Anda di halaman 1dari 25

Pengakuan Pendapatan Penjualan Angsuran Pada Toko Obat UD

Mandiri Putra Dan Konsinyasi Pada Toko Pesona Cell

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan
Yang dibimbing oleh
Sawitri Dwi Prastiti, S.E., M.Si., AK

Oleh :
1. Haniza Virdiahabib (160422608256)
2. Intan Pratiwi (160422608259)
3. Kamila Rizqi R (160422608324)
4. Yusril Ihza S (160422608291)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
November 2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................i
BAB I Pendahuluan...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II Kajian Teori...........................................................................................3
2.1 Pengertian Konsinyasi........................................................................3
2.2 Keuntungan konsinyasi bagi konsinyi...............................................3
2.3 Pengakuan Laba.................................................................................4
2.4 Hak dan Kewajiban Konsinyi............................................................5
2.5 Pengertian Penjualan Angsuran (Penjualan Cicilan).........................6
2.6 Penetapan Laba Kotor Pada Penjualan Angsuran..............................7
2.7 Kebijakan terhadap piutang yang tak tertagih (gagal bayar).............8
2.8 Bunga Angsuran.................................................................................9
BAB III Pembahasan.......................................................................................10
3.1 Konsinyasi (Pesona Cell).................................................................10
3.2 Bagaimana Hak & Kewajiban pihak yang melakukan Konsinyasi. 11
3.3 Penjualan Cicilan (UD Mandiri Putra).............................................11
3.4 Pengakuan Laba Bruto pada UD Mandiri Putra..............................12
3.5 Kebijakan piutang yang tak tertagih (gagal bayar/kredit macet).....13
3.6 Bunga Angsuran...............................................................................13
BAB IV Penutup...............................................................................................14
4.1 Kesimpulan......................................................................................14
4.2 Saran.................................................................................................15

1
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Seiring perkembangan jaman, tingkat persaingan di dunia bisnis semakin
keras (Ritonga, 2016). Ada beberapa sistem penjualan yang dilakukan oleh
pengusaha untuk tetap terus bertumbuh dan berkembang. Sistem tersebut
diantaranya konsinyasi dan angsuran. Penjualan konsinyasi dapat memberikan
keuntungan bagi pengusaha. Hal tersebut karena penjual dapat menjual barang
dengan modal sedikit atau bahkan tanpa harus mengeluarkan modal, tetapi tetap
dapat mendapatkan laba. Sedangkan penjualan secara angsuran akan menarik
minat para pembeli, sehingga akan meningkatkan penjualan toko.
Dalam makalah ini kami mengambil dua toko yang menerapkan sistem
sistem penjualan konsinyasi dan angsuran. Pertama, toko Pesona Cell merupakan
toko yang berperan sebagai konsinyi (konsignee) di bidang perdagangan
elektronik berupa handphone. Pesona Cell berada di Jalan Mayjend, Jl. M.T
Hariono. No 138, Dinoyo Kecamatan, Lowokwaru, Kota Malang. Toko ini
didirikan oleh Bapak Lingga sejak tahun 2013. Pesona Cell memiliki 3 orang
tenaga kerja aksesoris (pegawai asli), dan 2 orang promotor. Toko ini menjual
beberapa Merk produk HP yang terdiri dari dua jenis barang dagangan yakni :
barang dagangan yang diperoleh dari kegiatan pembelian dan barang dagangan
yang diperoleh dari hasil perjanjian konsinyasi. Merk HP yang termasuk barang
konsinyasi diantaranya OPPO, VIVO, Samsung, dan Nokia. Kedua, Toko Obat
Pertanian UD Mandiri Putra merupakan toko yang menerapkan sistem penjualan
angsuran. PT UD Mandiri Putra didirikan oleh Bapak Kadi, namun saat ini
kepemilikannya sudah dipindahtangankan kepada anaknya (Mas Prasetyo). PT
UD Mandiri P utra beralamat di Jl, Raya Sumberbrantas No 40, Kec. Bumiaji,
Kota Batu. UD Mandiri Putra berdir sejak tahun 2008 – sekarang. Pada mulanya
toko ini menetapkan aturan yang saklek tentang tingat bunga angsuran. Namun
saat ini, semenjak UD tersebut sudah tidak berbentuk paguyuban tidak lagi
menetapkan tingkat bunga angsuran secara saklek. Bunga angsuran yang
ditetapkan saat ini didasarkan pada tingkat kenaikan harga poduk tersebut.

1
Sistem penjualan konsinyi (konsignee) dan angsuran memiliki aturan dalam
pencatatan akuntansinya. Untuk mengetahui apakah pencatatan akuntansi yang
diterapkan pada kedua toko tersebut sesuai dengan teori akan dibahas lebih lanjut
dalam makalah ini.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana pengakuan laba pada Toko Pesona Cell sebagai
konsignee.
2. Mengetahui bagaimana hak Toko Pesona Cell sebagai konsignee.
3. Mengetahui bagaimana kewajiban Toko Pesona Cell sebagai
konsignee.
4. Mengetahui bagaimana pengakuan laba pada UD Mandiri Putra yang
menjalankan sistem angsuran.
5. Mengetahui kebijakan terhadap piutang yang tak tertagih (gagal
bayar/kredit macet) pada UD Mandiri Putra.
6. Mengetahui bagaimana pemberian tingkat bunga angsuran pada UD
Mandiri Putra.

2
BAB II

Kajian Teori

2.1 Pengertian Konsinyasi


Penjualan konsinyasi melibatkan dua pihak yaitu pihak yang memiliki
barang disebut consignor (Pengamanat) dan pihak yang mengusahakan penjualan
barang disebut consignee (Komisioner) (Simamora,2005). Konsinyasi dapat
diartikan sebagai penjualan dengan cara pemilik menitipkan barang kepada pihak
lain untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang telah diatur dalam perjanjian
(Darsono,2014). Konsinyasi adalah barang dari supplier diberikan kepada pemilik
toko untuk dijual kepada pembeli (Nurjamal,2014). Konsinyasi adalah penawaran
pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan (Marlijianto,2010). Konsinyasi
adalah penjualan dengan cara pemilik menitipkan barang kepada pihak lain untuk
dijualkan dengan harga dan syarat yang telah diatur dalam perjanjian. Jadi dalam
penjualan konsinyasi ada dua pihak yaitu pihak yang menitipkan barang dan pihak
yang dititipi barang.Perjanjian kedua belah pihak tersebut disebut perjanjian
konsinyasi.Perjanjian konsinyasi berisi mengenai hak dan kejawiban kedua belah
pihak (Yendrawati, 2008).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penjualan
konsinyasi adalah penjualan dengan cara pemilik menitipkan barang kepada pihak
lain untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang telah diatur dalam perjanjian.

