Anda di halaman 1dari 18

Pengauditan I Kelas B3

Pertemuan ke-III
Selasa, 22 Februari 2022

Ringkasan Materi Kuliah (RMK)


“Standar Auditing (Standar Profesional Akuntan Publik) Berbasis ISA dan
Bedanya dengan Berbasis AICPA”

Oleh:
Kelompok III
1. Ni Made Kartika Ayuni Kencanawati (2007531112 / 12)
2. Ni Putu Hanna Windu Sari (2007531191 / 30)
3. Ni Kadek Piena Jayanthi Putri (2007531198 / 32)

Dosen Pengampu:
Dra. Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati, Ak., M.Si., CA.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
A. Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain
Penggunaan pekerjaan lain Auditor terkait standar audit 600 (SA 600) bisa diartikan
sebagai konsultan termasuk juga penasihat hukum yang ditugasi sebagai spesialis dalam situasi
selain dalam penyediaan jasa kepada klien. Keputusan untuk menggunakan pekerjaan lain dari
auditor memungkinkan ia menguasai atau memahami hal-hal bisnis secara umum, tetapi ia
tidak diharapkan memiliki keahlian sebagai seorang yang terlatih atau memenuhi syarat untuk
melaksanakan praktik profesi atau pekerjaan lain. Dalam hal ini adalah internal audit
perusahaan itu sendiri.
Fungsi dan tugas internal audit di dalam sebuah perusahaan adalah memastikan semua
operasional perusahaan sudah berjalan sesuai dengan standar & prosedur perusahaan untuk
menjamin efisiensi dan efektivitas perusahaan dan mencegah fraud (kecurangan). Namun
seorang internal audit perusahaan tidak layak untuk memberikan pendapatnya atas sebuah
laporan keuangan yang ia awasi/kontrol.
Hal ini terkait independensi dan integritas Akuntan Publik/Auditor Eksternal, tidak boleh
memiliki hubungan apa pun kepada klien sebagai pemberi jasa audit, selain hubungan
perikatan audit. Yang di dalamnya tertuang hak-hak sebagai pemberi jasa keuangan (konsultan
di luar perusahaan) dan kewajiban perusahaan dalam memberikan Fee (Biaya/Ongkos
Konsultan Audit) dengan segala komplektisitas perusahaan yg terikat dan disetujui kedua belah
pihak, antara Akuntan Publik dan manajemen perusahaan. Namun sebelum memulai, auditor
eksternal harus memahami prinsip-prinsip penggunaan pekerjaan lain, sesuai dengan standar
audit yang meliputi :
 SA 600 : Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan Grup (Termasuk
Pekerjaan Auditor Komponen)
Standar ini membahas audit atas laporan keuangan kelompok perusahaan (group financial
statements) yang melibatkan beberapa KAP (Kantor Akuntan Publik). Definisi-definisi
yang dicantumkan adalah sebagai berikut:
1. Component : Entitas atau kegiatan bisnis yang memliki informasi keuangan yang
merupakan bagian dari laporan keuangan kelompok (group financial statements).
2. Component Auditor : Auditor yang melaksanakan audit atas informasi keuangan dari
suatu component.

1
3. Component Management : Manajemen yang bertanggungjawab atas pembuatan
informasi keuangan dari suatu component.
4. Component Materilality : Materilalitas untuk suatu component yang ditentukan
oleh group engangement team.
5. Group : Seluruh atau semua component yang informasi keuangannya termasuk
dalam group financial statements.
6. Group audit : Audit atas group financial statement.
7. Group Audit Opinion : Pendapat atau opini audit atas group financial statements.
8. Group Engangement Partner : Partner pada KAP yang bertanggungjawab atas group
audit engangement.
9. Group Engangement Team : Para partner termasuk group engangement partner, dan
staff yang menetapkan strategi audit menyeluruh (overall group audit strategy),
berkomunikasi dengan component auditors, melaksanakan pekerjaan yang terkait
konsolidasi, dan mengevaluasi kesimpulan yang ditarik dari bukti audit untuk
merumuskan opini atas group financial statements.
10. Group Financial Statements : Laporan keuangan yang meliputi informasi keuangan
dari lebih dari satu component.
11. Group Management : Management yang bertanggungjawab atas penyusunan dan
penyajian group financial statements.
12. Group Wide Controls : Pengendalian yang dirancang, diimplementasikan dan
dipelihara oleh group management terhadap pelaporan keuangan kelompok.
13. Significant Component : Suatu component yang oleh group engagement
team diidentifikasi sebagai component yang secara individual mempunyai aspek
keuangan yang besar (financial significant) bagi group, atau karena sifatnya yang khas,
sangat boleh jadi membawa resiko signifikan atas salah saji material dalam group
financial statements.
 SA 610 : Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
SA 610 berhubungan dengan tanggung jawab auditor eksternal jika menggunakan
pekerjaan kontrol internal. Dalam hal ini termasuk menggunakan pekerjaan fungsi audit
internal dalam memperoleh bukti audit dan menggunakan auditor internal untuk
memberikan bantuan langsung di bawah arahan, pengawasan dan peninjauan auditor

