.850 28.050 14.250 15.200 113.000
alokasi biaya dept. 30.650
Jasa:
-penanganan bb 5.130 5.700 (14.250)

(2,85% dari bbb) 3.420


(1.5200)
-kafe (rp 5.067 2.533
7.600
253.333/karyawan)
B.tot. alokasi b.deptjasa 10.197 8.233 11.020 (1.4250) (15.200)
Total bop setelah alokasi 35.047 36.283 41.670 0 0 113.000
dept. Jasa: a+b
Bop tetap(dari anggaran) 17.350 18.800 19.900

Bop variabel(total bop stlh 17.607 17483 21.770


alokasi-total bt)

Supaya lebih sederhana, semua alokadi biaya departemen jasa di


klasifikasikan sebagai biaya variabel di departemen produksi. Oleh karna, total biaya
variabel di departemen produksi terdiri atas biaya variabel departemen nya sendiri di
tambah dengan alokasi biaya dari departemen jasa. Dengan perlakuan seperti ini,
total biaya departemen produksi setelah alokasi biaya departemen jasa akan
samadengan total biaya tetap sebelum alokasi biaya departemen jasa atau sama
dengan total biaya tetap yang terdapat dalam anggaran biaya overhead pabrik di table
5.4

2. Metode alokasi bertahap (Step Allocation Method)


Metode alokasi bertahap di sebut juga dengan metode alokasi tidak timbale
balik (non-reciprosal allocation method) atau metode alokasi berurutan (sequential
allocation method). Metode ini mengasumsikan bahwa departemen jasa tidak hanya
memberikan jasa kepada departemen produksi, tetapi juga kepada departemen jasa
lainya secara timbale balik. Sesuai dengan asumsi tersebut, metode ini
mengalokasikan biaya departemen jasa tertentu tidak hanya ke departemen produksi,
tetapi juga ke departemen lainya. Departemen jasa yang sudah di alokasikan jasa nya
tidak lagi menerima alokasi biaya dari departemen jasa lainya. Oleh karena itu,
metode itu di sebut tidak timbale balik. Dalam mengalokasikan biaya departemen
jasa ke departemen produksi, perlu di tentukan terlebih dahulu urutan aloasi nya. Jika
urutan alokasi nya berbeda, berbeda pula biaya yang di alokasikan ke departemen
produksi.

Penentuan urutan alokasi biaya departemen jasa dapat di lakukan dengan


alternatif berikut ini :

a. Berdasarkan banyak nya jasa yang di berikan. Departemen jasa yang


memberikan jasa paling banyaklah yang akan di alokasikan terlebih dahulu
biaya nya.
b. Berdsarkan besarnya biaya depertemen jasa Departemen jasa yang memiliki
biaya paling besarlah yang akan di alkasikan terlebih dahulu biayanya.

Diantara kedua alternative tersebut , alternative pertamalah yang sebenarnya


lebih tetap karena semakin banyak departemen tersebut membrikan jasa kepada
departemen lainya, seharusnya biaya biaya departemen di alokasikan terlebih dahulu.
Misalnya, Depertemen jasa B memberikan Jasa kepada depertemen jasa A dan
departemen produksi. Dalam hal ini, akan lebih tepat apabila biaya departemen jasa
B di alokasikan terlebih dahulu ke depertemen jasa A dan kedepertemen produksi.
Setelah itu, barulah biaya depertemen jasa A dialokasikan. Menejer depertemen jasa
A tidak akan keberatan menerima alokasi biaya dari depertemen jasa B karena
depertemen memang menikmati jasa dari depertemen jasa B. Apabila urutan alokasi
berdasarkan pada besarnya biaya depertemen jasa, belum tentu hal tersebut dapat
mencerminkan jasa yang di berikan. Misalnya, depertemen jasa A memiliki biaya
yang lebih besar daripada depertemen jasa B. Jika biaya depertemen jasa A
dialokasikan terlebih dahulu, menejer deperemen jasa B pasti akan mengeluh karena
depertemen nya tidak menikmati jasa dari depertemen jasa A, tetapi di bebani biaya.
Seharusnya, biaya depertemen jasa B yang dialokasikan ke depertemen jasa A, bikan
sebaliknya.

Misalnya, dari contoh PT Perabot Jepara Cabang Pekanbaru, kafetaria tidak


hanya memberikan kosumsi kepada departemen produksi, tetapi juga kepada
departemen penanganan bahan baku, sedangkan departemen penanganan bahan baku
hany memberikan jasa kepada depertemen produksi. Oleh karena itu, biaya yang aka
dialokasikan terlebih dahulu adalah biaya depertemen kafetaria, setelah itu barulah
biaya deprtemen penangan bahan baku. Alokasi biayadepertemen jasa ke depertemen
alokasi bertahap dapat dilihat di gambar 5.7.

