Disusun oleh :
Kelompok 1
Kelas Pengauditan I C4
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan keharidat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul “Memahami Berbagai Kode Etik
Akuntan Publik Dan Organisasi Akuntan Publik Di Indonesia” dengan tepat waktu.
Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Henny Triyana
Hasibuan, S.E., M.Si., Ak. serta untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana kode etik
akuntan publik dan organisasi akuntan public yang ada di Indonesia bagi para pembaca dan
penulis.
Selama proses pembuatan paper ini, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kami ucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Henny Triyana Hasibuan, S.E., M.Si., Ak. selaku dosen pengampu mata
kuliah pengauditan 1 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan
dan pengetahuan bagi kami. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan paper ini.
Kami menyadari bahwa paper ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala
saran dan kritik sangat dibutuhkan untuk perbaikan kedepannya sehingga nantinya dapat
memberikan hasil yang lebih baik lagi. Kami juga ucapkan terima kasih kepada para pembaca
yang telah meluangkan waktu untuk membaca paper ini.
Penulis
ii
ABSTRAK
Dalam hal menciptakan dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi
akuntan publik IAPI harus mengacu pada standar internasional. Kode Etik ini menetapkan
prinsip-prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus dipatuhi dan diterapkan oleh setiap
individu di Kantor Akuntan Publik (KAP); atau jaringan KAP, baik anggota IAPI maupun
non-IAPI yang menyediakan layanan professional. Kode Etik Profesi Akuntansi (“Kode
Etik”) terdiri dari dua bagian. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip-prinsip dasar
etika profesi akuntan public dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip
tersebut, sedangkan Bagian B memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual
tersebut pada saat situasi tertentu.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
BAB III
PENUTUP .......................................................................................................................... 32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu misi dari Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yaitu untuk menciptakan
dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik dengan mengacu
pada standar internasional. Dalam hal ini, IAPI telah memberikan tanggung jawab nya
kepada Dewan Standar Profesi Akuntan Publik IAPI untuk mengembangkan dan menetapkan
standar profesi dan norma etika profesi kualitas yang dapat diterima dalam pekerjaan akuntan
publik di Indonesia. Kode Etik Profesi Akuntansi (“Kode Etik”) terdiri dari dua bagian.
Bagian A dan Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip-prinsip dasar.
Menyediakan kerangka kerja konseptual untuk memahami etika profesional dan menerapkan
prinsip-prinsip dasar etika profesi. Sedangkan Bagian B dari Kode Etik ini memberikan
contoh penerapannya. Kerangka konseptual untuk situasi tertentu.
Kode Etik ini menetapkan prinsip-prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus
dipatuhi. diterapkan oleh setiap individu di Kantor Akuntan Publik (KAP); atau jaringan
KAP, baik anggota IAPI maupun non-IAPI yang menyediakan layanan profesional seperti:
Garansi dan layanan non-garansi yang ditentukan dalam standar Profesi dan Etika Profesi.
Selanjutnya orang pribadi disebut sebagai “praktisi”. Anggota IAPI tidak berpartisipasi dalam
KAP atau Jaringan KAP, yang tidak memberikan jasa profesional harus mematuhi dan
menerapkan Bagian A dari Kode Etik di atas. Beberapa KAP atau Jaringan KAP tidak dapat
menetapkan kode etik. Kode yang lebih longgar dari kode etik ini. Semua praktisi harus
mematuhi dan menerapkan semua prinsip dasar Aturan etika profesi diatur dalam Kode Etik
ini, kecuali prinsip-prinsip dasar Kode etik profesi berdasarkan peraturan perundang-
undangan Jika hukum yang berlaku atau peraturan lain lebih ketat daripada Kode Etik ini,
semua prinsip dasar dan aturan etika profesional berlaku untuk hal ini. Dibatasi oleh hukum,
peraturan hukum atau peraturan lainnya. Selain berpegang pada prinsip dan prinsip. Praktisi
harus mematuhi peraturan yang berlaku serta aturan etika profesi diatur dalam Kode Etik ini.
Melihat dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, rumusan masalah yang
diangkat dalam pembahasan materi ini yaitu :
1
1.2.1 Apa saja prinsip-prinsip umum dan tanggung jawab akuntan publik?
1.2.2 Apa saja prinsip-prinsip Kode Etik Akuntan Publik?
1.2.3 Apa saja yang dijelaskan dalam Bagian A Kode Etik Akuntan Publik?
1.2.4 Apa saja yang dijelaskan dalam Bagian B Kode Etik Akuntan Publik?
1.2.5 Bagaimana perkembangan organisasi akuntan public di Indonesia?
Melihat dari rumusan permasalahan diatas, adapun tujuan dari pembahasan materi
tersebut antara lain :
1.3.1 Untuk menambah pemahaman mengenai prinsip-prinsip umum dan tanggung jawab
akuntan publik.
1.3.2 Untuk menambah pemahaman mengenai prinsip-prinsip Kode Etik Akuntan Publik.
1.3.3 Untuk menambah pemahaman mengenai penjelasan yang ada dalam Bagian A Kode
Etik Akuntan Publik.
1.3.4 Untuk menambah pemahaman mengenai penjelasan yang ada dalam Bagian B Kode
Etik Akuntan Publik.
1.3.5 Untuk menambah pemahaman mengenai perkembangan organisasi akuntan public
yang ada di Indonesia.
Melihat dari tujuan pembahasan diatas, adapun manfaat dari pembahasan materi
tersebut antara lain :
1.4.1 Menambah pemahaman mengenai prinsip-prinsip umum dan tanggung jawab akuntan
publik.