2
eksternal. Tujuan fungsi audit internal sangat bervariasi dan bergantung pada ukuran dan
struktur entitas, serta ketentuan manajemen, dan jika relevan, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola. Aktivitas fungsi audit internal dapat mencakup satu atau lebih hal-
hal sebagai berikut:
1. Pemantauan pengendalian internal
Fungsi audit internal dapat diserahkan tanggung jawab spesifik untuk melakukan
review pengendalian internal, memantau operasi pengendalian internal tersebut, dan
memberikan rekomendasi perbaikan atas pengendalian internal tersebut.
2. Pemeriksaan atas informasi keuangan dan informasi operasional
Fungsi audit internal dapat diserahkan tanggung jawab untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengklasifikasikan, dan melaporkan informasi keuangan dan informasi
operasional, serta untuk meminta keterangan tertentu tentang pos-pos dalam informasi
tersebut, termasuk pengujian secara detail atas transaksi, saldo, dan prosedur.
3. Penelaahan aktivitas operasi
Fungsi audit internal dapat diserahkan tanggung jawab untuk menelaah ekonomi, serta
keefisienan dan keefektivitasan aktivitas operasi, termasuk aktivitas non keuangan
suatu entitas.
4. Penelaahan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
Fungsi audit internal dapat diserahkan tanggung jawab untuk menelaah kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan dan ketentuan eksternal lainnya, serta
terhadap kebijakan dan arahan manajemen dan ketentuan internal lainnya.
5. Pengelolaan risiko
Fungsi audit internal dapat membantu organisasi melalui pengidentifikasian dan
pengevaluasian atas keterpaparan signifikan terhadap risiko, dan memberikan
kontribusi dalam peningkatan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian.
6. Tata kelola
Fungsi audit internal dapat menilai proses tata kelola dalam pencapaian tujuan etika
dan nilai, pengelolaan dan akuntabilitas kinerja, pengkomunikasian informasi risiko
dan informasi pengendalian kepada pihak-pihak yang tepat dalam organisasi, serta
keefektivitasan komunikasi di antara pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
auditor eksternal dan auditor internal, dan manajemen.

3
 SA 620 : Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
Dalam istilah “Tenaga ahli auditor” Standar Audit (SA 620.6) mendefinisikan seseorang
atau suatu organisasi yang memiliki keahlian dalam suatu bidang diluar accounting atau
auditing, yang pekerjaannya dalam bidang tersebut digunakan auditor/KAP untuk
membantunya memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Seorang pakar auditor bisa
berasal dari KAP tersebut yang disebut auditor internal expert atau yang berasal dari luar
yang disebut auditor external expert.

B. Kesimpulan Audit dan Pelaporan


Dalam standar audit, kesimpulan audit dan pelaporan meliputi :
 SA 700 : Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan
SA 700 membahas tentang tanggung jawab auditor untuk membentuk opini atas laporan
keuangan. Standar ini juga berkaitan dengan bentuk dan isi laporan auditor yang
dikeluarkan sebagai hasil dari audit laporan keuangan.
 SA 705 : Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen
SA 705 membahas tentang tanggung jawab auditor untuk mengeluarkan laporan yang
sesuai keadaan ketika membentuk opini sesuai dengan SA 700. Auditor menyimpulkan
bahwa modifikasi terhadap pendapat auditor atas laporan keuangan diperlukan.
 SA 706 : Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain dalam Laporan
Auditor Independen
SA 706 membahas komunikasi tambahan dalam laporan auditor ketika auditor
menganggap perlu untuk menarik perhatian pengguna terhadap suatu masalah atau hal-hal
yang disajikan atau diungkapkan dalam laporan keuangan, sehingga memberi pemahaman
bagi pengguna atas laporan keuangan, atau untuk menarik perhatian pengguna untuk
masalah atau hal lain selain yang disajikan dalam laporan keuangan yang relevan dengan
pemahaman pengguna tentang audit, tanggung jawab auditor, ataupun laporan auditor.
 SA 710 : Informasi Komparatif Angka Korespondensi dan Laporan Keuangan
Komparatif
SA 710 berkaitan dengan tanggung jawab auditor terkait dengan informasi komparatif
dalam audit atas laporan keuangan. Ketika laporan keuangan periode sebelumnya telah

