Anda di halaman 1dari 33

1

PENJUALAN KONSINYASI
MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1
Dr. I. B. Ketut Bayangkara, S.E., M.M.
DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

Devi Afikasari (1221900016)


Shelly Eka Purya Putri (1221900020)
Elok Tri N A (1221900039)
Natalia Yesi (1221900041)
Kharisma Ade Putri (1221900050)
R. Gita Puspitasari (1221900053)
Jian Haerani (1221900054)
Nila Nirwanda (1221900130)
Irma Wati (1221900149)
Diana Nur Indra (1221900151)
Rika Amalia K (1221900153)

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
Jl. Semolowaru 45 Surabaya 60118 Kota Surabaya
Phone: 031-5931800
2

BAB I
LATAR BELAKANG

Perusahaan adalah organisasi yang melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan


tertentu. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk mendapatkan laba yang optimal agar
dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.
Kelangsungan hidup perusahaan tersebut tentu saja tergantung kepada baik atau tidaknya
manajemen dan sistem-sistem yang ditetapkan oleh perusahaan. Bidang usaha perusahaan
dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, diantaranya perusahaan yang memberikan
suatu pelayanan atau service kepada konsumennya, perusahaan ini yang dikenal sebagai
perusahaan jasa. Terdapat pula perusahaan yang melakukan produksi terhadap barang
yang akan dijualnya, perusahaan ini dikenal dengan perusahaan manufaktur. Selain itu,
perusahaan yang dalam kegiatan usahanya bergerak di bidang perdagangan atau yang
lebih dikenal dengan perusahaan dagang.

Salah satu perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang perdagangan


atau yang lebih dikenal perusahaan dagang melaksanakan kegiatan perusahaannya dengan
melakukan kegiatan jual beli barang dagangan. Perusahaan dagang adalah salah satu
bentuk perusahaan perseorangan, dimana perusahaan tersebut dimiliki, dikelola, dan
dipimpin oleh seseorang yang bertanggung jawab penuh terhadap semua resiko dan
aktivitas perusahaan. Dalam perusahaan dagang aktivitas penjualan memegang peranan
yang sangat penting dalam perusahaan. Penjualan merupakan sumber pendapatan bagi
perusahaan dalam menjual barang dagangannya, keberhasilan perusahaan dilihat dari hasil
usaha perusahaan dalam melakukan penjualan barang dagangan yang ada di perusahaan
tersebut.

Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha perusahaan dagang, salah


satunya adalah pemasaran produk yang tepat untuk mencapai target penjualan yang
diinginkan, faktor ini merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Tidak sedikit
perusahaan yang merasa kesulitan dalam memasarkan barang dagangannya dan belum
lagi dihadapi berbagai masalah, antara lain persaingan dengan perusahaan sejenis, kualitas
produk yang lebih baik, dan sebagainya. Untuk meraih pangsa pasar dan meningkatkan
volume penjualan, maka perusahaan dapat melakukan penjualan dengan berbagai cara,
diantaranya adalah penjualan konsinyasi.
3

Penjualan konsinyasi adalah penjualan barang dengan cara pemilik barang


menitipkan barang kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual dengan
memberikan komisi. Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor atau
pengamanat, sedangkan pihak yang menerima barang disebut consignee atau komisioner.
Penjualan yang dilakukan dengan cara ini lebih memudahkan perusahaan dalam
memasarkan barang dagangannya, hal ini dikarenakan dengan penjualan konsinyasi
banyak pihak yang akan menjadi mitra perusahaan. Penjualan konsinyasi mempunyai
manfaat baik bagi pengamanat maupun bagi komisioner. Bagi pengamanat dapat
bermanfaat untuk lebih mengenalkan produknya ke banyak konsumen, sehingga dapat
memperluas daerah pemasarannya. Bagi komisioner manfaat yang diperoleh yaitu dapat
memperluas daerah pemasarannya. Apabila komisioner tidak berhasil menjualkan barang
titipannya, maka komisioner tidak akan mengalami kerugian sama sekali karena barang
yang tidak laku bisa dikembalikan kepada pengamanat. Perbedaan yang mendasar antara
transaksi penjualan biasa dengan transaksi penjualan konsinyasi, yaitu dalam
hubungannya dengan penyerahan hak atas barang yang bersangkutan. Dalam transaksi
penjualan biasa, hak atas barang berpindah kepada pembeli pada saat penyerahan barang,
sedangkan dalam transaksi penjualan konsinyasi meskipun telah terjadi perpindahan
(penyerahan) barang dan perpindahan terhadap pengelolaan dan penyimpanan barang
kepada consignee, hak milik atas barang yang bersangkutan masih tetap berada pada
consignor. Hak milik barang akan berpindah dari consignor apabila consignee telah
berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga atau konsumen.

Adapun perbedaan yang lain adalah dari segi pengakuan pendapatan dan
persediaan. Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya
pendapatan dan tidak boleh dipakai sebagai kriteria untuk mengakui timbulnya
pendapatan, baik bagi consignor maupun bagi consignee sampai dengan barang dijual
kepada pihak ketiga atau konsumen. Hal yang menyangkut persediaan yaitu barang-
barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan consignor dan pihak consignee
sendiri tidak boleh mencatat dan mempertimbangkan barang- barang konsinyasi itu
sebagai persediaannya.
4

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat
menentukan rumusan masalah yang akan dibahas yaitu tentang bagaimana pencatatan
akuntansi penjualan konsinyasi pada perusahaan dagang yang sesuai dengan teori akuntansi
berlaku umum, baik dengan metode laba terpisah maupun metode laba tidak terpisah.

RUANG LINGKUP PEMBAHASAN


Agar pembahasan dalam makalah ini lebih terarah, maka penulis membatasi ruang
lingkup pembahasan berdasarkan data penjualan konsinyasi pada bulan Januari 2019.
Pembahasan dilakukan terhadap perlakuan akuntansi terhadap penjualan konsinyasi.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Penjualan
Secara umum definisi penjualan dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang
dilakukan untuk memindahkan suatu produk, baik itu berupa barang ataupun jasa, dari
produsen kepada konsumen sebagai sasarannya. Penjualan merupakan salah satu fungsi
pemasaran yang sangat penting bagi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan
yaitu memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan.

Penjualan terdiri dari beberapa jenis, antara lain adalah penjualan tunai,
penjualan kredit, dan penjualan konsinyasi. Tujuan utama penjualan yaitu
mendatangkan keuntungan atau laba dari produk yang dihasilkan oleh produsen dengan
pengelolaan yang baik. Dalam pelaksanaannya, penjualan sendiri tidak akan dapat
dilakukan tanpa adanya pelaku yang bekerja didalamnya seperti agen, pedagang dan
tenaga pemasaran.

Pengertian Konsinyasi
Konsinyasi merupakan penjualan barang dengan cara pemilik barang menitipkan
barang kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual dengan memberikan
komisi. Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor atau pengamanat,
sedangkan pihak yang menerima barang disebut consignee atau komisioner. Adapun
pengertian penjualan konsinyasi menurut beberapa ahli, antara lain menurut Halim
(2015:65)
Penjualan konsinyasi adalah penjualan dengan perjanjian, dimana pihak pemilik
barang/consignor/pengamanat menyerahkan barangnya kepada pihak lain, yaitu
consignee/komisioner untuk dijual kepada pihak luar dan pihak consignee mendapatkan
sejumlah komisi dari pihak consignor.
Menurut Yunus dan Harnanto (2013:141)

“Konsinyasi adalah suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang
menyerahkan sejumlah barang tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi
(tertentu)”
Menurut Maria (2011:16)

“Konsinyasi adalah pihak yang memiliki barang menitipkan barangnya kepada pihak
lain untuk dijualkan dengan adanya perjanjian tertentu”
6

Menurut Aliminsyah dan Padji (2008:77)

Consignment (Konsinyasi) adalah barang-barang yang dikirim untuk dititipkan kepada


pihak lain dalam rangka penjualan dimasa mendatang atau untuk tujuan lain, hak atas
barang tersebut tetap melekat pada pihak pengirim (Consignor). Penerimaan titipan
barang tersebut selanjutnya bertanggung jawab terhadap penanganan barang sesuai
kesepakatan.
Menurut Yendrawati (2008:89)

“Konsinyasi adalah penjualan dengan cara pemilik menitipkan barang kepada pihak lain
untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang telah diatur dalam perjanjian”.
Menurut Arifin (2002:147)

“Konsinyasi merupakan suatu jenis penjualan dengan cara menitipkan barang dagangan
ke pihak lain untuk dijualkan”.
Berdasarkan beberapa pengertian penjualan konsinyasi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa penjualan konsinyasi adalah penjualan yang dilakukan oleh pemilik
barang (konsinyor) dengan cara menitipkan barang kepada pihak kedua (konsinyi) untuk
dijualkan dengan memberikan komisi kepada konsinyi yang menjualkan barang tersebut
kepada konsumen.

Istilah-Istilah Dalam Akuntansi Konsinyasi


Berikut ini adalah istilah-istilah yang ada dalam akuntansi penjualan konsinyasi
menurut beberapa ahli, diantaranya menurut Halim (2015:65), “Barang-barang yang
dikirim oleh consignor disebut barang konsinyasi (consignment out) dan barang-barang
yang diterima oleh consignee disebut barang komisi (consignment in)”.

