Anda di halaman 1dari 26

BAB 5

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK BERBASIS VOLUME

Tujuan Pembelajaran :

1. Menjelaskan pembebanan biaya produksi ke produk


2. Menjelaskan perlunya alokasi biaya
3. Menjelaskan pembebanan biaya overhead pabrik ke produk
4. Menjelaskan konsep kapasitas pabrik
5. Menjelaskan departementalisasi
6. Menjelaskan langkah-langkah perhitungan harga pokok produk berbasis volume
7. Menjelaskan langkah-langkah pada akhir periode sehubungan dengan
biayaboverhead sesungguhnya
8. Menjelaskan akuntansi biaya overhead pabrik departemen
9. Menjelaskan pengaruh automasi dalam perhitungan tariff overhead berbasis volume
Tujuan 1:

PEMBEBANAN BIAYA PRODUKSI KE PRODUK

Perhitungan harga pokok produk berbasis volume (volume based costing-VCB)


disebut juga dengan perhitungan harga pokok produk berbasis unit (unit based costing)atau
dengan perhitungan harga pokok berbasis fungsi (funcitional based costing-FBC) atau
peaunut butter costing.

Berdasarkan perhitungan harga pokok produk berbasis volume,pembebanan biaya


produksi ke produk menggunakan driver berbasis unit (unit based driver).Driver basis unit
adalah driver yang memicu pada unit yang dihasilkan.Istilah volume atau unit memicu pada
unit yang dihasilkan.Semakin banyak unit yang dihasilkan ,maka semakin besar biaya
produksinya.Begitu juga sebaliknya semakin kecil unit yang dihasilkan ,maka semakin kecil
pula biaya produksinya.

GAMBAR 5.1 Kolelasi antara Biaya Produksi dan Jumlah Unit yang Dihasilkan

Memicu Biaya Bahan Baku


Langsung

Jumlah
Memicu Biaya Tenaga Kerja
Unit yang
Langsung
Dihasilkan

Unit Based
Driver

Memicu Memicu Jam Mesin (JM) Biaya Overhead


Pabrik
Jam Kerja
Langsung (JKL)

Biaya Bahan
Baku Langsung
(BBBL)

Biaya Tenaga
Kerja Langsung
(BTKL)
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa semakin banyak unit yang dihasilkan,maka
semakin bsar biaya bahan baku langsung (BBBL),dan biaya tenaga kerja langsung
(BTKL).Unit yang dihasilkan memicu biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung.Karena unit yang dihasilkan memicu jam mesin (dengan asumsi pabrik banyak
menggunakan mesin),jam kerja langsung (dengan asumsi pabrik banyak menggunakan
tenaga kerja manusia),biaya bahan baku langsung,dan biaya tenaga kerja langsung disebut
dengan driver berbasis unit (unit based driver).Kemudian driver berbasis unit ini akan
memicu biaya overheadbpabrik karena tariff biaya overhead pabrik dihitung per jam mesi
atau per jam kerja langsung.Oleh karena itu,maka semakin banyak jumlah unit yang
dihasilkan maka semakin besar biaya overhead.

Gambar 5.2 Pembebanan Biaya Produksi ke Produk

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Biaya Overhead


Langsung Kerja Langsung Pabrik

Pool Biaya:Pabrik
atau Departemen
Produksi

Produk

Pada Gambar diatas,biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung
dibebankan secara langsung ke produk.Sebaliknya,pembebanan biaya overhead pabrik lebih
rumit dibandingkan dengan biaya bahan baku langsung da biaya tenaga kerja langsung
karena biaya overhead pabrik merupakan biaya tidak langsung produk terutama jika
perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk melalui beberapa departemen
produksi.
Tujuan 2 :

ALOKASI BIAYA

Perhitungan harga pokok produk yang paling akurat adalah jika perusahaan hanya
menghasilkan satu jenis produk atau jasa karena semua biaya yang berkaitan dengan
proses menghsilkan suatu produk dapat dibebankan keproduk tersebut.

Keakuratan harga pokok produk semakin berkurang jika perusahaan menghasilkan


beberapa jenis produk yang berbeda karena setiap jenis produk mengonsumsi sumber daya
yang berbeda dan tidak semua biaya biaya dapat ditelusuri secara mudah ke setiap jenis
produk,pembebanan biaya sumber daya ini perlu dilakukan dengan
alokasi.Akibatnya,keakuratan harga pokok produk sangat dipengaruhi oleh keakuratan dalam
memilih dasar alokasi biaya(cost allocation base).Jika terdapat kesalahan maka harga pokok
produk juga akan salah.Kesalahan dapat berupa harga pokok yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah sehingga produk menjadi tidak kompetitif atau produk akan terlihat berlaba tetapi
kenyataannya merugi. Penentuan dasar alokasi yang akurat dapat dilakukan melalui
analisisdriver biaya (cost driver).Driver biaya adalah faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya biaya.

Pengalokasian biaya pabrik atau departemen produksi keproduk disebut dengan alokasi
biaya (cost allocation), pembebanan biaya (cost assignment), distribusi biaya (cost
distribution), atau pembagian biaya (cost apportionment). Berdasarkan beberapa istilah
tersebut, mungkin istilah yang lebih tepat adalah membebankan biaya (cost assignment)
karena istilahnya lebih bersifat umum, sedangkan istilah “alokasi” mengacu pada salah satu
metode pembebanan biaya ( cost assignment) yang akan dibahas secara mendetail dibab 6 .
Namun, untuk tahap awal ini, kita masih menggunakan istilah alokasi biaya untuk
memudahkan pemahaman.

Alokasi biaya diperlukan untuk biaya tidak langsung (indirect cost).Misalnya,alokasi


biaya departemen jasa (service departemen) ke departemen produksi (producing
departement),alokasi biaya departemen produksi ke masing-masing jenis produk yang
dihasilkan,dan alokasi beban administrasi fakultas ke masig-masing program studi. Beban
administrasi fakultas merupakan beban tidak langsung program studi karena fakultas
memberikan jasa kepada beberapa program studi sehingga beban administrasi fakultas perlu
dialokasikan ke masing masing program studi berdasarkan besarnya jasa yang diberikan
kepada masing masing program studi.

