Pertemuan ke-III
Selasa, 22 Februari 2022
Oleh:
Kelompok III
1. Ni Made Kartika Ayuni Kencanawati (2007531112 / 12)
2. Ni Putu Hanna Windu Sari (2007531191 / 30)
3. Ni Kadek Piena Jayanthi Putri (2007531198 / 32)
Dosen Pengampu:
Dra. Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati, Ak., M.Si., CA.
1
3. Component Management : Manajemen yang bertanggungjawab atas pembuatan
informasi keuangan dari suatu component.
4. Component Materilality : Materilalitas untuk suatu component yang ditentukan
oleh group engangement team.
5. Group : Seluruh atau semua component yang informasi keuangannya termasuk
dalam group financial statements.
6. Group audit : Audit atas group financial statement.
7. Group Audit Opinion : Pendapat atau opini audit atas group financial statements.
8. Group Engangement Partner : Partner pada KAP yang bertanggungjawab atas group
audit engangement.
9. Group Engangement Team : Para partner termasuk group engangement partner, dan
staff yang menetapkan strategi audit menyeluruh (overall group audit strategy),
berkomunikasi dengan component auditors, melaksanakan pekerjaan yang terkait
konsolidasi, dan mengevaluasi kesimpulan yang ditarik dari bukti audit untuk
merumuskan opini atas group financial statements.
10. Group Financial Statements : Laporan keuangan yang meliputi informasi keuangan
dari lebih dari satu component.
11. Group Management : Management yang bertanggungjawab atas penyusunan dan
penyajian group financial statements.
12. Group Wide Controls : Pengendalian yang dirancang, diimplementasikan dan
dipelihara oleh group management terhadap pelaporan keuangan kelompok.
13. Significant Component : Suatu component yang oleh group engagement
team diidentifikasi sebagai component yang secara individual mempunyai aspek
keuangan yang besar (financial significant) bagi group, atau karena sifatnya yang khas,
sangat boleh jadi membawa resiko signifikan atas salah saji material dalam group
financial statements.
SA 610 : Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
SA 610 berhubungan dengan tanggung jawab auditor eksternal jika menggunakan
pekerjaan kontrol internal. Dalam hal ini termasuk menggunakan pekerjaan fungsi audit
internal dalam memperoleh bukti audit dan menggunakan auditor internal untuk
memberikan bantuan langsung di bawah arahan, pengawasan dan peninjauan auditor
2
eksternal. Tujuan fungsi audit internal sangat bervariasi dan bergantung pada ukuran dan
struktur entitas, serta ketentuan manajemen, dan jika relevan, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola. Aktivitas fungsi audit internal dapat mencakup satu atau lebih hal-
hal sebagai berikut:
1. Pemantauan pengendalian internal
Fungsi audit internal dapat diserahkan tanggung jawab spesifik untuk melakukan
review pengendalian internal, memantau operasi pengendalian internal tersebut, dan
memberikan rekomendasi perbaikan atas pengendalian internal tersebut.
2. Pemeriksaan atas informasi keuangan dan informasi operasional
Fungsi audit internal dapat diserahkan tanggung jawab untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengklasifikasikan, dan melaporkan informasi keuangan dan informasi
operasional, serta untuk meminta keterangan tertentu tentang pos-pos dalam informasi
tersebut, termasuk pengujian secara detail atas transaksi, saldo, dan prosedur.
3. Penelaahan aktivitas operasi
Fungsi audit internal dapat diserahkan tanggung jawab untuk menelaah ekonomi, serta
keefisienan dan keefektivitasan aktivitas operasi, termasuk aktivitas non keuangan
suatu entitas.
4. Penelaahan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
Fungsi audit internal dapat diserahkan tanggung jawab untuk menelaah kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan dan ketentuan eksternal lainnya, serta
terhadap kebijakan dan arahan manajemen dan ketentuan internal lainnya.
5. Pengelolaan risiko
Fungsi audit internal dapat membantu organisasi melalui pengidentifikasian dan
pengevaluasian atas keterpaparan signifikan terhadap risiko, dan memberikan
kontribusi dalam peningkatan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian.
6. Tata kelola
Fungsi audit internal dapat menilai proses tata kelola dalam pencapaian tujuan etika
dan nilai, pengelolaan dan akuntabilitas kinerja, pengkomunikasian informasi risiko
dan informasi pengendalian kepada pihak-pihak yang tepat dalam organisasi, serta
keefektivitasan komunikasi di antara pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
auditor eksternal dan auditor internal, dan manajemen.
3
SA 620 : Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
Dalam istilah “Tenaga ahli auditor” Standar Audit (SA 620.6) mendefinisikan seseorang
atau suatu organisasi yang memiliki keahlian dalam suatu bidang diluar accounting atau
auditing, yang pekerjaannya dalam bidang tersebut digunakan auditor/KAP untuk
membantunya memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Seorang pakar auditor bisa
berasal dari KAP tersebut yang disebut auditor internal expert atau yang berasal dari luar
yang disebut auditor external expert.
