Disusunoleh :
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVESITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
1
ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA
PEMANCINGAN PADA TAHUN 2016-2018
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dewasa ini persaingan dunia usaha semakin ketat, dengan banyaknya perusahaan
pesaing yang terus bermunculan menuntut perusahaan harus dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas usahanya untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan agar
tidak tersisihkan oleh para pesaingnya.Secara umum, tujuan perusahaan baik jangka
pendek atau jangka panjang adalah untuk memperoleh laba yang optimal.Tujuan
perusahaan tidak selamanya berjalan dengan lancar karena untuk dapat mencapai tujuan
tersebut perusahaan pasti menghadapi tantangan. Salah satu tantangannya adalah
meminimalkan biaya dan meningkatkan penjualan.
Perkembangan usaha sangat ditentukan oleh kemampuan manajemen dalam mengelola
sumber daya yang dimilikinya serta kejeliannya dalam memanfaatkan setiap peluang
yang ada, disamping selalu waspada terhadap kemungkinan adanya ancaman dari para
pesaing yang akan merebut pangsa pasarnya yang dengan sendirinya dapat menurunkan
tingkat penjualan yang akan berakibat berkurangnya keuntungan yang diharapkan serta
memiliki pengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan atau pertumbuhan
perusahaan. Salah satu bagian perencanaan keuntugan yang digunakan dalam
perusahaan adalah Break Even Point (BEP) di mana menerangkan tentang hubungan
antara biaya, volume produksi, harga jual dalam rangka memperoleh gambaran pulang
pokok. (Sabrin, 2015).
Menurut Satrijo, (2012) Salah satu tujuan dari suatu satuan unit bisnis adalah untuk
memperoleh laba yang maksimal sehingga salah satu perencanaan yang dibuat pihak
manajemen adalah perencanaan laba. Perencanaan laba tersebut menempatkan langkah-
langkah yang harus ditempuh satuan unit bisnis dalam mencapai besarnya target laba
yang diinginkan. Karena laba merupakan selisih dari pendapatan yang diterima (hasil
penjualan) dengan biaya yang dikeluarkan. Dengan demikian perencanaan laba
2
dipengaruhi oleh perencanaan penjualan (estimasi penjual) dan perencanaan biaya
3
(estimasi biaya). Untuk membuat perencanaan laba yang baik, maka dibutuhkan alat
bantu berupa analisis biaya-volume-laba (cost-volume-profit/CVP).
Analisis biaya-volume-laba (cost-volume-profit/CVP) yang penting adalah analisis titik
impas (Break Event Point Analysis) analisis Break Event Point adalah teknik analisis
untuk mengetahui penjualan minimum agar satuan unit bisnis tidak mendapatkan rugi,
tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama dengan nol). Dengan
membuat analisis Break Event Point, manajemen memperoleh informasi tingkat
penjualan minimum yang harus dicapai, agar tidak menderita kerugian. Dari analisis
tersebut, juga dapat diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang
direncanakan boleh turun, agar satuan unit bisnis tidak mengalami kerugiaan. Oleh
karena itu, analisis break event point adalah alat yang efektif dalam menyajikan
informasi manajemen untuk keperluan dalam merencanakan laba sehingga manajer
dapat memilih berbagai usulan kegiatan yang akan memberikan kontribusi terhadap
pencapaian laba dimasa yang akan datang. (Satrijo,2012).
Menurut Hansen dan Mowen, (2000) analisis Cost Volume Profit (CVP) menekankan
keterkaitan antara biaya, volume yang terjual, dan harga, sehingga semua informasi
keuangan perusahaan akan terkandung di dalamnya saat ini analisis Cost Volume Profit
merupakan bagian terpenting dalam perencanaan laba karena alat tersebut diperlukan
untuk membantu manajer dalam membuat kalkulasi perencanaan laba dan membuat
anggaran penjualan perusahaan menjadi akurat sehingga perencanaan dan pengambilan
keputusan dalam menentukan laba dapat optimal.
Pada setiap periode laba yang dihasilkan berbeda-beda, hal ini yang mendorong penulis
menganalisis seberapa besar laba atau rugi yang di peroleh para penjualan pinang di
Kota Jayapura. Oleh karena itu penulis mengambil judul penelitian adalah “ Analsis
Break Even Point pada penjualn pinang di Kota Jayapura tahun 2016”
2. Perumusan Masalah
Adapun masalah penelitian yang penulis rumuskan adalah : Apakah usaha pemancingan
berada dalam kondisi Break Even Point ?