Menurut Yunus dan Harnanto (2013:141)

Dari segi konsinyor (consignor) transaksi pengiriman barang-barang kepada konsinyi


(consignee), biasa disebut sebagai “barang-barang konsinyasi” (consignment out),
sedangkan bagi konsinyi, untuk barang-barang yang diterimanya disebut sebagai
“barang-barang komisi” (consignment in).
7

Menurut Arifin (2002:148)

Dalam pembahasan penjualan konsinyasi terdapat beberapa istilah yang bersangkutan


dengan penjualan konsinyasi, yaitu:
1. Pengamanat (consignor), yaitu pihak yang memiliki barang yang dititipkan
kepada pihak lain untuk dijualkan.
2. Komisioner (consignee), yaitu pihak yang menerima titipan barang dari
pengamanat untuk dijualkan.
3. Konsinyasi keluar (consignment-out), yaitu rekening yang digunakan oleh
pengamanat untuk mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan
barang yang dititipkan kepada komisioner.
4. Konsinyasi masuk (consignment-in), yaitu rekening yang digunakan oleh
komisioner untuk mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan
barang-barang milik pengamanat yang dititipkan kepadanya.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pihak yang
menitipkan barang disebut konsinyor, dan pihak yang menerima barang untuk dijualkan
disebut konsinyi. Untuk akun-akun yang digunakan pada pencatatan akuntansi
konsinyasi adalah akun konsinyasi keluar, yaitu akun yang digunakan oleh pihak
konsinyor, sedangkan konsinyasi masuk, yaitu akun yang digunakan oleh pihak
konsinyi untuk mencatat penjualan barang konsinyasi tersebut kepada konsumen.

Karakteristik Transaksi Konsinyasi


Menurut Yunus dan Harnanto (2013:142), karakteristik transaksi konsinyasi
adalah sebagai berikut:
1. Karena hak milik atas barang-barang masih berada pada pengamanat, maka
barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat.
Barang-barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh
pihak komisioner (consignee).
2. Pihak pengamanat (consignor) sebagai pemilik tetap bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang
konsinyasi sejak saat pengiriman sampai dengan saat consignee berhasil
menjualnya kepada pihak ketiga, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian
diantara kedua belah pihak yang bersangkutan.
3. Pihak penerima barang dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban
untuk menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang komisi yang
diterimanya itu.
8

Menurut Ratnaningsih (2002:161), walaupun transaksi penjualan biasa dan


transaksi konsinyasi keduanya menyangkut penyerahan barang dagangan, namun
terdapat perbedaan pokok antara keduanya. Pada transaksi penjualan biasa, penyerahan
barang kepada pembeli diikuti dengan berpindahnya hak atas barang tersebut dari
penjual kepada pembeli, sedangkan pada transaksi konsinyasi, penyerahan barang
dagangan dari pengamanat kepada komisioner tidak berarti perpindahan hak atas barang
tersebut. Perbedaan antara transaksi penjualan biasa dengan transaksi penjualan
konsinyasi berakibat bagi transaksi konsinyasi, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada pendapatan dan juga laba kotor yang diakui pada saat barang
diserahkan oleh pengamanat kepada komisioner. Pengakuan pendapatan terjadi
pada saat barang dagangan tersebut dijual oleh komisioner kepada pihak ketiga,
yang berarti juga hak atas barang berpindah dari pengamanat kepada pihak
ketiga.
2. Barang-barang dagangan yang diserahkan kepada komisioner, tetap dilaporkan
sebagai bagian dari persediaan barang dagangan pengamanat sampai barang
dijual oleh komisioner kepada pihak ketiga.
Menurut Simamora, Maria (2005:16) faktor-faktor yang membedakan pencatatn
penjualan biasa dan penjualan konsinyasi adalah:
1. Barang konsinyasi yang ada pada konsinyi tidak boleh dicatat dalam
persediaanya.
2. Penghasilan tau pendapatan diakui setelah barang konsinyasi terjual kepada
pihak ketiga, yaitu berupa komisi.
Menurut Waluyo (2004:120), beberapa perlakuan yang membedakan penjualan
konsinyasi dengan penjualan lainnya adalah:
1. Hak kepemilikan terhadap barang-barang tersebut masih berada di tangan
konsinyor, barang ini masih dilaporkan sebagai persediaan dalam laporan
konsinyor.
2. Selama barang-barang tersebut belum dapat terjual, baik oleh pihak konsinyor
maupun konsinyi belum dapat diakui adanya pendapatan.
3. Pihak konsinyor tetap bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua biaya
yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi sejak pengiriman sampai
dengan barang tersebut terjual. Kecuali ada perjanjian lain.
4. Komisioner bertanggung jawab untuk menjaga keamanan dan keselamatan
barang-barang yang ditetapkan tersebut.
5. Harga jual ke konsumen tetap terkontrol.
9

Menurut Halim (2015:65), hal-hal yang harus diperhatikan dalam penjualan


konsinyasi adalah sebagai berikut:
1. Pada saat penyusunan laporan keuangan, barang-barang komisi yang ada di
consignee tidak boleh diperhitungkan/diakui sebagai persediaannya.
2. Pengiriman barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan/diakui sebagai penjualan
oleh pihak consignor sebelum barang tersebut terjual kepada pihak luar.
3. Pada saat penyusunan laporan keuangan, barang-barang konsinyasi yang ada di
consignee harus diperhitungkan/diakui oleh pihak consignor sebagai
persediaanya.
4. Semua beban yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi/komisi sejak
saat pengiriman sampai dengan terjual menjadi tanggung jawab pihak consignor.
5. Consignee dalam batas-batas tertentu wajib memelihara dan menjaga
keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya.
Menurut Arifin (2002:147), terdapat perbedaan yang pokok antara transaksi
penjualan konsinyasi dengan transaksi penjualan reguler (penjualan biasa) yaitu:
Perbedaan antara penjualan konsinyasi dan penjualan reguler (penjualan biasa) adalah
mengenai hak milik barang-baang konsinyasi. Meskipun di dalam penjualan konsinyasi
terjadi perpindahan barang dari pengamanat kepada komisioner, namun hak milik
barang-barang tersebut tetap pada pengamanat. Hak milik barang konsinyasi tersebut
baru akan pindah dari pengamanat apabila komisioner sudah berhasil menjual barnag
tersebut kepada pihak ketiga, sedangkan untuk penjualan reguler, hak milik atas barang
akan berpindah kepada pembeli pada saat terjadi transaksi penjualan dan penyerahan
barang.

Keuntungan Penjualan Konsinyasi Bagi Pengamanat (Consignor)


Menurut Yunus dan Harnanto (2013:142) ada beberapa alasan pihak pengamanat
(consignor) memilih penjualan konsinyasi, yaitu:
1. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat
dijamin oleh seorang produsen, pabrikan atau distributor terutama apabila:
a. Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan
produk tidak tertentu dan belum terkenal.
b. Penjualan pada masa-masa yang lalu dengan melalui dealer tidak
menguntungkan.
c. Harga barang menjadi mahal dan membutuhkan investasi yang cukup
besar bagi pihak dealer apabila harus membeli barang-barang yang
bersangkutan.
2. Resiko-resiko tertentu dapat dihindarkan oleh pengamanat. Barang-barang
konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada pihak consignee.
Jadi, lain sifatnya dengan perjanjian keagenan atau dealer.
3. Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh
pengamanat, demikian pula terhadap jumlah barang-barang yang siap dipasarkan
dan stok barang-barang tersebut.
10

Menurut Ratnaningsih (2002:161), keuntungan penjualan konsinyasi bagi


pengamanat atau konsinyor adalah sebagai berikut:

1. Pemasaran Produk yang Lebih Luas.


Komisioner biasanya tidak mau menanggung resiko untuk membeli barang- barang
tertentu, misalnya produk yang cepat menjadi using atau kuno, tetapi mau
menerimanya dengan perjanjian konsinyasi.
2. Pengendalian Atas Harga Jual Kepada Konsumen.
Bila barang dagangan dijual langsung kepada komisioner, pengamanat akan
mengalami kesulitan untuk menentukan dan mengendalikan harga jual barang-
barang tersebut.
3. Resiko Kerugian yang Lebih Kecil Dalam Hal Komisioner Menderita Pailit.
Karena hak atas barang tetap berada di tangan pengamanat, maka pengamanat
mempunyai hak mengambil kembali semua barang yang belum terjual dan hak
untuk menerima hasil penjualan barang pada saat komisioner dinyatakan pailit.
Kreditur komisioner tidak mempunyai ha katas barang- barang komisi yang ada
di tangan komisioner. Keadaan ini berbeda kalau barang-barang tersebut dijual
langsung kepada komisioner.
Menurut Drebin dalam Arifin (2002:148), ada beberapa alasan bagi pengamanat
untuk mengadakan penjualan konsinyasi antara lain:
1. Merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memperluas daerah
pemasaran, terutama untuk barang-barang yang:
a) Merupakan produk baru yang permintaan akan barang tersebut masih
belum dapat diprediksikan,
b) Penjualan melalui dealer tidak menguntungkan pada tahun-tahun lalu,
c) Barang tersebut mahal harganya sehingga dealer memerlukan investasi
yang besar bisa membelinya, dan
d) Fluktuasi harga barang tersebut sangat besar sehingga dealer tidak mau
membelinya.
2. Barang konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada pihak
komisioner sehingga resiko kerugian dapat ditekan.
3. Harga barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh pengamanat, hal ini
disebabkan kepemilikan atas barang tersebut masih di tangan
pengamanatsehingga harga masih dapat dijangkau oleh konsumen. Pengawasan
harga ini akan sulit jika menggunakan sistem penjualan melalui dealer yang
kepemilikan barangnya sudah di tangan dealer itu sendiri.
4. Jumlah barang yang dijual dan persediaan barang yang ada di gudang mudah
dikontrol sehingga resiko kekurangan atau kelebihan barang dapat ditekan dan
memudahkan untuk rencana produksi.
11