Tujuan 3 :

PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD KE PRODUK

Dalam perhitungan biaya berbasis volume,biaya overhead pabrik dibebankan p


ertamakali ke pabrik atau departemen produksi dibebankan ke produk. Jika pool biayanya
adalah pabrik,tarif biaya overhead pabriknya disebut tarif departemen (deartemental rate)
dalam akuntansi biaya tradisioanl,pembebanan biaya pabrik atau biaya departemen ke
produk menggunakan driver tingkat unit atau volume (unit/volume driver). Proses

Biaya overhead pabrik


pembebanan biaya overhead pabrik ke produk dengan menggunakan tariff tunggal atau tariff
pabrik (plant-wide rate) dapat dilihat di Gambar 5.3.

Pool Biaya :

Pabrik

Produk
Proses pembebanan biaya overhead pabrik ke setiap deparatemen produksi tidak
semudah pembebanan biaya overhead pabrik kepabrik.dengan dibaginya pabrik menjadi
beberapa departemen produksi,akan muncul biaya tidak langsung departemen.Proses
pmbebanan biaya overhead pebrik keproduk dengan menggunakan tariff departemen
(departemental rates) dapat dilihat di Gambar 5.4.

Tujuan 4 :

PEMILIHAN TINGKAT KAPASITAS

Biaya overhead pabrik

Dept. prduksi I Dept. produksi II Dept. produksi III

Produk

Terdapat empat jenis kapasitas yaitu:

1. Kapasitas Teoritis

Kapasitas teoritis disebut juga kapasitas ideal atau kapasitas maksimim, yaitu kapasitas
untuk operasi 100 persen.Dalam praktinya,kapasitas ini tidak pernah dipakai sebagai dasar
perhitungan tariff biaya overhead pabrik ke produk karena sulit dicapai.Dalam
pelaksaaannya sering kali ditemui hambatan-hambatan, baik yang bersifat internal ,seperti
mesin rusak,maupun eksternal,seperti turunnya permintaan produk.

2. Kapasitas Praktis

Kapasitas praktis adalah kapasitas teoritis dikurangi hambatan-hambatan internal


perusahaan, seperti pekerja sakit, mesin rusak, pekerja unjuk rasa, karyawan cuti, dan
sebagainya.Jadi kapasitas praktis adalah kapasitas reoritis dikurangi hambatan hambatan
internal. Kapasitas ini juga jarang digunakan sebagai dasar perhitungan tariff biaya overhead
pabrik karena masih sulit dicapai.

3. Kapasitas Normal

Kapasitas normal adalah kapasitas setelah mempertimbangkan hambatan internal


dan eksternal. Beberapa contoh hambatan eksternal adalah hari libur nasionl, masyarakat
unjuk rasa, turunnya permintaan produk karena krisis ekonomi, dan sebagainya. Jadodi ,
kapasitas normal adalah kapasitas teoritis dikurangi hambatan hambata internal dan
eksternal. Kapasitas ini umumnya digunakan sebagai dasar perhitungan tariff biaya overhead
pabrik ke produk karena merupakan kapasitas yang paling mungkin dicapai. Kapasitas ini
tidak hanya mempertimbangkan hambatan internal dan eksternal, tetapi juga
mempertimbangkan fluktuasi pemakaian kapasitas selama umur ekonomis. Dengan
mempetimbangkan fluktuasi pemakaian kapasitas selama umur ekonomis, tariff biaya
overhead pabrik akan lebih stabil katena tidak dipengaruhi oleh fluktuasi produksi dalam
jangka pendek.

4. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan

Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan adalah kapasitas sesungguhnya yang


diharapkan untuk periode mendatang, misalnya tahun depan karena perhitungan periode
kapasitas ini bersifat jangaka pendek, kapasitas yang dipakai mungkin saja berbeda antara
satu periode dan periode lainnya. Oleh karena itu, kapasitas ini jarang digunakan sebagai
dasar perhitungan tariff biaya overhead pabrik,karena jika kapasitas ini yang dipakai,tariff
biaya overhead pabrikakan menjadi tidak stabil. Pada periode dengan produksi tinggi, tariff
overhead akan rendah karena biaya overhead tetapnya dapat didistribusikan dalam jumlah
unit yang lebih banyak. Sebaiknya, pada periode dengan produksi rendah, tariff overhead
akan tinggi karena biaya overhead pabrik tetap didistribusikan dalam jumlah unit yang
sedikit.

Tujaun 5 :

DEPARTEMENALISASI PABRIK

Departemenalisasi pabrik adal;ah proses pembagian pabrik menjadi beberapa


departemen dimana biaya overhead pabrik akan dibebankan.Tujuan pembagian pabrik
menjadi beberapa departemen adalah untuk memperbaiki keakuratan perhitungan harga
pokok produk dan mengendalikan biaya overhead pabrik. Perhitungan harga pokok produk
menjadi lebih akurat karena setiap departemen mengkin memiliki tariff biaya overhead
pabrik yang berbeda. Pengendalian biaya overhead pabrik akan mudah dilakukan karena
menejer departemen dapat dibebankan tanggung jawab terhadap biaya yang terjadi di
departemennya.

Departemen ini dikelompokkan menjadi departemen produksi (producing


departemen) dan departemen jasa (service departemen). Departemen produksi adalah
departemen yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Contoh produksi diperusahaan
pembuat perabot adalah deprtemen pemotongan bahan, departemen perakitan komponen,
dan departemen pengecatan. Sedangkan departemen jasa adalah departemen yang
memeberikan jasa kepada departemen produksi. Contoh departemen jasa dalah
pembangkitan tenaga listrik, bengkel, dan kafetaria.

