Anda di halaman 1dari 3

Soal Diskusi

1. Jelaskan tanggungjawab auditor dan manajemen terhadap laporan keuangan?


2. Apakah auditor yang melaksanakan audit dengan memenuhi semua standar dapat memberikan
keyakinan mutlak bahwa laporan keuangan adalah benar?
2. Mengapa seorang auditor perlu menilai sistem pengendalian intern yang ada?
3. Sejauh mana tanggung jawab auditor mengungkap adanya fraud?

JAWABAN

1. Jelaskan tanggungjawab auditor dan manajemen terhadap laporan keuangan?


 Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kekeliruan atau kecuranga. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik
kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji
material terdeteksi.Auditor tidak bertangung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit
guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan. Tujuan audit atas laporan keuangan
oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi
auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan
tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan
tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan
standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
 Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat dan untuk
membangun dan memelihara pengendalian intern yang akan, di antaranya, mencatat, mengolah,
meringkas, dan melaporkan transaksi (termasuk peristiwa dan kondisi) yang konsisten dengan
asersi3 manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Transaksi entitas dan aktiva, utang, dan
ekuitas yang terkait adalah berada dalam pengetahuan dan pengendalian langsung
manajemen. Manajemen memiliki tanggung jawab terhadap laporan keuangan dan pengendalian
internal. Di dalam The Sarbanes-Oxley Act tanggung jawab tersebut semakin diperketat. Salah
satunya adalah kewajiban terhadap CEO dan CFO perusahaan publik untuk
memberikan statement (pernyataan) tentang tanggung jawabnya terhadap laporan keuangan tersebut
baik untuk laporan berkala maupun laporan tahunan yang dikirimkan kepada SEC (Bapepam di
Indonesia).
 Apakah auditor yang melaksanakan audit dengan memenuhi semua standar dapat
memberikan keyakinan mutlak bahwa laporan keuangan adalah benar?
Berdasarkan PSA No.02 seksi 110, auditor memperoleh keyakinan memadai (reasonable assurance)
tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor
dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi.
Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh
keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang
tidak material terhadap laporan keuangan. Bukti audit didasarkan pada Standar pekerjaan lapangan
ketiga yang berbunyi: "Auditor harus memperoleh cukup bukti yang tepat dengan melakukan
prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan
keuangan yang diaudit".
2. Mengapa seorang auditor perlu menilai sistem pengendalian intern yang ada?
Karena auditor memiliki Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah untuk membantu auditor
dalam membuat suatu pertimbangan mengnai resiko salah saji yang materil dalam asersi laporan
keuangan. Namun sebelum melakukan penilaian pengendalian resiko, seorang auditor harus
memahami perancangan dan pengimplementasian pengandalian internal sebelum memutuskan
apakah entitas tersebut dapat diaudit (auditabilitas)

3. Sejauh mana tanggung jawab auditor mengungkap adanya fraud?


Auditor keuangan (internal dan eksternal) masih ragu mengenai sejauh mana tanggung jawab
hukum dan profesional untuk mendeteksi penipuan ketika melakukan audit keuangan rutin. Tetapi
pengadilan tampaknya tidak berpikiran serupa, dan tidak Juga publik investor. Ada persepsi umum
yang berkembang bahwa auditor dari sifat pendidikan mereka, intuisi, dan pengalaman kerja dapat
mengendus penipuan dimanapun dan kapanpun itu ada dalam pembukuan. Standar itu jauh lebih
tinggi daripada orang didalam profesi audit telah pernah menganjurkannya. Bahkan, persepsi publik
terhadap tanggung jawab auditor untuk mendeteksi penipuan sangat realistis. Auditor tidak pernah
mampu untuk bersantai seperti di standar ketat perawatan wajah. Setiap auditor Juga tidak bisa
membayar premi untuk asuransi kewajiban profesional jika persepsi publik dari standar menjadi
kenyataan hukum. apa, kemudian, standar hukum auditor penipuan untuk produk perawatan, dan
apa tanggung jawab nya untuk mendeteksi penipuan?

AUDITOR BERTANGGUNG JAWAB UNTUK DETEKSI FRAUD?

Satu sumber untuk wawasan tentang standar auditor eksternal untuk produk perawatan dan tanggung
jawab untuk deteksi penipuan adalah Amerika Jurisprudensi. Bawah umum judul "Akuntan,"
menawarkan volume yang ini: Secara umum diakui bahwa akuntan publik dapat dianggap
bertanggung jawab pada prinsip prinsip kelalaian, satu dengan siapa ia berada dalam hal ikut serta.
Atau dengan siapa ia memiliki hubungan kontraktual langsung, atas kerusakan yang alami dan
proxima disebabkan oleh kegagalannya dalam menggunakan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan
penilaian biasanya dimiliki oleh anggota profesi bahwa dalam lokalitas tertentu. Seperti contoh :
Skandal yang terjadi pada perusahaan Enron menyebabkan banyak masyarakat yang ragu pada
kredibilitas profesi audit dan semakin serius ketika mempengaruhi kepercayaan publik dalam proses
pelaporan keuangan dan fungsi audit. Dalam hal ini jelas harapan masyarakat terlalu tinggi terhadap
tugas auditor yang sebagian besar mencegah, mendeteksi, dan melaporkan kecurangan.Penelitian
Porter mengungkapkan bahwa tujuan utama dari audit di pra – 1920 adalah untuk mengungkap
kecurangan. Namun, pada tahun 1930-an , tujuan utama dari audit telah berubah menjadi verifikasi
akun dan kini Tanggung Jawab Auditor diatur dalam ISA 240 untuk Pertimbangan Fraud dalam
Audit Laporan Keuangan bahwa tanggung jawab utama auditor adalah untuk mendeteksi adanya
kecurangan dan kesalahan, hanya sejauh mereka terkait dengan penilaian risiko dan sisanya
merupakan tanggung jawab manajemen, melalui penerapan dan operasi lanjutan akuntansi yang
memadai dan sistem pengendalian internal .Menurut hasil penelitian di Rumania yang menggunakan
teknik kuesioner, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai tujuan
audit resmi tidak benar, karena mereka menempatkan harapan yang sangat tinggi pada auditor untuk
tugas deteksi dan pencegahan penipuan. Persepsi ini sangat bertentangan dengan tujuan utama
dinyatakannya suatu audit, sebagaimana diatur dalam ISA 200, dimana tugas auditor adalah untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan, tetapi untuk tidak pencegahan penipuan dan upaya
deteksi kesalahan dalam perusahaan seperti yang telah diatur pada ISA 240.Situasi ini dapat
diperbaiki melalui beberapa strategi, dua hal yang mungkin berhasil antara lain : i ) Mendidik
pengguna mengenai peran dan tugas auditor yang sebenarnya melalui komunikasi yang lebih baik
oleh auditor, dan ii ) dengan memperluas ruang lingkup audit agar memenuhi ekspektasi pasar .
Porter ( 1997 ) berpendapat bahwa pendidikan juga merupakan salah satu cara yang dapat
membantu dalam memecahkan masalah kesalahpahaman karena dapat mengurangi “kesenjangan”
yang disebabkan oleh ketidaktahuan .

Anda mungkin juga menyukai