4
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk
mengidentifikasi secara empiris apakah usaha pemancingan berada dalam kondisi Break
Even Point (BEP).
4. Tinjauan Pustaka
Prawirosentono (2010) menyatakan bahwa Break Even Point (BEP) dilihat dari aspek
pemasaran merupakan volume penjualan dimana total penghasilan (total revenue) sama
dengan total biaya, sehingga perusahaan dalam posisi tidak untung maupun tidak rugi.
Sedangkan dilihat dari segi penjualan Break Even Point adalah titik yang menunjukkan
tingkat penjualan barang atau jasa yang dijual tetapi tidak memberikan keuntungan
maupun kerugian. Menurut Yamin Zulian (2013) BEP adalah salah satu titik dimana total
biaya atau total cost sama dengan total penghasilan atau total revenue. Sejalan dengan itu
menurut Horngren Dkk (2013) menyatakan bahwa BEP adalah penjualan output yang
akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total yaitu jumlah penjualan output
yang akan menghasilkan laba operasi, sehingga suatu usaha tidak memberikan
keuntungan maupun kerugian. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2011) BEP adalah
keadaan suatu perusahaan yang volume penjualannya menunjukkan kondisi
penghasilannya (revenue) tepat sama besarnyadengan biaya totalnya, sehingga
perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian.
Penentuan titik impas untuk satu produk digunakan dua pendekatan yaitu: (1) Pendekatan
tehnik persamaan, baik dalam unit maupun rupiah; dan (2) Pendekatan Grafik (Mulyadi,
2001). Untuk dapat menentukan tingkat Break Event Point, maka biaya yang terjadi harus
dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang
jumlah totalnya tetap tidak berubah dalam range output tertentu, tetapi untuk setiap
satuan produksi akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan produksi. Semakin besar
hasil produksi, maka biaya tetap per satuan akan semakin kecil, sebaliknya semakin
rendah hasil
produksi maka biaya tetap per satuan akan semakin besar. Biaya variabel adalah biaya
yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan hasil produksi atau volume
5
kegiatan, tetapi untuk setiap satuan produksi akan tetap. Pemisahan biaya variabel dan
biaya tetap dalam praktek biasa bukan merupakan masalah yang mudah. Jenis biaya semi
variabel atau semi tetap dalam analisa Break Even Point perlu pemisahan lebih dulu
menjadi biaya variabel dan biaya tetap dengan menggunakan metode tertentu. (Munawir,
2004).
Analisis BEP sering disandingkan dengan margin of safety (MOS). Manajemen sangat
berkepentingan dengan margin of safety, karena dengan diketahui margin of safety berarti
manajemen mengetahui kemanan dari kondisi penjualannya. margin of safety bagi
perusahaan merupakan syarat bagi manajemen yaitu tindakan apa yang harus dilakukan
apabila penjualan mendekati titik impas (laba makin turun). Margin of safety merupakan
angka yang menunjukkan jarak antara penjualan yang direncanakan atau ditargetkan
dengan penjualan pada break event.dengan demikian margin of safety adalah juga
menggambarkan batas jarak tersebut, perusahaan akan menderita kerugian.
Menurut Manullang (2013) perencanaan laba merupakan salah satu faktor yang sangat
penting karena dapat mempengaruhi secara langsung terhadap kelancaran maupun
keberhasilan dalam menghasilkan laba. Oleh karena itu perencanaan laba memungkinkan
suatu perusahaan memilih bebrapa alternatif yang mungkin untuk dilaksanakan dimasa
depan dengan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam bentuk
keuangan. Dimana keuangana suatu perusahaan menjadi lebih fleksibel dari perusahaan
laba operasi perusahaan. Sedangkan menurut supriyono (2000) menyatakan bahwa :
“perencanaan laba adalah memilih beberapa alternatif yang memungkinkan untuk
dilaksanakan dimasa depan dengan mempertimbangkan tujuan perusahaan serta sumber-
sumber ekonomi yang dimiliki serta kendala-kendala yang dihadapainya dimasa akan
datang”
B. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran, memaparkan, dan melaporkan suatu keadaan, obyek, atau peristiwa. Dalam
hal ini mendapatkan gambaran tentang tingkat pulang pokok dari para usaha
pemancingan di distrik muaratami kota jayapura. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survey. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer
yaitu sumber data penelitian
6
yang diperoleh secara langsung dan tidak langsung serta melalui media perantara atau
diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data tersebut merupakan Laporan keuntungan
dari usaha pemancingan di kota jayapura.