1.4.2 Menambah pemahaman mengenai prinsip-prinsip Kode Etik Akuntan Publik.
1.4.3 Menambah pemahaman mengenai penjelasan yang ada dalam Bagian A Kode Etik
Akuntan Publik.
1.4.4 Menambah pemahaman mengenai penjelasan yang ada dalam Bagian B Kode Etik
Akuntan Publik.
1.4.5 Menambah pemahaman mengenai perkembangan organisasi akuntan public yang ada
di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
ISA
Prinsip – Prinsip Umum dan Tangggung Jawab
200 -265
SA 240 Tanggung Jawab Auditor terkait dengan Kecurangan dalam suatu Audit atas
Laporan Keuangan.
SA 260 Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung jawab atas Tata Kelolah.
3
SA 265 Pengkomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen.
Ruang Lingkup : Standar Audit (SA) mengatur tanggung jawab keseluruhan auditor
independen ketika melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan SA. SA
menjelaskan ruang lingkup, wewenang, dan struktur SA, serta mengatur ketentuan untuk
menetapkan tanggung jawab umum auditor independen. SA ditulis dalam konteks audit atas
laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor. SA dapat diadaptasi ketika diterapkan dalam
audit atas informasi keuangan historis lainnya. Auditor tetap bertanggung jawab untuk
memastikan kepatuhan terhadap seluruh kewajiban hukum, regulasi, atau profesi yang
relevan.
Tujuan Audit : Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan tingkat keyakinan
pengguna laporan keuangan yang dituju, dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor
tentang apakahlaporan keuangan disusun sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku. SA mengharuskan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai tentang
apakah laporan keuangansecara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik
yang disebabkan olehkecurangan maupun kesalahan.
SA berisi tujuan, ketentuan, serta materi penerapan dan penjelasan lain yang
dirancanguntuk mendukung auditor dalam memperoleh keyakinan memadai. SA
mengharuskan auditoruntuk menggunakan pertimbangan profesional dan memelihara
skeptisisme profesional selamaperencanaan dan pelaksanaan audit. Bentuk opini yang
dinyatakan oleh auditor akan bergantungpada kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
serta peraturan perundang-undangan atauregulasi yang berlaku. Auditor juga memiliki
tanggung jawab komunikasi dan pelaporan lainkepada pengguna laporan keuangan,
manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,atau pihak-pihak di luar entitas.
4
SA 210 : Persetujuan atas Syarat-syarat Perikatan Audit.
Standar audit 210 ini memuat tentang persetujuanatas syarat-syarat perikatan audit,
dimana SA ini berkaitan dengan tanggungjawab auditor dalam menyepakati syarat perikatan
audit dengan manajemen, dan jika relevan dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata
kelola entitas dan juga SA ini menetapkan bahwa terdapat prakondisi tertentu untuk suatu
audit.
Auditor harus menentukan apakah kerangka pelaporan laporan keuangan yang akan
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan.
Memperoleh persetujuan dari pihak manajemen bahwa manajemen mengakui dan
memahami tanggung jawabnya.
1. KAP personelnya mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan
yang berlaku.
2. Laporan yang diterbitkan oleh KAP atau rekan perikatan telah sesuai dengan
kondisinya.
Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu pada
tingkat perikatan untuk memberikan keyakinan memadai bagi auditor bahwa :
1. Audit telah dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta ketentuan hokum dan
peraturan yang berlaku.
2. Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai dengan kondisinya.
5
SA 230 – Dokumentasi Audit
Standar audit ini berkaitan dengan kewajiban auditor dalam menyusun dokumentasi
audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan.
1. Bukti sebagai dasar auditor untuk membuat kesimpulan tentang pencapaian tujuan
auditor secara keseluruhan; dan
2. Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan SA dan
ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
Tujuan tambahan:
- Membantu tim perikatan untuk merencanakan dan melaksanakan audit.
- Memungkinkan tim perikatan untuk bertanggung jawab atas pekerjaannya.
- Mempertahankan/menyimpan catatan atas masalah dari signifikansi berkelanjutan
untuk audit masa depan.
- Memungkinkan untuk melakukan inspeksi eksternal.
SA 240 – Tanggung Jawab Auditor Terkait Kecurangan Dalam Suatu Audit Atau
Laporan Keuangan.
Standar Audit 240 berhubungan dengan tanggung jawab auditor yang terkait dengan
kecurangan, dalam suatu audit atas laporan keuangan. Secara spesifik, SA ini memperluas
bagaimana SA 3151 dan SA 3302 harus diterapkan dalam kaitannya dengan risiko kesalahan
penyajian material karena kecurangan.
6
Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan & kesalahan:
- Tanggung jawab utama untuk pencegahan & deteksi fraud atau kecurangan &
kesalahan terletak pada :
a. Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola; dan
b. Manajemen suatu entitas.
- Tanggung jawab manajemen termasuk menerapkan & memastikan kelanjutan operasi
sistem akuntansi dan pengendalian internal, yang dirancang untuk mencegah dan
mendeteksi kecurangan dan kesalahan.
- Tanggung jawab Auditor
Mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa Laporan keuangan yang diambil
secara keseluruhan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan. Karena keterbatasan yang melekat pada suatu audit,
ada risiko yang tidak dapat dihindari bahwa beberapa kesalahan penyajian material
Laporan keuangan mungkin tidak terdeteksi.Risiko tidak mendeteksi salah saji
material yang diakibatkan oleh kecurangan lebih tinggi daripada risiko tidak
mendeteksi salah saji akibat kesalahan. Auditor bertanggung jawab untuk menjaga
skeptisisme profesional selama audit.