Keuntungan Penjualan Konsinyasi Bagi Komisioner (Consignee)


Menurut Yunus dan Harnanto (2013:142) ada beberapa alasan pihak komisioner
(consignee) memilih penjualan konsinyasi, yaitu:
1. Pihak consignee dilindungi dari kemungkinan resiko gagal untuk
memasarkan barang-barang tersebut atas keharusan menjual dengan rugi.
2. Resiko rusaknya barang dan adanya fluktuasi harga dapat dihindarkan.
3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab adanya barang-barang
konsinyasi yang diterima atau ditipkan oleh pihak pengamanat.
Menurut Ratnaningsih (2002:161), keuntungan penjualan konsinyasi bagi
komisioner atau konsinyi adalah sebagai berikut:
1. Menghindari resiko kerugian atas kepemilikan barang.
Barang yang tidak terjual atau menjadi usang atau kuno, rusak atau menurun harga
jualnya dapat dikembalikan kepada pengamanat.
2. Kebutuhan modal kerja yang lebih kecil.
Komisioner tidak berhutang dan tidak melakuakn pembayaran atas barang sampai
barang tersebut terjual. Jadi, modal yang dibutuhkan komisioner akan lebih kecil
apabila barang dagang tersebut diperoleh dengan konsinyasi.
Menurut Arifin (2002:149), alasan bagi komisioner untuk bersedia menerima
titipan barang konsinyasi adalah sebagai berikut:
1. Komisioner tidak dibebani resiko menanggung rugi bila gagal dalam penjualan
barang-barang konsinyasi.
2. Komisioner tidak mengeluarkan biaya operasi penjualan konsinyasi karena
semua biaya akan diganti/ditanggung oleh pengamanat.
3. Apabila terdapat barang konsinyasi yang rusak dan terjadi fluktuasi harga, maka
hal tersebut bukan tanggungan komisioner.
4. Kebutuhan modal kerja dapat dikurangi, sebab komisioner hanya berfungsi
sebagai penerima dan penjual barang konsinyasi untuk pengamant.
5. Komisioner berhak mendapatkan komisi dari hasil penjualan barang konsinyasi.

Perjanjian Konsinyasi
Dalam penyerahan barang atas dasar konsinyasi, harus disusun suatu kontrak
(perjanjian) tertulis yang menunjukkan hubungan antara pihak yang menyerahkan dan
pihak yang menerima dalam hal-hal lain yang mencakup syarat kredit yang harus
diberikan oleh pihak konsinyi kepada pelanggan, biaya-biaya yang harus dikeluarkan
oleh pihak komisioner harus diganti oleh pihak konsinyor, komisi atau laba yang harus
diberikan kepada pihak konsinyi, pemeliharaan dan penanganan persediaan barang-
barang konsinyasi dan hasil penjualan konsinyasi, pengiriman uang dan penyelesaian
keuangan oleh pihak konsinyi, dan laporan yang harus dikirimkan oleh pihak konsinyi.
12

Menurut Ratnaningsih (2002:163), kontrak perjanjian dalam transaksi penjualan


konsinyasi antara lain berisi mengenai:
1. Jumlah dan macam barang yang sudah dibayar oleh pihak komisioner dan akan
diganti oleh pengamanat.
Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh komisioner dalam proses penjualan
konsinyasi akan diganti oleh pengamanat.
2. Bagaimana komisi untuk komisioner harus dihitung.
Dalam hal ini, besar komisi yang akan diperoleh oleh komisioner akan
diperhitungkan oleh pengamanat.
3. Kapan komisi harus dibayar.
Pihak pengamanat dan komisioner akan menentukan tanggal pembayaran komisi
atas hasil penjualan barang konsinyasi yang akan diberikan kepada pihak
komisioner.
4. Tanggung jawab atas penagihan piutang dan kerugian piutang.
Pihak pengamanat dan komisioner akan menentukan tanggung jawab penagihan
piutang yang biasanya akan diberikan kepada pihak komisioner. Selain itu, kerugian
atas piutang ini akan ditanggung oleh pihak komisioner, dan sanksi atas kerugian
piutang ini biasanya berupa pemblokiran barang- barang konsinyasi yang akan
dikirim kepada komisioner. Pemblokiran akan dilakukan selama piutang belum
dibayar oleh komisioner.
5. Syarat-syarat penjualan kepada langganan.
Dalam hal ini ditentukan persyaratan yang diberikan oleh pengamanat atas
penjualan barang yang akan dilakukan oleh komisioner, apakah penjualan barang
konsinyasi akan dilakukan secara tunai atau kredit.
6. Frekuensi laporan dan pembayaran kepada pengamanat.
Pengamanat dan komisioner menentukan jangka waktu penyerahan laporan
penjualan konsinyasi. Selain itu, tanggal pembayaran yang akan dilakukan oleh
komisioner atas barang-barang konsinyasi milik pengamanat.

Akuntansi untuk Penjualan Konsinyasi


Menurut Yunus dan Harnanto (2013:146), penjualan konsinyasi mempunyai 2
(dua) metode pencatatan yang dapat digunakan oleh pihak konsinyi (consignee) dan
pihak konsinyor (consignee), yaitu:
1. Transaksi-transaksi penjualan reguler dan penjualan konsinyasi pencatatannya
terpisah antara laba atas penjualan konsinyasi dan laba dari penjualan reguler.
2. Transaksi-transaksi penjualan reguler dan penjualan konsinyasi pencatatannya
tidak dipisahkan antara laba atas penjualan konsinyasi dan laba dari penjualan
reguler.
Menurut Arifin (2002:149), penjualan konsinyasi mempunyai dua metode
pencatatan yang dapat digunakan oleh pihak pengamanat maupun oleh pihak
komisioner. Dua metode tersebut adalah sebagi berikut:
1. Metode Laba Terpisah
2. Metode Laba Tidak Terpisah
13

Apabila dibuat skema pembahasan penjualan konsinyasi, maka akan tampak


seperti berikut ini:

Metode laba terpisah

Akuntansi konsinyasi untuk pengamanat

Metode laba tidak terpisah

Metode laba terpisah


Penjualan Konsinyasi
Akuntansi konsinyasi untuk komisioner

Metode laba tidak terpisah

Masalah barang konsinyasi yang belum laku terjual

Sumber: Arifin
(2002:150)
Gambar Skema Penjualan Konsinyasi
Akuntansi Penjualan Konsinyasi Bagi Pengamanat (Consignor)
Pengamanat (consignor) melaksanakan penjualan secara konsinyasi setelah
mempertimbangkan keuntungan dan juga kerugian, namun selama penjualan konsinyasi
tersebut lebih banyak segi yang menguntungkan dairpada yang merugikan
perusahaannya, maka perusahaan akan terus melaksanakan penjualan konsinyasi.

Barang konsinyasi milik pengamanat yang dititipkan kepada komisioner


(consignee) mempunyai perlakuan akuntansi, yaitu sebagai berikut:
a. Barang konsinyasi yang dikirim kepada komisioner tidak diikuti dengan
pemindahan hak milik atas barang yang dikirim tersebut sehingga barang
konsinyasi tersebut harus tetap dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat.

b. Pengiriman barang konsinyasi dari pengamanat kepada komisioner bukan


merupakan transaksi penjualan sehingga pada saat pengiriman tersebut tidak
boleh diakui adanya pendapatan.
c. Semua biaya yang berhubungan dengan barang konsinyasi tetap menjadi
tanggung jawab pengamanat sejak barang tersebut dikirim sampai berhasil
dijualkan oleh komisioner kepada pihak ketiga.

Dengan adanya beberapa perlakuan akuntansi terhadap barang konsinyasi untuk


pengamanat tersebut, maka prosedur pencatatan transaksi konsinyasi memerlukan teknik
yang khusus. Adapun metode pencatatan yang dapat dilakukan oleh pengamanat adalah
dengan menggunakan 2 (dua) metode pencatatan, yaitu:
1. Metode laba terpisah
2. Metode laba tidak terpisah
Akuntansi Penjualan Konsinyasi Bagi Pengamanat (Consignor) Dengan Metode
Laba Terpisah
Pencatatan menggunakan metode laba terpisah adalah pencatatan yang dilakukan
dengan memisahkan pencatatan penjualan biasa dengan penjualan konsinyasi. Menurut
Jati (2004:124)
1. Penyerahan barang kepada pihak konsinyi. Pihak konsinyor mencatat
penyerahan barang kepada pihak konsinyi dengan mendebit perkiraan konsinyasi
keluar dan mengkredit perkiraan persediaan, jika untuk saldo persediaan
diselenggarakan sistem persediaan perpetual. Perkiraan pengiriman barang
konsinyasi ditangani sebagai suatu pos pengurang dari jumlah persediaan awal
dan pembelian dalam menetapkan harga pokok barang yang tersedia untuk
dijual. Penyerahan barang dicatat harga pokok kendati harga jual atau harga
tertentu lainnya ditetapkan pada barang-barang pada laporan yang dikirimkan
kepada pihak konsinyi.
2. Beban pihak konsinyor yang ditetapkan pada konsinyasi. Pihak konsinyor
mencatat beban yang berkaitan dengan konsinyasi dengan mendebit perkiraan
konsinyasi keluar dan mengkredit perkiraan kas atau perkiraan kewajiban.
Apabila perkiraan beban semula dibebani dengan beban yang berkaitan dengan
konsinyasi, maka perkiraan konsinyasi keluar di debit dan perkiraan beban di
kredit dengan jumlah yang ditetapkan pada konsinyasi.
3. Beban pihak konsinyi yang ditetapkan pada konsinyasi, penjualan oleh pihak
konsinyi, dan pembebanan komisi oleh pihak konsinyi. Pihak konsinyor tidak
menyusun ayat jurnal untuk transaksi pihak konsinyi sampai konsinyor
menerima laporan dari pihak konsinyi.
4. Pengiriman uang kas dan perkiraan penjualan konsinyasi oleh pihak konsinyi.
Pada waktu pihak konsinyor menerima laporan penjualan konsinyasi, perkiraan
kas di debit sebesar uang kas yang dikirimkan, perkiraan konsinyasi keluar di
debit untuk total beban yang dibebankan pada perkiraan pihak konsinyor oleh
pihak dilaporkan oleh pihak konsinyi.