Gambar 5.7

Alokasi biaya departemen jasa dengan metode bertahap.

Biaya dept. Biaya dept.kafe


Penanganan bahan rp.15.200.000
baku rp.14.250.000

Departemen Departemen Departemen


pemotongan perakitan penyelesaian
rp.24.850.000 rp.28.050.000 rp.30.650.000
Berdasarkan data kapasitas cost driver kafetaria memberikankosumsi sebagai
berikut :

Dapertemen pemotongan 20 karyawan

Dapertemen perakitan 10 karyawan

Dapertemen penyelesaian 30 kayawan

Depertemen penangan bahan baku 25 karyawan

Jumlah 85 karyawan

Total biaya depertemen kafetaria

Tarif biaya depertemen kafetaria = jumlah karyawan

Rp 15.200.000

= 85 karyawan

Jadi biaya depertemen kafetaria sebesar Rp 15.200.000 di alkasikan ke


masing-masing depertemen sebagai berikut :

Dapertemen pemotongan 20 karyawan x Rp 178.823,53 Rp 3.57.471

Dapertemen perakitan 10 karyawan x Rp 178.823,53 Rp 1.788.823

Dapertemen penyelesaian 30 karyawan x Rp 178.823,53 Rp 5.364.706

Depertemen penangan bahan baku 25 karyawan x Rp 178.823,53 Rp 4.470.588

Total Rp 15.200.000
Biaya depetemen kafetaria dapat juga di alokasikan dengan cara sebagai
berikut :

Dapertemen pemotongan 20/85 x Rp 15.200.000 Rp 3.57.471

Dapertemen perakitan 10/85 x x Rp 15.200.000 Rp 1.788.823

Dapertemen penyelesaian 30/85 x x Rp 15.200.000 Rp 5.364.706

Depertemen penangan bahan baku 25/85 x Rp 15.200.000 Rp 4.470.588

Total Rp 15.200.000

Setelah biaya depertemen di alokasikan ke depertemen produksi dan


depertemen jasa lainya, selanjutnya biaya depertemen penanganan bahab baku di
alokasikan. Total biaya depertemen penanganan bahn baku sebesar Rp 18.720.588,
terdiri atas biayanya sendiri sebesar Rp 14.250.000 di tambah alokasi biaya dari
depertemen kafetaria sebesar 4.470.588,2. Biaya depertemen penangan bahan baku
tidak lagi di alokasikan ke depertemen kafetaria, tetapi juga langsung di alokaikan ke
depertemen produksi dengan menggunakan taksiran biaya bahan baku yang di minati
sebgai berikut :

Rp 18.720.588

Tarif biaya depertemen penanganan bahan baku = Rp 500.000.000

= 3,74% dari BBB yang diminta

Dapertemen pemotongan 3,74% x Rp 180.000.000 Rp 6.7309.412

Dapertemen perakitan 3,74% x Rp 200.000.000 Rp 7.488.235

Dapertemen penyelesaian 3,74% x Rp 120.000.000 Rp 4.488.941

Total Rp 18.720.588
Dept. pemotongan : Rp 180.000.000/Rp 500.000.000 x 18.720.880.000 Rp 5.130.000

Dept. perakitan : Rp 200.000.000/Rp 500.000.000 x 18.720.880.000 Rp 5.700.000

Dept. penyelesaian :Rp 120.000.000/Rp 500.000.000 x 18.720.880.000 Rp 3.420.000

Total Rp 14.250.000

Alokasi biaya depertemen jasa ke depertemen produksi dengan menggunakan


metode alokasi bertahap dapat dilihat di table 5.6

Gambar 5.6: alokasi biaya dept. Jasa dengan metode bertahap (dalam 000)

Dept. Produksi Dept. Jasa total

Pemoton Perakitan penyele Penangana Kafe


gan saian n bb
Total bop sebelum 24.850 28.050 14.250 15.200
alokasi biaya 30.650 113.000
dept.jasa.
Alokasi b. Dept.
Jasa:
3.576 1.788 4.471 (15.200)
-cafe (rp
5.365
178.824/karyawan)
6.739 7.488 (18.721)
-penanganan bb
4.493
(3,74% dari bbb)
Tot. Alokasi 10.315 9.276 9.858 (14.251) (15.200)
b. .Dept. Jasa

Total bop setelah 35.165 37.362 40.508 0 0 113.000


alokasi biaya dept.
JasaA+B
Bop tetap 17.350 18.800 19.900
Bop variabel 17.815 18.526 20.608
3. Metode Aljabar (Algabraic Method)

Metode ini di sebut juga dengan metode alokasi timbal balik (reciprocal
allocation metod). Metoe ini mengasumsikan bahwa selain memberikan jasa kepada
depertemen produksi, depertemen jasa juga memberikan jasa kepada depertemen jasa
lainya secara timbale balik. Alokasi depertemen jasa ke depertemen produksi dengan
metode aljabar dapat di lihat gambar 5.8

Gambar 5.8

Alokasi biaya departemen jasa dengan metode aljabar.