7
yang harus dipatuhi oleh manajemen atau menetapkan ketentuan yang mengatur entitas
dalam menjalankan bisnisnya namun tidak berdampak langsung terhadap laporan keuangan
suatu entitas.
8
dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, dan mengidentifikasibeberapa hal
spesifik yang perlu dikomunikasikan kepada mereka.
Peran komunikasi
Peran komunikasi dua arah yang efektif penting untuk membantu:
1. Auditor dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam memahami halyang
terkait dengan konteks audit.
2. Auditor dalam memperoleh informasi audit yang relevan dari pihak yangbertanggung
jawab atas tata kelola.
3. Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam memenuhi tanggung
jawabmereka untuk mengawasi proses pelaporan keuangan,dengan demikian
dapatmengurangi resiko kesalahan penyajian dan material atas laporan keuangan.
SA 265 – Pengomunikasian Defisiensi Dalam Pengendalian Internal Kepada Pihak
Yang Bertanggung Jawab Atas Tata Kelola dan Manajemen.
SA 265 mengatur tanggung jawab auditor untuk mengomunikasikan dengan tepat
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata keloa dan manajemen tentang defisiensi
dalam pengendalian internal yang diidentifikasi oleh auditor dalam audit atas laporan
keuangan. SA ini tidak memberikan tanggung jawab tambahan kepada auditor untuk
memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal dan merancang serta melakukan
pengujian atas pengendalian melebihi yang diisyaratkan dalam SA 315 dan SA 330. Auditor
diwajibkan untuk memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal yang relevan
dengan audit pada saat mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material.
Defisiensi Dalam Pengendalian Internal :
Ini ada ketika:
1. Suatu pengendalian dirancang, diterapkan atau dioperasikan sedemikian rupa
sehingga tidak dapat mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi, salah saji dalam
laporan keuangan secara tepat waktu; atau
2. Tidak ada pengendalian yang diperlukan untuk mencegah, atau mendeteksi dan
mengoreksi, salah saji dalam laporan keuangan secara tepat waktu.
9
Organisasi profesi akuntan Indonesia telah memiliki Kode Etik Akuntan Indonesia
yang terakhir ditetetapkan dalam konggres VIII Ikatan Akuntan Indonesia pada Tahun 1998
dan berlaku secara efektif pada bulan Mei tahun 2000. Kode etik tersebut bersumber dari
AICPA dan berlaku bagi semua anggota IAI. Sejak dibentuknya Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) tahun 2007 kode etik tersebut msih tetap berlaku, namun khusus bagi para
akuntan publik anggota IAPI diberlakukan kode etik baru yang disebut Kode Etik Profesi
Akuntan Publik yang berlaku secara efektif pada tanggal 1 Januari 2010.
Kode etik ini disusun oleh IAPI mengacu pada Code of Ethics for Professional
Accountans yang diterbitkan oleh The Internasional Ethics Standard Board for Accountans
tahun 2008. Pada Code of Ethics yang diterbitkan IFAC ini terdiri dari 3 bagian diantaranya :
Bagian A - General Application of the Code, Bagian B - Professional Accountans in Public
Practice dan Bagian C - Professional Accountans in Business. Namun dikarenakan Bagian C
dipandang belum relevan untuk diadopsi oleh IAPI, maka hanya bagian A dan B saja yang
diadopsi oleh IAPI setelah diterjemahkan dan dimodifikasi. Kode Etik Akuntan Publik terdiri
dari dua bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B. Dimana Bagian A dari Kode Etik ini
menetapkan prinsip - prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk
penerapan prinsip tersebut, sedangkan Bagian B memberikan ilustrasi mengenai penerapan
kerangka konseptual tersebut pada saat situasi tertentu.
10
c. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional, setiap Praktisi
wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang
dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat
menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan
terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap
Praktisi harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar profesi dan kode
etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
d. Prinsip kerahasiaan. Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh
sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh
mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau
pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan
ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh
dari hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh Praktisi
untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
e. Prinsip perilaku professional, setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang
berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
11
mungkin untuk mendefinisikan setiap situasi tersebut. Setiap Praktisi harus menghindari
setiap hubungan yang bersifat subjektif atau yang dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak
layak terhadap pertimbangan profesionalnya.
Setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya. Setiap Praktisi harus waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak
12
disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan
bisnis maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap Praktisi tidak
boleh merendahkan martabat profesi. Setiap Praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh
bersikap atau melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh; atau
b. Membuat pernyataaan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak
didukung bukti terhadap hasil pekerjaan Praktisi lain.
13
Ancaman tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Ancaman kepentingan pribadi, yaitu ancaman yang terjadi sebagai akibat dari
kepentingan keuangan maupun kepentingan lainnya dari Praktisi maupun anggota
keluarga langsung atau anggota keluarga dekat dari Praktisi;
b. Ancaman telaah-pribadi, yaitu ancaman yang terjadi ketika pertimbangan yang diberikan
sebelumnya harus dievaluasi kembali oleh Praktisi yang bertanggung jawab atas
pertimbangan tersebut;
c. Ancaman advokasi, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi menyatakan sikap atau
pendapat mengenai suatu hal yang dapat mengurangi objektivitas selanjutnya dari Praktisi
tersebut;
d. Ancaman kedekatan, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi terlalu bersimpati
terhadap kepentingan pihak lain sebagai akibat dari kedekatan hubungannya; dan
e. Ancaman intimidasi, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi dihalangi untuk bersikap
objektif.