Menurut Arifin (2002:151)

Dalam metode ini transaksi-transaksi konsinyasi dipisahkan pencatatannya dari


transaksi-transaksi reguler sehingga laba atau pendapatan dari penjualan barang
konsinyasi pencatatannya juga dipisahkan. Untuk mengikuti aliran barang konsinyasi
dibuatkan seluruh transaksi yang terjadi pada barang konsinyasi. Pada akhir periode,
laba konsinyasi yang dipisahkan pencatatannya tersebut dipindahkan ke rekening laba-
rugidan menjadi bagian dari laba usaha keseluruhan.

Menurut Halim (2015:66)

Apabila pencatatannya dilakukan secara terpisah, maka rekening barang konsinyasi


akan di debit untuk mencatat harga pokok barang yang dikirim dan semua beban
pengirimannya akan di kredit untuk menacatat harga pokok barang yang akan dijual dan
beban penjualannya.
Pencatatan Penjualan Konsinyasi Bagi Pengamanat (Consignor) Dengan
Metode Laba Terpisah

No. Keterangan Debit Kredit


1 Konsinyasi – Pengiriman Barang
Barang xxx
Persediaan Barang Dagang xxx
(Pengiriman barang dagangan kepada konsinyi)
2 Konsinyasi – Biaya Ongkos Kirim Kas
Barang xxx
(Pembayaran Ongkos Kirim) xxx

3 Kas xxx
Penjualan Konsinyasi xxx

HPP Penjualan Konsinyasi xxx


Barang Konsinyasi – Biaya Ongkos Kirim Barang xxx
Konsinyasi – Penjualan xxx
(Penerimaan uang hasil penjualan dan laporan
pencatatan HPP)
Sumber: Halim (2015:68)
Akuntansi Penjualan Konsinyasi Bagi Pengamanat (Consignor) Dengan
Metode Laba Tidak Terpisah
Pencatatan menggunakan metode laba tidak terpisah adalah pencatatan yang
dilakukan dengan tidak memisahkan laba antara penjualan reguler dan penjualan
konsinyasi.
Menurut Arifin (2002:157)

Transaksi yang berhubungan dengan penjualan konsinyasi, akan dicatat seperti transaksi
penjualan biasa sehingga pada saat barang konsinyasi tersebut dijual kepada pihak
ketiga, perlu diadakan pencatatan harga pokok penjualan oleh pengamanat. Hal ini
disebabkan karena seakan-akan barang tersebut hanyalah berpindah tempat saja. Hanya
saja dalam hal ini perlu diadakan memorial (pencatatan tersendiri) agar tidak kehilangan
aliran barang konsinyasi tersebut. Masalah lain yang perlu diketahui dalam penggunaan
metode ini adalah bahwa pengamanat tidak menutup rekening pendapatan atau kerugian
dari konsinyasi pada akhir periode transaksi konsinyasi. Jadi, laba atau rugi karena
adanya penjualan konsinyasi tidak dibuatkan jurnal penutup atau tidak ditutup ke
rekening laba-rugi.

Menurut Halim (2015:66)

Apabila pencatatannya dilakukan secara tidak terpisah, maka rekening barang


konsinyasi akan di debit untuk mencatat harga pokok barang yang dikirim dan akan di
kredit untuk mencatat harga pokok barang yang dijual dan untuk mencatat penutupan
saldo rekening pengiriman saldo rekening pengiriman barang konsinyasi ke rugi laba.
Pencatatan Penjualan Konsinyasi Bagi Pengamanat (Consignor) Dengan
Metode Laba Tidak Terpisah
No. Keterangan Debit Kredit
1 Konsinyasi – Pengiriman Barang
Barang xxx
Persediaan Barang Dagang xxx
(Pengiriman barang dagangan kepada konsinyi)
2 Konsinyasi – Biaya Ongkos Kirim Kas
Barang xxx
(Pembayaran Ongkos Kirim) xxx

3 Kas xxx
Penjualan Konsinyasi xxx

HPP Penjualan Konsinyasi xxx


Barang Konsinyasi – Penjualan xxx
(Penerimaan uang hasil penjualan dan laporan
pencatatan HPP)
Sumber: Halim (2015:68)

Akuntansi Penjualan Konsinyasi Bagi Komisioner (Consignee)

Salah satu alasan komisioner mau menerima barang dari pihak pengamanat
(consignor) dengan harapan akan mendapatkan pendapatan komisi apabila berhasil
menjualkan barang titipan tersebut. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa
barang titipan milik pengamanat tidak boleh diakui sebagai milik komisioner, karena
pada penjualan konsinyasi pada saat pengiriman barang kepada komisioner tidak
disertai dengan perindahan perpindahan hak milik. Meskipun barang titipan tersebut
bukan milik komisioner, namun komisioner mempunyai beberapa kewajiban yang harus
dilaksanakan.

Adapun kewajiban-kewajiban bagi komisioner akibat adanya perjanjian


konsinyasi dengan pengamanat adalah sebagai berikut:
1. Berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menjualkan barang konsinyasi
tersebut dengan harga dan persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam
perjanjian.
2. Menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang konsinyasi dari kecurian,
kebakaran, kerusakan, dan resiko pihak lainnya.
3. Mengelola secara fisik maupun akuntansi terhadap barang-barang konsinyasi
agar mudah diidentifikasi.
4. Membuat laporan penjualan konsinyasi secara periodik kepada pengamanat.
Disamping beberapa kewajiban di atas, komisioner juga diberi kepercayaan oleh
pengamanat untuk mengumpulkan atau menerima uang hasil penjualan barang
konsinyasi. Setelah uang dikumpulkan dan setelah diadakan penyesuaian terhadap
biaya-biaya yang telah dikeluarkan olehnya, uang hasil penjualan tersebut baru
disetorkan kepada pengamanat.
Akuntansi Penjualan Konsinyasi Bagi Komisioner (Consignee) Dengan Metode Laba
Terpisah

Menurut Arifin (2002:160), apabila komisioner mencatat transaksi- transaksi


barang titipan dengan menggunakan metode laba terpisah dari laba atas penjualan
reguler, maka komisioner akan membuat satu rekening untuk menampung seluruh
transaksi barang konsinyasi, yaitu konsinyasi masuk (consignment in). Penggunaan
rekening konsinyasi masuk (consignment in) adalah sebagai berikut:
Sisi Debit
- Untuk mencatat pengeluaran biaya yang ditanggung oleh pengamanat.
- Untuk mencatat pengiriman uang ke pengamanat.
- Untuk mencatat pendapatan komisi.
Sisi Kredit
- Untuk mencatat penjualan barang-barang konsinyasi.
- Untuk mencatat pendapatan-pendapatan lain yang berhubungan
dengan barang konsinyasi.
Menurut Yendrawati (2008:90-91)

Setiap transaksi yang berhubungan dengan penjualan konsinyasi dimasukkan ke dalam


rekening barang komisi atau consignment in. komisioner hanya membuat jurnal saat
menjual barang konsinyasi, mengeluarkan biaya-biaya yang berhubungan dengan
konsinyasi (termasuk saat mencatat pendapatan komisi dan pengiriman uang ke
pengamanat). Sesaat sebelum melaporkan ke pengamanat komisioner terlebih dahulu
menghitung pendapatan komisi. Komisioner bisa hanya mengirim laporan konsinyasi
saja ke pengamanat, sedangkan uangnya dikirim beberapa waktu berikutnya, jadi saat
mengirim laporan kepada komisioner timbul utang pengamanat. Selain itu, komisioner
juga bisa langsung mengirim laporan konsinyasi beserta uang ke pengamanat. Setiap
jurnal yang dibuat oleh komisioner pasti ada rekening barang komisi atau consignment
in baik di debit maupun di kredit.
Menurut Halim (2015:66)

Apabila komisioner menggunakan metode laba terpisah, maka konsinyi harus membuat
rekening barang komisi. Rekening ini akan di debit untuk semua beban yang ditanggung
oleh konsinyor, dan akan di kredit untuk semua hasil penjualan barang-barang komisi.
Saldo debitnya merupakan piutang kepada konsinyor dan saldo kreditnya merupakan
utang kepada konsinyor. Dengan demikian, rekening barang komisi menunjukkan hak
dan kewajiban antara konsinyor dan konsinyi.