4
diaudit oleh auditor pendahulu, atau tidak diaudit. Dalam SA 710 juga berlaku persyaratan
dan panduan tentang saldo awal dalam laporan keuangan.
 SA 720 : Tanggung Jawab Auditor atas Informasi Lain dalam Dokumen yang berisi
Laporan Keuangan yang telah Diaudit
SA 720 berkaitan dengan tanggung jawab auditor terkait dengan informasi lain dalam
dokumen yang berisi laporan keuangan yang diaudit dan laporan auditor di dalamnya.
Dengan tidak adanya persyaratan yang terpisah dalam keadaan tertentu dari perikatan,
pendapat auditor tidak mencakup informasi lain dan auditor tidak memiliki tanggung jawab
khusus untuk menentukan apakah informasi lain dinyatakan dengan benar.

C. Area-Area Khusus

Dalam standar audit, area-area khusus meliputi :

 SA 800: Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai
dengan Kerangka Bertujuan Khusus. SA 800 membahas pertimbangan khusus dalam
penerapan SA tersebut untuk mengaudit laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
kerangka tujuan khusus.
 SA 805: Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan Keuangan Tunggal dan Unsur,
Akun, atau Pos Spesifik dalam Suatu Laporan Keuangan. SA 805 berkaitan dengan
pertimbangan husus dalam penerapan SA tersebut untuk mengaudit laporan keuangan
tunggal atau elemen, akun, atau item tertentu dari laporan keuangan.
 SA 810: Perikatan untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan. SA 810 berkaitan
dengan tanggung jawab auditor terkait dengan keterlibatan untuk melaporkan ringkasan
laporan keuangan yang berasal dari laporan keuangan yang diaudit sesuai dengan SA oleh
auditor yang sama.

D. Prinsip Dasar Etika

Lima prinsip dasar etika untuk Akuntan adalah:

a. Integritas yaitu bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis.

5
b. Objektivitas yaitu tidak mengompromikan pertimbangan profesional atau bisnis karena
adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain.
c. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional, untuk:
i. Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesional pada level
yang disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi tempatnya bekerja
memperoleh jasa profesional yang kompeten, berdasarkan standar profesional dan
standar teknis terkini serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
dan
ii. Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan standar teknis
yang berlaku.
d. Kerahasiaan yaitu menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil hubungan
profesional dan bisnis.
e. Perilaku Profesional yaitu mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
menghindari perilaku apa pun yang diketahui oleh Akuntan mungkin akan
mendiskreditkan profesi Akuntan.

Akuntan harus mematuhi setiap prinsip dasar etika. Prinsip dasar etika menetapkan standar
perilaku yang diharapkan dari seorang Akuntan. Kerangka kerja konseptual menetapkan
pendekatan yang perlu diterapkan oleh seorang Akuntan, yang membantunya dalam mematuhi
prinsip dasar etika tersebut. Subseksi 111-115 menetapkan persyaratan dan materi aplikasi yang
terkait dengan masing-masing prinsip dasar etika.

Akuntan mungkin menghadapi suatu situasi ketika mematuhi salah satu prinsip dasar etika,
akan bertentangan dengan mematuhi satu atau lebih prinsip dasar etika lainnya. Dalam situasi
demikian, Akuntan mungkin mempertimbangkan untuk berkonsultasi, secara anonim jika
diperlukan, dengan:

 Pihak lain dalam Kantor atau organisasi tempatnya bekerja.


 Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
 Asosiasi profesi.
 Regulator.
 Penasihat hukum.