Dalam mengevaluasi kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi, Praktisi mungkin
diharuskan untuk menyelesaikan masalah dalam penerapan prinsip dasar etika profesi. Ketika
memulai proses penyelesaian masalah yang terkait dengan etika profesi, baik secara formal
maupun informal, setiap Praktisi baik secara individu maupun bersama-sama dengan
koleganya, harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Fakta yang relevan;
14
b. Masalah etika profesi yang terkait;
c. Prinsip dasar etika profesi yang terkait dengan masalah etika profesi yang dihadapi;
d. Prosedur internal yang berlaku; dan
e. Tindakan alternatif.
2.2.2 Bagian B – Aturan Etika Profesi
A. Ancaman dan Pencegahan
Ancaman-ancaman yang telah dibahas pada Bagian A dari Kode Etik ini, sifat dan
signifikansi ancamannya sangat beragam, tergantung dari sifat dan jenis jasa profesional yang
diberikan kepada pihakpihak di bawah ini:
a. Klien audit laporan keuangan;
b. Klien assurance selain klien audit laporan keuangan; atau
c. Klien selain klien assurance.
Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman kepentingan pribadi bagi Praktisi
antara lain:
a. Kepentingan keuangan pada klien atau kepemilikan bersama dengan klien atas suatu
kepentingan keuangan.
b. Ketergantungan yang signifikan atas jumlah imbalan jasa profesional yang diperoleh dari
suatu klien.
c. Hubungan bisnis yang erat dengan suatu klien.
Contoh-contoh situasi yang dapat menimbulkan ancaman telaah pribadi antara lain:
a. Penemuan kesalahan yang signifikan ketika dilakukan pengevaluasian kembali hasil
pekerjaan Praktisi.
b. Pelaporan mengenai operasi sistem keuangan setelah keterlibatan Praktisi dalam
perancangan atau pengimplementasiannya.
c. Keterlibatan Praktisi dalam penyusunan data yang digunakan untuk menghasilkan catatan
yang akan menjadi hal pokok dari perikatan.
d. Anggota tim assurance sedang menjabat, atau belum lama ini pernah menjabat, sebagai
direksi atau pejabat klien.
Dalam lingkungan kerja, pencegahan yang tepat sangat beragam, tergantung dari
situasinya. Setiap Praktisi harus mempertimbangkan juga dapat tidaknya pertimbangan
tersebut diterima oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua
informasi yang relevan, termasuk pengetahuan mengenai signifikansi ancaman dan
15
pencegahan yang diterapkan. Pertimbangan tersebut dapat dipengaruhi oleh signifikansi
ancaman, sifat perikatan, dan struktur KAP atau Jaringan KAP.
Pencegahan dalam sistem dan prosedur yang diterapkan oleh klien antara lain:
a. Pihak dalam organisasi klien selain manajemen meratifikasi atau menyetujui penunjukan
KAP atau Jaringan KAP.
16
b. Klien memiliki karyawan yang kompeten dengan pengalaman dan senioritas yang
memadai untuk mengambil keputusan manajemen.
c. Klien telah menerapkan prosedur internal untuk memastikan terciptanya proses
pemilihan yang objektif atas perikatan selain perikatan assurance.
d. Klien memiliki struktur tata kelola perusahaan yang memastikan terciptanya pengawasan
dan komunikasi yang memadai sehubungan dengan jasa profesional yang diberikan oleh
KAP atau Jaringan KAP.
- Penerimaan Perikatan
Sebelum menerima perikatan, setiap Praktisi harus mempertimbangkan setiap
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang dapat terjadi dari
diterimanya perikatan tersebut. Sebagai contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap
kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional dapat terjadi ketika tim
perikatan tidak memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan perikatan dengan
baik.
17
b. Memperoleh pengetahuan yang relevan mengenai industri atau hal pokok dari perikatan.
c. Memiliki pengalaman mengenai peraturan atau persyaratan pelaporan yang relevan.
d. Menugaskan jumlah staf yang memadai dengan kompetensi yang diperlukan.
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh Praktisi Pengganti mencakup antara lain:
a. Mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan klien secara lengkap dan terbuka
dengan Praktisi Pendahulu;
b. Meminta Praktisi Pendahulu untuk memberikan informasi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan klien yang diketahuinya yang relevan bagi Praktisi Pengganti,
sebelum Praktisi Pengganti memutuskan untuk menerima perikatan tersebut.
c. Ketika menanggapi permintaan untuk tender, Praktisi Pengganti harus mencantumkan
dalam dokumen tendernya persyaratan mengenai komunikasi dengan Praktisi Pendahulu
18
sebelum menerima perikatan tersebut dengan tujuan untuk menanyakan ada tidaknya
alasan profesional atau alasan lainnya untuk tidak menerima perikatan tersebut.
Jika ancaman tersebut tidak dapat dihilangkan atau dikurangi ke tingkat yang dapat
diterima melalui penerapan pencegahan, maka Praktisi Pengganti harus menolak perikatan
yang ditawarkan, kecuali jika Praktisi Pengganti mempunyai keyakinan yang kuat mengenai
dapat diperolehnya informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi ancaman tersebut dengan
cara lain.
