Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 3(4) Agustus 2021

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Bisnis dan Akuntansi


STIE PUTRA BANGSA Homepage: http://journal.stieputrabangsa.ac.id/index.php/jimmba/index
KEBUMEN

Analisis Break Even Point untuk Meningkatkan Tingkat Penjualan


Rengginan Istimewa Cap Bawang di Kecamatan Pringsurat
Kabupaten Temanggung

Winarsi1, Sri Martono2


1,2Univeritas An Nuur

winarsih.winarwiwin@gmail.com1

ARTICLE INFO ABSTRACT


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya laba yang
diperoleh, pengusaha terlebih dahulu harus mengetahui tingkat
Article History:
Received: September 8th 2021 Break Even Point (BEP) yang dicapai yaitu keadaan dimana
Accepted: October 28th 2021 perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.
Published: November 1st 2021 Karena ingin mengetahui pada tingkat volume berapa, penjualan
Rengginan Istimewa Cap Bawang mengalami Break Even Point.
Kata Kunci: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Break Even Point, Biaya, penelitian deskripsi dengan pendekatan kuantitatif, sumber adta
Margin of Safety, Penjualan yang digunakan adalag data sekunder dengan Teknik
pengumpulan data keuangan Rengginan Istimewa Cap Bawang di
Kecamatan Pringsurat Kabupaten Magelang. Dari perhitungan
diatas jumlah barang yang dijual periode Mei 2021 agar home
industri Rengginan Cap Bawang mencapai Break Even Point adalah
sebesar 19,46 unit atau saat melakukan penjualan sebesar Rp.
388.568,00. Jika melebihi Break Even Point berarti mengalami
keuntungan tapi jika kurang dari Break Even Point maka akan
mengalami kerugian. Margin Of Safety menunjukkan jarak antar
penjualan yang direncanakan dengan penjualan pada Break Even
Point. Dengan demikian Margin Of Safety juga menggambarkan
batas jarak, dimana jika berkurangnya penjualan melampaui batas
jarak tersebut perusahaan akan menderita kerugian. Semakin kecil
Margin Of Safety berarti semakin cepat perusahaan menderita
kerugian. Margin of Safety Mei 2021 yaitu 5,94% atau Rp. 56.430,00.

Pendahuluan
Home industri adalah industri rumah tangga yang dikelola sendiri oleh suatu keluarga
dalam perusahaan skala kecil. Dikatakan perusahaan kecil karena jenis kegitan ekonomi ini
diputuskan dirumah. Pengertian usaha kecil tercantum dalam UU No. 9 Tahun 1995, yang
menyebutkan bahwa usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih paling banyak Rp.
200.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dengan hasil penjualan per
tahun paling banyak Rp. 100.000.000,-. Semakain tinggi kebutuhan hidup seseorang
sehingga memiliki usaha rumahan untuk mencari uang tambahan.
UKM Rengginan Istimewa Cap Bawang merupakan sebuah usaha home industri yang
bergerak dalam bidang pangan. Usaha ini yang dikelola oleh perorangan dan berorientasi

676 | W i n a r s i & M a r t o n o
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 3(4) Agustus 2021

pada profit, dimana usaha ini selaku pihak pertama yang melakukan semua aktivitas untuk
menambah guna nilai atau manfaat. Suatu perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin
untuk mempertahankan dan meningkatkan produksinya agar profit yang diinginkan akan
tercapai dan bisa meningkatkan produksinya agar profit yang diinginkan akan tercapai dan
bisa bertahan dalam persaingan pasar sekarang yang semakin ketat.
Usaha Rengginan ini yang berdiri sekitar 1 tahun ini telah banyak mengalami pasang surut
terutama dalam hal keuangan. Oleh karena itu bagaimana perusahaan tersebut agar tidak
mengalami kerugian dan juga mendapatkan keuntungan agar dapat menjalankan usahanya.
Berdasarkan hasil penelitian (Choiriyah et al., 2016) disimpulkan bahwa rencana penjualan
pada tingkat laba yang diharapkan terbukti menghasilkan laba sesuai dengan yang
diharapkan, sehingga analisis break even point dapat dijadikan acuan bagi manajemen
perusahaan dalam pengambilan keputusan.
Hasil penelitian (Maruta, 2018) penghitungan Break Even Point (BEP) dapat dilakukan
dengan metode persamaan, metode kontribusi margin, dan metode grafis. Ketiga metode
apabila digunakan menghasilkan angka yang sama. Analisa Break Even Point (BEP), dalam
praktiknya disamping mengandung manfaat tetapi juga masih mengandung kelemahan-
kelemahan.
Hasil penelitian (Falabiba, 2019) diperoleh adalah: Secara keseluruhan penerimaan dan
produksi gula Pabrik Gula Takalar pada tahun 2012 – 20116 telah mencapai BEP, hal tersebut
dapat dilihat dari rata-rata penerimaan dan produksi gula dari Rp. 17.251.829104,71 dan
47.704,54 Kw.
Untuk mengetahui besarnya laba yang diperoleh, pengusaha terlebih dahulu harus
mengetahui tingkat Break Even Point (BEP) yang dicapai yaitu keadaan dimana perusahaan
tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.