6
Namun demikian, konsultasi semacam itu tidak membebaskan Akuntan dari tanggung
jawabnya untuk menggunakan pertimbangan profesional dalam menyelesaikan konflik tersebut
atau (jika perlu) dan kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan, untuk melepaskan diri
dari permasalahan yang memunculkan konflik. Akuntan didorong untuk mendokumentasikan
substansi permasalahan, rincian dari setiap pembahasan, keputusan yang dibuat, dan alasan atas
keputusan tersebut.

- Subseksi 111 - Integritas

Akuntan harus mematuhi prinsip integritas, yang mensyaratkan Akuntan untuk bersikap
lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis. Integritas menyiratkan berterus
terang dan selalu mengatakan yang sebenarnya. Akuntan tidak boleh secara sengaja dikaitkan
dengan laporan, komunikasi, atau informasi lain ketika Akuntan percaya bahwa informasi tersebut:

a. Berisi kesalahan atau pernyataan yang menyesatkan secara material;


b. Berisi pernyataan atau informasi yang dibuat secara tidak hati-hati; atau
c. Terdapat penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya diungkapkan,
sehingga akan menyesatkan.

- Subseksi 112 - Objektivitas

Akuntan harus mematuhi prinsip objektivitas yang mensyaratkan Akuntan tidak


mengompromikan pertimbangan profesional atau bisnis karena adanya bias, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain. Akuntan tidak boleh melakukan
aktivitas profesional jika suatu keadaan atau hubungan terlalu memengaruhi pertimbangan
profesionalnya atas aktivitas tersebut.

- Subseksi 113 – Kompetensi dan Kehati-Hatian Profesional

Akuntan harus patuh terhadap prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional yang
mensyaratkan Akuntan untuk:

a. Mencapai dan mempertahankan pengetahuan serta keahlian profesional pada level yang
disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi tempatnya bekerja
memperoleh jasa profesional yang kompeten berdasarkan standar profesional dan
standar teknis terkini dan sesuai dengan perundangundangan yang berlaku; dan

7
b. Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan standar teknis
yang berlaku.

Memberikan jasa kepada klien dan organisasi tempatnya bekerja dengan kompetensi
profesional mensyaratkan Akuntan untuk menggunakan pertimbangan yang baik dalam
menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional ketika melakukan aktivitas profesional.

Menjaga kompetensi profesional mensyaratkan suatu kesadaran yang berkelanjutan dan


pemahaman atas perkembangan teknis, profesional, serta bisnis yang relevan. Pengembangan
profesional berkelanjutan memungkinkan Akuntan untuk mengembangkan dan mempertahankan
kemampuan bekerja secara kompeten dalam lingkungan profesional. Kesungguhan mencakup
tanggung jawab untuk bertindak sesuai dengan persyaratan penugasan, secara hati-hati, cermat,
dan tepat waktu.

Dalam mematuhi prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional, Akuntan harus


mengambil langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa mereka yang bekerja
profesional di bawah pengawasannya telah memperoleh pelatihan dan supervisi yang tepat.

Jika diperlukan, Akuntan harus membuat klien, organisasi tempatnya bekerja, atau
pengguna lain atas jasa atau aktivitas profesional Akuntan, untuk menyadari keterbatasan yang
melekat pada jasa atau aktivitas tersebut.

- Subseksi 114 - Kerahasiaan

Akuntan harus mematuhi prinsip kerahasiaan, yang mensyaratkan Akuntan untuk menjaga
kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis. Akuntan
harus:

a. Mewaspadai terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja, termasuk


dalam lingkungan sosial, dan khususnya kepada rekan bisnis dekat, anggota keluarga
inti, atau keluarga dekat;
b. Menjaga kerahasiaan informasi di dalam Kantor atau organisasi tempatnya bekerja;
c. Menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien atau organisasi
tempatnya bekerja;

8
d. Tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan
bisnis di luar Kantor atau organisasi tempatnya bekerja tanpa kewenangan yang
memadai dan spesifik, kecuali jika terdapat hak atau kewajiban hukum atau profesional
untuk mengungkapkannya;
e. Tidak menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan
hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga;
f. Tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia apa pun, baik yang
diperoleh atau diterima sebagai hasil dari hubungan profesional atau bisnis maupun
setelah hubungan tersebut berakhir; dan
g. Melakukan langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa personel yang
berada di bawah pengawasannya, serta individu yang memberi advis dan bantuan
profesional, untuk menghormati kewajiban Akuntan guna menjaga kerahasiaan
informasi.