Menurut Afriyanto (2014) pihak-pihak yang terlibat dalam konsinyasi


adalah :

1. Pengamanat (consignor) adalah pihak yang menitipkan barang atau


pemilik barang. Pengamat tetap mengakui persediaannya di komisioner
selama belum ada laporan penjualan dari pihak komisioner.

2. Komisioner (consignee) adalah pihak yang menerima barang titipan untuk


dijualkan.

2.2 Keuntungan konsinyasi bagi konsinyi


a. Pihak konsinyi terlepas dari risiko kegagalan menjual barang-barang itu
atau dari risiko penjualan dengan rugi.

3
b. Risiko kerusakan imbangan penting fisik dan kegoncangan harga dapat
dihindari. Kedua macam pertimbangan ini penting artinya terutama dalam
perdangan ternak, produk segar, dan produk-produk lainnya yang cepat
rusak.

c. Kebutuhan-kebutuhan modal kerja berkurang, penetapan harga pokok


persediaan barang konsinyasi dilakukan oleh pihak konsinyor.

d. Komsioner tidak mengeluarkan biaya operasi penjualan konsinyasi karena


semua biayaya akan diganti/ditanggung oleh pengamanat

e. Komisioner berhak mendapatkan komisi dari hasil penjualan barang


konsinyasi.

2.3 Pengakuan Laba


Pada prinsipnya pendapatan penjualan konsinyasi dapat diakui ketika pihak
konsinyi dapat menjual barang konsinyasi pada pihak ketiga. Apabila pihak
konsinyor/pengamanat membutuhkan laporan penjualan atas barang konsinyasi,
maka konsinyi harus melakukan pencatatan secara terpisah dari transaksi
penjualan biasa. Bagi pihak konsinyor, jika laba atas penjualan barang konsinyasi
harus ditetapkan sendiri, maka rekening barang-barang konsinyasi dibebani oleh
harga pokok penjualan barang yang dikirimkan kepada konsinyi dan beban-beban
yang menyertai pada barang konsinyasi. Apabila pihak konsinyor menghendaki
pencatatan laba pada penjualan konsinyasi digabung dengan penjualan barang
lain, maka pendapatan atas penjualan konsinyasi harus dibukukan dalam perkiraan
yang mengikhtisarkan kegiatan usaha bersama.
Afriyanto (2014) menyatakan ada dua metode yang digunakan untuk
akuntansi penjualan konsinyasi :
1. Metode neto merupakan metode yang melakukan pencatatan transaksi
konsinyasi terpisah dengan transaksi penjualan biasa. Menurut Arifin
(2002:160), apabila konsinyi melakukan pencatatan transaksi konsinyasi
dengan menggunakan metode terpisah, maka konsinyi akan membuat
rekening untuk menampung seluruh transajsi barang konsinyasi. Sesaat
sebelum melaporkan ke pengamanat komisioner terlebih dahulu
menghitung pendapatan komisi. Komisioner bisa hanya mengirim laporan

4
konsinyasi saja ke pengamanat, sedangkan uangnya dikirim beberapa
waktu berikutnya, jadi saat mengirim laporan kepada komisioner timbul
utang pengamanat. Selain itu, komisioner juga bisa langsung mengirim
laporan konsinyasi beserta uang ke pengamanat (Yendrawati:2008:90-91).
2. Metode bruto merupakan metode yang melakukan pencatatan transaksi
konsinyasi secara tidak terpisah dengan transaksi penjualan lainnya.
Menurut Yendrawati (2008:94) Pendapatan dan biaya yang berhubungan
dengan kegiatan konsinyi dicatat seperti halnya dengan pendapatan dan
biaya yang berhubungan dengan penjualan biasa. Konsinyi hanya
membuat jurnal saat mengeluarkan biaya yang berhubungan dengan
kegiatan konsinyasi, saat penjualan barang dan saat mengirimkan laporan
konsinyasi ke konsinyor serta saat mengirimkan uang ke konsinyor. Semua
beban yang dikeluarkan oleh konsinyi akan ditanggung oleh konsinyor dan
akan di debit ke rekening hutang kepada konsinyor. Dengan demikian,
saldo kredit dalam rekening utang akan menunjukkan besarnya jumlah
yang harus disetorkan kepada konsinyor.
2.4 Hak dan Kewajiban Konsinyi
a. Hak
Komisioner (Consignee) memiliki beberapa hak dalam penjualan konsinyasi
yaitu :
1) Pihak komisioner (Consignee) berhak memperoleh penggantian atas
pengeluaran yang dibutuhkan yang berkaitan dengan barang konsinyasi.
2) memperoleh imbalan atas penjualan produk konsinyasi.pengeluran yang
dibutuhkan tergantung pada sifat ataupun jenis produk konsinyasi, yang
meliputi pengangkutan, asuransi, pajak, penyimpanan, penanganan,
reparasi di bawah garansi, dan beberapa pengeluaran lain yang biasanya
ditanggung olehpihak pengamanat
b. Kewajiban
Sebagai penerima amanat dalam penjualan konsinyasi, komisioner (Consignee)
memiliki beberapa kewajiban yang harus dipenuhi, diantaranya:
1) Pihak komisioner harus melindungi barang-barang pihak pengamanat
dengan cara yang baik. Jika pihak komisioner telah menerima instruksi