Biaya dept. Biaya dept. Jasa


Penanganan bahan rp.15.200.000
baku

Rp.14.250.000

Departemen Departemen Departemen


pemotongan perakitan penyelesaian
rp.24.850.000 rp.28.050.000 rp.30.650.000
Berdasarkan metode ini, jumlah biaya depertemen jasa yang harus di
alokasikan di cari dengan menggunakan persamaan aljabar. Untuk membuat
persamaan nya perlu ditentukan terlebih dahulu persentase atau rasio jasa yang di
berikn oleh masing-masing depertemen jasa. Berdasarkan contoh PT Perabot Jepara
Cabang Pekanbaru, perhitungan persentasi jasa yang di berikan oleh depertemen
jasa dapat di lihat table 5.7.

Tabel 5.7 perhitungan persentase jasa yang diberikan oleh departemen.

Dept. Jasa Jasa yang diberikan oleh:


Penanganan bb %-tase Kafetaria %-tase

Pemotongan 180.000.000 32 20 orang 24


Perakitan 200.000.000 35 10 orang 12
Penyelesaian 120.000.000 21 30 orang 35
Penang.bb kafe 70.000.000 12 25 orang 29
Total 570.000.000 100 85 orang 100

Berdasarkan table5.7 terlihat bahwa kafetaria menerima jasa dari depertemen


penangnan bahan baku sebesar 12 persen dari depertemen penanganan bahan baku
menerima jasa dari kafetaria sebesar 29 persen. Berikut persamaan aljabar total biaya
depertemen jasa setelah alokasi.

K = RP 15.200.000 + 0.12P

P = RP 14.250.000 + 0,29K

Keterangan:

K = Kafetaria

P = Depertemen penangann bahan baku

Berdasarkan persamaan tersebut, total biaya Kafetaria dapat dihitung sebagai


berikut:
K = Rp15.200.000 + 0,12 (Rp14.250.000 + 0,29K)

K = Rp15.200.000 + Rp1.710.000 + 0,0348K

0,9652K = Rp17.519.685

K = Rp17.519.685

Setelah diketahui total biaya Kafetaria, total biaya Departemen Penanganan


Bahan Baku dapat dihitung sebagai berikut:

P = Rp14.250.000 + 0,29 (Rp17.519.685)

P = Rp14.250.000 + Rp5.080.709

P = Rp19.330.709

Setelah diperoleh total biaya untuk masing-masing departemen jasa, biaya


departemen jasa tersebut kemudian dialokasikan dengan menggunakan persentase
jasa untuk masing-masing departemen. Dalam metode ini, urutan alokasi tidak
menjadi masalah. Departemen jasa manapun yang dialokasikan terlebih dahulu,
hasilnya akan sama. Biaya Departemen Kafetaria sebesar Rp17.519.685
dialokasikan sebagai berikut:

Departemen Pemotongan : 24% x Rp17.519.685 Rp4.204.724

Departemen Perakitan: 12% x Rp17.519.685 Rp2.102.362

Departemen Penyelesaian: 35% x Rp17.519.685 Rp6.131. 890

Departemen Penanganan Bahan Baku: 29% x Rp17.519.685 Rp5.080.709

Total Rp17.519.685

Sementara itu, biaya Departemen Penanganan Bahan Baku sebesar


Rp19.330.709 dialokasikan sebagai berikut:

Departemen Pemotongan : 32% x Rp19.330.709 Rp6.185.827

Departemen Perakitan: 35% x Rp19.330.709 Rp6.765.748


Departemen Penyelesaian: 21% x Rp19.330.709 Rp4.059.449

Departemen Kafetaria: 12% x Rp19.330.709 Rp2.319.685

Total Rp19.330.709

Alokasi biaya departemen jasa ke departemen produksi dengan menggunakan


metode alokasi aljabar dapat dilihat di table 5.8.

Tabel 5.8

Alokasi biaya departemenjasa metode aljabar.