C. Benturan Kepentingan
Setiap Praktisi harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, karena situasi
tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
Ancaman terhadap objektivitas atau kerahasiaan dapat terjadi ketika Praktisi memberikan jasa
profesional untuk klien-klien yang kepentingannya saling berbenturan atau kepada klien-
klien yang sedang saling berselisih dalam suatu masalah atau transaksi.
Tergantung dari penyebab benturan kepentingan, pencegahan yang dilakukan oleh Praktisi
umumnya harus mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Memberitahukan klien mengenai setiap kepentingan atau kegiatan bisnis KAP atau
Jaringan KAP yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, dan memperoleh
persetujuan dari klien untuk melanjutkan hubungan dengan klien berdasarkan kondisi
tersebut, atau
b. Memberitahukan semua pihak yang relevan yang teridentifikasi mengenai pemberian jasa
profesional oleh Praktisi kepada dua atau lebih klien yang kepentingannya saling
berbenturan, dan memperoleh persetujuan dari klien- klien tersebut untuk melanjutkan
hubungan dengan mereka berdasarkan kondisi tersebut, atau
c. Memberitahukan klien mengenai pemberian jasa profesional oleh Praktisi secara tidak
eksklusif untuk suatu klien
Selain itu, berikut ini adalah pencegahan tambahan yang harus dipertimbangkan juga:
a. Penggunaan tim perikatan yang terpisah dalam memberikan jasa profesional kepada
klien-klien yang kepentingannya saling berbenturan;
19
b. Penetapan prosedur untuk mencegah akses informasi oleh pihak yang tidak berhak
(sebagai contoh, pemisahan fisik yang jelas atas masing-masing tim perikatan tersebut di
atas, dan penyimpanan data yang aman dan terjaga kerahasiaannya);
c. Penetapan pedoman yang jelas bagi anggota tim perikatan mengenai keamanan dan
kerahasiaan data;
d. Penggunaan perjanjian kerahasiaan yang ditandatangani oleh setiap rekan dan staf KAP
atau Jaringan KAP; dan
e. Penelaahan secara berkala atas penerapan pencegahan oleh pejabat senior KAP atau
Jaringan KAP yang tidak terlibat dalam perikatan.
D. Pendapat Kedua
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika Praktisi
diminta untuk memberikan pendapat kedua mengenai penerapan akuntansi, auditing,
pelaporan, atau standar/prinsip lain untuk keadaan atau transaksi tertentu oleh, atau untuk
kepentingan, pihak-pihak selain klien. Signifikansi ancaman akan tergantung dari kondisi
yang melingkupi permintaan pendapat kedua, serta seluruh fakta dan asumsi lain yang
tersedia yang terkait dengan pendapat profesional yang diberikan.
20
Contoh lain dari ancaman yang berkaitan dengan imbalan jasa professional dan
bentuk remunerasi lainnya adalah misalkan Praktisi A membayar imbalan jasa profesional
rujukan kepada Praktisi B untuk mendapatkan suatu perikatan yang membutuhkan keahlian
khusus yang dimiliki oleh Praktisi A yang tidak dimiliki atau ditawarkan oleh Praktisi B.
Pembayaran imbalan jasa profesional rujukan tersebut dapat menimbulkan ancaman
kepentingan pribadi terhadap objektivitas, kompetensi, serta sikap kecermatan dan kehatian-
hatian profesional. Pencegahan tersebut mencakup antara lain:
a. Mengungkapkan kepada klien mengenai perjanjian pembayaran atau penerimaan imbalan
jasa profesional rujukan kepada Praktisi lain atas suatu perikatan.
b. Memperoleh persetujuan di muka dari klien mengenai penerimaan komisi dari pihak
ketiga atas penjualan barang atau jasa kepada klien.
21
berlaku. sebagai contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap perilaku profesional dan
objektivitas dapat terjadi dari penyimpanan aset klien tersebut. Praktisi yang dipercaya untuk
menyimpan uang atau aset lainnya milik pihak lain harus melakukan pencegahan sebagai
berikut:
a. Menyimpan aset tersebut secara terpisah dari aset KAP atau Jaringan KAP, atau aset
pribadinya;
b. Menggunakan aset tersebut hanya untuk tujuan yang telah ditetapkan;
c. Setiap saat siap mempertanggungjawabkan aset tersebut kepada individu yang berhak atas
aset tersebut, termasuk seluruh penghasilan, dividen, atau keuntungan yang dihasilkan
dari aset tersebut; dan
d. Mematuhi semua ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku sehubungan dengan
penyimpanan dan pertanggungjawaban aset tersebut.
22
pencegahan yang diterapkan) meragukan integritas, objektivitas, atau skeptisisme
profesional dari anggota tim assurance, KAP, atau Jaringan KAP.
1. Kepentingan Keuangan
(i) Kepentingan keuangan dari suatu pihak yang tidak memiliki kendali atas medium
investasi atau atas kepentingan keuangan yang dimiliki, atau
(ii) Kepentingan keuangan dari suatu pihak yang memiliki kendali atas kepentingan
keuangan atau memiliki kemampuan untuk memengaruhi keputusan investasi.
2. Ancaman kepentingan pribadi dapat terjadi ketika anggota tim assurance maupun anggota
keluarga langsungnya menerima suatu pemberian, sebagai contoh, warisan, hadiah, atau
kepentingan keuangan yang bersifat langsung maupun kepentingan keuangan yang
bersifat tidak langsung yang material pada klien assurance sebagai akibat dari
penggabungan usaha. Pencegahan di bawah ini harus diterapkan untuk menghilangkan
ancaman tersebut :
a. Melepaskan kepentingan keuangan sedini mungkin; atau
23
b. Mengeluarkan anggota tim assurance dari perikatan assurance.
