Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI BIAYA

PERTEMUAN KE-6 : PENENTUAN KOS VARIABEL


NURJANNA, SE.M. Ak

Metode Variable Costing & Full Costing

Perbandingan Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing.

Full Costing

Yakni merupakan metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh
biaya produksi baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Dikenal juga
dengan Absortion atau Conventional Costing.

Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan
mempunyai akibat pada :

1. Perhitungan harga pokok produksi dan


2. Penyajian laporan laba-rugi.

Metode Full Costing

Harga Pokok Produksi :

Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx


Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx

Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx


Dengan menggunakan Metode Full Costing,

1. Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada
produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas
dasar biaya overhead yang sesungguhnya.

2. Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang
sesungguh- nya terjadi.

Catatan :

Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi.

Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP
yang dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi.

1
AKUNTANSI BIAYA
PERTEMUAN KE-6 : PENENTUAN KOS VARIABEL
NURJANNA, SE.M. Ak

3. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka
pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk
mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik
produk dalam proses maupun produk jadi)

4. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya
samapi saat produk yang bersangkutan dijual.

Variable Costing :

Merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan
biaya produksi variabel saja. Dikenal juga dengan istilah : direct costing

Harga Pokok Produksi :

Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx


Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx

Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx

Dengan menggunakan Metode Variable Costing,

1. Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai
unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan
sebagai biaya dalam periode terjadinya.

2. Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat
pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode
terjadinya.

3. Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan


tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan
datang.

2
AKUNTANSI BIAYA
PERTEMUAN KE-6 : PENENTUAN KOS VARIABEL
NURJANNA, SE.M. Ak

Penyajian Laporan Laba Rugi

Laporan Laba-Rugi
( Metode Full Costing )

Hasil penjualan Rp. 500.000


Harga pokok penjualan Rp. 250.000 -
Laba Bruto Rp. 250.000

Biaya administrasi dan umum Rp. 50.000 -


Biaya pemasaran Rp. 75.000 -
Laba Bersih Usaha Rp . 125.000

Ket :

Laporan Laba-rugi tsb menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi
pokok dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi
administrasi dan umum.

Laporan Laba-Rugi
( Metode Variable Costing )

Hasil penjualan Rp. 500.000


Dikurangi Biaya-biaya Variabel :
Biaya produksi variabel Rp. 150.000
Biaya pemasaran variabel Rp. 50.000
Biaya adm. & umum variabel Rp. 30.000
Rp. 230.000
Laba kontribusi Rp. 270.000

Dikurangi Biaya Tetap


Biaya produksi tetap Rp. 100.000
Biaya pemasaran tetap Rp. 25.000
Biaya Adm & umum tetap Rp. 20.000
Rp. 145.000
Laba Bersih Usaha Rp 125.000

3
AKUNTANSI BIAYA
PERTEMUAN KE-6 : PENENTUAN KOS VARIABEL
NURJANNA, SE.M. Ak

Manfaat Informasi yang Dihasilkan oleh Metode Variable Costing

Laporan keuangan yang disusun berdasar metode Variable Costing bermanfaat bagi
manajemen untuk :

(1) Perencanaan laba jangka pendek


(2) Pengendalian biaya dan
(3) Pembuatan keputusan.

(1) Perencanaan laba jangka pendek

Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume
kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen

Laporan laba-rugi variable costing menyajikan dua ukuran penting : (1) laba kontribusi
dan (2) operating laverage.

Hasil Penjualan : Rp. 1000


Biaya Variabel : Rp. 600
Laba Kontribusi : Rp. 400
Biaya Tetap : Rp. 300
Laba Bersih : Rp. 100

Ratio Laba Kontribusi : Laba kontribusi = 400/1000


Hsl Penjualan

Operating Laverage : Laba kontribusi = 400/100


Laba bersih

Misal :

Dalam rencana anggaran diputuskan untuk menaikkan harga jual 12%. Maka dampak
dari kenaikan ini terhadap laba jangka pendek dapat ditentukan :

12% x 40% = 4,8%

Laporan laba rugi yang memisahkan biaya tetap dan variabel, memungkinkan juga
manajemen melakukan analisis hubungan biaya, volume dan laba.

4
AKUNTANSI BIAYA
PERTEMUAN KE-6 : PENENTUAN KOS VARIABEL
NURJANNA, SE.M. Ak

(2) Pengendalian Biaya

Biaya tetap dalam variable costing dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yakni :
discretionary fixed cost dan committed fixed cost.

Discretionary fixed cost merupakan biaya yang berperila- ku tetap karena kebijakan
manajemen. Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen.

Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang timbul dari pemilikan pabrik,
ekuipmen dan organisasis pokok. Dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh manajemen.

(3) Pengambilan Keputusan

Pihak manajemen dengan menggunakan metode variable costing dapat menentukan


pengambilan keputusan misal dalam hal pesanan khusus.

Keunggulan Variable Costing

• Data yang diperlukan dapat diambil langsung dari Laporan Rugi Laba yang
disusun dengan format kontribusi.
• Laba akan terarah pada Penjualan karena Laba yang diperoleh tidak
dipengaruhi oleh tingkat persediaan.
• Manajer selalu berasumsi bahwa yang dinamakan biaya produksi hanyalah yang
bersifat variabel saja, sehingga akan menjadi masalah kalau diterapkan
Absorption Costing karena disamping ada biaya produksi variabel juga
dimasukkan unsur biaya tetap.

Kelemahan Variable Costing


• Kesulitan pemisahan biaya variable dan biaya tetap
• Bentuk laporan variable costing tidak diterima untuk pihak ekstern
• Tidak diperhitungkan biaya overhead pabrik tetap dalam persediaan dan harga
pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga
akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisa
keuangan.