Dept. Produksi Dept. Jasa

pemoton Perakit Penyele Penangana kafetaria total


gan an saian n bb
Total bop sebelum 24.850 28.050 14.250 15.200
alokasi biaya 30.650 113.000
dept.jasa. (19.331) 2.320
Alokasi b. Dept.
Jasa:
6.168 6.766 5.081
-penanganan bb
4.205 2.102 4.059 17.520
-kafe
6.132

Tot. Alokasi 10.391 8.686 10.191 (14.250) (15.200)


b. .Dept. Jasa
Total bop setelah 3.241 36.918 40.841 0 0 113.000
alokasi biaya dept.
JasaA+B
Bop tetap 17.350 18.800 19.900
Bop variabel 17.891 18.118 20.941

Langkah 6: Penghitungan Tarif Overhead Departemen


Biaya departemen jasa setelah dialokasikan ke departemen produksi akan bersaldo
nol. Setelah semua biaya departemen jasa dialokasikan kedepartemen produksi,
langkah selanjutnya adalah membebankan biaya departemen produksi ke produk
dengan menggunakan tarif biaya overhead berbasis unit. Pembebanan biaya
departemen produksi ke produk dengan menggunakan metode alokasi aljabar dapat
dilihat digambar 5.9.

Gambar 5-9 pembebanan biaya departemen produksi ke produk dengan aljabar.

Biaya dept. Biaya dept. Kafe


Penanganan bahan rp.0
baku rp. 0

Dept. Pemotongan Dept. Perakitan rp. Dept. Penyelesaian


rp. 35.240.551 36.918.110 rp.40.841.339

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, tarif biaya overhead pabrik hanya


dihitung untuk departemen produksi. Rumus penghitungan tarif biaya overhead
pabrik sama dengan penghitungan tarif tunggal (plant – wide rate). Perbedaannya
adalah tarif overhead departemen dihitung untuk setiap departemen produksi.
Banyaknya tariff overhead tergantung banyaknya departemen produksi. Jika terdapat
tiga departemen produksi, aka nada tiga tariff biaya overhead pabrik. Tariff biaya
overhead pabrik per departemen dihitung dengan rumus berikut:
Tarif Overhead Pabrik = Anggaran BOP Departemen Produksi setelah alokasi
Biaya Departemen Jasa

Dasar Pembebanan

Sesuai dengan judul bab ini, dasar pembebanan yang digunakan setelah driver
tingkat unit atau volume (unit-level driver). Contoh driver tingkat unit adalah jam
kerja langsung(JKL), jam mesin(JM), biaya bahan baku langsung, dan biaya tenaga
kerja langsung.

Sebagaimana dijelaskan dilangkah 1, biaya Departemen Pemotongan


dibebankan ke produk berdasarkan Jam Mesin (JM), Departemen Perakitan
berdasarkan Jam Kerja Langsung(JKL), dan Departemen Penyelesaian berdasarkan
jam mesin(JM). Dengan menggunakan kapasitas jam mesin dan jam kerja langsung
yang terdapat dalam data kapasitas cost driver di table 5.3, penghitungan tariff biaya
overhead per departemen produksi dapat dilihat di tebel 5.9 dengan asumsi metode
alokasi aljabar digunakan untuk mengalokasikan biaya departemen jasa ke
departemen produksi. Tariff biaya overhead juga dapat dihitung untuk aloksai biaya
departemen jasa ke departemen produksi dengan menggunakan metode alokasi
langsung atau metode alokasi bertahap. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan
metode alokasi yang berbeda akan menghasilkan tariff BOP yang berbeda. Untuk
tujuan pengendalian, tariff BOP dipecah menjadi tariff BOP variable dan tariff BOP
tetap.

PT PERABOT JEPARA CABANG PEKANBARU

Perhitungan Tarif Biaya Overhead Pabrik


(diasumsikan metode alokasi aljabar digunakan)

Keterangan Departemen Produksi


Pemotongan Perakitan Penyelesaian
Total anggaran BOP Rp35.240.551 Rp36.918.110 Rp40.841.339
setelah alokasi
Biaya Departemen Jasa
Total anggaran BOP tetap Rp17.350.000 Rp18.800.000 Rp19.900.000
Total anggaran BOP Rp17.890.551 Rp18.118.110 Rp20.941.339
variable
Kapasitas 300.000 JM 150.000 JKL 200.000 JM
Tariff BOP total Rp117,47/JM Rp246,12/JKL Rp204,21/JM
Tariff BOP tetap Rp57,83/JM Rp125,33/JKL Rp99,50/JM
Tariff BOP variabel Rp59,64/JM Rp120,79/JKL Rp104,71/JM

Langkah 7: Perhitungan Harga Pokok Produk

Perhitungan harga pokok normal ( normal costing) membebankan biaya


sesungguhnya untuk biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.,
sedangkan biaya overhead pabrik dibebankan dengan menggunakan tariff yang
ditentukan dimuka sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Anggaplah,
berikut ini data informasi untuk Produk A dan B.