Prinsip kerahasiaan merupakan bentuk perlindungan kepentingan publik karena


memfasilitasi aliran informasi yang bebas dari klien atau organisasi tempatnya bekerja kepada
Akuntan dengan pemahaman bahwa informasi tersebut tidak akan diungkapkan kepada pihak
ketiga. Namun demikian, berikut ini adalah keadaan ketika Akuntan harus mengungkapkan atau
mungkin disyaratkan untuk mengungkapkan informasi rahasia atau ketika pengungkapan tersebut
mungkin layak diungkap:

a. Pengungkapan disyaratkan oleh hukum, misalnya:


i. Pembuatan dokumen atau ketentuan lainnya atas bukti dalam proses hukum; atau
ii. Pengungkapan kepada otoritas publik yang berwenang atas terjadinya indikasi
pelanggaran hukum;
b. Pengungkapan diizinkan oleh hukum dan diperkenankan oleh klien atau organisasi
tempatnya bekerja;
c. Terdapat kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan, jika tidak dilarang oleh
hukum:
i. Untuk mematuhi penelaahan mutu oleh asosiasi profesi;
ii. Untuk merespons pertanyaan atau investigasi oleh asosiasi profesi atau badan
regulator;

9
iii. Untuk melindungi kepentingan profesional Akuntan dalam proses hukum; atau
iv. Untuk mematuhi standar profesional dan standar teknis, termasuk persyaratan etika.

Dalam memutuskan untuk mengungkapkan atau tidak mengungkapkan informasi rahasia,


Akuntan mempertimbangkan keadaan yang relevan termasuk:

a. Apakah kepentingan semua pihak dirugikan, termasuk pihak ketiga yang


kepentingannya terpengaruh, jika klien atau organisasi tempatnya bekerja menyetujui
pengungkapan informasi tersebut.
b. Apakah semua informasi yang relevan diketahui dan didukung bukti yang kuat,
sepanjang praktis. Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan untuk mengungkapkan
meliputi:
 Fakta tidak didukung bukti yang kuat.
 Informasi yang tidak lengkap.
 Kesimpulan yang tidak didukung bukti yang kuat.
c. Komunikasi yang digunakan dan pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.
d. Apakah pihak-pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut merupakan penerima yang
tepat.

Akuntan harus terus mematuhi prinsip kerahasiaan bahkan setelah berakhirnya hubungan
antara Akuntan dan klien atau organisasi tempatnya bekerja. Ketika berganti pekerjaan atau
memperoleh klien baru, Akuntan berhak menggunakan pengalaman sebelumnya, tetapi tidak
diperkenankan menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh atau diterima
sebagai hasil dari hubungan profesional atau bisnis.

- Subseksi 115 – Perilaku Profesional

Akuntan harus mematuhi prinsip perilaku profesional, yang mensyaratkan Akuntan untuk
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menghindari perilaku apa pun yang
diketahui atau seharusnya diketahui yang dapat mendiskreditkan profesi. Akuntan tidak boleh
terlibat dalam bisnis, pekerjaan, atau aktivitas apa pun yang diketahui merusak atau mungkin
merusak integritas, objektivitas, atau reputasi baik dari profesi, dan hasilnya tidak sesuai dengan
prinsip dasar etika.

10
Perilaku yang mungkin mendiskreditkan profesi termasuk perilaku yang menurut pihak
ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang memadai, sangat mungkin akan menyimpulkan
bahwa perilaku tersebut mengakibatkan pengaruh negatif terhadap reputasi baik profesi.

Ketika melakukan aktivitas pemasaran atau promosi, Akuntan dilarang mencemarkan


nama baik profesi. Akuntan harus bersikap jujur dan mengatakan yang sebenarnya, serta tidak:

a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh; atau
b. Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak
didukung bukti terhadap hasil pekerjaan pihak lain.

Jika Akuntan memiliki keraguan atas tepat tidaknya suatu bentuk iklan atau pemasaran
lainnya, maka Akuntan didorong untuk berkonsultasi dengan asosiasi profesi yang relevan.