Sebagaimana terlihat digambar 5.5 arah panah menunjukkan kemana saja jasa
diberikan oleh departemen jasa. Departemen penanganan bahan bakumemberikan jasa
penanganan bahan baku kedepartemen pemotongan, departemen perakitan, dan departemen
penyelesaian, sedangkan departemen cafeteria selain memberikan jasa konsumsi kepada
departemen produksi, juga memberikan jasa kepada departemen penanganan bahan baku.
Biaya departemen cafeteria seharusnya dialokasikan ke departemen produksi dank e
departemen penanganan bahan baku sesuai dengan besarnya jasa yang diberikan kepada
masing masing departeman. Hal itu juga diterapkan biaya departemen penanganan bahan
baku.

Gambar 5.5 Hubungan Antara Departemen Jsa dan Departemen Produksi

Departemen jasa Departemen


Produksi

Departemen
Departemen
penyelesaian
penanganan
bahan baku

Departemen
perakitan

Departemen
kafetaria Departemen
pemotongan

Tujuan 6:

LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN HARGA POKOK


PRODUK BERBASIS VOLUME

1. Mengidenfikasi departemen jasa dan departemen produksi serta cost drivernya.


2. Mengidenfikasi sumber daya dan biaya sumber daya yang digunanakan setiap
departemen serta cost driver untuk biaya tidak langsung departemen.
3. Mengumpulkan data kapasitas cost driver pada awal tahun.
4. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik untuk setiap departemen.
5. Mengalokasikan biaya departemen jasa kedepartemen produksi.
6. Menghitung tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.
7. Menghitung harga pokok produk.

Langkah 1: mengidenfikasi departemen produksi dan departemen jasa serta cost drivernya.

Langkah pertama ini mengidenfikasi departemen yang terdapat dipabrik untuk


menentukan departemen produksi dan departemen jasa serta cost driver , misalnya PT
perabot jepara cabang pekan baru memiliki dua departemen jasa diidentifikasi, selanjutnya
perlu ditentukan cost drivernya. Cost driver ini digunakan untuk mengalokasi biaya
departemen jasa keproduksi, misalnya biaya departemen penanganan bahan baku
dipengaruhi oleh besarnya nilai biaya bahan baku. Oleh karena itu, cost driver yang
digunakan mengalokasikan biaya departemen penanganan bahan baku ke departemen
produksi adalah taksiran biaya bahan baku. Jika biaya kafetaria dipengaruhi oleh jumlah
pekerja

Langkah 2 : mengidentifikasi sumber daya dan biaya sunber daya yang digunakan oleh
departemen produksi dan departemen jasa serta cost driver untuk biaya tidak langsung
departemen

1. Mengidentifikasi sumber daya yang digunakan oleh setiap departemen .


Setelah departemen produksi, departemen jasa , dan cost drivernya diidentifikasi,
langkh selanjutnya adalah mengidentifikasi sumber daya yang digunakan oleh setiap
departemen. Tujuan identifikasi sumber daya yang digunakan oleh setiap
departemen, yaitu agar biaya yang dibebankan kedepartemen adalah biaya untuk
sumber daya yang benar-benar dikonsumsi oleh departemen yang bersangkutan.
Misalnya,berikut ini sumber daya yang digunakan oleh masing-masing departemen
produksi dan jasa di PT Perabot Jepara Cabang.
a. Perlengkapan
b. Mesin
c. Listrik
d. Gedung pabrik
e. Supervisor
2. Menentukan biaya sumber daya yang digunakan
Setelah sumber daya yang digunakan oleh masing-masing departemen ditentukan ,
langkah selanjutnya adalah menentukan biaya untuk masing-masing sumber daya
yang digunakan karena setiap sumber daya memiliki biaya, seperti beban
perlengkapan untuk sumberdaya perlengkapan, beban penyusutan mesin untuk
sumber daya mesin, beban listrik untuk sumber daya listrik, beban penyusutan
gedung pabrik untuk sumber dayagedung pabrik, dan beban gaji supervisor untuk
sumber daya supervisor. Besarnya biaya sumber daya dapat diperoleh dari buku
besar (general ledger) perusahaan.
3. Mengidentifikasi biaya langsung departeme (direct cost of department) dan biaya
tidak langsung departemen (indirect cost of department).
Untuk keakuratan perhitungan biaya dimasing-masing departemen, biaya sumber
daya perlu dikelompokkan menjadi biaya langsung departemen dan biaya tidak
langsung departemen. Konsep biaya langsung dan biaya tidak langsung secara detail
di Bab 2 sebagaimana dijejelaskan sebelumnya, biaya langsung departemen adalah
biaya yang dapat secara mudah dan akurat ditelusuri kemasing-masing departemen.
Pda dasarnya, biaya langsumg departemen adalah biaya untuk sumber daya yang
semata mata dikonsumsi oleh departemen tersebut. Penyusunan anggaran biaya ini
tidak terlalu rumit karena biayanya dapat ditentukan secara langsung dimasing-
masing depaartemen sehingga lokasi biaya tidak diperlikan. Misalnya, setiap
departemen memiliki mesin sendiri dan menggunakan perlengkapan dengan
anggaran biaya sebagai berikut.
Beban Perlengkapan Beban Penyusutan
Mesin
Departemen produksi:
 Pemotongan Rp. 5.000.000 Rp. 12.000.000
 Perakitan Rp. 8.000.000 Rp. 15.000.000
 Penyelesaian Rp. 7.000.000 Rp. 13.000.000
Departemen Jasa
 Penanganan bahan Rp. 6.000.000 Rp. 3.000.000
baku
 Kafetaria Rp. 4.000.000 Rp. 7.000.000
Total Rp. 30.000.000 Rp. 50.000.000

Tujuan 5

 DEPARTEMENTALISASI PABRIK
Departementalisasi pabrik adalah membagi pabrik menjadi beberapa
depertemen tempat biaya overhead pabrik akan dibebenkan. Tujuannya adalah untuk
memeperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok dan mengendalikan biaya
overhead pabrik.
Dapartemen dapat dikelompokkan menjadi departemen produksi dan
departemen jasa. Dapartemen produksi adalah departemen yang mengelola bahan
baku menjadi barang jadi. Sedangkan departemen jasa adalah departemen yang tidak
mengelola bahan baku menjadi barang jadi, tetapi memberikan jasa kepada
departemen produksi. Contohnya seperti; misal departemen produksi diperusahaan
perabot adalah departemen pemotongan bahan, departemen perakitan komponen,
dan departemen pengecatan. Sedang contoh departemen jasa adalah seperti
pembangkit tenaga listrik, bengkel, dan kafetaria.

