PENJUALAN KONSINYASI
MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1
Dr. I. B. Ketut Bayangkara, S.E., M.M.
DISUSUN OLEH KELOMPOK 2
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
Jl. Semolowaru 45 Surabaya 60118 Kota Surabaya
Phone: 031-5931800
2
BAB I
LATAR BELAKANG
Adapun perbedaan yang lain adalah dari segi pengakuan pendapatan dan
persediaan. Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya
pendapatan dan tidak boleh dipakai sebagai kriteria untuk mengakui timbulnya
pendapatan, baik bagi consignor maupun bagi consignee sampai dengan barang dijual
kepada pihak ketiga atau konsumen. Hal yang menyangkut persediaan yaitu barang-
barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan consignor dan pihak consignee
sendiri tidak boleh mencatat dan mempertimbangkan barang- barang konsinyasi itu
sebagai persediaannya.
4
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat
menentukan rumusan masalah yang akan dibahas yaitu tentang bagaimana pencatatan
akuntansi penjualan konsinyasi pada perusahaan dagang yang sesuai dengan teori akuntansi
berlaku umum, baik dengan metode laba terpisah maupun metode laba tidak terpisah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Penjualan
Secara umum definisi penjualan dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang
dilakukan untuk memindahkan suatu produk, baik itu berupa barang ataupun jasa, dari
produsen kepada konsumen sebagai sasarannya. Penjualan merupakan salah satu fungsi
pemasaran yang sangat penting bagi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan
yaitu memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
Penjualan terdiri dari beberapa jenis, antara lain adalah penjualan tunai,
penjualan kredit, dan penjualan konsinyasi. Tujuan utama penjualan yaitu
mendatangkan keuntungan atau laba dari produk yang dihasilkan oleh produsen dengan
pengelolaan yang baik. Dalam pelaksanaannya, penjualan sendiri tidak akan dapat
dilakukan tanpa adanya pelaku yang bekerja didalamnya seperti agen, pedagang dan
tenaga pemasaran.
Pengertian Konsinyasi
Konsinyasi merupakan penjualan barang dengan cara pemilik barang menitipkan
barang kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual dengan memberikan
komisi. Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor atau pengamanat,
sedangkan pihak yang menerima barang disebut consignee atau komisioner. Adapun
pengertian penjualan konsinyasi menurut beberapa ahli, antara lain menurut Halim
(2015:65)
Penjualan konsinyasi adalah penjualan dengan perjanjian, dimana pihak pemilik
barang/consignor/pengamanat menyerahkan barangnya kepada pihak lain, yaitu
consignee/komisioner untuk dijual kepada pihak luar dan pihak consignee mendapatkan
sejumlah komisi dari pihak consignor.
Menurut Yunus dan Harnanto (2013:141)
“Konsinyasi adalah suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang
menyerahkan sejumlah barang tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi
(tertentu)”
Menurut Maria (2011:16)
“Konsinyasi adalah pihak yang memiliki barang menitipkan barangnya kepada pihak
lain untuk dijualkan dengan adanya perjanjian tertentu”
6
“Konsinyasi adalah penjualan dengan cara pemilik menitipkan barang kepada pihak lain
untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang telah diatur dalam perjanjian”.
Menurut Arifin (2002:147)
“Konsinyasi merupakan suatu jenis penjualan dengan cara menitipkan barang dagangan
ke pihak lain untuk dijualkan”.
Berdasarkan beberapa pengertian penjualan konsinyasi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa penjualan konsinyasi adalah penjualan yang dilakukan oleh pemilik
barang (konsinyor) dengan cara menitipkan barang kepada pihak kedua (konsinyi) untuk
dijualkan dengan memberikan komisi kepada konsinyi yang menjualkan barang tersebut
kepada konsumen.
Perjanjian Konsinyasi
Dalam penyerahan barang atas dasar konsinyasi, harus disusun suatu kontrak
(perjanjian) tertulis yang menunjukkan hubungan antara pihak yang menyerahkan dan
pihak yang menerima dalam hal-hal lain yang mencakup syarat kredit yang harus
diberikan oleh pihak konsinyi kepada pelanggan, biaya-biaya yang harus dikeluarkan
oleh pihak komisioner harus diganti oleh pihak konsinyor, komisi atau laba yang harus
diberikan kepada pihak konsinyi, pemeliharaan dan penanganan persediaan barang-
barang konsinyasi dan hasil penjualan konsinyasi, pengiriman uang dan penyelesaian
keuangan oleh pihak konsinyi, dan laporan yang harus dikirimkan oleh pihak konsinyi.