E. Perbedaan Audit Berbasis ISA dengan AICPA

Pada awalnya, auditor menggunakan SPAP yang menggunakan sumber acuan utama US
GAAS (General Auditing and Assurance Standards) yang dikeluarkan oleh AICPA ditandai
dengan Penerbitan SPAP per 1 Agustus 1994. Indonesia kemudian beralih dari US GAAS ke ISA
yang dikeluarkan oleh IAASB (International Auditing and Assurance Standards Board ) dari
IFAC (International Federation of Accountants). Keanggotaan Indonesia di IFAC diwakili oleh
IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Pada Rapat Anggota (IAPI) tanggal 10 Mei 2005 ditegaskan
Indonesia akan mengadopsi ISA secara penuh (full adoption) dan diterapkan secara penuh mulai
tahun buku 2007. Dalam Rapat Anggota (IAPI) tanggal 10 Mei 2005 ditegaskan Indonesia akan
mengadopsi ISA secara penuh (full adoption) dan diterapkan secara penuh mulai tahun buku
2007. Berikut disajikan beberapa perbedaan diantara ISA atau SA versi Indonesia dan GAAS di
Amerika atau SPAP lama versi Indonesia:

1. Auditing Berbasis Risiko

Ciri yang paling menonjol dari auditing berbasis ISA ialah penekanan terhadap
aspek risiko. Sebelumnya, buku-buku auditing dan praktik GAAS menekankan audit
(pada waktu itu masih dikenal sebagai examination atau pemeriksaan) atas akun satu
per satu, dengan penekanan pada akun-akun neraca. Risiko audit tidak dibahas, atau

11
jika disinggung (seperlunya) keterkaitan dengan auditing tidak diperagakan. Arens dan
penulis-penulis lain mengubah pemikiran audit itu ke dalam pendekatan siklus (cycle
approach) yang mengintegrasikan audit atas seluruh akun dalam siklus yang
bersangkutan [ CITATION Tua14 \l 1057 ].

Arens dan rekan-rekan tidak mengabaikan faktor risiko. Namun, ISAs


memberikan penekanan yang sangat besar terhadap faktor risiko, sejak auditor
mempertimbangkan untuk menerima atau menolak suatu entitas dalam penugasan
auditnya sampai sesudah laporan berisi opininya diterbitkan. ISAs berulang-ulang
menegaskan kewajiban auditor (dengan istilah “the auditor shall”) dalam menilai
risiko (to assessed risk ), dalam mengevaluasi risiko yang ditemukan (detected risk ),
baik yang akan dikoreksi maupun yang tidak dikoreksi entitas. Penegasan ini
bermakna, jika auditor tidak menjalankan kewajibannya, ia teledor (negligent). ISA
merajut konsep risiko dalam setiap tahap audit. Ini contoh dari sifat perubahan yang
mendasar [ CITATION Tua14 \l 1057 ].

2. Dari Rules-Based ke Principles-Based Standards

ISA dan IFRS (International Financial Reporting Standards) adalah standar


berbasis prinsip (principles-based standards), yang merupakan perubahan besar dari
standar-standar sebelumnya yang berbasis aturan (rules-based standards).

Oleh para penyusunnya, IASB, IFRS dirancang untuk menjadi standar akuntansi
yang berlaku secara global. Mengingat konteks ekonomi, politik, dan hukum di
masing-masing negara berbeda-beda satu sama lain, pengembangan IFRS diklaim
lebih berbasis prinsip (principle-based). Teori akuntansi yang original diharapkan
lebih melandasi standar akuntansi internasional, bukan kebijakan negara atau produk
hukum tertentu.

Implikasinya, IFRS memang lebih fleksibel dan memberikan keleluasaan yang


lebih besar terhadap akuntan untuk menggunakan pertimbangan profesional
(professional judgment). Bandingkan misalnya dengan US GAAP yang sangat ketat.
Pertimbangan profesional telah “direduksi” menjadi pohon keputusan (decision tree),
dalam kondisi apa harus melakukan apa. Standar akuntansi Amerika Serikat, seperti

12
halnya standar nasional di negara-negara lain, sangat erat terkait dengan konteks
ekonomi, sosial, dan hukum yang berlaku. Dengan kata lain, pengembangan standar
akuntansi lebih berbasis aturan (rule-based).

3. Berpaling dari Model Matematis

Ciri dari semua buku teks auditing Amerika, maupun buku-buku pedoman
(manuals) dari KAP besar seperti Big Four di era Assurance Model ialah membantu
auditornya dengan memberikan model-model matematis dalam sampling, statistical
sampling maupun non statistical sampling [ CITATION Tua14 \l 1057 ]. Model
matematis ini seharusnya membantu auditor dalam berpikir, namun dalam praktiknya
model ini justru mebuat auditor berhenti berpikir.