 Hubungan antara departemen jasa dan departemen produksi bisa dilihat seperti
gambar berikut ini.

DEPARTEMEN JASA DEPARTEMEN


PRODUKSI

DEPARTEMEN
DEPARTEMEN PENYELESAIA
PENANGANAN N
BAHAN BAKU DEPARTEMEN
PERAKITAN
DEPARTEMEN
KAFETARIA DEPARTEMEN
PEMOTONGAN

TUJUAN 6

 LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK


BERBASIS VOLUME
1. Mengidenfikasi departemen jasa dan departemen produksi serta cost drivernya.
2. Mengidenfikasi sumbe daya dan biaya sumber daya yang digunanakan setiap
departemen serta cost driver untuk biaya tidak langsung departemen.
3. Mengumpulkan data kapasitas cost driver pada awal tahun.
4. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik untuk setiap departemen.
5. Mengalokasikan biaya departemen jasa kedepartemen produksi.
6. Mengehitung tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.
7. Menghitung harga pokok produk.

Langkah 1: mengidenfikasi departemen produksi dan departemen jasa serta cost


drivernya.

Langkah pertama ini mengidenfikasi departemen yang derdapat dipabrik


untuk menentukan departemen produksi dan departemen jasa serta cost driver ,
misalnya PT perabot jepara cabang pekan baru memiliki dua departemen jasa
diidenfikasi, selanjutnya perlu ditentukan cost drivernya. Cost driver ini digunakan
untuk mengalokasi biaya departemen jasa keproduksi, misalnya biaya departemen
penanganan bahan baku dipengaruhi oleh besarnya nilai biaya bahan baku. Oleh
karena itu, cost driver yang digunakan mengalokasikan biaya departemen
penanganan bahan baku ke departemen produksi adalah taksiran biaya bahan baku.

Cost driver
Departemen produksi
Pemotongan Jam mesin
Perakitan Jam tenaga kerja langsung
Penyelesaian Jam mesin

Departemen jasa
Penanganan bahan Taksiran biaya bahan baku
Kafetaria Jumlah karyawan
Langkah 2: mengidenfikasi sumber daya, biaya sumber daya serta cots
driver untuk biaya tidak langsung departemen.
Biaya tidak langsung Cost driver
departemen
Biaya penyusutan gedung pabrik Luas lantai
Biaya listrik Kwh
Gaji mandor Jumlah pekerja

Langkah 3: mengumpulkan data kapasitas cost driver.

Tabel 5.3
PT perabot jepara cabang pekan baru
Data kapasitas cost driver pada awal tahun 2000

kwh Jmlh BBB Luas Jkl JM


karyw Diminta Lantai
Dept. Prod:
-pemotongan 10.000 20 180.000 5.000 100.000 300.000
-perakitan 5.000 10 200.000 4.000 150.000 500.000
-penyelesaian 15.000 30 120.000 6.000 120.000 200.000
Dept. Jasa
-penanganan BB 4.000 25 3.000 100.000
-kafe 6.000 15 70.000 2.000
40.000 100 570.000 20.000 470.000 1.000.000

Langkah 4: penyusunan anggaran BOP.

1. Mengkalifikasi BOP menjadi biaya langsung departemen dan niaya tidak langsung
departemen.
2. Mengklafikasi BOP menjadi biaya variabel dan biaya tetap.

TABEL 5-4

PERABOT JEPARA CABANG PEKAN BARU

ANGGARAN BOP

TAHUN 2000 (in Rp. 000)

v/t Dept.produksi Dept. Jasa total

Pemoto perakitan penyeles Penangan Kafetari


ngan aian an bb a
Biaya langsung dept.
Btklt V 5.000 8.000 7.000 6.000 4.000 30.000
Biaya penyusutan mesin T 12.000 15.000 13.000 3.000 7.000 50.000
Total biaya lngsng dept 17.000 23.000 20.000 9.000 11.000 80.000
b. tdk langsng dept.:
Biaya listrik (rp 250/kwh) V 2.500 1.250 3.750 1.000 1.500 10.000
b.peny. gedung pabrik T 3.750 3.000 4.500 2.250 1.500 15.000
b.suverpisior T 1.600 800 2.400 2.000 1.200 8.000
Total b. Tdk lngsng dept 7.850 5.050 10.650 5.250 4.200 33.000
Total bop 24.850 28.050 30.650 14.250 15.200 11.3000
Total bv de V 7.500 9.250 10.750 7.000 5.500 40.000
Total bt departemen T 17.350 18.800 19.900 7.250 9.700 73.000

Langkah 5: mengalokasi biaya departemen jasa ke departemen produksi.

Tiga metode alokasi:

1. Metode alokasi langsung


2. Metode alokasi bertahap
3. Metode aljabar

Metode alokasi langsung (direct allocation method)

Metode ini mengasumsikan


bahwa departemen jasa tertentu
Dalam metode ini, biaya tidak memberikan jasa
departemen jasa kedapartemen jasa lainnya, tetapi
dialokasikan langsung ke semata-mata hanya memberikan
departemen produksi. jasa kedepartemen produksi.

Gambar 5-6

Alokasi biaya departemen jasa dengan metode alokasi langsung.