Produk A Produk B
BBBL Rp20.000.000 Rp15.000.000
BTKL Rp18.000.000 Rp17.000.000
Departemen Pemotongan 200.000 JM 120.000 JM
Departemen Perakitan 70.000 JKL 50.000 JKL
Departemen Penyelesaian 150.000 JM 100.000 JM
Produksi 10.000 unit 10.000 unit
Hitunglah biaya produksi per unit untuk Produk A dan Produk B.

Jawab:

Produk A Produk B
Biaya BBBL Rp20.000.000 Rp15.000.000
BTKL Rp18.000.000 Rp17.000.000
BOP:
Departemen pemotongan;
200.000 x Rp117,47 Rp23.494.000

120.000 x Rp117,47 Rp14.096.400

Departemen perakitan;
70.000 x Rp246,12 Rp17.228.400
50.000 x Rp246,12 Rp12.306.000

Departemen penyelesaian;
150.000 x Rp204,21 Rp30.631.500
100.000 x Rp204,21 Rp20.421.000

Total Rp109.353.900 Rp78.823.400


Produksi 10.000 unit 10.000 unit
Biaya produksi per unit Rp10.935 Rp7.882

Tujuan 7 :Menjelaskan langkah-langkah pada akhir periode sehubungan


dengan biaya overhead sesungguhnya

G. LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN BIAYA OVERHEAD


PABRIK PADA AKHIR PERIODE
Pada akhir periode biaya overhead pabrik sesunggunya untuk setiap
depertemen produksi dihitung dengan mengunakan cara yang sama seperti yang
dilakukan pada awal periode.Pengumpulan datakapsitasi cost driver dilakukan juga
pada akhir periode untuk mendapatkan kapasitas sesungguhnya dari cost driver yang
digunakan. Dialokasikan ke masing-masing departemen. Biaya departemen jasa
sesungguhnya dialokasikan ke departemen prduksi dengan mengunakan salah satu
metode yang telah dijelaskan sebelumnya (metode alokasi langsung,metode alokasi
bertahap,atau metode aljabar).setelah diperoleh total biaya overheard dibebankan
yang dihitung dengan mengunakan tarif ditentukan di muka,berdasarkan
perbandingan tersebut akan diperoleh selisih biaya overheard pabrik.sesunggunya,
disebut pembebanan biaya overheard terlalu besar ( overapplied overhead cost ). Jika
biaya overhead pabrik dibebankan lebih kecil dari pada biaya overhead
sesunggunya,disebut pembebanan biaya overhead terlalu besar,selisihnya disebut
selisih laba (favorable variance).Sebaliknya,jika pembebanannya terlalu
kecil,selisihnya disebut selisi rugi( unfavorable variance).

Sesungguhnya ke masing-masing depertemen dengan mengunakan konsumsi


cost driver.Langkah-langkah yang harus dilakukan pada akhir pariode dapat
diikhtisarkan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi biaya langsung sesungguhnya dan biaya tidak langsung


sesungguhnya untuksetiap depertemen.
2. Mengumpulkan datakonsumsi cost driver sesungguhnya.
3. Mengalokasikan biaya tidak langsung sesungguhnya.
4. Mengalokasihkan biaya sesungguhnya dapertemen jasa ke dapertemen
produksi dengan mengunakan konsumsi cost driver sesungguhnya.

Membandingkan biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead


pabrik yang dibebankan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah pembebanan
biaya overhead terlalu besar atau terlalu kecil ( overhead –or-under-applied overhead
cost ).

Untuk mempersingkat pembahasan , langkah langkah perhitungan biaya


overhead pabrik pada akhir priode tidak dibahas lagi di sini.

Tujuan 8: Menjelaskan akuntansi biaya overhead pabrik departemen


H. AKUTANSI BIAYA OVERHEAD PABRIK DEPERTEMEN
Ayat jurnal untuk biaya overhead pabrik depertemen (depertental overhead
cost) prinsipnya sama dengan ayat jurnal untuk biaya overhead pabrik non-
depertemen (plant-wide overhead cost).perbedaannya adalah ayat jurnal
biayaoverhead pabrik depertemen dibuat untuk setiap depertemen produs.secara
umum,ayat jurnal untuk biaya overhead pabrik dapat diikhtisarkan sebagai berikut.