Pencatatan Penjualan Konsinyasi Bagi Komisioner (Consignee) Dengan


Metode Laba Terpisah
Transaksi Uraian Debit Kredit
Penerimaan barang Tidak dijurnal (hanya
komisi memorandum)
Penjualan barang komisi Kas xxx
Barang Komisi xxx
Pembayaran ongkos Barang Komisi xxx
angkut Kas xxx
Perhitungan komisi Barang Komisi xxx
Pendapatan Komisi xxx
Pengiriman uang hasil
Barang Komisi xxx
penjualan dan laporan xxx
Kas
hasil penjualan
Sumber: Halim (2015:67)
Akuntansi Penjualan Konsinyasi Bagi Komisioner (Consignee) Dengan
Metode Laba Tidak Terpisah
Menurut Arifin (2002:164), pada dasarnya prosedur akuntansi untuk komisioner
dengan menggunakan metode laba tidak terpisah sama dengan prosedur akuntansi
dengan metode laba terpisah. Perbedaan yang ada hanya pada rekening yang digunakan
untuk mengikuti aliran transaksi konsinyasi. Untuk mengetahui dan membedakan
dengan barangnya sendiri maka setiap transaksi yang berhubungan dengan barang
titipan akan dicatat ke dalam rekening nama pengamanat. Penggunaan rekening ini
adalah:
Sisi Debit
- Untuk mencatat pengeluaran biaya-biaya yang menjadi tanggungan pengamanat.
- Untuk mencatat penyetoran uang.
Sisi Kredit
- Untuk mencatat harga pokok penjualan pada saat terjadinya transaksi penjualan.
- Untuk mencatat penerimaan-penerimaan lain dan hasil penjualan konsinyasi.
Menurut Yendrawati (2008:94)

Pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kegiatan komisioner dicatat seperti
halnya pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan penjualan biasa atau penjualan
lainnya. Komisioner hanya membuat jurnal saat mengeluarkan biaya yang berhubungan
dengan kegiatan komisioner, saat penjualan barang komisi dan saat mengirimkan
laporan konsinyasi ke pengamanat serta saat mengirimkan uang kepada pengamanat.
Saat penjualan selain mencatat jurnal penjualan juga mencatat utang pengamanat karena
saat komisioner berhasil menjualkan justru timbul kewajiban komisioner untuk
menyerahkan hasil penjualan tersebut kepada pengamanat. Utang komisioner yang
dicatat saat penjualan adalah sebesar hasil penjualan dikurangi pendapatan komisi. Pada
saat komisioner mengeluarkan biaya yang nantinya biaya-biaya tersebut akan digantikan
oleh pengamanat, maka pada saat itu utang pengamanat di debit (mengurangi utang
pengamanat). Pada saat mengirimkan laporan penjualan ke pengamanat, seandainya
tidak disertai uang maka timbul utang pengamanat. Ketika uangnya dikirimkan ke
pengamanat baru utang pengamanat berkurang.

Menurut Halim (2015:66)

Apabila consignee menggunakan metode laba tidak terpisah, maka setiap terjadi
penjualan dicatat ke dalam rekening penjualan diikuti dengan pengakuan pembelian atau
harga pokok penjualan. Cara pengakuannya dengan mendebit rekening pembelian atau
harga pokok penjualan dan mengkredit hutang kepada consignor. Semua beban yang
dikeluarkan oleh consignee dan ditanggung oleh consignor akan di debit ke rekening
hutang kepada consignor. Dengan demikian, besarnya jumlah yang harus disetorkan
kepada consignor tercermin pada saldo kredit dalam rekening utang kepada consignor.

Pencatatan Penjualan Konsinyasi Bagi Komisioner (Consignee) Dengan Metode


Laba Tidak Terpisah
Transaksi Uraian Debit Kredit
Penerimaan barang Tidak dijurnal (hanya
komisi memorandum)
Penjualan barang komisi Kas xxx
Penjualan xxx

Pembelian
Hutang Kepada Konsinyor
Pembayaran ongkos Hutang Kepada Konsinyor xxx
angkut Kas xxx
Perhitungan komisi Tidak dijurnal (hanya dicatat
oleh konsinyor)
Pengiriman uang hasil
Hutang Kepada Konsinyor Kas xxx
penjualan dan laporan xxx
hasil penjualan
Sumber: Halim (2015:67)
Akuntansi Penjualan Konsinyasi Bagi Barang-Barang yang Belum Laku Terjual
Dalam pembahasan sebelumnya, diasumsikan bahwa barang konsinyasi telah
terjual semua. Dalam kenyataannya, kadang-kadang barang tersebut masih ada yang
belum terjual sampai dengan pembuatan laporannya kepada pihak consignor. Apabila
hal ini terjadi, maka pihak consignor harus melakukan penyesuaian terhadap semua
beban yang telah dikeluarkan (baik oleh consignor maupun oleh consignee) yang
melekat pada barang tersebut. sehingga nilai persediaan akhir barang tersebut adalah
sebesar harga pokoknya ditambah dengan beban-beban yang terjadi dan menjadi
hak/bagian persediaan barang akhir tersebut.
Perhitungan Alokasi Harga Pokok Penjualan dan Beban-Beban Pada Barang yang
Laku Terjual dan Belum Laku Terjual
Jumlah Jumlah yang
Jumlah yang
Uraian yang Belum
Dikirim
Terjual Terjual
(1) (2) (3) (4)
HPP Konsinyasi xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Ongkos Kirim xxx xxx xxx
Beban Asuransi Pengiriman xxx xxx xxx
Beban Promosi
Jumlah xxx xxx xxx
Sumber: Halim (2015:75)
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A. CONSIGNEE-CONSIGNOR
Perusahaan Merak Jaya (CONSIGNEE/KOMISIONER) di Malang bergerak
dalam perdagangan Sepeda. Sepeda-sepeda tersebut merupakan barang titipan dari
perusahaan PT Polygon (CONSIGNOR/PENGAMANAT) di Sidoarjo. Perjanjian
penjualan komisinya yang dibuat adalah sebagai berikut:
1. Komisi penjualan dibagi consignee/komisioner sebesar 30% dari hasil
penjualan.
2. Harga jual barang tersebut ditetapkan Rp 1.200.000/Unit.
3. Semua harga yang dikeluarkan untuk menjual barang itu ditanggung oleh
consignor/pengamanat.
4. Pihak consignee/komisioner diberi kebebasan untuk melakukan cara
penjualan, yaitu tunai atau kredit. Namun, tanggung jawab pengumpulan
piutang sepenuhnya ditanggung pihak consignee/komisioner.
5. Setiap akhir bulan, consignee/komisioner harus membuat laporan dan
mengirimkan uangnya kepada consignor/pengamanat.
Berikut transaksi selama bulan Januari 2019:
1. Tanggal 2 Januari 2019 dikirim barang konsinyasi berupa 100 unit sepeda
dengan harga pokoknya Rp 600.000, beban pengiriman Rp500.000.
2. Selama bulan Januari dapat terjual secara tunai 100 unit.
3. Ongkos angkut penjualan lokal sebulan sebesar Rp850.000
Jurnal yang dibuat oleh CONSIGNEE baik secara terpisah maupun secara
tidak terpisah dari penjualan regulernya tampak sebagai berikut:
Pencatatan Secara Terpisah Pencatatan Secara Tak Terpisah
Tanggal Transaksi
Uraian Debet Kredit Uraian Debet Kredit
02-Jan 1. Penerimaan barang komisi tidak dijurnal tidak dijurnal
Kas Rp 120.000.000
Kas Rp 120.000.000 Penjualan Rp 120.000.000
Januari

2. Penjualan barang Komisi 100


Barang komisi Rp 120.000.000 Pembelian/HPP Rp 84.000.000
unit
Hutang Kepada Consignor Rp 84.000.000
Harga Jual x Unit = Rp 1.200.000 x 100 unit = Rp 120.000.000 Hutang Kepada Consignor = Penjualan - Komisi 30%
Rp 120.000.000 - (Rp 120.000.000 x 30%) = Rp 84.000.000
Barang Komisi Rp 850.000 Hutang Kepada Consignor Rp 850.000
3. Pembayaran ongkos angkut
Kas Rp 850.000 Kas Rp 850.000
Barang Komisi Rp 36.000.000
Pendapatan komisi Rp 36.000.000
Perhitungan Komisi tidak dijurnal
komisi consignee 30% x sepeda terjual
30% x Rp 120.000.000 = Rp 36.000.000
Barang Komisi Rp 83.150.000 Hutang Kepada Consignor Rp 83.150.000
Kas Rp 83.150.000 Kas Rp 83.150.000
Penjualan Rp 120.000.000
Pengiriman uang hasil penjualan
Komisi Penjualan Rp 36.000.000
& laporan hasil penjualan
Ongkos angkut penjualan Rp 850.000
Jumlah beban Rp 36.850.000
Jumlah yang harus disetorkan Rp 83.150.000