3. Ancaman kepentingan pribadi dapat terjadi ketika anggota tim assurance mengetahui
adanya kepentingan keuangan yang bersifat langsung maupun kepentingan keuangan
yang bersifat tidak langsung yang material pada klien assurance yang dimiliki oleh
anggota keluarga dekatnya. pencegahan yang tepat, yang mencakup antara lain:
a. Melepaskan kepentingan keuangan yang dimiliki oleh anggota keluarga dekatnya
sedini mungkin, baik secara keseluruhan maupun dalam jumlah yang memadai hingga
kepentingan keuangan yang tersisa menjadi tidak lagi material;
b. Mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan ancaman dengan pihak yang memiliki
tanggung jawab atas tata kelola perusahaan, seperti komite audit; atau
c. Mengeluarkan personil tersebut dari tim assurance.
2. Pinjaman dan Penjaminan yang Diberikan oleh Klien Assurance, serta Simpanan yang
Ditempatkan pada Klien Assurance
Pinjaman atau penjaminan pinjaman yang diberikan kepada KAP oleh klien assurance
yang merupakan bank atau institusi sejenis tidak akan menimbulkan ancaman terhadap
independensi jika pinjaman atau penjaminan tersebut diberikan melalui prosedur. Beda halnya
Ketika pinjaman tersebut ternyata material bagi klien assurance dan KAP, ancaman kepentingan
pribadi yang terjadi mungkin dapat dikurangi ke tingkat yang dapat diterima melalui penerapan
pencegahan yang tepat. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan Praktisi di luar
KAP atau Jaringan KAP untuk menelaah hasil pekerjaan yang telah dilakukan.
Hubungan bisnis yang dekat antara anggota tim assurance atau KAP dengan klien
assurance maupun manajemennya, atau antara KAP atau Jaringan KAP dengan klien audit
laporan keuangan, akan melibatkan kepentingan keuangan yang bersifat komersial atau
bersifat umum, serta dapat menimbulkan ancaman kepentingan pribadi dan acaman
intimidasi. Di bawah ini diberikan contoh- contoh dari hubungan tersebut:
a. Memiliki kepentingan keuangan yang material dalam suatu usaha patungan (joint
venture) dengan klien assurance maupun pemilik pengendali, direktur, pejabat, atau
personil lainnya yang melakukan fungsi manajerial senior.
24
b. Melakukan pengaturan atau perjanjian untuk menggabungkan satu atau lebih jasa atau
produk dari KAP dengan satu atau lebih jasa atau produk dari klien assurance, serta
memasarkan paket jasa atau produk tersebut dengan menggunakan nama kedua pihak
tersebut.
c. Melakukan pengaturan atau perjanjian distribusi atau pemasaran dengan klien assurance,
dan KAP bertindak sebagai distributor atau fungsi pemasaran dari produk atau jasa yang
dihasilkan oleh klien assurance, atau sebaliknya.
Oleh karena itu, pencegahan yang harus dilakukan agar KAP tetap dapat
melaksanakan perikatannya sehubungan dengan situasi tertentu dengan melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut:
1. Ancaman terhadap independensi dapat terjadi ketika anggota keluarga langsung dari
anggota tim assurance merupakan karyawan klien assurance yang dalam kedudukannya
memiliki pengaruh langsung dan signifikan atas hal pokok dari perikatan assurance.
Signifikansi setiap ancaman akan tergantung dari faktor-faktor sebagai berikut:
a. Kedudukan anggota keluarga langsung dari anggota tim assurance pada klien
assurance; dan
b. Peran anggota tim assurance yang bersangkutan dalam perikatan assurance.
Pencegahannya mencakup :
25
2. Ancaman terhadap independensi dapat terjadi ketika anggota keluarga dekat dari anggota
tim assurance merupakan direktur, pejabat, atau karyawan dari klien assurance yang
dalam kedudukannya memiliki pengaruh langsung dan signifikan atas informasi hal
pokok dari perikatan assurance. Signifikansi setiap ancaman akan tergantung dari faktor-
faktor sebagai berikut:
a. Kedudukan anggota keluarga dekat dari anggota tim assurance pada klien
assurance;
b. Peran anggota tim assurance yang bersangkutan dalam perikatan assurance.
Pencegahannya mencakup :
Ketika anggota tim assurance, rekan, atau sebelumnya pernah menjadi rekan dari
KAP telah bergabung dengan klien assurance, signifikansi setiap ancaman kepentingan
pribadi, ancaman kedekatan, atau ancaman intimidasi yang terjadi akan tergantung dari
faktor-faktor sebagai berikut:
Maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk mengurangi
ancaman tersebut ke tingkat yang dapat diterima, diantaranya :
26
b. Menugaskan tim assurance yang setidaknya memiliki pengalaman yang setara dengan
pengalaman individu tersebut untuk perikatan assurance selanjutnya;
c. Melibatkan Praktisi lainnya yang tidak terlibat dalam perikatan assurance untuk menelaah
hasil pekerjaan yang telah dilakukan oleh personil KAP yang bersangkutan, atau untuk
memberikan saran yang diperlukan; atau
d. Menelaah pengendalian mutu perikatan assurance.
Signifikansi ancaman ketika adanya personil klien assurance yang bergabung dengan
KAP akan tergantung dari faktor-faktor sebagai berikut:
a. Melibatkan Praktisi lainnya untuk menelaah hasil pekerjaan yang telah dilakukan atau
untuk memberikan saran yang diperlukan; atau
b. Mendiskusikan ancaman tersebut dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
perusahaan, seperti komite audit.