5
khusus, maka ia harus melaksanakanya dengan baik untuk menghindari
kewajiban.
2) Pihak komisioner harus menjual barang konsinyasinya dengan harga yang
telah di tentukan atau jika tidak ada ketentuan mengenai harga, bahwa
pihak komisioner harus menjual barang konsinyasi dengan harga yang
memuaskan kepentinganpihak pengamanat.
3) Pihak komisoner harus mengirimkan laporan berkala mengenai kemajuan
penjualan barang konsinyasi. Laporan ini berisi informasi mengenai
barang konsinyasi yang diterima, barang konsinyasi yang dijual, harga
jual, biaya penjualan, jumlah yang terhutung, dan jumlah (uang) yang
dikirim.
2.5 Pengertian Penjualan Angsuran (Penjualan Cicilan)
Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian
dimana pembayarannya dilakukan secara bertahap, yaitu :
1. Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, penjual
menerima pembayaran pertama sebagian dari harga penjual.
2. Sisanya diberikan dalam beberapa kali angsuran.
Penjualan harta benda tak bergerak seringkali dilakukan berdasarkan
rencana pembayaran yang ditangguhkan, dimana pihak penjual
menerima uang muka (down payment) dan sisanya dalam bentuk
pembayaran angsuran selama beberapa tahun.
Untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak
ditepatinya kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka terdapat beberapa
bentuk perjanjian (kontrak) penjualan angsuran sebagai berikut :
1. perjanjian penjualan bersyarat (cuonditional sales contract) hak atas harta
benda dapat ditahan oleh pihak penjual sampai seluruh harga beli dibayar
oleh pihak pembeli.
2. Penyerahan hak atas harta benda yang terkena hak pegang atau hipotik, pada
saat perjanjian ditanda tangani dan pembayaran pertama telah dilakukan, hak
milik dapat diserahkan kepada pembeli, tetapi dengan menggadaikan atau
menghipotikkan untuk bagian harga penjualan yang belum dibayar kepada si
penjual.

6
3. Penyerahan hak kepada trustee (wali) hak atas harta benda dapat diserahkan
kepada suatu trustee (wali) sampai pembayaran menurut kontrak diselesaikan.
4. Persetujuan beli sewa (lease purchase) harta benda dapat dikontrak sewakan
sampai seluruh harga beli dibayar oleh pihak pembeli. Setelah dibayar, maka
hak atas harta benda ini beralih ke pihak pembeli.
2.6 Penetapan Laba Kotor Pada Penjualan Angsuran
Ada dua pendekatan umum yang dapat diambil pada penetapan laba kotor
atas penjualan cicilan: (1) laba kotor dapat dikaitkan dengan periode penjualan
yang terjadi, (2) laba kotor dapat dikaitkan dengan periode penagihan per kas atau
kontrak cicilan.
a. Laba kotor dalam periode penjualan
Penjualan cicilan dapat dipandang sebagai transaksi dengan penanganan
seperti penjualan biasa. Laba kotor dapat kita tetapkan pada saat penjualan, saat
dimana barang-barang ditukarkan dengan klaim yang secara hokum dapat
dipaksakan terhadap pelanggan atau konsumen. Prosedur ini membutuhkan
penetapan semua beban yang menyangkut penyelenggaraan penjualan piutang tak
tertagih, pada saat penjualan. Hal ini dilakukan dengan jalan mendebit perkiraan
beban yang bersangkutan dan mengkredit masing-masing pengalamannya yang
tersendiri dalam kontrak cicilan. Penetapan laba kotor atas penjualan cicilan
dalam periode dimana penjualan itu terjadi relative mudah diterapkan dan sehat
dari sudut teori.
b. Penetapan laba kotor dalam periode penagihan per kas
Penjualan cicilan dapat dipandang sebagai transaksi kusus dengan
penanganan laba kotor yang dilakukan dalam periode penagihan piutang cicilan
dan bukan dalam periode dimana piutang ini timbul. Arus masuk kas, kemudian
menjadi kriteria penetapan pendapatan. Pada penggunaan pendekatan ini, kita
dapat menempuh beberapa prosedur alternative. Rencana penjualan cicilan yang
harus ditempuh, harus dipertimbangkan dengan seksama untuk memilih prosedur
pengukuran laba bersih yang memuaskan. Prosedur penetapan laba kotor dalam
periode penagihan per kas adalah:
- Penagihan dipandang sebagai perolehan kembali harga pokok penagihan per
kas atas kontrak penjualan cicilan terutama menyatakan perolehan kembali

7
harga pokok. Setelah harga pokok diperoleh kembali, maka semua
penagihan berikutnya dianggap sebagai laba.
- Penagihan dipandang sebagai realisasi laba. Penagihan dapat dipandang
terutama sebagai realisasi laba kotor atas kontrak penjualan cicilan. Setelah
seluruh laba atas transaksi ditetapkan, maka semua penagihan per kas
berikutnya dianggap sebagai perolehan kembali harga pokok. Prosedur ini
dalam banyak hal dipandang tidak begitu konservativ di tilik dari
kemungkinan, bahwa ketidakmampuan bayar dan pemilikan kembali atas
masa laku kontrak akan mengganggu margin laba awal.
- Penagihan dipandang sebagai perolehan kembali harga pokok dan realisasi
laba. Setiap penagihan atas kontrak penjualan cicilan dianggap, baik sebagai
perolehan kembali harga pokok maupun sebagai realisasi laba dalam rasio
dimana kedua faktor ini terdapat dalam harga jual awal. Metode ini
dimaksudkan untuk membagikan laba kotor penjualan cicilan atas masa laku
kontrak cicilan. Biaya yang kontinu atas kontrak cicilan sebanding dengan
laba kotor yang ditetapkan dalam periode berturut-turut. Kegagalan yang
mungkin untuk merealisasi seluruh jumlah laba kotor, dalam hal pihak
pembeli tidak mampu untuk membayar, harus diperhitungkan.
2.7 Kebijakan terhadap piutang yang tak tertagih (gagal bayar/kredit
macet)
Apabila si pembeli gagal untuk memenuhi kewajibannya seperti yang
tercantum di dalam surat perjanjian penjualan angsuran, maka barang yang
bersangkutan ditarik dan dimiliki oleh si penjual. Dalam hal ini pencatatan , yang
harus dilakukan dalam buku-buku penjual akan menyangkut:
a. Pencatatan pemilikan kembali barang dagangan.
b. Menghapus saldo piutang penjualan angsuran tersebut atas barang
tersebut.
c. Menghapus saldo laba kotor yang belum tersealisasi atas penjualan
angsuran yang bersangkutan.
d. Pencatatan keutungan atau kerugian karena pimilikan kembali barang
tersebut.