Jurnal yang dibuat oleh CONSIGNOR baik secara terpisah (metode


perpetual dan phisik) maupun secara tidak terpisah (metode perpetual dan phisik)
dari penjualan regulernya tampak sebagai berikut:
PENCATATAN DILAKUKAN SECARA TERPISAH
Metode Perpetual Metode Phisik
Tanggal Transaksi
Uraian Debet Kredit Uraian Debet Kredit
02-Jan 1. Pengiriman 100 unit Sepeda Barang Konsinyasi Rp 60.000.000 Barang Konsinyasi Rp 60.000.000
Persediaan Rp 60.000.000 Pengiriman Barang Konsinyasi Rp 60.000.000
Gunung
Harga Pokok x Unit = Rp 600.000 x 100 unit = Rp 60.000.000
Barang Konsinyasi Rp 500.000 Barang Konsinyasi Rp 500.000
Pembayaran ongkos kirim
Kas Rp 500.000 Kas Rp 500.000
Kas Rp 83.150.000 Kas Rp 83.150.000
Penjualan Konsinyasi Rp 83.150.000 Penjualan Konsinyasi Rp 83.150.000
HPP Penjualan Konsinyasi Rp 60.000.000 HPP Penjualan Konsinyasi Rp 60.000.000
Beban Penjualan Konsinyasi Rp 850.000 Biaya Penjualan Konsinyasi Rp 850.000
Penerimaan uang hasil penjualan Barang Konsinyasi Rp 60.850.000 Barang Konsinyasi Rp 60.850.000
dan laporan pencatatan HPP Hasil Penjualan Rp 120.000.000 HPP Penjualan Konsinyasi = Harga Pokok x Unit Terjual
Komisi Penjualan (25%) Rp 36.000.000 Rp 600.000 x 100 unit = Rp 60.000.000
Ongkos angkut penjualan Rp 850.000
Jumlah Rp 36.850.000
Jumlah yang harus disetorkan Rp 83.150.000
Penutupan saaldo rekening Pengiriman Barang Konsinyasi Rp 60.000.000
pengiriman barang konsinyasi ke tidak dijurnal Laba Rugi Rp 60.000.000
Laba rugi
PENCATATAN DILAKUKAN SECARA TIDAK TERPISAH
Metode Penjualan Metode Phisik
Tanggal Transaksi
Uraian Debit Kredit Uraian Debit Kredit
02-Jan Barang Konsinyasi Rp 60.000.000 Barang Konsinyasi Rp 60.000.000
1. Pengiriman 100 unit Sepeda
Persediaan Rp 60.000.000 Pengiriman Barang Konsinyasi Rp 60.000.000
gunung
Harga Pokok x Unit = Rp 600.000 x 100 unit = Rp 60.000.000
Barang Konsinyasi Rp 500.000 Ongkos Kirim Rp 500.000
Pembayaran Ongkos Kirim
Kas Rp 500.000 Kas Rp 500.000
Kas Rp 83.150.000 Kas Rp 83.150.000
Penjualan Konsinyasi Rp 83.150.000 Penjualan Konsinyasi Rp 83.150.000
Harga Pokok Penjualan Rp 60.000.000
tidak dijurnal
Barang Konsinyasi Rp 60.000.000
Penerimaan Uang hasil penjulan
Hasil penjualan Rp 120.000.000 HPP Penjualan Konsinyasi = Harga Pokok x Unit Terjual
dan laporan pencatatan hpp
Komisi penjualan Rp 36.000.000 Rp 600.000 x 100 unit = Rp 60.000.000
Ongkos angkut penjualan Rp 850.000
Jumlah Rp 36.850.000
Jumlah yang harus disetorkan Rp 83.150.000
Penutupan Saldo Rekening Pengiriman Barang Konsinyasi Rp 60.000.000
Pengiriman Barang Konsinyasi ke tidak dijurnal Laba Rugi Rp 60.000.000
laba rugi

B. Akuntansi Penjualan Konsinyasi Bagi Barang-Barang yang Belum Laku


Terjual
Perusahaan Merak Jaya (CONSIGNEE/KOMISIONER) di Malang bergerak
dalam perdagangan Sepeda. Sepeda-sepeda tersebut merupakan barang titipan dari
perusahaan PT Polygon (CONSIGNOR/PENGAMANAT) di Sidoarjo. Perjanjian
penjualan komisinya yang dibuat adalah sebagai berikut:
1. Selama 3 bulan, consignee harus mampu menjual sepeda minimal 150 unit
dengan komisi sebesar 30% dari hasil penjualannya.
2. Harga jual sepeda sebesar Rp 1.200.000 per unit dan Harga Pokok Penjualan
(HPP) sebesar Rp 600.000 per unit.
3. Consignee harus menyerahkan uang muka sebesar Rp 500.000 per unit pada
saat barang diterima.
4. Beban pengiriman barang sebesar Rp 1.250.000 sementara ditanggung
consignee, tetapi nantinya akan diganti oleh consigner dan uang muka
nantinya akan dikembalikan oleh consignor saat perhitungan laba rugi
Berikut transaksi selama bulan Januari 2019:
1. Dikirim 250 unit sepeda merk Polygon dengan harga pokoknya Rp 600.000
2. Perusahaan Merak Jaya berhasil menjual secara tunai barang tersebut
sebanyak 180 unit selama 3 bulan
3. Terdapat 30 sepeda yang rusak dan telah dikembalikan ke PT Polygon
dengan beban pengiriman Rp 150.000
Diminta:
1. Buat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut oleh consignor yang
diselenggarakan secara terpisah, dimana metode pencatatannya
menggunakan metode perpetual.
2. Buat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut oleh consignee yang
diselenggarakan secara terpisah.
Penyelesaian 1
Pencatatan Consignor Dilakukan Secara Terpisah Menggunakan Metode Perpetual
Secara Terpisah - Metode Perpetual
Transaksi
Uraian Debet Kredit
Barang Konsinyasi Rp 150.000.000
1. Pengiriman 250 unit sepeda Persediaan Rp 150.000.000
Unit x Harga Pokok = 250 x Rp 600.000 = Rp 150.000.000
Kas Rp 125.000.000
Penerimaan uang muka Uang muka dari consignee Rp 125.000.000
Uang Muka x Unit dikirim = Rp 500.000 x 250 = Rp 125.000.000
Persediaan Rp 18.000.000
3. Pengembalian 30 barang Barang Konsinyasi Rp 18.000.000
Harga Pokok x Unit Rusak = Rp 600.000 x 30 = Rp 18.000.000
Kas Rp 44.800.000
Penjualan Barang Konsinyasi Rp 44.800.000
Hasil Penjualan = 180 unit x Rp 1.200.000 Rp 216.000.000
Dikurang:
Komisi Penjualan 30%
Penerimaan uang hasil penjualan 180 30% x Rp 216.000.000 Rp 64.800.000
sepeda Beban Pengiriman 250 unit Rp 1.250.000
Beban Pengiriman kembali barang yang rusak Rp 150.000
Pengembalian uang muka 180 unit terjual &
30 unit dikembalikan = 210 unit x Rp 500.000 Rp 105.000.000
Total Rp 171.200.000
Jumlah uang hasil penjualan yang disetor ke consignor Rp 44.800.000
HPP Barang Konsinyasi Rp 108.000.000
Perhitungan HPP 180 Unit Sepeda Barang Konsinyasi Rp 108.000.000
Harga Pokok x Unit Terjual = Rp 600.000 x 180 = Rp 108.000.000
Penyelesaian 2
Pencatatan Consignee Dilakukan Secara Tidak Terpisah
Secara Tidak Terpisah
Transaksi
Uraian Debet Kredit
Consignor Rp 125.000.000
1. Pembayaran uang muka Kas Rp 125.000.000
Unit x Uang Muka per Unit = 250 x Rp 500.000 = Rp 125.000.000
Hutang Kepada Consignor Rp 1.250.000
1. Pembayaran beban pengiriman
Kas Rp 1.250.000
Kas Rp 216.000.000
Penjualan Barang Konsinyasi Rp 216.000.000
Harga Jual x Unit Terjual = Rp 1.200.000 x 180 = Rp 216.000.000
Pembelian/HPP Rp 151.200.000
2. Penjualan 180 Unit Sepeda
Penjualan Barang Konsinyasi Rp 151.200.000
Penjualan Rp 216.000.000
Komisi Penjualan 30% Rp 64.800.000
Pembelian/HPP Rp 151.200.000