Kajian Teori dan Telaah Literatur


Break Even Poin (BEP)
Menurut Simamora (2012) Titik Impas adalah volume penjualan dimana jumlah pendapatan
dan jumlah bebannya sama, tidak ada laba maupun rugi bersi. Menurut Rusdiana (2014)
Break even point adalah suatu keadaan impas, yaitu apabila telah disusun perhitungan laba
dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tidak mendapat keuntungan dan tidak
menderita rugi. Horngren dkk (2006) mengatakan bahwa Break even point atau titik impas
merupakan suatu tingkat penjualan dimana laba operasinya adalah nol: Total pendapatan
sama dengan total pengeluaran.

Kegunaan Analisis Break Even Point (BEP)


Menurut Kasmir (2010), terdapat beberapa manfaat di dalam analisis break even point (BEP)
bagi manjemen perusahaan, diantaranya yaitu: a) Mendesain spesifikasi produk; b)
menentukan harga jual persatuan; c) menentukan target penjualan dan penjualan minimal;
d) memaksimalkan jumlah produksi dan penjualan; e) Merencanakan laba yang diinginkan
serta tujuan.

Jenis-Jenis Biaya
Menurut Soehardi Sigit (1995 : 4-6) jenis-jenis dari biaya adalah sebagai berikut:
1. Biaya tetap yaitu jenis biaya yang selama satu periode kerja adalah tetap jumlahnya, dan
tidak mengalami perubahan. Biaya tetap tidak berubah meskipun volume produksi

677 | W i n a r s i & M a r t o n o
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 3(4) Agustus 2021

berubah. Biaya tetap biasanya berupa: penyusutan, gaji, asuransi, sewa, pemeliharaan,
bunga, dan biaya tidak langsung lainnya.
2. Biaya variabel yaitu jenis biaya yang naik turunnya bersama-sama dengan volume
kegiatan. Biaya variable merupakan biaya langsung dan biaya tak langsung. Biaya
langsung adalah biaya yang secara langsung membentuk hasil produksi seperti biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
3. Biaya total yaitu total biaya tetap dan biaya variabel yang berkaitan dengan produksi.

Dasar Asumsi Analisis Break Even Point


Analisa Break Even Point mempunyai bebebrapa asumsi yang tercermin dalam anggaran
perusahaan masa yang akan datang. Dasar asumsi ang mendasari analisis Break Even point
menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (2005:58) sebagai berikut: 1)Harga jual per
unit tidak berubah-ubah pada volume penjualan. 2)Perusahaan berproduksi pada jarak
kapasitas yang secara relative konstan.
Beberapa asumsi yang harus dipenuhi untuk analisis Break Even Point adalah sebagai
berikut:
1. Biaya didalam perusahaan dapat digolongkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel.
2. Biaya variabel secara total berubah sebanding dengan volume penjualan/produksi, tetapi
biaya variabel per unitnya tetap.
3. Biaya tetap secara total jumlahnya tetap meskipun terdapat perubahan volume penjualan.
4. Harga jual per unit tidak berubah selama periode waktu yang dianalisis.
5. Perusahaan hanya menjual/memproduksi satu jenis barang. Oleh karena itu komposisi
penggunaan biaya dan penghasilan atas produk yang dijual harus tetap konstan.
6. Kebijakan manajemen tentang operasi perusahaan tidak berubah secara material dalam
jangka pendek.
7. Kebijakan persediaan barang tetap konstan atau tidak ada persediaan sama sekali, baik
persediaan awal maupun akhir.
8. Efensiensi dan produktivitas per karyawan tidak berubah dalam jangka pendek.