Biaya dept.
Biaya
dept.penanganan Kafe
bahan baku rp. Rp.15.200.000
14.250.000
Departemen
pemotongan
rp.24.850.000

Gambar 5-5: alokasi biaya departemen jasa dengan menggunakan metode langsung (dalam
Rp.000)

Dept. produksi Dept. Jasa total

pemotong perakita penyelesa penanganan kafe


an n ian

A. Total BOP sebelum 24.850 28.050 14.250 15.200 113.000


alokasi biaya dept. 30.650
Jasa:
-penanganan bb 5.130 5.700 (14.250)
(2,85% dari bbb) 3.420
-kafe (rp 5.067 2.533 (1.5200)
253.333/karyawan) 7.600
B.tot. alokasi b.deptjasa 10.197 8.233 11.020 (1.4250) (15.200)
Total bop setelah alokasi dept. 35.047 36.283 41.670 0 0 113.000
Jasa: a+b
Bop tetap(dari anggaran) 17.350 18.800 19.900

Bop variabel(total bop stlh 17.607 17483 21.770


alokasi-total bt)

Metode alokasi bertahab (step allocation mehod)

Metode alokasi bertahap


disebut juga dengan
metode alokasi tidak Metode ini mengasumsikan
timbal balik atau metode bahwa departemen jasa
alokasi berurutan. tidak hanya memberikan
jasa kepada departemen
produksi, tetapi juga ke
departemen jasa lainnya
Gambar 5.7

Alokasi biaya departemen jasa dengan metode bertahap.

Biaya dept. Biaya dept.kafe


Penanganan bahan rp.15.200.000
baku rp.14.250.000

Departemen Departemen Departemen


pemotongan perakitan penyelesaian
rp.24.850.000 rp.28.050.000 rp.30.650.000

Gambar 5.6: alokasi biaya dept. Jasa dengan metode bertahap (dalam 000)

Dept. produksi Dept. Jasa total

Pemotong perakitan penyeles Penangana Kafe


an aian n bb
Total bop sebelum 24.850 28.050 14.250 15.200
alokasi biaya 30.650 113.000
dept.jasa.
Alokasi b. Dept. Jasa:
-cafe (rp
178.824/karyawan) 3.576 1.788 4.471 (15.200)
-penanganan bb 5.365
(3,74% dari bbb) 6.739 7.488 (18.721)
4.493
Tot. Alokasi b. .Dept. 10.315 9.276 9.858 (14.251) (15.200)
Jasa

Total bop setelah 35.165 37.362 40.508 0 0 113.000


alokasi biaya dept.
JasaA+B
Bop tetap 17.350 18.800 19.900
Bop variabel 17.815 18.526 20.608

Metode aljabar

Metode ini disebut juga Metode ini mengasumsikan


dengan metode alokasi bahwa selain memberikan
timbal balik jasa ke departemen
produksi, departemen jasa
juga memberikan jasa ke
departemen jasa lainnya
secara timbal balik.

Gambar 5.8

Alokasi biaya departemen jasa dengan metode aljabar.

Biaya dept. Biaya dept. Jasa


Penanganan bahan rp.15.200.000
baku

Rp.14.250.000

Departemen Departemen Departemen


pemotongan perakitan penyelesaian
rp.24.850.000 rp.28.050.000 rp.30.650.000
Tabel 5.7 perhitungan persentase jasa yang diberikan oleh departemen.

Dept. Jasa Jasa yang diberikan oleh:


Penanganan bb %-tase Kafetaria %-tase

Pemotongan 180.000.000 32 20 orang 24


Perakitan 200.000.000 35 10 orang 12
Penyelesaian 120.000.000 21 30 orang 35
Penang.bb kafe 70.000.000 12 25 orang 29
total 570.000.000 100 85 orang 100

Tabel 5.8

Alokasi biaya departemenjasa metode aljabar.

Dept. Produksi Dept. Jasa

pemotong perakita Penyele Penangana kafetaria total


an n saian n bb
Total bop sebelum 24.850 28.050 14.250 15.200
alokasi biaya 30.650 113.000
dept.jasa. (19.331) 2.320
Alokasi b. Dept. Jasa:
-penanganan bb
-kafe 6.168 6.766 5.081
4.205 2.102 4.059 17.520
6.132
Tot. Alokasi b. .Dept. 10.391 8.686 10.191 (14.250) (15.200)
Jasa
Total bop setelah 3.241 36.918 40.841 0 0 113.000
alokasi biaya dept.
JasaA+B
Bop tetap 17.350 18.800 19.900
Bop variabel 17.891 18.118 20.941

Langkah 6 : perhitungan tarif overhead departemen.

Biaya departemen jasa setelah


Setelah semua biaya departemen
dialokasikan ke departemen
jasa dialokasikan ke departemen
produksi akan bersaldo nol.
produksi maka langkah
selanjutnya adalah
membebanakan biaya
departemen produksi ke produk
Gambar 5-9 pembebanan biaya departemen produksi ke produk dengan aljabar.

Biaya dept. Biaya dept. Kafe


Penanganan bahan rp.0
baku rp. 0

Dept. Pemotongan Dept. Perakitan rp. Dept. Penyelesaian


rp. 35.240.551 36.918.110 rp.40.841.339

Anggaran bop dept. Produksi seteah


alokasi biaya dept. Jasa

Tarif overhead pabrik ---------------------

Dasar pembebanan
Tujuan 7 :

LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

PADA AKHIR PERIODE

Pada akhir periode biaya overhead pabrik sesunggunya untuk setiap depertemen
produksi dihitung dengan mengunakan cara yang sama seperti yang dilakukan pada awal
periode.Pengumpulan datakapsitasi cost driver dilakukan juga pada akhir periode untuk
mendapatkan kapasitas sesungguhnya dari cost driver yang digunakan. Dialokasikan ke
masing-masing departemen. Biaya departemen jasa sesungguhnya dialokasikan ke
departemen prduksi dengan mengunakan salah satu metode yang telah dijelaskan
sebelumnya (metode alokasi langsung,metode alokasi bertahap,atau metode aljabar).setelah
diperoleh total biaya overheard dibebankan yang dihitung dengan mengunakan tarif
ditentukan di muka,berdasarkan perbandingan tersebut akan diperoleh selisih biaya
overheard pabrik.sesunggunya, disebut pembebanan biaya overheard terlalu besar
( overapplied overhead cost ). Jika biaya overhead pabrik dibebankan lebih kecil dari pada
biaya overhead sesunggunya,disebut pembebanan biaya overhead terlalu besar,selisihnya
disebut selisih laba (favorable variance).Sebaliknya,jika pembebanannya terlalu
kecil,selisihnya disebut selisi rugi( unfavorable variance).