C. Akuntansi Penjualan Konsinyasi Bagi Barang-Barang yang Belum Laku


Terjual
Perusahaan Merak Jaya (CONSIGNEE/KOMISIONER) di Malang bergerak
dalam perdagangan Sepeda. Sepeda-sepeda tersebut merupakan barang titipan dari
perusahaan PT Polygon (CONSIGNOR/PENGAMANAT) di Sidoarjo. Perjanjian
penjualan komisinya yang dibuat adalah sebagai berikut:
1. Harga jual sepeda sebesar Rp 1.200.000
2. Komisi penjualan untuk consignee 30%
3. Consignee boleh mengeluarkan beban sehubungan dengan penjualan barang
tersebut maksimal Rp 25.000.000 sebulan
4. Consignee diwajibkan membuat laporan perhitungan hasil penjualan dan
pengiriman uangnya setiap akhir bulan.
Berikut transaksi selama bulan Januari 2019:
1. Dikirim 2.000 unit sepeda merk Polygon harga pokoknya Rp 600.000
2. Total beban pengiriman Rp 10.000.000
3. Total beban asuransi pengiriman Sidoarjo-Malang Rp 5.000.000
4. Total beban promosi yang dikeluarkan oleh Perusahaan Merak Jaya Rp
5.000.000
5. Selama sebulan dapat terjual sebanyak 1.250 unit
6. Tanggal 31 Januari uang hasil penjualan oleh Merak Jaya dilaporkan dan di
kirim kepada PT Polygon
Jurnal yang dibuat oleh consignor maupun consignee dengan pencatatan
terpisah dan tidak terpisah dari penjualan reguler tampak sebagai berikut:
Pencatatan penjualan konsinyasi dilakukan secara terpisah dari penjualan
regulernya.
Consignor Consignee
Tanggal Transaksi
Uraian Debet Kredit Uraian Debet Kredit
Barang Konsinyasi Rp 1.200.000.000
1. Pengiriman 2000 unit sepeda Persediaan Rp 1.200.000.000 Tidak dijurnal
Unit x Harga Pokok = 2.000 x Rp 600.000 = Rp 1.200.000.000
Barang Konsinyasi Rp 15.000.000
2&3. Pembayaran ongkos kirim dan beban Kas Rp 15.000.000
Tidak dijurnal
asuransinya Pengiriman + Asuransi = Rp 10.000.000 + Rp 5.000.000
Rp 15.000.000
Barang Komisi Rp 5.000.000
4. Pembayaran beban promosi Tidak dijurnal
Kas Rp 5.000.000
Kas Rp 1.500.000.000
Januari 5. Penjualan 1.250 unit sepeda Tidak dijurnal Penjualan Konsinyasi Rp 1.500.000.000
Unit x Harga Jual = 1.250 x Rp 1.200.000 = Rp 1.500.000.000
Barang Komisi Rp 450.000.000
Perhitungan Komisi 30% Tidak dijurnal Pendapatan Bonus Rp 450.000.000
Penjualan x Komisi 30% = Rp 1.500.000.000 x 30% = Rp 450.000.000
Kas Rp 1.045.000.000 Barang Komisi Rp 1.045.000.000
Komisi Penjualan Rp 450.000.000 Kas Rp 1.045.000.000
31 Januari

Beban Promosi Rp 5.000.000 Hasil Penjualan Konsinyasi Rp 1.500.000.000


6. Pengiriman hasil penjualan : Penjualan Konsinyasi Rp 1.500.000.000 Komisi Penjualan Rp 450.000.000
Beban Promosi Rp 5.000.000
Jumlah Rp 455.000.000
Jumlah yang harus disetor Rp 1.045.000.000
HPP Konsinyasi Rp 750.000.000
Biaya Penjualan Konsinyasi* Rp 12.500.000
Mencatat HPP dan Penyesuaian Beban * Barang Konsinyasi Rp 762.500.000 Tidak dijurnal
HPP Penjualan Konsinyasi = Harga Pokok x Unit Terjual
Rp 600.000 x 1.250 unit = Rp 750.000.000
* Tabel Perhitungan Alokasi Harga Pokok Penjualan dan Bebab-Beban kepada 1.250 sepeda yang terjual dan 750 sepeda yang belum terjual
Pencatatan penjualan konsinyasi dilakukan secara tidak terpisah dari penjualan
regulernya.
Consignor Consignee
Tanggal Transaksi
Uraian Debet Kredit Uraian Debet Kredit
Barang Konsinyasi (BK) Rp 1.200.000.000
1. Pengiriman 2000 unit sepeda Persediaan Rp 1.200.000.000 Tidak dijurnal
Unit x Harga Pokok = 2.000 x Rp 600.000 = Rp 1.200.000.000
Barang Konsinyasi Rp 15.000.000
2&3. Pembayaran ongkos kirim dan beban Kas Rp 15.000.000
Tidak dijurnal
asuransinya Pengiriman + Asuransi = Rp 10.000.000 + Rp 5.000.000
Rp 15.000.000
Hutang Kepada Consignor Rp 5.000.000
4. Pembayaran beban promosi Tidak dijurnal
Kas Rp 5.000.000
Kas Rp 1.500.000.000
Penjualan Rp 1.500.000.000
HPP/Pembelian Rp 1.050.000.000
Januari

5. Penjualan 1.250 unit sepeda Tidak dijurnal Hutang Kepada Consignor Rp 1.050.000.000
Unit x Harga Jual = 1.250 x Rp 1.200.000 = Rp 1.500.000.000
HPP/Pembelian = Penjualan - Komisi 30%
Rp 1.500.000.000 - (Rp 1.500.000.000 x 30%) = Rp 1.050.000.000

Perhitungan Komisi 30% Tidak dijurnal Tidak dijurnal


Kas Rp 1.045.000.000 Hutang Kepada Consignor Rp 1.045.000.000
Komisi Penjualan Rp 450.000.000 Kas Rp 1.045.000.000
31 Januari

Beban Promosi Rp 5.000.000 Hasil Penjualan Konsinyasi Rp 1.500.000.000


6. Pengiriman hasil penjualan : Penjualan Rp 1.500.000.000 Komisi Penjualan Rp 450.000.000
Beban Promosi Rp 5.000.000
Rp 455.000.000
Jumlah yang harus disetor Rp 1.045.000.000
HPP Rp 750.000.000
Biaya Konsinyasi ditanggungkan Rp 7.500.000
Ongkos Kirim* Rp 3.750.000
Beban Asuransi* Rp 1.875.000
Mencatat HPP dan Penyesuaian Beban* Beban Promosi* Rp 1.875.000 Tidak dijurnal
Barang Konsinyasi Rp 750.000.000
HPP Penjualan Konsinyasi = Harga Pokok x Unit Terjual
Rp 600.000 x 1.250 unit = Rp 750.000.000
Biaya Konsinyasi ditangguhkan = Ongkos + Asuransi + Promosi
* Tabel Perhitungan Alokasi Harga Pokok Penjualan dan Bebab-Beban kepada 1.250 sepeda yang terjual dan 750 sepeda yang belum terjual

*Tabel Perhitungan
Alokasi Harga Pokok Penjualan dan Beban-Beban
kepada 1.250 sepeda yang terjual dan 750 sepeda yang belum terjual
Jumlah yang dikirim 2.000 Jumlah yang terjual 1.250 Jumlah yang belum terjual 750
Uraian 100% 62,50% 37,50%
(2.000 unit = 100%) (1.250/2.000 unit x 100% = 62,50%) (750/2.000 unit x 100% = 37,50%)
(1) (2) (3) (4) = 2 - 3
HPP Konsinyasi per unit Rp 600.000 Rp 1.200.000.000 Rp 750.000.000 Rp 450.000.000
Ongkos Kirim Rp 10.000.000 Rp 10.000.000 Rp 6.250.000 Rp 3.750.000
Beban Asuransi Pengiriman Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 Rp 3.125.000 Rp 1.875.000
Beban Promosi Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 Rp 3.125.000 Rp 1.875.000
Jumlah Rp 1.220.000.000 Rp 762.500.000 Rp 457.500.000

D. Akuntansi Penjualan Konsinyasi Bagi Barang-Barang yang Belum Laku


Terjual
Perusahaan Merak Jaya (CONSIGNEE/KOMISIONER) di Malang bergerak
dalam perdagangan Sepeda. Sepeda-sepeda tersebut merupakan barang titipan dari
perusahaan PT Polygon (CONSIGNOR/PENGAMANAT) di Sidoarjo. Perjanjian
penjualan komisinya yang dibuat adalah sebagai berikut:
1. PT Polygon memproduksi dua jenis sepeda, Helios dan Bend. Perusahaan
Merak Jaya minta dikirim masing-masing 1.500 unit dan 1.000 unit.
2. Ongkos Pengiriman Rp 12.500.000.
3. Harga jual Polygon Helios adalah Rp 2.500.000 dengan HPP Rp 1.500.000
per unit. Sedangkan harga jual Polygon Bend adalah Rp 1.200.000 dengan
HPP Rp 600.000 per unit.
4. Komisi penjualan bagi consignee sebesar 30% dari omzet penjualan dan
semua beban yang dikeluarkan oleh consignee ditanggung PT Polygon
Berikut transaksi selama bulan Januari 2019:
1. Selama bulan Januari Perusahaan Merak Jaya berhasil menjual Helios
sebanyak 650 unit dan Bend sebanyak 525 unit.
2. Beban promosi yang dikeluarkan oleh Perusahaan Merak Jaya selama bulan
Januari Rp 2.937.500.
Jurnal yang dibuat oleh consignor maupun consignee dengan pencatatan
terpisah dan tidak terpisah dari penjualan reguler tampak sebagai berikut:
Pencatatan penjualan konsinyasi dilakukan secara terpisah dari penjualan
regulernya.
Consignor Consignee
Transaksi
Uraian Debet Kredit Uraian Debet Kredit
Barang Konsinyasi Helios Rp 2.250.000.000
Barang Konsinyasi Bend Rp 600.000.000
Persediaan Barang Helios Rp 2.250.000.000
Pengiriman Sepeda Helios dan Bend Tidak dijurnal
Persediaan Barang Bend Rp 600.000.000
Unit Helios x Harga Pokok = 1.500 x Rp 1.500.000 = Rp 2.250.000.000
Unit Bend x Harga Pokok = 1.000 x Rp 600.000 = Rp 600.000.000
Ongkos Angkut Penjualan Rp 12.500.000
Pembayaran ongkos kirim Tidak dijurnal
Kas Rp 12.500.000
Kas Rp 2.255.000.000
Penjualan Rp 2.255.000.000
Penjualan = Unit Terjual x Harga Jual
Helios = 650 x Rp 2.500.000 = Rp 1.625.000.000
Bend = 525 x Rp 1.200.000 = Rp 630.000.000
1. Penjualan Sepeda Helios dan Bend Tidak dijurnal
Pembelian/HPP Rp 1.578.500.000
Hutang Kepada Consignor Rp 1.578.500.000
Hutang Kepada Consignor = Penjualan - Komisi (30% x Penjualan)
Helios = Rp 1.625.000.000 - Komisi = Rp 1.137.500.000
Bend = Rp 630.000.000 - Komisi = Rp 441.000.000
Barang Komisi Rp 676.500.000
Perhitungan Komisi Penjualan 30% Tidak dijurnal Pendapatan Komisi Rp 676.500.000
Penjualan x Komisi 30% = Rp 2.255.000.000 x 30% = Rp 676.500.000
Barang Komisi Rp 2.937.500
2. Pembayaran Beban Promosi Tidak dijurnal
Kas Rp 2.937.500
Kas Rp 1.575.562.500 Barang Komisi Rp 1.575.562.500
Beban Promosi Rp 2.937.500 Kas Rp 1.575.562.500
Komisi Penjualan Rp 676.500.000 Hasil Penjualan Rp 2.255.000.000
Perhitungan Hasil Penjualan Penjualan Barang Konsinyasi Rp 2.255.000.000 Komisi Rp 676.500.000
Promosi Rp 2.937.500
Total Beban Rp 679.437.500
Jumlah yang harus disetor Rp 1.575.562.500
HPP Konsinyasi Rp 1.290.000.000
Biaya Penjualan Konsinyasi* Rp 7.255.625
Barang Konsinyasi Rp 1.297.255.625
Perhitungan HPP* Tidak dijurnal
HPP Konsinyasi = Harga Pokok x Unit Terjual
Helios = Rp 1.500.000 x 650 unit = Rp 975.000.000
Bend = Rp 600.000 x 525 unit = Rp315.000.000
* Tabel Perhitungan Alokasi Harga Pokok Penjualan dan Bebab-Beban kepada 650 Helios dan 525 Bend yang terjual dan 850 Helios dan 475 Bend yang belum terjual