1. Ayat jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk
setiap depertemen produk.
2. Ayat jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya untuk
setiap depertemen produk.
3. Ayat jurnal untuk menutup biaya overhead pabrik untuk setiap
depertemen produk.
4. Ayat jurnal untukmencatat selisih biaya overhead pabrik untuk setiap
departemen produk.
5. Ayat jurnal untuk menutup selilih biaya overhead pabrik untuk setiap
departemen produk

Contoh soal :

PT Prabot jepara cabang pekanbaru.misalnya,setelah melakukan perhitungan biaya


overhead pabrik pada akhir periode,biaya overhead sesungguhnya depertemen
pemotongan sebesar Rp45.000.000 untuk 320.000 jam mesin, departemen pemotong
sebesar Rp30.000.000 untuk 120.000 jam kerja langsung ,dan departemen
penyelesaian sebesar Rp50.000.000 untuk 250.000 jam mesin ayat jurnal yang dapat
di buat sehubungan dengan biaya overheadini sebagai berikut.

1. Ayat jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan ke


produk (dengan asumsi tarif biaya overhead pabrik dihitung
berdasarkan metode aljabar yang digunakan) untuk setiap departemen
produksi.

Persediaan BDP –Departemen pemotong (320.000 x Rp117,47) Rp37.590.400


Persediaan BDP - Departemen Perkaitan (120.000 x Rp246,12) Rp29.534.400

Persediaan BDP – Departemen penyelesaian (250.000 x Rp204,21) Rp51.052.500

Biaya Overhead Pabrik – Departemen Pemotongan Rp37.590.400

Biaya overhead Pabrik – Departemen perakitan Rp30.000.000

Biaya overhead Pabrik – Dept. Rp51.052.500

2. Ayat jurnal untuk mencatat biaya overhead sesungguhnya untuk setiap


deparemen produksi.

Biaya Overhead Pabrik – Departemen Pemotongan Rp45.000.000

Biaya Overhead Pabrik – Departemen Perakitan Rp30.000.000

Biaya Overhad Pabrik – Departemen Penyelesaian Rp50.000.000

Berbagai akun di kredit Rp125.000.000

3. Ayat jurnaluntuk menutup biaya Overhead Pabrik untuk setiap


departemen produksi.

Selisih BOP – Departemen pemotongan Rp7.409.600

Selisih BOP – Departemen perakitan Rp465.600

BOP – Departemen penyelesaian RP1.052.500

BOP – Departemen pemotongan Rp7.409.600

BOP – Departemen perakitan Rp465.600

Selisih BOP – Departemen penyelesaian Rp1.052.500

Perhitungan :
Pemotongan Perakitan Penyelesaian
BOP Rp45.000.000 Rp30.000.000 Rp50.000.000
sesungguhnya :
BOP di bebankan : (Rp37.590.400) (Rp29.534.400) (Rp51.052.500)
Selisih BOP : Rp7.409.600 Rp465.600 Rp1.052.500
(Rugi) (Rugi) (Laba)

Berdasarkan perhitungan tersebut,departemen pemotongan dan departemen


perakitan memiliki selisihrugi (unfavorable variance)biaya overhead pabrik karena
biaya overhead pabrik yang dibebankan yang dihitung berdasarkan tarif yang
ditentukan di mungkin lebih kecil dari pada biaya overhead pabrik sungguhnya
(pembebanan biaya overhead terlalu kecil- underapplied overhead cosd). Selisih rugi
biaya overhead terlalu kecil – underapplied di sisi kreditnya adalah biaya overhead
pabrik untuk departemen produksi yang bersangkutan .Sebaliknya , departemen
penyelesaian memiliki selisih laba (favorable variance) biaya overhead pabrik
Karena biaya overhead yang dibedakan lebih besar dari pada biaya overhead yang
sesungguh nya (pembedaan biaya overhead terlalu besar- overapplied overhead cost).
Selisih laba biaya overhead pabrik di catat selisih kredit, sedangkan disisi debitnya
adalah biaya overhead pabrik untuk departemen produksi yang bersangkutan .

Setelah biaya overhead pabrik ditutup, akun biaya overhead pabrik akan bersaldo nol
dan muncul akan sementara yang disebut selisih biaya overhead pabrik.untuk tujuan
pengendalian biaya,selilih overhead pabrik akan dianalisis untuk menentukan
penyebabnya – apakah disebabkan oleh perbedaan biaya overhead pabrik tetap atau
disebabkan biaya overhead variable.