8
Ketidakmampuan membayar atas kontrak penjualan cicilan dan pemilikan
kembali barang yang telah dijual membutuhkan sebuah ayat jurnal dalam buku
pihak penjual, yang melaporkan barang dagangan yang diperolehnya kembali,
yang membatalkan piutang usaha cicilan beserta saldo laba kotor yang
ditangguhkan , dan yang mencatat keuntungan atau kerugian atas pemilikan
kembali barang ini. Sebagaimana halnya dengan barang yang diperoleh kembali
pada penjualan cicilan dengan tukar tambah, barang yang dimiliki kembali karena
tidak dibayar harus dicatat dengan suatu nilai, yang memungkinkan perusahaan
memperoleh laba kotor normal atas penjualannya kembali.
2.8 Bunga Angsuran
Kontrak penjualan cicilan seringkali menetapkan beban untuk bunga atas
saldo yang terhutang. Meskipun bunga dicakup dalam pembayaran, penggunaan
metode cicilan yang yang diperlukan jika hanya sebagian dari pembayaran yang
mengurangi saldo pokok perkiraan. Beban usaha cicilan harus dipertimbangkan
dalam menghitung laba kotor yang direalisasi. Bunga biasanya bisa dibayar
bersama-sama dengan pembayaran cicilan yang mengurangi jumlah pokok.

Persetujuan untuk pembayaran bunga berkala pada umumnya mengambil


salah satu dari bentuk sebagai berikut ini :

1. Bunga dihitung atas saldo pokok yang terhutang antara periode cicilan.
Bunga yang dihitung dengan cara ini kadang-kadang disebut bunga jangka
panjang (long-end in te rest)
2. Bunga dihitung atas masing-masing cicilan yang harus dibayar dari
tanggal kontrak penjualan cicilan ditandatangani sampai tanggal
pembayaran pembayaran cicilan. Bung Yng dihitung dengan cara ini
disebut bunga jangka pendek (short-end interest)
3. Pembayaran berkala dalam jumlah yang sama dan menyatakan bunga atas
saldo pokok yang terhutang antara periode cicilan , sisanya merupakan
pengurangan dalam saldo pokok.
4. Bunga sepanjang periode pembayaran dihitung atas pokok semula.

9
BAB III
Hasil dan Pembahasan

3.1 Konsinyasi (Pesona Cell)


Pesona cell melakukan perjanjian konsinyasi dengan 4 merk dagang HP, yaitu
OPPO, VIVO, Samsung, dan Nokia. Dalam melakukan perjanjian konsinyasi,
Pesona Cell berperan sebagai konsinyi/ consignee yang bekerjasama dengan
perusahaan OPPO dan VIVO. Untuk produk bermerk Samsung dan Nokia, Pesona
Cell hanya menerima produk dengan garansi TAM. TAM merupakan garansi
resmi smartphone di Indonesia. Pelaporan barang terjual dilakukan secara tidak
terpisah antara barang konsinyasi dengan penjualan milik toko. Pelaporan barang
yang terjual dilakukan setiap terdapat transaksi dan konsinyi membuat bukti
penjualan atas barang yang telah terjual. Pada saat barang konsinyasi diterima dari
pihak konsinyor, barang konsinyasi tersebut tidak dicatat oleh konsinyi dalam
memorandum melainkan hanya menyimpan salinan penyerahan barang sebagai
dasar pencatatan.
Terdapat dua metode dalam pencatatan penjualan konsinyasi, yaitu
pencatatan secara terpisah dan tidak terpisah. Pencatatan pada Pesona Cell
dilakukan dengan metode tidak terpisah, jadi laba atau rugi dari penjualan
konsinyasi tidak dipisahkan dengan laba atau rugi dari penjualan lainnya. Hal ini
mengakibatkan pada akhir periode perusahaan tidak dapat mengetahui berapa
laba atau rugi yang diperoleh dari penjualan konsinyasi dan laba atau rugi dari
penjualan biasa. Pemisahan antara barang milik sendiri dengan barang konsinyasi
berupa kode IME yang tertera pada setiap kemasan produk, sedangkan komisi
yang akan diterima oleh konsinyi adalah antara 5% dari setiap penjualan.
Pencatatan pada ilmu akuntansi dalam perjanjian konsinyasi adalah konsinyor
mengirimkan barang dagangan kepada konsinyi dan setuju untuk menjual dan
menjaga barang tersebut, jadi dalam hal ini pihak pesona cell selaku konsinyi
tidak mengeluarkan uang pengiriman atau biaya angkut untuk produk. Biaya
pengiriman untuk produk OPPO dan VIVO seluruhnya ditanggung oleh pihak
konsinyor yaitu OPPO and VIVO Corp. Dan konsinyasi dengan produk merk
Samsung dan Nokia biaya pengiriman ditanggung oleh TAM.

10
3.2 Bagaimana Hak dan Kewajiban pihak yang melakukan Konsinyasi
Sistem perjanjian konsinyasi antara konsinyi dengan konsinyor adalah pihak
konsinyi diwajibkan untuk membayar produk yang akan dijadikan sebagai barang
konsinyasi dengan perjanjian bahwa apabila barang tersebut tidak laku terjual,
maka pihak konsinyi dapat menarik kembali modal yang telah disetorkan pada
pihak konsinyor. Jadi, persediaan sudah berada di tangan pihak konsinyi,
persdiaan ini dihitung sebesar harga jual barang konsinyasi dikurangi dengan
komisi yang diberikan konsinyor. Pihak konsinyi dengan pihak konsinyor
melakukan perjanjian tertulis yang antara lain berisi beberapa ketentuan atau
kesepakatan yang harus dijalankan selama pelaksanaan penjualan konsinyasi.
Salah satu kewajiban dari pihak pesona cell selaku konsinyi adalah menyediakan
tempat untuk barang konsinyasi serta menjaga agar barang konsinyasi itu tidak
rusak atau lecet.
3.3 Penjualan Cicilan (UD Mandiri Putra)
UD Mandiri Putra menerapkan sistem penjualan kredit untuk membantu
masyarakat sekitar dalam meringankan beban pembelian obat-obatan pertanian.
Oleh karena itu sifat kredit yang ditetapkan pada UD Mandiri Putra merupakan
kredit longgar. Siapa saja dapat mendapatkan kredit cukup dengan asas
kepercayaan antar penjual dan pembeli. Namun, meskipun menerapkan sistem
kredit longgar, UD Mandiri putra secara tidak langsung tetap mengikuti beberapa
prinsip pemberian kredit diantaranya :
a. Karakter : UD Mandiri melihat sifat dan kebiasaan konsumen yang sudah
menjadi pelanggan. Sehingga kredit ini tidak diberikan kepada konsumen
baru.
b. Jaminan : UD Mandiri menetapkan adanya jaminan ketika hutang konsumen
telah mencapai diatas Rp 10.000.000. Adapun jaminan yang bisa diambil
adalah sertifikat tanah dan BPKB.
Jangka waktu kredit yang ditetapkan oleh UD Mandiri Putra adalah satu kali
panen, yaitu sekitar 3-4 bulanan saja. Hal ini dikarenakan ada asumsi dari UD
Mandiri Putra bahwa pada saat panen petani dapat melunasi seluruh hutangnya.
Selain itu, waktu cicilan/angsuran juga tidak ditetapkan waktunya, jadi petani/
konsumen dapat mengangsur kapan saja dalam jangka waktu yang ditetapkan (3-4