Sesungguhnya ke masing-masing depertemen dengan mengunakan konsumsi cost


driver.Langkah-langkah yang harus dilakukan pada akhir pariode dapat diikhtisarkan sebagai
berikut:

1. Mengidentifikasi biaya langsung sesungguhnya dan biaya tidak langsung


sesungguhnya untuksetiap depertemen.
2. Mengumpulkan datakonsumsi cost driver sesungguhnya.
3. Mengalokasikan biaya tidak langsung sesungguhnya.
4. Mengalokasihkan biaya sesungguhnya dapertemen jasa ke dapertemen produksi
dengan mengunakan konsumsi cost driver sesungguhnya.

AKUTANSI BIAYA OVERHEAD PABRIK DEPERTEMEN

Ayat jurnal untuk biaya overhead pabrik depertemen (depertental overhead cost)
prinsipnya sama dengan ayat jurnal untuk biaya overhead pabrik non-depertemen (plant-
wide overhead cost).perbedaannya adalah ayat jurnal biayaoverhead pabrik depertemen
dibuat untuk setiap depertemen produs.secara umum,ayat jurnal untuk biaya overhead pabrik
dapat diikhtisarkan sebagai berikut.

1. Ayat jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk setiap
depertemen produk.
2. Ayat jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik sesungguhnya untuk setiap
depertemen produk.
3. Ayat jurnal untuk menutup biaya overhead pabrik untuk setiap depertemen
produk.
4. Ayat jurnal untukmencatat selisih biaya overhead pabrik untuk setiap
departemen produk.
5. Ayat jurnal untuk menutup selilih biaya overhead pabrik untuk setiap
departemen produk

Contoh soal :

PT Prabot jepara cabang pekanbaru.misalnya,setelah melakukan perhitungan biaya overhead


pabrik pada akhir periode,biaya overhead sesungguhnya depertemen pemotongan sebesar
Rp45.000.000 untuk 320.000 jam mesin, departemen pemotong sebesar Rp30.000.000 untuk
120.000 jam kerja langsung ,dan departemen penyelesaian sebesar Rp50.000.000 untuk
250.000 jam mesin ayat jurnal yang dapat di buat sehubungan dengan biaya overheadini
sebagai berikut.

1. Ayat jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan ke


produk (dengan asumsi tarif biaya overhead pabrik dihitung berdasarkan
metode aljabar yang digunakan) untuk setiap departemen produksi.

Persediaan BDP –Departemen pemotongan


(320.000 x Rp117,47) Rp37.590.400
Persediaan BDP - Departemen Perkaitan
(120.000 x Rp246,12) Rp29.534.400
Persediaan BDP – Departemen penyelesaian
(250.000 x Rp204,21)
Rp51.052.500
Biaya Overhead Pabrik – Departemen Pemotongan
Rp37.590.400
Biaya overhead Pabrik – Departemen perakitan
Rp30.000.000
Biaya overhead Pabrik – Dept.

2. Ayat jurnal untuk mencatat biaya overhead sesungguhnya untuk setiap


deparemen produksi.

Biaya Overhead Pabrik – Departemen Pemotongan Rp45.000.000


Biaya Overhead Pabrik – Departemen Perakitan Rp30.000.000
Biaya Overhad Pabrik – Departemen Penyelesaian Rp50.000.000
Berbagai akun di kredit
Rp125.000.000

3. Ayat jurnaluntuk menutup biaya Overhead Pabrik untuk setiap departemen


produksi.

Selisih BOP – Departemen pemotongan Rp7.409.600


Selisih BOP – Departemen perakitan Rp465.600
BOP – Departemen penyelesaian RP1.052.500
BOP – Departemen pemotongan
Rp7.409.600
BOP – Departemen perakitan
Rp465.600
Selisih BOP – Departemen penyelesaian
Rp1.052.500

Perhitungan :

Pemotongan Perakitan Penyelesaian


BOP sesungguhnya : Rp45.000.000 Rp30.000.000 Rp50.000.000
BOP di bebankan : (Rp37.590.400) (Rp29.534.400) (Rp51.052.500)
Selisih BOP : Rp7.409.600 Rp465.600 Rp1.052.500
(Rugi) (Rugi) (Laba)

Berdasarkan perhitungan tersebut,departemen pemotongan dan departemen


perakitan memiliki selisihrugi (unfavorable variance)biaya overhead pabrik karena biaya
overhead pabrik yang dibebankan yang dihitung berdasarkan tarif yang ditentukan di
mungkin lebih kecil dari pada biaya overhead pabrik sungguhnya (pembebanan biaya
overhead terlalu kecil- underapplied overhead cosd). Selisih rugi biaya overhead terlalu kecil
– underapplied di sisi kreditnya adalah biaya overhead pabrik untuk departemen produksi
yang bersangkutan .Sebaliknya , departemen penyelesaian memiliki selisih laba (favorable
variance) biaya overhead pabrik Karena biaya overhead yang dibedakan lebih besar dari
pada biaya overhead yang sesungguh nya (pembedaan biaya overhead terlalu besar-
overapplied overhead cost). Selisih laba biaya overhead pabrik di catat selisih kredit,
sedangkan disisi debitnya adalah biaya overhead pabrik untuk departemen produksi yang
bersangkutan .