Keterbatasan Analisis Break even Point


Menurut Keown, dkk (2010: 115-116) terdapat ebberapa keterbatasan yang perlu untuk
diketahui dalam analisis break even point, adalah sebagai berikut:
1. Hubungan biaya, volume, laba diasumsikan meningkat secara linier
2. Kurva total pendapatan (kurva penjualan) diasumsikan meningkat secara linier sesuai
dengan volume output
3. Diasumsikan pepaduan antara produksi dan penjualan relative tetap

Metode Perhitungan Analisa Break Even Point


Dalam menghitung Break Even Point dapat digunakan dengan tiga pendekatan yaitu:
1. Pendekatan persamaan
Pendekatan ini diturunkan dari laporan laba/rugi perusahaan

Laba = Total Pendapatan – (Total Biaya Variabel + Total Biaya Tetap)


Atau
Total Pendapatan = Total Biaya Tetap – (Total Biaya Variabel + Laba)

678 | W i n a r s i & M a r t o n o
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 3(4) Agustus 2021

Hubungan tersebut dapat dirumuskan dalam persamaan secara matematis dalam bentuk
persamaan linier, sebagai berikut:
P = BT – (VC x P) + L
P – (VC x P) = BT + L
P (1 -VC) = BT + L
P =
Dalam keadaan Break Even Point apabila sama dengan nol, dapat dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut:
BEP (Rp) = atau BEP (unit) =
Keterangan:
P = Total penjualan BT = Total Biaya Tetap
Vc = Biaya Variabel Ps = Penjualan Satuan
Vs = BiayaVariabel Satuan L = Laba

2. Pendekatan Margin Kontribusi


Yaitu perhitungan biaya, volume dan laba dalam menghitung margin kontribusi terlebih
dahulu.
MKunit = P – VC
MKrasio = MKunit: P
Maka BEP (unit) =
BEP (Rp) =

Keterangan :
MK = Margin kontribusi P = Total penjualan
BEP (unit) = Titik impas dalam unit BT = Biaya tetap
BEP (Rp) = Titik impas dalam rupiah VC = Biaya variabel

Margin Of Safety
Merupakan batas resiko menurunnya penjualan hingga tidak memperoleh keuntungan dan
juga tidak menderita kerugian.


MOS = x 100%

Metode Penelitian
Penelitian diaksanakan di Home Industry Rengginan Istimewa Cap Bawang milik ibu
Mulyanah yang beralamatkan di Desa Pingit Demangan Kecamatan Pringsurat,
Temanggung.
Sumber adat yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi profile perusahaan, data
biaya, data produksi, harga jual dan data hasil penjualan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan yaitu wawancara, observasi, dokumentasi. Tahap analisis data dalam penelitian
ini adalah: 1) Melakukan klasifikasi biaya yaitu biaya tetap, biaya variabel; 2) Penghitungan
Break Even Point (BEP) di tahun 2021 yang terjadi di perusahaan; 2) penghitunagn margin
pengaman (margin of safety).

679 | W i n a r s i & M a r t o n o
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 3(4) Agustus 2021

Hasil dan Pembahasan


Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya-biya yang termasuk biaya tetap dan biaya variabel dalam produksi rengginan selama
periode Mei 2021.
Tabel 1. Biaya Penyusutan Home Industri Rengginan Istimewa Cap Bawang
No Elemen Biaya Nilai Perolehan Umur Ekonomis Depresiasi
1 Soblok Rp 200.000,00 12 bulan Rp 16.666,00
2 Bak Rp 100.000,00 12 bulan Rp 8.333,00
3 Centong Rp 6.000,00 6 bulan Rp 1.000,00
4 Rigen Rp 40.000,00 12 bulan Rp 3.300,00
Total Rp 29.332,00
Sumber: Data sekunder diolah (2021)

Tabel 2. Biaya Tetap Home Industri Rengginan Istimewa Cap Bawang Mei 2021
No Elemen Biaya Biaya
1 Gaji karyawan 1 orang Rp 50.000,00
2 Biaya listrik (Rp103.000,00/bulan) Rp 3.433,00
3 Penyusutan peralatan masak Rp 29.332,00
Total Rp 82.765,00
Sumber: Data sekunder diolah (2021)