12
Sumber: Arifin
(2002:150)
Gambar Skema Penjualan Konsinyasi
Akuntansi Penjualan Konsinyasi Bagi Pengamanat (Consignor)
Pengamanat (consignor) melaksanakan penjualan secara konsinyasi setelah
mempertimbangkan keuntungan dan juga kerugian, namun selama penjualan konsinyasi
tersebut lebih banyak segi yang menguntungkan dairpada yang merugikan
perusahaannya, maka perusahaan akan terus melaksanakan penjualan konsinyasi.
3 Kas xxx
Penjualan Konsinyasi xxx
Transaksi yang berhubungan dengan penjualan konsinyasi, akan dicatat seperti transaksi
penjualan biasa sehingga pada saat barang konsinyasi tersebut dijual kepada pihak
ketiga, perlu diadakan pencatatan harga pokok penjualan oleh pengamanat. Hal ini
disebabkan karena seakan-akan barang tersebut hanyalah berpindah tempat saja. Hanya
saja dalam hal ini perlu diadakan memorial (pencatatan tersendiri) agar tidak kehilangan
aliran barang konsinyasi tersebut. Masalah lain yang perlu diketahui dalam penggunaan
metode ini adalah bahwa pengamanat tidak menutup rekening pendapatan atau kerugian
dari konsinyasi pada akhir periode transaksi konsinyasi. Jadi, laba atau rugi karena
adanya penjualan konsinyasi tidak dibuatkan jurnal penutup atau tidak ditutup ke
rekening laba-rugi.
3 Kas xxx
Penjualan Konsinyasi xxx
Salah satu alasan komisioner mau menerima barang dari pihak pengamanat
(consignor) dengan harapan akan mendapatkan pendapatan komisi apabila berhasil
menjualkan barang titipan tersebut. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa
barang titipan milik pengamanat tidak boleh diakui sebagai milik komisioner, karena
pada penjualan konsinyasi pada saat pengiriman barang kepada komisioner tidak
disertai dengan perindahan perpindahan hak milik. Meskipun barang titipan tersebut
bukan milik komisioner, namun komisioner mempunyai beberapa kewajiban yang harus
dilaksanakan.
Apabila komisioner menggunakan metode laba terpisah, maka konsinyi harus membuat
rekening barang komisi. Rekening ini akan di debit untuk semua beban yang ditanggung
oleh konsinyor, dan akan di kredit untuk semua hasil penjualan barang-barang komisi.
Saldo debitnya merupakan piutang kepada konsinyor dan saldo kreditnya merupakan
utang kepada konsinyor. Dengan demikian, rekening barang komisi menunjukkan hak
dan kewajiban antara konsinyor dan konsinyi.
Pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kegiatan komisioner dicatat seperti
halnya pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan penjualan biasa atau penjualan
lainnya. Komisioner hanya membuat jurnal saat mengeluarkan biaya yang berhubungan
dengan kegiatan komisioner, saat penjualan barang komisi dan saat mengirimkan
laporan konsinyasi ke pengamanat serta saat mengirimkan uang kepada pengamanat.
Saat penjualan selain mencatat jurnal penjualan juga mencatat utang pengamanat karena
saat komisioner berhasil menjualkan justru timbul kewajiban komisioner untuk
menyerahkan hasil penjualan tersebut kepada pengamanat. Utang komisioner yang
dicatat saat penjualan adalah sebesar hasil penjualan dikurangi pendapatan komisi. Pada
saat komisioner mengeluarkan biaya yang nantinya biaya-biaya tersebut akan digantikan
oleh pengamanat, maka pada saat itu utang pengamanat di debit (mengurangi utang
pengamanat). Pada saat mengirimkan laporan penjualan ke pengamanat, seandainya
tidak disertai uang maka timbul utang pengamanat. Ketika uangnya dikirimkan ke
pengamanat baru utang pengamanat berkurang.