11
bulan). Selain itu, terdapat batas minimal pembelian konsumen dapat melakukan
kredit yaitu minimal Rp 100.000 dan besarnya pembayaran DP tidak ditentukan
berapa persennya, tetapi memang harus ada DP, meskipun disesuaikan dengan
kemampuan konsumen.
Apabila terdapat keterlambatan pelunasan, maka konsumen dapat meminta
tenggang waktu untuk melunasinya. Dalam penagihannya biasanya UD Mandiri
putra memberikan pemberitahuan melalui sms, telepon, dan bisa ditagih langsung
ke rumah konsumen. Terdapat beberapa hal penting dalam sistem penjualan
cicilan (angsuran) yaitu :
1) Bagaimana pengakuan laba?
2) Bagaimana pengakuan ketika gagal bayar (kredit macet)?
3) Bagaimana bunga angsuran?

3.4 Pengakuan Laba Bruto pada UD Mandiri Putra


Suatu usaha tidak lepas dari tujuan untuk mendapatkan laba. Seingga suatu
usaha akan menetapkan metode terbaik dapal mengakui laba mereka. Adapun
metode pengakuan laba yaitu, secara accrual dab instalment. Namun di UD
Mandiri Putra sama sekali tidak melakukan pencatatan atas penjualannya.
Sehingga mereka tidak pernah tahu berapa laba yang telah mereka peroleh dari
hasil penjualan tersebut. Hal ini disebabkan karena penjualan obat-obatan
pertanian ini merupakan usaha tambahan disamping dari penjualan kentang. Dan
pencatatan yang secara utuh/lengkap hanya dilakukan pada penjualan kentang.
Karena, penjualan kentang memiliki peranan yang sangat dominan di UD Mandiri
Putra dalam menghasilkan laba/keuntungan dalam jumlah besar. Namun penjualan
kentang tidak dilakukan secara angsuran, karena UD Mandiri Putra harus
memutar uang dari pembeli untuk kembali membeli dagangan dari petani.
Sedagkan, petani membutuhkan pencairan hasil penjualan kentang yang cepat
untuk kembali membiayai penanaman berikutnya.
Sedangkan untuk mengetahui persediaan obat-obatan dan pupuk pertanian,
mereka hanya melihat jumlah persediaan yang nampaknya akan segera habis,
kemudian segera membeli/ menyetok obat tersebut. Hal tersebut juga dilakukan
tanpa menggunakan pencatatan khusus. Sedangkan untuk pembelian persediaanya
pun dilakukan secara tunai.

12
3.5 Kebijakan piutang yang tak tertagih (gagal bayar/kredit macet)
Untuk beberapa jenis produk elektronik atau benda tahan lama lainnya,
ketika terjadi gagal bayar atau kredit macet. Toko dapat mengakui kembali produk
yang telah dijual dan menghapus piutang tersebut, serta mengakui penurunan nilai
jual produk sebagai kerugian toko atau sebaliknya. Namun pada UD Mandiri
Putra tidak dapat dilakukan pemilikan kembali barang daganga. Hal ini dikarena
obat-obatan pertanian dan pupuk merupakan barang yang habis pakai. Sehingga
ketika terjadi gagal bayar UD Mandiri Putra dapat langsung menghapus piutang
konsumen tersebut dan mengakuinya sebagai kerugian toko, tanpa harus
melakukan pencatatan secara akuntansi.
3.6 Bunga Angsuran
Pada umumnya penetapan bunga ditetapkan berapa persen dari harga jualnya
dan dialokasikan pada setiap periode angsuran. Pada UD Mandiri Putra hal
tersebut tidak berlaku. Hal tersebut dikarenakan UD Mandiri Putra sudah tidak
lagi berbentuk paguyuban yang mengelola dan petani. Bentu paguyuban ini
berlangsung sejak tahun 2008-2014, selebihnya sudah bebentuk toko biasa.
Perubahan bentuk paguyuban menjadi toko biasa ini dikarenakan adanya
pemindahan kepemilikan toko kepada anaknya (Prasetyo).
Saat ini, penetapan tingkat bunga di UD Mandiri Putra sudah tidak lagi
memiliki aturan yang saklek. UD Mandiri Putra memberikan tingkat bunga
berdasarkan kebijakan sendiri. Bisanya bunga tersebut diperoleh karena adanya
peningkatan harga jual produk di pasaran. Misalya pada bulan Januari bapak X
membeli obat A,B,C degan total Rp 500.000. Kemudian, bulan Maret Ia
mengangsur utang tersebut senilai Rp 250.000. seharusnya jika di bulan April pak
X harus melunasi utangnya sebesar Rp 250.000. Tetapi karena di bulan itu
terdapat kenaikan harga sebesar Rp 15.000 untuk produk A, Rp 20.000 untuk
produk B, dan Rp 15.000 untuk produk C, sehingga total kenaikan adalah Rp
50.000. Maka, nominal Rp 50.000 ini yang diakui sebagai bunga atas penjualan
kredit obat. Pada umumnya harga jual obat-obat pertanian memang sering
mengalami kenaikan harga.