Tabel 3. Biaya Variabel Rengginan Istimewa Cap Bawang Mei 2021


No Elemen Biaya Biaya
1 Beras ketan Rp 650.000,00
2 Bawang putih Rp 10.000,00
3 Garam Rp 2.000,00
4 Pewarna makanan Rp 6.000,00
5 Kayu bakar Rp 20.000,00
6 Plastik dan sablon Rp 50.000,00
7 Isi staples Rp 10.000,00
Total Rp 748.000,00
Sumber: Data Sekunder diolah (2021)

Analisis Break Even Point periode Mei 2021 50 kg beras ketan = 47,5 kg rengginan kering
dengan harga jual per kg 20.000,00.
a. BEP (Q) =
=
=
= 19,46 unit
b. BEP (dalam rupiah) =
=

=
=
= 388.568

680 | W i n a r s i & M a r t o n o
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 3(4) Agustus 2021

Margin Of Safety
Margin Of Safety Mei tahun 2021 dihitung sebagai berikut:

MOS = x 100%
= x 100%
= x 100%
= 5,94 %
Dalam rupiah = 5,94% x Rp. 950.000,00
= Rp. 56.430,00
Penutup
Dari hasil pembahasan dan penelitian pada home industri Rengginan Istimewa Cap Bawang
pada periode 1 Mei 2021 sebagai berikut:
1. Jumlah barang/rengginan yang harus dijual oleh home industri Rengginan Istimewa
Cap Bawang mencapai Break Even Point sebesar Rp. 388.568,00 atau a9,46 unit
2. Margin Of Safety home industri Rengginan Istimewa Cap Bawang periode Mei tahun
2021 sebesar 5,94% atau Rp. 56.430,00.

Saran
Sebaiknya home industri Rengginan Istimewa Cap Bawang tetap menjual diatas Break Even
Point agar memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian. Lebih baik pula jika dapat
menjual rengginan sesuai target penjulan, dan melakukan identifikasi terhadap seluruh
komponen biaya.
Dengan mempertimbangkan hasil analisis break even point sebagai alat bantu dalam
merencanakan penjualan agar mencaapi laba yang diinginkan. Sebaiknya tingkat atau
volume penjualan yang harus dicapai oleh home industri Rengginan Istimewa Cap Bawang
jangan sampai turun dari hasil Break Even Point.
Agar penjualan sesuai denagn yang drencanakan, sebaiknya home industry Rengginan
Istimewa Cap Bawang perlu memperhatikan margin of safety stock.

Referensi
Choiriyah, V. U., Dzulkirom, M., & Hidayat, R. R. (2016). Analisis Break Even Point sebagai
Alat Perencanaan Penjualan pada Tingkat Laba yang Diharapkan (Studi Kasus pada
Perhutani Plywood Industri Kediri Tahun 2013-2014). Jurnal Administrasi Bisnis, 35(1),
196-206.
Halim, A., Supomo, B., & Kusufi, M. S. (2012). Akuntansi Manajemen (Akuntansi Manajerial).
Yogyakarta: BPFE.
Horngren, C. T., Harrison, W. T., & Bamber, L. S. (2006). Akuntansi. Jakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia.
Kasmir. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE Group.
Keown, A. J., Martin, J. D., Petty, J. W., & Scott, D. F. (2013). Manajemen Keuangan: Prinsip dan
Penerapan. Jakarta: PT Indeks.

681 | W i n a r s i & M a r t o n o
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 3(4) Agustus 2021

Maruta, H. (2018). Analisis Break Even Point (BEP) sebagai Dasar Perencanaan Laba Bagi
Manajemen. JAS (Jurnal Akuntansi Syariah), 2(1), 9-28.
Ninla Elmawati Falabiba. (2019). Analisis Break even point (BEP) Pada Pabrik Gula di
Kabupaten Takalar.
Rusdiana, A., & Irfan, M. (2014). Sistem Informasi Manajemen. Bandung: Penerbit Pustaka
Setia.
Simamora, H. (2012). Akuntansi Manajemen, Edisi ketiga. Riau: Star Gate Publisher.
Soehardi, S. (1995). Analisa Break Even Point, Ancangan Linear Secara Ringkas dan Praktis.
Yogyakarta: BPFE UGM.

682 | W i n a r s i & M a r t o n o

Anda mungkin juga menyukai