5
AKUNTANSI BIAYA
PERTEMUAN KE-6 : PENENTUAN KOS VARIABEL
NURJANNA, SE.M. Ak

Contoh Kasus Penentuan Harga Pokok Produksi (HPP) Konvensional

PT. PT. ADIPURA SETIA ABADI adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
pengolahan bahan baku menjadi produk siap dijual. Berikut adalah data – data biaya
produksi perusahaan yang dikumpulkan pada akhir periode 2005:
1.
2. 1. Biaya produksi.
Biaya bahan baku (raw material ) Rp. 8.000 / unit
Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost ) Rp. 5.500 / unit
Total biaya overhead pabrik (BOP) Rp. 800.000.000 / th
(Variabel 70%, Tetap 30%)
Total biaya administrasi dan umum Rp. 72.000.000 / th
(Variabel 40%, Tetap 60%)
Total biaya pemasaran Rp. 55.000.000 / th
(Variabel 60%, Tetap 40%)

2. Harga jual produk jadi sebesar Rp 52.000/unit

3. Data penjulan dan produksi


Persediaan awal 6.500 unit
Produksi 95.000 unit
Penjualan 60.000 unit
Persediaan akhir 12.500 unit

Diminta:
1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variabel costing !
2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing !
3. Buat analisis perbedaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya!

JAWABAN CONTOH KASUS


6
AKUNTANSI BIAYA
PERTEMUAN KE-6 : PENENTUAN KOS VARIABEL
NURJANNA, SE.M. Ak

1. Biaya Produksi per Unit

 BOP Tetap/unit = 30% x Rp. 800.000.000 = 2.526,3 ,-/unit

95.000
 BOP Variabel/unit = 70% x 800.000.000 = 5.894,7 ,-/unit

95.000

Biaya Produksi /
Metode Full Costing Metode Variabel Costing
Unit
BBB 8.000 8.000

BTKL 5.500 5.500

BOP Variabel 5.894,7 5.894,7

BOP Tetap 2.526,3 -

Total Biaya Produksi 21.921 19.394,7

2. Laporan Rugi Laba

a. Full Costing
INCOME STATEMENT
Penjualan ( 60.000 x Rp. 52.000) Rp. 3.120.000.000
HPP
Persediaan Awal ( 6.500 x Rp. 21.921 ) Rp. 142.486.500
BBB ( 95.000 x Rp. 8.000 ) Rp. 760.000.000
BTKL (95.000 x Rp. 5.500) Rp 522.500.000
BOP Variabel (95.000 x Rp 5.894,7) Rp. 559.996.500
BOP Tetap (95.000 x Rp 2.526,3) Rp. 239.998.500 +

. Biaya produksi Rp. 2.082.495.000 +

BTUD Rp. 2.224.981.500


Persediaan akhir (12.500 x 21.921) ( Rp. 274.012.500) +
(Rp1.950.969.000) –
HPP
Laba kotor Rp. 1.169.031.000

7
AKUNTANSI BIAYA
PERTEMUAN KE-6 : PENENTUAN KOS VARIABEL
NURJANNA, SE.M. Ak

Biaya operasi :

Biaya administrasi dan umum


* Variabel (40% x 72.000.000) = Rp. 28.800.000
* Tetap (60% x 72.000.000) = Rp.43.200.000 +
Rp.72.000.000

Biaya Pemasaran
* Variabel (60% x 55.000.000) = Rp. 33.000.000
* Tetap (40% x 55.000.000) = Rp. 22.000.000 +
Rp. 55.000.000 +

Total biaya operasi (Rp. 127.000.000)

Laba Bersih Rp. 1.042.031.000

. Variabel Costing

INCOME STATEMENT

Penjualan ( 60.000 x Rp. 52.000) Rp.3.120.000.000


HPP
Persediaan Awal ( 6.500 x Rp. 19.394,7 ) Rp. 126.065.550
BBB ( 95.000 x Rp. 8.000 ) Rp. 760.000.000
BTKL (95.000 x Rp. 5.500) Rp. 522.500.000
BOP Variabel (95.000 x Rp 5.894,7) Rp. 559.996.500
Biaya Produksi Rp. 1.842.496.500 +
BTUD Rp. 1.968.562.050
Persediaan Akhir ( 12.500 x 19.394,7) (Rp. 242.433.750) -
HPP Rp. 1.726.128.300

*By Adm & Um Var (40% x 72.000.000) Rp. 28.800.000


*By Pemasaran Var(60% x 55.000.000) Rp. 33.000.000 +
Total Biaya Variabel Rp 1.787.928.300
-
Laba Kontribusi Rp. 1.332.071.700

Biaya Tetap
*BOP Tetap (95.000 x 2.526,3) Rp. 239.998.500
*Biaya Adm & Umum Tetap (60% x 72.000.000) Rp. 43.200.000
*Biaya Pemasaran Tetap (40% x 55.000.000) Rp. 22.000.000 +
Total Biaya Tetap Rp. (305.198.500)

- Laba Bersih Rp. 1.026.873.200

8
AKUNTANSI BIAYA
PERTEMUAN KE-6 : PENENTUAN KOS VARIABEL
NURJANNA, SE.M. Ak

4. Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa laba usaha dengan metode full costing
sebesar Rp. 1.042.031.000,- lebih besar dari pada menggunakan metode variabel costing
sebesar Rp. 1.026.874.200,- Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan dalam
penentuan biaya produksi per unit dimana dalam metode full costing biaya produksi/unit
sebesar Rp 21.921 dan pada metode variabel costing sebesar Rp. 19.394,7, sehingga
berpengaruh pada nilai persediaan awal dan persediaan akhir pada kedua mertode tersebut,
yang pada akhirnya menyebabkan perbedaan pada besarnya laba usaha.

Anda mungkin juga menyukai