4. Analisi selisi biaya overhead pabrik


a. Selisih pengeluaran (spending variance)

Selisih pengeluaran di sebut juga dengan selisih anggaran (budget


variance)selisih ini terjadi karena adanya perbedaan biaya overhead variable,yaitu
antara biaya overhead variable sesungguh nya dan biaya overhead variable yang di
anggarkan pada kapasitas sesungguhnya anggaran fleksibel adalah anggaran yang di
susun dalam beberapa tingkat kapasitas . Pada akhir periode, anggaran biaya ini di
sesuaikan dengan kapasitas yang sesungguh nya di capai dan dibandingkan dengan
biaya sesungguhnya. Karena kapasitas yang dibandingkan sama , penilaian
kinerjanya lebih adil .

b. Selisih kapasitas (capacity variance)


Selisih kapasitas disebabkan oleh perbedaan biaya overhead pabrik
tetap,yaitu perbedaan antara kapasitas normal dengan kapasitas
sesungguhnyadikali tariff tetap.jika kapasitas sesungguhnya lebih kecil
daripada kapasitas normal,hal itu berarti terjadi kapasitas menganggur (idle
capacity) karena kapasitas yang tersedia tidak dapat digunakan
sepenuhnya.karena terjadi kapasitas menganggu,selisihnya menjadi rugi
(unfavorable). Selisih kapasitas rugi dicatat di sisi debit,sedangkan disisi
kreditnya adalah selisih biaya overhead pabrik.sebaliknya,jika kapasitas
sesungguhnya lebih besar daripada kapasitas normal,hal itu berarti terjadi
pemakaian kapasitas berlebih (overcapacity), dan ini menguntungkan
perusahaan karena semua kapasitas dapat dipakai sepenuhnya.oleh karena
itu,selisihnya disebut selisih laba (favorable).selisih kapasitas laba dicatat di
sisi kredit,sedangkan di sisi debitnya adalah selisih biaya overhead
pabrik.selisih kapasitas dihitung dengan rumus berikut.

Selisih kapasitas = (Kapasitas Normal – Kapasitas Sesungguhnya) Tarif


Tetap

Berdasarkan contoh tersebut,selisih biaya overhead dapat dianalisis sebagai berikut.

pemotongan Perakitan Penyelesaia


n
BOP sesunggunya Rp.45.000.0 Rp.30.000.000 Rp.50.000.0
00 00
BOP tetap dianggurkan
30.000 X Rp. 57,83 (Rp
17.349.000)
150.000 X Rp.125,33 (Rp
18.799.500)
200.000 x Rp 99,50 (Rp
19.900.000)
BOP variable Rp27.651.00 Rp 11.200.500 Rp
sesugguhnya 0 30.100.000
320.000 X Rp.59,64 (19.084.800)
120.000 X Rp.120,79 (Rp.14.494.80
0)
250.000 X Rp 104,71 (Rp
26.177.500)
selisih pengeluaran Rp.8.566.20 (Rp Rp
0 3.294.300) 3.922.500
(rugi) (laba) (rugi)
selisih kapasitas
(300.000 - 320.000) X Rp
Rp.57,83 1.156.600
(laba)
(150.000 - 120.000) X Rp 3.759.900
Rp 125,33
(rugi)
(200.000 -250.000)X Rp Rp
99,50 4.975.000
(laba)
Total selisih BOP Rp Rp 465.600 Rp1.052.500
7.409.600
(rugi) (rugi) (laba)

Berdasarkan perhitungan analisis tersebut,terlihat bahwa total selisih BOP –


Departemen potongan terbesar RP7.409.600 (rugi) disebabkan oleh selisih
pengeluaran sebesar RP8.566.200 (rugi) dan selisih kapasitas sebesar RP1.156.600
(laba).Total selisih BOP – Departemen perakitan sebesar RP465.600 (rugi)
disebabkan oleh selisih pengeluaran sebesar RP3.294.300 (laba) dan selisih kapasitas
sebesar RP3.759.900 (rugi).Total selisih BOP – Departemen penyelesaian sebesar
RP1.052.500 (laba0 disebabkan oleh selisih pengeluaran sebesar RP3.922.500 (rugi)
dan selisih kapasitas sebesar RP 4.975.500 (laba).

5. ayat jurnal untuk mencatat selisih overhead pabrik.