Sumber data dari penelitian ini diperoleh langsung dari pemancingan pondok ijo koya
barat di kabupaten kota jayapura. Harga yang ditetapkan oleh pemilik usaha perkilo ikan
dihargai 80,000 . Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi dan wawancara yang dilakukan di kabupaten Kota Jayapura. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan
mengunakan Break Even Point dan Margin of Safety dengan rumus menurut Hansen dan
Mowen (2004):
Dimana :
FC : Fixed Cost
VC : Variable Cost
P : Price per unit
S : Sales Volume
Dimana :
FC : Fixed Cost
VC : Variable Cost
P : Price per unit
S : Sales Volume
7
3) Margin Of Safety
Margin of safety (%) = (Penjualan yang dianggarkan - Penjualan titik impas)/
Penjualan yang dianggarkan
TABEL 1
Hasil Perhitungan BEP Penjualan dan UNIT
Penjual Pinang Tahun 2014 -2016
Tahun
Uraian
2014 2015 2016
Penjualan 432,000,000 540,000,000 720,000,000
Biaya Tetap 37,800,000 41,400,000 54,000,000
Biaya Variabel 270,000,000 324,000,000 360,000,000
Contribusi Margin 1.6 1,6 2
8
Didalam penelitian ini penulis mengganti unit dengan kg di karenakan pemancingan
itu akan terjual jika di jual secara kg dan bukan per unit. Oleh karena itu dari hasil
perhitungan di dapatkan bahwa penjual pinang akan balik modal jika 26,190 kg dapat
terjual pada tahun 2014, dan pada tahun 2015 sebanyak 32,220 serta tahun 2016
sebanya 25,200.
Dari hasil perhitungan di atas penulis menyatakan bahwa pemancingan berada dalam
kondisi Break Even Point.
9
pokok. Oleh Karena itu penjual pinang juga harus pintar menganalisis pangsa
pasar atau peluang dalam mencari keuntungan.
2. Saran
Dalam penulisan ini penulisan memberikan saran kepada para penjual pinang
yang berada di kota jayapura bisa lebih berinovasi dalam memasarkan pinang.
Selama ini para penjual pinang menggunakan cara tradisional dalam menjual
pinang oleh karena itu pada karya ilmiah ini penulis memberikan saran kepada
penjual pinag dapat menjual pinang dengan cara konteporer atua lebih terjamin
kebersiannya ketikan customer yang membeli dan memakan lebih tertarik untuk
membelinya karena terlihat dari bungkusan pinang itu.
10
E. DAFTAR PUSTAKA
Budiwibowo, Satrijo. (2012). Analisis estimasi cost-volume-profit (CVP) dalam
hubungannya dengan perencanaan laba pada Hotel Tlogo Mas Sarangan. Jurnal
Akuntansi dan Pendidikan, volume 1, Nomor 1, Oktober 2012.
Hansen & Mowen. 2004. Manajemen Biaya, Edisi Bahasa Indonesia. Buku Kedua.
Jakarta: Salemba Empat
Horngren. 2013.Sistem Pengedalian Manajemen.Jakarta
Munawir S.2004.Analisa Laporan Keuangan.Yogyakarta : Liberty.
Riyanto,Bambang.2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta:BPFE
Prawirosentono. 2010Manajemen Operasi.Edisi Ke 5
Supriyono, R.A. 2000. Akuntansi Biaya Perencanaan Pengendalian Biaya Serta
Pembuatan Keputusan.Edisi 2. Yogyakarta :BPFE
Sutrisno, 2001. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi Pertama
Cetakan Kedua, Ekonisia, Yogyakarta.
Zulian, Yamin. 2013. Manajemen Produksi Dan Operasi. Edisi Pertama.Yogyakarta.
11
Lampiran 1
TABEL 1
HASIL USAHA PEMANCINGAN TAHUN 2016
TABEL 2
HASIL USAHA PEMANCINGAN TAHUN 2017
TABEL 3
HASIL USAHA PEMANCINGAN TAHUN 2018
TABEL 4
HPP PEMANCINGAN
12
13