Salah satu sifat dari model-model matematis, ialah kerumitannya. Kerumitan atau
kompleksitas model matematis sering memberikan kesan keliru, seolah-olah model itu
seperti black box yang memberikan jawaban yang tepat (precise atau exact)
[CITATION Tua14 \l 1057 ]. Sedangkan ISA menekankan pada penggunaan
professional judgement atau kearifan profesional.

4. Kearifan Profesional dan Konsekuensinya

Setiap auditor mengklaim bahwa ia telah menggunakan kearifan profesional.


Konsekuensi dari kearifan profesional yang diwajibkan oleh ISAs yang paling mudah
diamati ialah keterlibatan auditor yang berpengalaman, dan dalam praktik akuntan
publik, ini berarti keterlibatan partner yang mempunyai pengalaman (jam terbang dan
kepakaran dalam industri tertentu atau jenis audit tertentu), pendidikan, dan pelatihan
(juga dalam ISAs) dengan ciri-ciri kepribadian tertentu seperti sifat skpetis
(professional skcpticism). [ CITATION Tua14 \l 1057 ]

Jika keputusan auditor masih dibuat oleh asisten yang belum mempunyai
pengalaman yang memadai, ISAs menegaskan bahwa auditnya tidak sesuai dengan
ISAs. Untuk Indonesia, ciri penerapan ISAs yang paling jelas ialah seberapa besarnya
keterlibatan partner yang pakar dalam penugasan audit tersebut. [ CITATION Tua14
\l 1057 ].

13
5. Pengendalian Internal

ISA menekankan mengenai kewajiban entitas (dalam membangun, memelihara,


dan mengimplementasikan pengendalian internal) dan kewajiban auditor (dalam
menilai pengendalian internal dan menggunakan hasil penilaiannya) serta
mengkomunikasikan dengan manajemen mengenai temuan auditor atas
ketidakefisienan dalam pengendalian internal. Pengendalian internal merupakan
perubahan mendasar dalam standar audit dan merupakan bagian yang erat kaitannya
dengan audit berbasis risiko. Sedangkan dalam standar sebelumnya menganggap
seolah-olah prosedur audit selanjutnya dan review atas pengendalian internal
merupakan dua hal yang berdiri sendiri [ CITATION Tua14 \l 1057 ].

6. Those Charged with Governance (TCWG)

ISAs menekankan berbagai kewajiban entitas dan manajemen. Namun,


perkembangan dalam tata kelola pada dua dekade terakhir menekankan perlunya orang
atau lembaga dengan wewenang yang cukup dalam mengawasi entitas. Mereka inilah
yang disebut TCWG. Konsekuensinya adalah bahwa jika orang atau lembaga TCWG
itu eksis dalam entitas tersebut (misalnya di pasar-pasar modal di dunia, ini sudah
menjadi best practice), auditor wajib berkomunikasi dengan mereka. Untuk
komunikasi auditor dengan TCWG mengacu pada ISAs nomor 260, 265, dan 450.

7. Dokumentasi Prosedur Audit

Secara konseptual bahwa dokumentasi prosedur audit antara SPAP dengan ISA
atau Standar Audit berbeda. Pada ISA atau SA lebih menekankan kepada kearifan
profesional (professional judgement). Secara spesifik pada ISA 230 paragraf 14
mensyaratkan auditor untuk menyusun dokumentasi audit di dalam suatu berkas audit
dan melengkapi proses administratif penyusunan berka audit final tepat waktu setelah
tanggal laporan auditor, dan penerapan yang terkait serta penjelasan materialitas yang
mengindikasikan bahwa batas waktu penyelesaian penyusunan berkas audit final
biasanya tidak lebih dari 60 hari setelah tanggal laporan aduitor. Paragraf 15 pada ISA
230 juga mensyaratkan setelah penyusunan audit final telah selesai, maka auditor tidak
boleh memusnahkan dokumentasi audit sebelum periode retensi berakhir. Periode

14
retensi daripada kertas kerja juga berbeda pada SPAP versus ISA.