13
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dari observasi yang telah dilakukan terkait
dengan penjualan konsinyasi pada toko HP Pesona Cell dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada saat penerimaan barang konsinyasi berupa HP dengan merk Samsung,
Nokia, Oppo, dan Vivo Pesona Cell tidak mencatatnya dalam suatu
memorandum, melainkan hanya menyimpan salinan penyerahan barang
sebagai dasar pencatatan. Pesona Cell dapat mengakui barang konsinyasi
tersebt sebagai persediaan, karena pada awal barang konsinyasi diterima
pihak pesona cell selaku konsinyi telah mengganti dengan uang dengan
perjanjian bahwa apabila barang konsinyasi tersebut tidak laku terjual, maka
uang akan kembali. Persediaan dari barang konsinyasi tersebut dapat diakui
pesona cell sebesar harga jual barang konsinyasi dikurangi dengan komisi
yang diberikan konsinyor. Penjualan konsinyasi tidak dipisahkan
pencatatanya dengan penjualan biasa tetapi karena pada saat penerimaan
barang pesona cell sudah mengakui pembelian dan hutang maka pada saat
penjualan tidak lagi dicatat pembelian dan hutang.
2. Pesona Cell tidak membedakan antara transaksi penjualan konsinyasi dan
transaksi penjualan biasa. Sehingga hasil penjualan konsinyasi tidak dapat
diketahui secara terpisah melainkan tergabung dengan laba/rugi penjualan
biasa.
Berdasarkan hasil analisis dari observasi yang telah dilakukan terkait dengan
penjualan angsurani pada UD Mandiri Putera dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dalam melaksanakan sistem penjualan kredit UD. Mandiri Putera
menggunakan sistem kepercayaan sebagai indikator peberian kredit dan
sistem penjualan kredit termasuk dalam kredit yang bersifat longgar. Artinya,
penjualan kredit/angsuran dilakukan tanpa terkat adanya aturan yang pasti,
karena UD. Mandiri Putera di didirikan untuk membantu para warga sekitar.
Selain itu, dalam melakukan kegiatan penjualan secara kredit atau secara
tunai UD. Mandiri Putera tidak pernah melakukan pencatatan pada setiap

14
transaksi. Akibatnya, UD. Mandiri Putera tidak dapat mengetahui berapa laba
yang telah mereka peroleh dari penjualan yang dilakukan.
2. Dalam melakukan penjualan angsuran/kredit UD. Mandiri Putera beberapa
kali mengalami penjualan kredit yang gagal bayar. Dalam, hal ini UD.
Mandiri Putera tidak dapat mengakui kembali barang yang menjadi penjualan
kredit dikarenakan UD. Mandiri Putera menjual obat-obatan pertanian yang
tergolong barang satu kali pakai. Jadi, apabila terjadi gagal bayar atau kredit
macet UD. Mandiri Putera dapat langsung menghapus piutang dan
mengakuinya sebagai kerugian piutang.
3. Penetapan bunga angsuran pada UD. Mandiri Putera sudah tidak lagi
dilakukan secara saklek atau resmi. Jadi, bunga diberikan ketika pada suatu
produk yang dijadikan sebagai penjualan kredit terdapat kenaikan harga pada
waktu periode penjualan kredit, maka selisih antara peningkatan harga itulah
yang dijadikan sebagai bunga pada UD. Mandiri Putera.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka dapat
diambil saran untuk toko HP Pesona Cell :
1. Apabila Pesona Cell ingin menyajikan persediaan barang konsinyasi
bergabung dengan persediaan milik sendiri dengan asumsi seperti persediaan
barang konsinyasi tersebut diasuransikan, maka sebaiknya pada laporan
neraca diberi catatan khusus yang menunjukkan bahwa sebagian dari total
persediaan pada neraca agar tidak terjadi salah penafsiran dalam neraca.
2. Pesona Cell sebaiknya dalam mencatat laba penjualan menggunakan metode
laba terpisah agar di dalam laporan laba rugi Pesona Cell dapat
mencerminkan keuntungan atau laba dari penjualan konsinyasi dan
keuntungan dari penjualan barang milik pesona cell sendiri.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil


saran untuk UD. Mandiri Putera sebagai berkut :
1. Sebaiknya, dalam melakukan penjualan tunai atau angsuran/kredit UD.
Mandiri Putera selalu melakukan pencatatan pada setiap transaksi agar pada
akhir periode UD. Mandiri Putera dapat menentukan jumlah penjualan serta

15
laba yang diperoleh pada setiap periode yang dapat digunakan untuk
menentukan kebijakan yang akan dibuat terkait dengan kelangsungan usaha
UD. Mandiri Putera.
2. Pemberian kredit atau penjualan secara angsuran akan memberikan risiko
yang besar bagi UD. Mandiri Putera. Salah satu risiko yang sering dihadapi
adalah tidak terbayarnya piutang atau gagal bayar. Untuk mengatasi hal ini,
UD. Mandiri Putera dapat lebih mempertegas peraturan dan ketentuan syarat
pengajuan cicilan.
3. UD. Mandiri Putera dapat menetapkan jumlah bunga yang akan diberikan
untuk setiap penjualan serta syarat dan ketentuan yang berlaku. Hal ini
dilakukan agar pembeli tidak salah dalam menafsirkan informasi yang ada,
walaupun UD. Mandiri Putera dibuat dengan tujuan untuk membantu warga
sekitar, namun alangkah baiknya jika aturan, syarat dan ketentuan dalam
proses penjualan angsuran/kredit ditetapkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Simamora, Maria. 2005.Analisis Penerapan Akuntansi Konsinyasi.Skripsi.