7. Rangkap Jabatan Personil KAP sebagai Direktur atau Pejabat Klien Assurance
Ketika rekan atau karyawan KAP atau Jaringan KAP juga merupakan sekretaris
perusahaan pada klien audit laporan keuangan, ancaman telaah pribadi atau ancaman
advokasi dapat terjadi dan ancaman telaah pribadi atau ancaman advokasi yang dapat terjadi
semakin signifikan. Sehingga tidak ada satupun pencegahan yang dapat mengurangi ancaman
tersebut ke tingkat yang dapat diterima.
8. Keterkaitan yang Cukup Lama antara Personil Senior KAP dengan Klien
Assurance
27
Ancaman kedekatan dapat terjadi ketika personil senior yang sama digunakan dalam
perikatan assurance untuk suatu periode yang cukup lama. Signifikansi setiap ancaman yang
terjadi akan tergantung dan faktor-faktor sebagai berikut
Maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk mengurangi
ancaman tersebut ke tingkat yang dapat diterima. Pencegahan tersebut mencakup antara lain:
Signifikansi ancaman Ketika adanya imbalan jasa profesional akan tergantung dari
faktor-faktor sebagai berikut:
Maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk mengurangi
ancaman tersebut ke tingkat yang dapat diterima diantaranya :
a. Mendiskusikan besaran dan sifat imbalan jasa profesional dengan pihak klien assurance
yang bertangggung jawab atas tata kelola perusahaan, seperti komite audit;
b. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi ketergantungan KAP
atau Jaringan KAP pada suatu klien assurance;
c. Melakukan penelaahan eksternal atas pengendalian mutu; dan
28
d. Melakukan konsultasi dengan pihak ketiga, seperti badan pengatur profesi atau Praktisi
lainnya.
Ancaman kepentingan pribadi dapat terjadi ketika imbalan jasa profesional dari klien
assurance belum terlunasi untuk jangka waktu yang cukup lama, terutama ketika bagian yang
signifikan dari imbalan jasa profesional tersebut belum terlunasi sebelum terbitnya laporan
assurance berikutnya. Pencegahan di bawah ini dapat diterapkan untuk mengurangi ancaman
tersebut ke tingkat yang dapat diterima:
a. Mendiskusikan imbalan jasa profesional yang belum terlunasi dengan pihak klien
assurance yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan, seperti komite audit.
b. Melibatkan Praktisi lainnya yang tidak terlibat dalam perikatan assurance untuk menelaah
hasil pekerjaan yang telah dilakukan atau untuk memberikan saran yang diperlukan.
Ancaman kepentingan pribadi dapat terjadi ketika KAP menerima perikatan assurance
dengan jumlah imbalan jasa profesional yang secara signifikan lebih rendah dari jumlah yang
dikenakan oleh KAP sebelumnya atau yang ditawarkan oleh KAP lain. Ancaman tersebut
tidak dapat dikurangi ke tingkat yang dapat diterima, kecuali jika:
a. KAP dapat memastikan terpenuhinya alokasi waktu yang memadai dan tenaga
profesional yang kompeten dalam perikatan tersebut; dan
b. KAP dapat memastikan ditaatinya semua standar, pedoman, dan prosedur pengendalian
mutu assurance.
29
Maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk mengurangi
ancaman tersebut ke tingkat yang dapat diterima diantaranya :
a. Mengungkapkan besaran dan sifat imbalan jasa profesional kepada pihak klien assurance
yang bertanggungjawab atas tata kelola perusahaan, seperti komite audit;
b. Melibatkan pihak ketiga yang independen untuk menelaah atau menentukan besaran
imbalan jasa profesional final; atau
c. Menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
Organisasi profesi Akuntan Publik di Indonesia ialah IAPI atau Institut Akuntan
Publik Indonesia. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) atau Indonesian Institute of
Certified Public Accountants (IICPA), mempunyai latar belakang sejarah yang cukup
panjang, dimulai dari didirikannya Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada 23 Desember 1957.
Organisasi ini beranggotakan mereka yang bergelar akuntan dan memiliki nomor register
akuntans sesuai Undang – Undang No. 34 tahun 1954. Perkembangan profesi dan organisasi
Akuntan Publik di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari perkembangan perekonomian, dunia
usaha dan investasi baik asing maupun domestik, pasar modal serta pengaruh global. Secara
garis besar tonggak sejarah perkembangan profesi dan organisasi akuntan publik di Indonesia
memang sangat dipengaruhi oleh perubahan perekonomian negara pada khususnya dan
perekonomian dunia pada umumnya.
Di awal masa kemerdekaan Indonesia, warisan dari penjajah Belanda masih dirasakan
dengan tidak adanya satupun akuntan yang dimiliki atau dipimpin oleh bangsa Indonesia.
Pada masa ini masih mengikuti pola Belanda masih diikuti, dimana akuntan didaftarkan
dalam suatu register negara. Di negeri Belanda sendiri ada dua organisasi profesi yaitu
Vereniging van Academisch Gevormde Accountans (VAGA ) yaitu ikatan akuntan lulusan
perguruan tinggi dan Nederlands Instituut van Accountants (NIvA) yang anggotanya terdiri
dari lulusan berbagai program sertifikasi akuntan dan memiliki pengalaman kerja. Akuntan-
akuntan Indonesia pertama lulusan periode sesudah kemerdekaan tidak dapat menjadi
anggota VAGA atau NIvA. Situasi ini mendorong Prof. R. Soemardjo Tjitrosidojo dan empat
lulusan pertama FEUI yaitu Drs. Basuki T.Siddharta, Drs. Hendra Darmawan, Drs. Tan Tong
30
Joe dan Drs. Go Tie Siem memprakarsai berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia yang
dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia yang disingkat IAI pada tanggal 23 Desember 1957 di
Aula Universitas Indonesia.