8. Pertimbangan Kelangsungan Usaha (going-concern)

Ketika mempertimbangkan apakah suatu entitas berkemampuan untuk


melanjutkan kelangsungan usahanya di masa depan, ISA tidak membatasi paling
sedikit 12 bulan, sedangkan SPAP membatasi hingga 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan. Pada ISA 570 mengasumsikan bahwa manajemen mempunyai tanggung
jawab untuk menilai kemampuan entitas untuk melangsungkan usahanya sebagai
“going concern” tanpa mempertimbangkan apakah kerangka pelaporan keuangan yang
diterapkan oleh manajemen atau tidak. Salah satu dari tujuan ISA 570 yaitu untuk
memperoleh bukti audit yang memadai terkait dengan penggunaan asumsi “going
concern” oleh manajemen. Pada SPAP juga mensyaratkan bahwa auditor harus
mengevaluasi apakah ada keraguan yang substansial mengenai kelangsungan usaha.

9. Penggunaan Auditor Lain untuk Bagian Suatu Audit

Dalam penggunaan auditor pengganti atau auditor lain, ISA tidak mengijinkan
auditor utama menggunakan referensi hasil audit daripada auditor lain. Sedangkan
SPAP membolehkan auditornya mempunyai opsi untuk menerbitkan laporan audit
yang dikatakan sebagai “division of responsibility”. Dengan kata lain merujuk kepada
laporan dan kertas kerja auditor lain atau sebelumnya dalam laporan auditor yang
diterbitkan.

10. Perbedaan Lainnya

 Penerimaan klien dalam SPAP baru lebih jelas dengan adanya syarat
“Prakondisi”. SA memerlukan pemahaman memadai tentang kerangka pelaporan
keuangan apa yang digunakan entitas. Berbeda kerangka dapat berakibat pada
penggunaan SA yang berbeda.

 Materialitas menurut ISA menggunakan konsep buffer, selisih antara


performance materiality dan overall materiality. Sedangkan menurut US GAAS
materialitas terdiri dari tiga kategori yaitu tidak material (immaterial), material,
dan sangat material (highly material).

15
 Opini auditor dalam SPAP lama :

1. Wajar tanpa pengecualian

2. Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas

3. Wajar dengan pengecualian

4. Tidak wajar

5. Tidak memberikan pendapat

Sedangkan opini auditor dalam ISA:

1. Opini baku (unqualified opinion)

2. Opini yang dimodifikasi (qualified opinion, disclaimer opinion, dan adverse


opinion)

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Tuanakotta, Theodorus M. 2014. Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing).


Jakarta : Salemba Empat.
2. Hasana, Nana. STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK
(SPAP). Diperoleh dari
http://www.academia.edu/31187384/STANDAR_PROFESIONAL_AKUNTAN_PUBLIK
_SPAP_.
3. Institut Akuntan Publik Indonesia. (2016). Update Perkembangan Standar Profesional
Akuntan Publik.Diperoleh dari
http://www.iaiglobal.or.id/v03/files/file_publikasi/6.%20Forum%20Bidang%20Ilmu%20A
UDITING_Tarkosunaryo.pdf.
4. Triharyono. 2017. Standar Audit Penggunaan Pekerjaan. Diperoleh dari:
https://www.triharyono.com/2017/03/standar-audit-600-penggunaan-pekerjaan.html
5. Ikatan Akuntan Indonesia. 2020. Kode Etik Akuntan Indonesia. Diperoleh dari
http://www.iaiglobal.or.id/v03/files/file_berita/Kode%20Etik%20Akuntan%20Indonesia%2
0-%202020.pdf. Diakses pada: 17 Februari 2022
6. Darmawan,P. KAJIAN PERBEDAAN SPAP DENGAN ISA.
https://pdfcoffee.com/perbedaan-spap-dan-isa-pdf-free.html. Diakses pada: 18 Februari
2022
7. Oktavia, F. 2008. Standar Profesional Akuntan Publik.
https://www.academia.edu/4554625/Standar_Profesional_Akuntan_Publik. Diakses pada:
17 Februari 2022
8. Auditorindonesia. 2019. ED ISA Standar Auditing.
https://auditorindonesia.or.id/2019/03/24/ed-isa-standar-auditing/. Diakses pada: 18
Februari 2022
9. Setiabudi, A. 2020. International Standards on Auditing (ISA).
http://repository.stei.ac.id/2112/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada: 18 Februari 2022
10. Kurniaadhi. Silabus 3. Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain.
https://www.coursehero.com/file/22333210/Silabus-3-Penggunaan-Pekerjaan-Pihak-Lain/.
Diakses pada: 18 Februari 2022

17

Anda mungkin juga menyukai