Selisih pengeluaran – depertemen pemotogan Rp 8.566.200
Selisih pengeluaran- depertemen penyelesaian Rp 3.922.500
Selisihkapasitas-depertemen perakitan Rp 3.759.900
Slisih BOP – depertemen penyelesaian Rp 1.052.500
Selisih pengeluaran –depertemen perakitan Rp3.294.300
Selisih kapasitas – depertemen pemotongan Rp 1.156.600
Selisih kapasitas – depertemen penyelesaian Rp 4.975.000
Selisih BOP – depertemen pemotongan Rp 7.409.600
Selisih BOP – depertemen perakitan RP 4.65.600

6. ayat jurnal untuk menutup selisih overhead pabrik


Sebagaimana di jelaskan dalam bab sebelumnya,jika selisih biaya overhead
pabrik tidak signifikan,selisih tersebut dapat secara langsung ditutup ke akun
harga pokok penjualan.Namun,jika selisihnys disignifikan,selisih tersebut
seharusnya dialokasikan ke akun persedian barang dalam proses,persedian
barang jadi,dan Harga pokok penjualan sehingga jika semua selisih
dibebankan ke Harga Pokok penjualan,pembebanan tersebut akan menjadi
tidak wajar.
Jika diasumsikan selisih biaya overhead pabrik tidak
signifikan,selisihnya ditutup kea kun Harga Pokok penjualan dengan
menggunakan ayat jurnal berikut.

Harga Pokok penjualan


Selisih pengeluaran – Departemen perakitan RP6.822.700
Selisih kapasitas – Departemen pemotongan RP3.294.300
Selisih kapasitas – Departemen penyelesaian RP1.156.600
Selisih pengeluaran – Departemen pemotongan RP8.566.200
Selisih pengeluaran – Departemen penyelesaian RP3.922.500
Selisih kapasitas – Departemen perakitan RP3.759.900

Setelah selisih biaya overhead pabrik ditutup,semua akun selisih biaya


overhead pabrik desaldo nol.dalam laporan laba rugi,selisih overhead pabrik akan
disajikan sebagai berikut:

PT PERABOT CABANG PEKANBARU


Laporan laba rugi (singkat)
Tahun 2016

Penjualan (Rpxx)
Harga pokok penjualan (Rpxx)
Penyesuaian
 Selisih pengeluaran – (Rpxx)
depertemen pemotongan (R)
 Selisih pengeluaran – (Rpxx)
depertemen penyelesaian (R)
 Selisih kapasitas – (Rpxx)
depertemen perakitan (R)
 Selisih pengeluaran – (Rpxx)
depertemen perakitan (L)
 Selisih kapasitas – (Rpxx)
depertemen pemotongan (L)
 Selisih kapasitas – (Rpxx)
depertemen penyelesaian (L)
Harga pokok penjualan setelah (Rpxx)
penyesuaian
Laba kotor (Rpxx)
Tujuan 9 :Menjelaskan pengaruh automasi dalam perhitungan tarif overhead
berbasis volume

I. PENGARUH AUTOMASI TERHADAP TARIF BIAYA OVERHEAD


PABRIK BERBASIS VOLUME
Dalam lingkungan operasional tradisional, biaya overhead pabrik rata-rata
hanya 50-60% dari biaya tenaga kerja langsung. Namun, dalam lingkungan
operasional modern yang serba otomatis, biaya overhead pabrik dapat mencapai 400-
500 % dari biaya tenaga kerja langsung. Secara umum, walaupun komposisi biaya
overhead pabrik dapat berbeda secara signifikan antara suatu industri dan industri
lainnya apabila dibandingkan dengan total biaya produksi, bahan baku langsung
memiliki komposisi 40-60 persen, tenaga kerja langsung memiliki komposisi 10-30
persen, dan biaya overhead pabrik memiliki komposisi 30-40 persen.

Komposisi biaya overhead pabrik berubah karena automasi pabrik.Akibat


automasi ini, unsur biaya overhead juga berubah. Misalnya,biaya tenaga kerja tidak
langsung meliputi teknisi pabrik,tega kerja pemeliharaan peralatan,dan operator
mesin yang sebelumnya merupakan biaya tenaga kerja langsung.Unsur biaya
overhead seperti pemeriharaan peralatan,listrik dan perlengkapan pabrik meningkat
secara signifikan.Penggunaan banyak peralatan automasi mengakibatkan beban
penyusutan juga meningkat tanpa dipengaruhi oleh volume produksi.

Pada masa lalu, penggunaan biaya tenaga kerja langsung sebagai dasar
pembebanan biaya overhead dapat diterima karena kegiatan operasional pabrik
benar-benar padat karya (labor intensive). Dalam lingkungan operasional pabrik
yang automasi, pembebanan biaya overhead pabrik ke produk berdasarkan tenaga
kerja langsung atau jam kerja langsung dapat mendistori kinerja biaya produksi
sesungguhnya. Misalnya, jika tarif biaya overhead adalah 600 persen dari biaya

Anda mungkin juga menyukai