USU.Medan
Yendrawati, Reni. 2008). Akuntansi Keuangan lanjutan I.
Yogyakarta.EKONISIA60
Allan R. Drebin, 1991, Advanced Accounting: Akuntansi Keuangan Lanjutan,
Jakarta : Erlangga.
Somons dan Karrenbrock.1992. Advanced Accounting (Akuntansi
Tinggi).Jakarta:PT Rineka Cipta
Nurjamal, M. Fahmi. 2014. Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan
Konsinyasi Pada SNSD Shop. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.
Marlijanto, Sonny D. 2010.Konsinyasi Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum. Tesis.Universitas diponegoro. Malang
Afriyanto. 2014. Akuntansi Keuangan Lanjuatan I. Modul. Rokan Hulu
Hidayat, Andri K. 2014. Analisis Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Atas
Transaksi Konsinyasi Sesuai Dengan Konsep Penyerahan.
Skripsi.Universitas Indonesia. Depok
Arifin, Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan, (Yogyakarta: Leberty Yogyakarta,
1999), Ed. Ke-3, Cet. Ke-1, h. 147-148.
Dwi. 2013. Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 , (Malang : Universitas Negeri
Malang)

17
Lampiran-Lampiran
1. Transkrip Hasil Wawancara
a. Konsinyasi (Toko Pesona Cell)
A : Selamat siang, Dengan mas siapa?
R : Jimmy
A : Langsung saja kami mulai wawancaranya ya mas?
R : iya
A : Kalau pemilik toko ini siapa mas?
R : Pak Lingga
A : Orangnya yang mana mas?
R : Kalau orangnya sudah jarang datang mbak.
A : Orangnya asli mana?
R : Asli Malang
A : Alamtnya dimana kalau Pak Lingga?
R : Sawojajar
A : Kalau toko ini berdiri sejak kapan mas?
R : Lumayan lama sih mbak.
A : Dari tahun berapa mas?
R : 2013, tahun 2013-2014 tokonya di sampig optik situ mbak.
A : Oh ini punya 2 cabang berarti mas?
R : nggak dulu kan sewa di situ, masa waktunya habis, kemudian sewa di sini.
A : Jam buka tokonya jam berapa mas?
R : Jam 9 pagi sampai jam 10 malam.
A : Oh iya, kalau di sini ini semua barang beli sendiri kemudian dijual (kulakan), atau ada
barang yang titipan?
R : iya sih mbak ada beberapa barang titipan, yang kita jualain itu lho mbak. Jadi, kita
kayak reseller gitu dari PT TAM (PT Teletama Artha Mandiri). Jadi yang garansi TAM
kayak Samsung dan Nokiakita dapat patokan harga dari sana. Jadi, kita Cuma bantuin
jualan gitu aja.
A : Oh, jadi sebagian itu sudah milik toko?
R : Iya, jadi sebagian kayak xiaumi kita itu gambling mbak.
A : Gambling itu apa?
R : Jadi, kita beli ngebom saat harga murah, seumpama kan kala xiaumi ini mengikuti
market. Jadi, kalau permintaan barangnya susah harganya naik, kalau misalnya banyak
dan peminatnya jarang jadi murah harganya.

18
A : itu nyetok banyak gitu?
R : Iya, di toko-toko kan juga sama kayak gitu. Nyetok banyak, terus kita kan kayak gini
beli-beli sendiri, jadi ini murni milik toko. Memang ada beberapa yang titipan, tapi
kebanyakan kita beli sendiri. Jadi kalau udah harga ambilnya itu sama atau lebih mahal
dari harga jual barang , ya otomatis kitas rugi. Cepet muternya kalau tipe-tipe yang kayak
gini, beda kalau sama Oppo, VIVO kan dari pusatnya sudah ada hargan resmi segini, jadi
setiap toko itu sama.
A : Kalau yang titipan inin tadi kan ada garansinya, kemudian kalau yang HP lainnya ini?
R : Sama, mendapat garansi juga.
A : yang nanggung ?
R : Ya TAM. Cuman di TAM malang sini dia nggak ngambil kayak Xiaumi ini. Jadi
TAMnya ini masuknya langsung ke Me Store.
A : TAMnya ini maksudnya gimana?
R : TAM itu resmi Indonesia ya kan garansi resmi Indonesia, kan kalau Xiaumi ada
banyak, ada garansi blesipi , terus ada bsell, ini SO, jadi ada macem-macem. Kalau yang
resmi itu garansinya TAM kayak gini ada logonya. Ini resmi, harganya pasti lebih tinggi
ketimbang dari yang garansi distributor yang selain TAM. Tapi kalau samsung itu kita
ambil yang TAM tok. Ini ada beberapa tipe juga yang nggak dimasukkin sama TAMnya
kayak IFON, jenis IFON 6S itu di TAM nggak ada. Jadi yang ada IFON 6s+ dan 6. untuk
Samsung hanya yang harganya mahal-mahal.
A : Yang dititipin di sini barangnya merk apa saja?
R : OPPO, VIVO, Samsung, sama Nokia.
A : Kalau perjanjian dengan pihak konsinyornya bagaimana? Apakah ada perjanjian
tertulis?
R : Kalau seharusnya sih ada mbak, tapi kami tidak tahu
A : Kalau barang yang dititipin ini biasanya berapa lama, kalau misal nggak terjual itu
jangka waktunya berapa lama harus dikembalikan ke perusahaan?
R : Antara 3-6 bulannan mbak
A : Kenapa mas jangka waktunya ditetapkan sekian lama?
R : Itu sudah ketentuan dari pihak perusahaan sana mas.
A : Kalau barang tidak terjual, ketika dikembalikan toko akan ditukar dengan barang baru
atau ?
R : Cashback.
A : Oh, jadi ini walaupun nitip tapi toko harus membeli barang tersebut ya?