Pencatatan penjualan konsinyasi dilakukan secara tidak terpisah dari penjualan


regulernya.
Consignor Consignee
Transaksi
Uraian Debet Kredit Uraian Debet Kredit
Barang Konsinyasi Helios Rp 2.250.000.000
Barang Konsinyasi Bend Rp 600.000.000
Persediaan Barang Helios Rp 2.250.000.000
Pengiriman Sepeda Helios dan Bend Tidak dijurnal
Persediaan Barang Bend Rp 600.000.000
Unit Helios x Harga Pokok = 1.500 x Rp 1.500.000 = Rp 2.250.000.000
Unit Bend x Harga Pokok = 1.000 x Rp 600.000 = Rp 600.000.000
Ongkos Angkut Penjualan Rp 12.500.000
Pembayaran ongkos kirim Tidak dijurnal
Kas Rp 12.500.000
Kas Rp 2.255.000.000
Penjualan Rp 2.255.000.000
Penjualan = Unit Terjual x Harga Jual
Helios = 650 x Rp 2.500.000 = Rp 1.625.000.000
Bend = 525 x Rp 1.200.000 = Rp 630.000.000
1. Penjualan Sepeda Helios dan Bend Tidak dijurnal
Pembelian/HPP Rp 1.578.500.000
Hutang Kepada Consignor Rp 1.578.500.000
Hutang Kepada Consignor = Penjualan - Komisi (30% x Penjualan)
Helios = Rp 1.625.000.000 - Komisi = Rp 1.137.500.000
Bend = Rp 630.000.000 - Komisi = Rp 441.000.000

Perhitungan Komisi Penjualan 30% Tidak dijurnal Tidak dijurnal

Hutang Kepada Consignor Rp 2.937.500


2. Pembayaran Beban Promosi Tidak dijurnal
Kas Rp 2.937.500
Kas Rp 1.575.562.500 Hutang Kepada Consignor Rp 1.575.562.500
Beban Promosi Rp 2.937.500 Kas Rp 1.575.562.500
Komisi Penjualan Rp 676.500.000 Hasil Penjualan Rp 2.255.000.000
Perhitungan Hasil Penjualan Penjualan Barang Konsinyasi Rp 2.255.000.000 Komisi Rp 676.500.000
Komisi Penjualan = Penjualan x 30% Promosi Rp 2.937.500
Rp 2.255.000.000 x 30% = Rp 676.500.000 Total Beban Rp 679.437.500
Jumlah yang harus disetor Rp 1.575.562.500
HPP Helios Rp 975.000.000
HPP Bend Rp 315.000.000
Biaya Konsinyasi ditangguhkan Rp 8.181.875
Ongkos Angkut Penjualan* Rp 6.625.000
Beban Promosi* Rp 1.556.875
Perhitungan HPP* Tidak dijurnal
Barang Konsinyasi Rp 1.290.000.000
HPP Konsinyasi = Harga Pokok x Unit Terjual
Helios = Rp 1.500.000 x 650 unit = Rp 975.000.000
Bend = Rp 600.000 x 525 unit = Rp315.000.000
Biaya Konsinyasi ditangguhkan = Ongkos Angkut + Beban Promosi
* Tabel Perhitungan Alokasi Harga Pokok Penjualan dan Bebab-Beban kepada 650 Helios dan 525 Bend yang terjual dan 850 Helios dan 475 Bend yang belum terjual

*Tabel Perhitungan
Alokasi Harga Pokok Penjualan dan Beban-Beban
kepada 650 Helios dan 525 Bend yang terjual dan 850 Helios dan 475 Bend yang belum terjual
Sepeda yang Dikirim = 1.500 + 1.000 = 2.500 Sepeda
Sepeda yang Terjual = 650 + 525 = 1175 Sepeda
Sepeda yang Belum Terjual = 850 + 475 = 1325 Sepeda
Jumlah yang dikirim 2.500 Jumlah yang terjual 1.175 Jumlah yang belum terjual 1.325
Uraian 100% 47% 53%
(2.500 unit = 100%) (1.175/2.500 unit x 100% = 47%) (1.325/2.500 unit x 100% = 53%)
(1) (2) (3) (4) = 2 - 3
HPP Konsinyasi Helios Rp 1.500.000 Rp 2.250.000.000 Rp 975.000.000 Rp 1.275.000.000
HPP Konsinyasi Bend Rp 600.000 Rp 600.000.000 Rp 315.000.000 Rp 285.000.000
Ongkos Kirim Rp 12.500.000 Rp 12.500.000 Rp 5.875.000 Rp 6.625.000
Beban Promosi Rp 2.937.500 Rp 2.937.500 Rp 1.380.625 Rp 1.556.875
Jumlah Rp 2.865.437.500 Rp 1.297.255.625 Rp 1.568.181.875

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis, maka kesimpulan
yang dapat diambil mengenai penerapan metode pencatatan akuntansi penjualan
konsinyasi pada
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis uraikan di atas, saran-saran yang dapat
diberikan, antara lain:
1. Sebaiknya perusahaan melakukan pencatatan atas penjualan konsinyasi dengan
metode yang telah ditentukan, baik dengan menggunakan metode laba terpisah
maupun metode laba tidak terpisah sesuai dengan aturan akuntansi yang berlaku
umum. Walaupun hasil perhitungan laba yang diperoleh dengan menggunakan
kedua metode tersebut, akan tetapi pencatatan dengan metode terpisah lebih baik
digunakan karena lebih efektif dan memudahkan komisioner dalam proses
pengecekan, serta pembuatan laporan keuangan.
2. Sebaiknya perusahaan tidak mencatat dan memperhitungkan penerimaan barang
konsinyasi sebagai persediaannya, karena meskipun telah terjadi penyerahan
barang kepada konsinyi, hak milik barang konsinyasi tersebut masih dianggap
sebagai persediaan konsinyor sampai barang tersebut terjual kepada konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

Aliminsyah. Padji. 2008. “Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan”. Bandung: Yrama
Widya.

Arifin. 2002. “Pokok-pokok Akuntansi Lanjutan”. Edisi Revisi. Yogyakarta: Liberty.

Halim, Abdul. 2015. “Akuntansi Keuangan Lanjutan”. Edisi Pertama. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Maria, Evi. 2011. “Akuntansi Lanjutan”. Yogyakarta: Gava Media.

Ratnaningsih, Dewi. 2002. “Akuntansi Keuangan Lanjutan”. Yogyakarta: Universitas


Atmajaya

Simamora, Maria. (USU e-Repository 2008). “Analisa Penerapan Akuntansi Konsinyasi


Studi Kasus Pada PT. Nusa Bakti Pratama Medan”. Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Sumatera Utara Medan.

Waluyo, Jati. 2004. “Akuntansi Keuangan Lanjutan 1”. Malang: Universitas


Muhammadyah Malang.

Yendrawati, Reni. 2008. “Akuntansi Keuangan Lanjutan I”. Edisi Kedua. Yogyakarta:
Ekonesia.

Yunus, Hadori. Harnanto. 2013. “Akuntansi Keuangan Lanjutan”. Yogyakarta: BPFE.

http://pengertianbahasa.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-penjualan.html (Diakses pada


tanggal 04 Maret 2016 pukul 21:58 WIB)

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=15969.html (Diakses pada tanggal 04 Maret


2016 pukul 22:46 WIB)

Anda mungkin juga menyukai