Apabila consignee menggunakan metode laba tidak terpisah, maka setiap terjadi
penjualan dicatat ke dalam rekening penjualan diikuti dengan pengakuan pembelian atau
harga pokok penjualan. Cara pengakuannya dengan mendebit rekening pembelian atau
harga pokok penjualan dan mengkredit hutang kepada consignor. Semua beban yang
dikeluarkan oleh consignee dan ditanggung oleh consignor akan di debit ke rekening
hutang kepada consignor. Dengan demikian, besarnya jumlah yang harus disetorkan
kepada consignor tercermin pada saldo kredit dalam rekening utang kepada consignor.
Pembelian
Hutang Kepada Konsinyor
Pembayaran ongkos Hutang Kepada Konsinyor xxx
angkut Kas xxx
Perhitungan komisi Tidak dijurnal (hanya dicatat
oleh konsinyor)
Pengiriman uang hasil
Hutang Kepada Konsinyor Kas xxx
penjualan dan laporan xxx
hasil penjualan
Sumber: Halim (2015:67)
Akuntansi Penjualan Konsinyasi Bagi Barang-Barang yang Belum Laku Terjual
Dalam pembahasan sebelumnya, diasumsikan bahwa barang konsinyasi telah
terjual semua. Dalam kenyataannya, kadang-kadang barang tersebut masih ada yang
belum terjual sampai dengan pembuatan laporannya kepada pihak consignor. Apabila
hal ini terjadi, maka pihak consignor harus melakukan penyesuaian terhadap semua
beban yang telah dikeluarkan (baik oleh consignor maupun oleh consignee) yang
melekat pada barang tersebut. sehingga nilai persediaan akhir barang tersebut adalah
sebesar harga pokoknya ditambah dengan beban-beban yang terjadi dan menjadi
hak/bagian persediaan barang akhir tersebut.
Perhitungan Alokasi Harga Pokok Penjualan dan Beban-Beban Pada Barang yang
Laku Terjual dan Belum Laku Terjual
Jumlah Jumlah yang
Jumlah yang
Uraian yang Belum
Dikirim
Terjual Terjual
(1) (2) (3) (4)
HPP Konsinyasi xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Ongkos Kirim xxx xxx xxx
Beban Asuransi Pengiriman xxx xxx xxx
Beban Promosi
Jumlah xxx xxx xxx
Sumber: Halim (2015:75)
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A. CONSIGNEE-CONSIGNOR
Perusahaan Merak Jaya (CONSIGNEE/KOMISIONER) di Malang bergerak
dalam perdagangan Sepeda. Sepeda-sepeda tersebut merupakan barang titipan dari
perusahaan PT Polygon (CONSIGNOR/PENGAMANAT) di Sidoarjo. Perjanjian
penjualan komisinya yang dibuat adalah sebagai berikut:
1. Komisi penjualan dibagi consignee/komisioner sebesar 30% dari hasil
penjualan.
2. Harga jual barang tersebut ditetapkan Rp 1.200.000/Unit.
3. Semua harga yang dikeluarkan untuk menjual barang itu ditanggung oleh
consignor/pengamanat.
4. Pihak consignee/komisioner diberi kebebasan untuk melakukan cara
penjualan, yaitu tunai atau kredit. Namun, tanggung jawab pengumpulan
piutang sepenuhnya ditanggung pihak consignee/komisioner.
5. Setiap akhir bulan, consignee/komisioner harus membuat laporan dan
mengirimkan uangnya kepada consignor/pengamanat.
Berikut transaksi selama bulan Januari 2019:
1. Tanggal 2 Januari 2019 dikirim barang konsinyasi berupa 100 unit sepeda
dengan harga pokoknya Rp 600.000, beban pengiriman Rp500.000.