4. Analisi selisi biaya overhead pabrik


a. Selisih pengeluaran (spending variance)

Selisih pengeluaran di sebut juga dengan selisih anggaran (budget variance)selisih


ini terjadi karena adanya perbedaan biaya overhead variable,yaitu antara biaya overhead
variable sesungguh nya dan biaya overhead variable yang di anggarkan pada kapasitas
sesungguhnya anggaran fleksibel adalah anggaran yang di susun dalam beberapa tingkat
kapasitas . Pada akhir periode, anggaran biaya ini di sesuaikan dengan kapasitas yang
sesungguh nya di capai dan dibandingkan dengan biaya sesungguhnya. Karena kapasitas
yang dibandingkan sama , penilaian kinerjanya lebih adil .

b. Selisih kapasitas (capacity variance)

Selisih kapasitas di sebabkan oleh perbedaan biaya overhead pabrik tetap yaitu
perbedaan antara kapasitas normal dengan kapasitas sesungguhnya di kali tariff tetap . Jika
kapasitas sesungguhnya lebih kecil dari pada kapasitas normal, hal itu berarti terjadi
kapasitas menganggur (idle capacity) karena kapasitas yang tersedia tidak dapat digunakan
sepenuhnya . Selisih kapasitas rugi di catat di sisi debit, sedangkan disisi kreditnya adalah
biaya selisi overhead pabrik. Sebaliknya , jika kapasitas sesungguh nya lebih besar dari pada
kapasitas normal , hal itu berarti terjadi pemakaian kapasitas berlebih (overcapacity), dan ini
menguntungkan perusahaan karena semua kapasitas dapat dipakai sepenuhnya . Sisi debitnya
adalah selisih biaya overhead pabrik selisih kapasitas di hitung dengan rumus berikut.

pemotongan Perakitan penyelesaian


BOP sesunggunya Rp.45.000.00 Rp.30.000.000 Rp.50.000.00
0 0
BOP tetap dianggurkan
30.000 X Rp. 57,83 (Rp
17.349.000)
150.000 X Rp.125,33 (Rp
18.799.500)
200.000 x Rp 99,50 (Rp
19.900.000)
BOP variable sesugguhnya Rp27.651.000 Rp 11.200.500 Rp
30.100.000
320.000 X Rp.59,64 (19.084.800)
120.000 X Rp.120,79 (Rp.14.494.800
)
250.000 X Rp 104,71 (Rp
26.177.500)
selisih pengeluaran Rp.8.566.200 (Rp 3.294.300) Rp 3.922.500
(rugi) (laba) (rugi)
selisih kapasitas
(300.000 - 320.000) X Rp 1.156.600
Rp.57,83
(laba)
(150.000 - 120.000) X Rp Rp 3.759.900
125,33
(rugi)
(200.000 -250.000)X Rp Rp 4.975.000
99,50
(laba)
Total selisih BOP Rp 7.409.600 Rp 465.600 Rp1.052.500
(rugi) (rugi) (laba)

c. ayat jurnal untuk mencatat selisih overhead pabrik.


Selisih pengeluaran – depertemen pemotogan Rp 8.566.200
Selisih pengeluaran- depertemen penyelesaian Rp 3.922.500
Selisihkapasitas-depertemen perakitan Rp 3.759.900
Slisih BOP – depertemen penyelesaian Rp 1.052.500
Selisih pengeluaran –depertemen perakitan Rp3.294.300
Selisih kapasitas – depertemen pemotongan Rp 1.156.600
Selisih kapasitas – depertemen penyelesaian Rp 4.975.000
Selisih BOP – depertemen pemotongan Rp 7.409.600
Selisih BOP – depertemen perakitan RP 4.65.600
d. ayat jurnal untuk menutup selisih overhead pabrik

Jika selisih biaya overhead pabrik tidak signifikan,selisih tersebut dapat secara
langsung dapat ditutup keakun harga pokok penjualan.namun jika selisihnya
signifikan,selisih tersebut seharusnya dialokasikan keakun persedian barang dalam
peroses,persedian barang jadi,dan harga pokok penjualan sehingga jika semua selisih
dibebankan keharga pokok penjualan,pembebenan tersebut akan menjadi tidak
wajar.selisihnya ditutup keakun harga pokok penjualan dengan mengunakan ayat jurnal
berikut.

Harga pokokpenjualan RP 6.822.700


Selisih pengeluaran – depertemen perakitan Rp 3.294.300
Selisih kapasitas – depertemen pemotongan Rp 1.156.600
Selisih kapasitas – depertemen penyelesaian Rp 4.975.000
Selisih pengeluaran – depertemen pemotongan Rp 8.566.200
Selisih pengeluaran – depertemen penyelesaian Rp 3.922.500
Selisih kapasitas – depertemen perakitan Rp 3.759.900

Setelah selisih biaya overhead pabrik ditutup,semua akun selisih biaya overhead
pabrik desaldo nol.dalam laporan laba rugi,selisih overhead pabrik akan disajikan sebagai
berikut:

PT PERABOT CABANG PEKANBARU


Laporan laba rugi (singkat)
Tahun 2016

Penjualan (Rpxx)
Harga pokok penjualan (Rpxx)
Penyesuaian
 Selisih pengeluaran (Rpxx)
– depertemen
pemotongan (R)
 Selisih pengeluaran (Rpxx)
–depertemen
penyelesaian (R)
 Selisih kapasitas – (Rpxx)
depertemen
perakitan (R)
 Selisih pengeluaran (Rpxx)
– depertemen
perakitan (L)
 Selisih kapasitas – (Rpxx)
depertemen
pemotongan (L)
 Selisih kapasitas – (Rpxx)
depertemen
penyelesaian (L)
Harga pokok penjualan (Rpxx)
setelah penyesuaian
Laba kotor (Rpxx)

Tujuan 9 :

PENGARUH AUTOMASI TERHADAP TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK

BERBASIS VOLUME

Dalam lingkungan operasional tradisional, biaya overhead pabrik rata-rata hanya 50-
60% dari biaya tenaga kerja langsung. Namun, dalam lingkungan operasional modern yang
serba otomatis, biaya overhead pabrik dapat mencapai 400-500 % dari biaya tenaga kerja
langsung. Secara umum, walaupun komposisi biaya overhead pabrik dapat berbeda secara
signifikan antara suatu industri dan industri lainnya apabila dibandingkan dengan total biaya
produksi, bahan baku langsung memiliki komposisi 40-60 persen, tenaga kerja langsung
memiliki komposisi 10-30 persen, dan biaya overhead pabrik memiliki komposisi 30-40
persen.

Komposisi biaya overhead pabrik berubah karena automasi pabrik.Akibat automasi


ini, unsur biaya overhead juga berubah. Misalnya,biaya tenaga kerja tidak langsung
meliputi teknisi pabrik,tega kerja pemeliharaan peralatan,dan operator mesin yang
sebelumnya merupakan biaya tenaga kerja langsung.Unsur biaya overhead seperti
pemeriharaan peralatan,listrik dan perlengkapan pabrik meningkat secara
signifikan.Penggunaan banyak peralatan automasi mengakibatkan beban penyusutan juga
meningkat tanpa dipengaruhi oleh volume produksi.