Dalam kurun waktu 17 tahun sejak dibentuknya Seksi Akuntan Publik, profesi
akuntan publik berkembang dengan pesat. Seiring dengan perkembangan pasar modal dan
perbankan di Indonesia, diperlukan perubahan standar akuntansi keuangan dan standar
profesional akuntan publik yang setara dengan standar internasional. Dalam Kongres IAI ke
VII tahun 1994, anggota IAI sepakat untuk memberikan hak otonomi kepada akuntan publik
dengan merubah Seksi Akuntan Publik menjadi Kompartemen Akuntan Publik.
31
persyaratan International Federation of Accountans (IFAC) yang berhubungan dengan profesi
dan etika akuntan publik, sekaligus untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh IFAC
sebagaimana tercantum dalam Statement of Member Obligation (SMO). Pada tanggal 4 Juni
2007, secara resmi IAPI diterima sebagai anggota asosiasi yang pertama oleh IAI. Pada
tanggal 5 Februari 2008, Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 mengakui IAPI sebagai organisasi profesi akuntan publik
yang berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan penerbitan
standar profesional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan program pendidikan
berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prinsip-prinsip umum serta tanggung jawab auditor telah diatur dalam Internasional
Standards on Auditing (ISA) Nomor 200 – 265. Prinsip umum dan tanggung jawab auditor
merupakan aspek penting sebelum mengetahui lebih lanjut mengenai Kode Etik Akuntan
Publik. Etika berkaitan dengan bagaimana kita berperilaku dalam hubungannya dengan orang
lain. Ahli etika umumnya memiliki perbedaan pendapat tentang apakah semua perilaku harus
didasarkan pada standar universal yang tidak berubah atau dipengaruhi oleh kebiasaan dan
tradisi yang berubah. Namun, terlepas dari perbedaannya, kerangka umum pengambilan
keputusan etis dapat diterapkan. Etika profesional adalah aturan etika yang berlaku untuk
anggota profesi yang melayani tujuan ideal dan praktis. Kode Etik Akuntan Profesional yang
dihasilkan oleh IAPI dimaksudkan untuk mencapai tujuan ideal melalui prinsip-prinsip dasar
etika profesi, sedangkan tujuan praktis dimaksudkan untuk dicapai melalui standar etika yang
esensial. Kode Etik kita dapat berubah seiring dengan perubahan profesi dan masyarakat kita.
Mengakui bahwa anggota IAPI secara sukarela menegakkan Kode Etik mereka sendiri akan
berdampak signifikan terhadap martabat dan reputasi profesi.
32
akuntan yang dimiliki atau dipimpin oleh bangsa Indonesia. Di negeri Belanda sendiri ada
dua organisasi profesi yaitu Vereniging van Academisch Gevormde Accountans (VAGA )
yaitu ikatan akuntan lulusan perguruan tinggi dan Nederlands Instituut van Accountants
(NIvA) yang anggotanya terdiri dari lulusan berbagai program sertifikasi akuntan dan
memiliki pengalaman kerja. Situasi ini mendorong Prof. R. Soemardjo Tjitrosidojo dan
empat lulusan pertama FEUI memprakarsai berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia yang
dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia yang disingkat IAI pada tanggal 23 Desember 1957 di
Aula Universitas Indonesia. Di masa pemerintahan orde baru, terjadi banyak perubahan
signifikan dalam perekonomian Indonesia. Perubahan perekonomian ini membawa dampak
terhadap kebutuhan akan profesi akuntan publik, dimana pada masa itu telah berdiri banyak
kantor akuntan Indonesia dan masuknya kantor akuntan asing yang bekerja sama dengan
kantor akuntan Indonesia. Pada tanggal 7 April 1977, IAI membentuk Seksi Akuntan Publik
sebagai wadah para akuntan publik di Indonesia untuk melaksanakan program-program
pengembangan akuntan publik. Dalam kurun waktu 17 tahun sejak dibentuknya Seksi
Akuntan Publik, profesi akuntan publik berkembang dengan pesat. Dalam Kongres IAI ke
VII tahun 1994, anggota IAI sepakat untuk memberikan hak otonomi kepada akuntan publik
dengan merubah Seksi Akuntan Publik menjadi Kompartemen Akuntan Publik. Setelah
hampir 50 tahun sejak berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia, tepatnya pada tanggal 24
Mei 2007 berdirilah Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi akuntan
publik yang independen dan mandiri dengan berbadan hukum yang diputuskan melalui Rapat
Umum Anggota Luar Biasa IAI – Kompartemen Akuntan Publik.
3.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
AL. Haryono Jusup, 2014, Auditing Pengauditan Berbasisi ISA Edisi II, STIE YKPN,
Yogyakarta
34
Mahasiswa, yai. Kode Etik Akuntan Publik. Diakses dari
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/2018031025/04T4%20Kelompok%20Audit
%20I%20_%20Lampiran%20Kode%20Etik%20Profesi%20Akuntan%20Publik.pdf
35