2. Selama bulan Januari dapat terjual secara tunai 100 unit.
3. Ongkos angkut penjualan lokal sebulan sebesar Rp850.000
Jurnal yang dibuat oleh CONSIGNEE baik secara terpisah maupun secara
tidak terpisah dari penjualan regulernya tampak sebagai berikut:
Pencatatan Secara Terpisah Pencatatan Secara Tak Terpisah
Tanggal Transaksi
Uraian Debet Kredit Uraian Debet Kredit
02-Jan 1. Penerimaan barang komisi tidak dijurnal tidak dijurnal
Kas Rp 120.000.000
Kas Rp 120.000.000 Penjualan Rp 120.000.000
Januari
5. Penjualan 1.250 unit sepeda Tidak dijurnal Hutang Kepada Consignor Rp 1.050.000.000
Unit x Harga Jual = 1.250 x Rp 1.200.000 = Rp 1.500.000.000
HPP/Pembelian = Penjualan - Komisi 30%
Rp 1.500.000.000 - (Rp 1.500.000.000 x 30%) = Rp 1.050.000.000
*Tabel Perhitungan
Alokasi Harga Pokok Penjualan dan Beban-Beban
kepada 1.250 sepeda yang terjual dan 750 sepeda yang belum terjual
Jumlah yang dikirim 2.000 Jumlah yang terjual 1.250 Jumlah yang belum terjual 750
Uraian 100% 62,50% 37,50%
(2.000 unit = 100%) (1.250/2.000 unit x 100% = 62,50%) (750/2.000 unit x 100% = 37,50%)
(1) (2) (3) (4) = 2 - 3
HPP Konsinyasi per unit Rp 600.000 Rp 1.200.000.000 Rp 750.000.000 Rp 450.000.000
Ongkos Kirim Rp 10.000.000 Rp 10.000.000 Rp 6.250.000 Rp 3.750.000
Beban Asuransi Pengiriman Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 Rp 3.125.000 Rp 1.875.000
Beban Promosi Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 Rp 3.125.000 Rp 1.875.000
Jumlah Rp 1.220.000.000 Rp 762.500.000 Rp 457.500.000
*Tabel Perhitungan
Alokasi Harga Pokok Penjualan dan Beban-Beban
kepada 650 Helios dan 525 Bend yang terjual dan 850 Helios dan 475 Bend yang belum terjual
Sepeda yang Dikirim = 1.500 + 1.000 = 2.500 Sepeda
Sepeda yang Terjual = 650 + 525 = 1175 Sepeda
Sepeda yang Belum Terjual = 850 + 475 = 1325 Sepeda
Jumlah yang dikirim 2.500 Jumlah yang terjual 1.175 Jumlah yang belum terjual 1.325
Uraian 100% 47% 53%
(2.500 unit = 100%) (1.175/2.500 unit x 100% = 47%) (1.325/2.500 unit x 100% = 53%)
(1) (2) (3) (4) = 2 - 3
HPP Konsinyasi Helios Rp 1.500.000 Rp 2.250.000.000 Rp 975.000.000 Rp 1.275.000.000
HPP Konsinyasi Bend Rp 600.000 Rp 600.000.000 Rp 315.000.000 Rp 285.000.000
Ongkos Kirim Rp 12.500.000 Rp 12.500.000 Rp 5.875.000 Rp 6.625.000
Beban Promosi Rp 2.937.500 Rp 2.937.500 Rp 1.380.625 Rp 1.556.875
Jumlah Rp 2.865.437.500 Rp 1.297.255.625 Rp 1.568.181.875
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis, maka kesimpulan
yang dapat diambil mengenai penerapan metode pencatatan akuntansi penjualan
konsinyasi pada
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas, saran-saran yang dapat
diberikan, antara lain:
1. Sebaiknya perusahaan melakukan pencatatan atas penjualan konsinyasi dengan
metode yang telah ditentukan, baik dengan menggunakan metode laba terpisah
maupun metode laba tidak terpisah sesuai dengan aturan akuntansi yang berlaku
umum. Walaupun hasil perhitungan laba yang diperoleh dengan menggunakan
kedua metode tersebut, akan tetapi pencatatan dengan metode terpisah lebih baik
digunakan karena lebih efektif dan memudahkan komisioner dalam proses
pengecekan, serta pembuatan laporan keuangan.
2. Sebaiknya perusahaan tidak mencatat dan memperhitungkan penerimaan barang
konsinyasi sebagai persediaannya, karena meskipun telah terjadi penyerahan
barang kepada konsinyi, hak milik barang konsinyasi tersebut masih dianggap
sebagai persediaan konsinyor sampai barang tersebut terjual kepada konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Aliminsyah. Padji. 2008. “Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan”. Bandung: Yrama
Widya.
Halim, Abdul. 2015. “Akuntansi Keuangan Lanjutan”. Edisi Pertama. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Yendrawati, Reni. 2008. “Akuntansi Keuangan Lanjutan I”. Edisi Kedua. Yogyakarta:
Ekonesia.