Pada masa lalu, penggunaan biaya tenaga kerja langsung sebagai dasar pembebanan
biaya overhead dapat diterima karena kegiatan operasional pabrik benar-benar padat karya
(labor intensive). Dalam lingkungan operasional pabrik yang automasi, pembebanan biaya
overhead pabrik ke produk berdasarkan tenaga kerja langsung atau jam kerja langsung
dapat mendistori kinerja biaya produksi sesungguhnya. Misalnya, jika tarif biaya overhead
adalah 600 persen dari biaya tenaga kerja langsung, manajemen akan berpikir bahwa biaya
overhead pabrik dapat diturunkan melalui penurunan biaya tenaga kerja langsung. Dengan
diturunkannya biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 1, biaya overhead pabrik akan
turun sebesar Rp.6. Namun,kenyataannya biaya overhead pabrik justru meningkat karena
perubahan desain produk yang dapat mengurangi biaya tenaga kerja dilakukan dangan
automasi operasional. Jadi, dalam penadangan manajemen kontemporer, pengurangan
biaya seharusnya tidak dilakukan melalui eliminasi aktivitas atau proses produksi yang tidak
memberikan nilai tambah. Oleh karena itu, penggunaan hanya satu driver tingkat unit (unit-
level driver) untuk membentu manajemen dalam mengurangi biaya berdasarkan proses
dalam rangka menciptakan keunggulan kompetitif tidak memadai.

RANGKUMAN

Butir-butir berikut berhubungan dengan tujuan pembelajaran bab ini.

1. Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung adalah biaya
langsung produk dan dibebankan secara langsung ke produk, sedangkan biaya
overhead pabrik adalah biay tidak langsung produk dan sebelum dibebankan ke
produk, biaya overhead pabrik dibebankan ke pool biaya, yaitu pabrik atau
departemen produksi.
2. Alokasi biaya diperlukan untuk biaya tidak langsung produk. Untuk keakuratan
perhitungan hargapokokm produk diperlukan pemilihan dasar alokasi biaya yang
tepat. Akuntansi biaya tradisisonal hanya menggunakan driver tingkat unit (unit-
level driver) sebagai dasar pembebanan biaya overhead pabrik ke produk.
3. Jika pabrik dijadikan pool biaya, biaya overhead pabrik pertama kali
dibebankan ke produk dan biaya pabrik dibebankan ke produk dengan
menggunakan satu tariff yang disebut tarif pabrik (plant-wide rate). Jika
departemen produksi dijadikan pool biaya,biaya overhead pabrik pertama kali
dibebankan kedepartemen produksi dan biaya departemen produksi dibebankan
ke produk dengan menggunakan banyak tarif yang disebut tarif departemen
(department rates).
4. Terdaoat empat jenis kapasitas, yaitu kapasitas teoritis,kapasitas praktis, kapasitas
normal, dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan. Kapasitas teoritis adalah
kapasitas untuk operasi 100 persen, tanpa memperhatiakn hambatan hambatan
dalan kegiatan operasional. Oleh karena itu,kapasitas teoritis disebut juga
kapasitas maksimum atau kapasitas ideal. Kapasitas praktis adalah kapasitas
teoritis dikurangi hambatan operasional internal, seperti mesin rusak, pekerja
sakit, pekerja cuti, waktu yang hilang untuk memperbaiki mesin, dan sebagainya.
Kapasitas noermal adalah kapasitas teoritis dikurangi hambatan operasional
internal dam eksternal. Contoh hambatan eksternal adalah turunnya permintaan
produk, hari libur nasional, pekerja unjuk rasa, dan sebagainya. Kapasitas
sesungguhnya yang diharapkan adalah kapasitas yang hanya diharapkan didarkan
pada output sesungguhnya yang diharapkan untuk periode mendatang. Karena
kapasitas ini hanya mempertimbangkan jangka waktu pendek, kapasitasnya dapat
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Diantara empat jenis kapasitas tersebut,
kapasitas normal umumnya digunakan sebagai dasar pembebanan biaya overhead
pabrik ke produk.
5. Departemen dapat dikelompokkan menjadi departemen produksi dan departemen
jasa. Departemen produksi adalah departemen yang mengolah bahan baku
menjadi barang jadi. Departemen jasa adalah departemen yang tidak mengolah
bahan baku menjadi barang jadi, tetapi memberikan jasa kepada departemen
produksi.
6. Langkah-langkah perhitunagn harga pokok produk berbasis volume adalah:
a. Mengidenfikasi departemen jasa dan departemen produksi serta cost
drivernya.
b. Mengidenfikasi sumbe daya dan biaya sumber daya yang digunanakan setiap
departemen serta cost driver untuk biaya tidak langsung departemen.
c. Mengumpulkan data kapasitas cost driver pada awal tahun.
d. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik untuk setiap departemen.
e. Mengalokasikan biaya departemen jasa kedepartemen produksi.
f. Mengehitung tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.
g. Menghitung harga pokok produk.
7. Pada akhir periode akuntansi, biaya overhead pabrik sesungguhnya perlu dihitung
lagi untuk setiap departemen produksi dengan cara yang sama seperti pada awal
periode dan membandingkannya dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan.
Jika terjadi selisih, selisihnya perlu dianalisis menjadi selisih anggaran dan selisih
kapasitas. Semua selisih biaya overhead pabrik selanjutnya ditutup ke harga
pokok penjualan atau dialokasikan ke persediaan barang dalam proses,
persediaan barang jadi, dan harga pokok penjualan, tergantung signifikansinya.
8. Dalam lingkungan automasi dewasa ini, pembebanan biaya overhead pabrik ke
produk berdasarkan tenaga kerja langsung dapat mendistorsi kinerja biaya
produksi sesungguhnya. Untuk menurunkan biaya overhead pabrik mungkin
manajemen

Anda mungkin juga menyukai