19
R : Iya mbak, jadi kita harus membayar 100% di awal, tapi kami ada perjanjian kalau ada
barang yang tidak terjual kami akan mendapat cash back 100% juga.
A : Terus, apakah ada pencatatan antara barang milik toko dan barang titipan?
R : Ada mbak.
A : Nah, itu pencatatan penjualan antara barang titipan dan barang milik toko apakah
terpisah?
R : Nggak mbak.
A : Terus untuk pelaporannya ke pihak penitipanya bagaimana mas?
R : Ini mbak, kan disetiap produk ada kode IMEI nya.
A : Oh, jadi kan pencatatannya dicatat jadi satu, nanti saat laporan ke perusahaan
penitipanya dipilah-pilah gitu mas, atau di hitung satu-satu gitu?
R : Iya mbak.
A : Kalau pengambilan labanya itu bagaimana?
R : Biasanya kalau kita ambil dari TAM itu harganya sama.
A : Maksudnya sama mas?
R : Jadi harga dari TAM itu untuk setiap toko-toko itu sama atau ada patokannya gitu
mbak. Terus kami menjualnya juga harganya diberikan patokan dari sananya, sehingga
kami tidak bisa ambil banyak laba dari sana.
A : Oh, jadi harga jualnya ditetapkan seragam untuk semua toko gitu mas?
R : Iya mbak,
A : Itu kira-kira labanya berapa persen mas yang di dapat toko?
R : kira-kira antara 5% an lah dari setiap produk mbak.
A : Oh iya mas ada nggak biaya angkut?
R : Maksudnya mbak?
A : Biaya kirim barangnya itu siapa yang nanggung mas?
R : Oh kalau untuk OPPO sama VIVO itu pihak promotor yang di sini langsung bawa
produk HP dari perusahaannya, terus kalau untuk Samsung dan Nokia itu yang nanggung
pihak TAT, baru kalau untuk Xiaumi dan yang lainya itu kami yang menanggung.
A : Kalau karyawan di sini ada berapa mas?
R : Kalau yang aksesoris ada 3 dan promotor OPPO ada 1 orang dan VIVO 1 orang
A : Oh, jadi yang asli perkeja toko ada 3 orang?
R : Iya mbak.
A : Terus kalau omset dari penjualan itu biasanya berapa dala satu bulannya mas?
R : Kalau untuk aksesoris biasanya bisa sampai 50-60 juta per bulan. Tapi kalau HP
kemungkinan 20-30 juta an mbak.

20
A : Sudah mas, itu saja terimakasih atas waktu dan kesempatannya.
R : iya, sama- sama mbak.

b. Angsuran (UD Mandiri Putra)


A : toko ini berdiri sudah berapa lama?
R : sudah berdiri dari tahun 2008 dan didirikan atas nama Prasetyo Galih
A: Untuk penjualan angsuran, berapa minimal pembelian produk dan periode
angsuran?
R : Untuk periode angsuran itu sekitar 3-4 bulan atau 1 kali petani panen dengan
batas minimal penjualan adalah Rp. 100.000
A : Untuk penetapan bunga setiap kali angsuran itu berapa persen ?
R : Untuk penetapan bunga kita pakai yang sesuai kebijakan yang dibuat toko,
disini itu kebijakan kita adalah dengan sistem kepercayaan utamannya. Jadi, kita
berani memberikan kredit hanya kepada pembeli yang memang sudah sering
membeli disini dan tidak ada masalah. Kemudian, untuk bungannya pun kita
mengikuti harga pasar atau kenaikan harga produk itu. Misalnya, sekarang bapak
A membeli produk ini dengan harga lima ratus ribu, kemudian dia mengangsur
dua ratus lima puluh ribu setelah 2 bulan berlalu. Kemudian konsumen melunasi
hutangnya setelah 3 bulan berikutnya, nah saat melunasi ini saya memberi
kenaikan harga atas produk itu juga memang harganya naik. Misal naik limapuluh
ribu, maka bapaknya harusnya melunasi tigaratus tibu, yaitu dari duaratus lima
puluh ribu dari kekurangan sebelumnya ditambah kenaikan harga limapuluh ribu
rupiah
A : Apakah terdapat syarat khusus yang harus dipenuhi pembeli ketika
mengajukan cicilan ?
R : Kalau syarat khusus tidak ada kita cuman menggnakan prinsip saling percaya,
namun untuk cicilan dengan produk-produk yang bernilai tinggi atau nominal di
atas Rp. 10.000.000 pembeli diharuskan untuk memberikan jaminan. Jaminan itu
bisa berupa surat tanah, surat rumah, BPKB atau surat-surat berharga lainnya.
A : Terus jaminan berupa surat-surat itu digunakan untuk apa?
R : Ya, surat-surat itu Cuma kita tahan saja. Cuma sebagai jaminan saja.
A : Dalam pelaksanaan penjualan cicilan apakah ada beberapa cicilan yang tidak
terbayarkan?

21
R : Kalau piutang yang tak terbayarkan pasti ada beberapa
A : Terus kalau, bagaimana pengakuannya, apakah langsung dihapuskan atau
dicadangkan ?
R : Kalau ada cicilan yang tak terbayarkan, ya sudah diikhlaskan saja. Jadi,
seumpama ada cicilan yang yang tidak bisa dilunasi oleh pembeli, nanti kita
sendirikan atau golongkan pada kredit macet. Lalu, untuk ke depannya
kemungkinan kita tidak bisa memberikan kredit pada pembeli itu lagi. Jadi,
seperti yang saya bilang tadi disini itu masih menggunakan sistem
kepercayaan.
A : Terus cara untuk menggolongkan antara penjualan tunai dan angsuran
bagaimana ?
R : Kita menggolongkanya lewat nota, jadi setiap ada transaksi kita tidak
mencatatnya dalam memorandum atau sebagainya, jadi kita itu hanya
mencatatnya dalam nota, kemudian nota itu kita ambil salinannya sebagai
barang bukti.
A : Terus untuk penagihan setiap cicilan atau angsuran yang telat bayar seperti apa
?
R : Biasanya, kalau sudah melebihi jangka waktu perjanjian, kami pun cuma bisa
usaha ya seperti mencoba menghubungi via telepon, sms, dll. Tapi kalau
memang sudah tidak bisa di tagih ya itu sudah menjadi risiko kita yang
memang menawarkan penjualan secara kredit. Disini pun kita mengadakan
penjualan dengan sistem angsuran, karena memang tujuan kita salah satunya
untuk membantu para warga, sehingga kami tidak bisa memberikan bunga nya
yang pasti.
A : Untuk pencatatanya bagaimana ?
R : Seperti yang sudah saya katakan tadi, disini itu kita tidak melakukan
pencatatan. Yang paling penting itu, penghasilan dari toko ini masih mampu
untuk diputar sehingga toko ini masih tetap ada begitu.
A : Untuk omset setiap bulan nya kira-kira berapa?
R : Untuk omset biasanya produk obat itu sekitar Rp. 20.000.000 per bulan, kalau
kentang itu biasanya malah melebihi itu. Dulu kan waktu ini masih berbentuk

22
paguyuban, sempat kita jual kentang juga. Nah, justru pada kentang itu kita
lebih sangklek dalam menentukan bunga dan melakukan pencatatan.

2. Lampiran Foto

23

Anda mungkin juga menyukai