4
diaudit oleh auditor pendahulu, atau tidak diaudit. Dalam SA 710 juga berlaku persyaratan
dan panduan tentang saldo awal dalam laporan keuangan.
SA 720 : Tanggung Jawab Auditor atas Informasi Lain dalam Dokumen yang berisi
Laporan Keuangan yang telah Diaudit
SA 720 berkaitan dengan tanggung jawab auditor terkait dengan informasi lain dalam
dokumen yang berisi laporan keuangan yang diaudit dan laporan auditor di dalamnya.
Dengan tidak adanya persyaratan yang terpisah dalam keadaan tertentu dari perikatan,
pendapat auditor tidak mencakup informasi lain dan auditor tidak memiliki tanggung jawab
khusus untuk menentukan apakah informasi lain dinyatakan dengan benar.
C. Area-Area Khusus
SA 800: Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai
dengan Kerangka Bertujuan Khusus. SA 800 membahas pertimbangan khusus dalam
penerapan SA tersebut untuk mengaudit laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
kerangka tujuan khusus.
SA 805: Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan Keuangan Tunggal dan Unsur,
Akun, atau Pos Spesifik dalam Suatu Laporan Keuangan. SA 805 berkaitan dengan
pertimbangan husus dalam penerapan SA tersebut untuk mengaudit laporan keuangan
tunggal atau elemen, akun, atau item tertentu dari laporan keuangan.
SA 810: Perikatan untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan. SA 810 berkaitan
dengan tanggung jawab auditor terkait dengan keterlibatan untuk melaporkan ringkasan
laporan keuangan yang berasal dari laporan keuangan yang diaudit sesuai dengan SA oleh
auditor yang sama.
a. Integritas yaitu bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis.
5
b. Objektivitas yaitu tidak mengompromikan pertimbangan profesional atau bisnis karena
adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari pihak lain.
c. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional, untuk:
i. Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesional pada level
yang disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi tempatnya bekerja
memperoleh jasa profesional yang kompeten, berdasarkan standar profesional dan
standar teknis terkini serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
dan
ii. Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan standar teknis
yang berlaku.
d. Kerahasiaan yaitu menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil hubungan
profesional dan bisnis.
e. Perilaku Profesional yaitu mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
menghindari perilaku apa pun yang diketahui oleh Akuntan mungkin akan
mendiskreditkan profesi Akuntan.
Akuntan harus mematuhi setiap prinsip dasar etika. Prinsip dasar etika menetapkan standar
perilaku yang diharapkan dari seorang Akuntan. Kerangka kerja konseptual menetapkan
pendekatan yang perlu diterapkan oleh seorang Akuntan, yang membantunya dalam mematuhi
prinsip dasar etika tersebut. Subseksi 111-115 menetapkan persyaratan dan materi aplikasi yang
terkait dengan masing-masing prinsip dasar etika.
Akuntan mungkin menghadapi suatu situasi ketika mematuhi salah satu prinsip dasar etika,
akan bertentangan dengan mematuhi satu atau lebih prinsip dasar etika lainnya. Dalam situasi
demikian, Akuntan mungkin mempertimbangkan untuk berkonsultasi, secara anonim jika
diperlukan, dengan:
6
Namun demikian, konsultasi semacam itu tidak membebaskan Akuntan dari tanggung
jawabnya untuk menggunakan pertimbangan profesional dalam menyelesaikan konflik tersebut
atau (jika perlu) dan kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan, untuk melepaskan diri
dari permasalahan yang memunculkan konflik. Akuntan didorong untuk mendokumentasikan
substansi permasalahan, rincian dari setiap pembahasan, keputusan yang dibuat, dan alasan atas
keputusan tersebut.
Akuntan harus mematuhi prinsip integritas, yang mensyaratkan Akuntan untuk bersikap
lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis. Integritas menyiratkan berterus
terang dan selalu mengatakan yang sebenarnya. Akuntan tidak boleh secara sengaja dikaitkan
dengan laporan, komunikasi, atau informasi lain ketika Akuntan percaya bahwa informasi tersebut:
Akuntan harus patuh terhadap prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional yang
mensyaratkan Akuntan untuk:
a. Mencapai dan mempertahankan pengetahuan serta keahlian profesional pada level yang
disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi tempatnya bekerja
memperoleh jasa profesional yang kompeten berdasarkan standar profesional dan
standar teknis terkini dan sesuai dengan perundangundangan yang berlaku; dan
7
b. Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan standar teknis
yang berlaku.
Memberikan jasa kepada klien dan organisasi tempatnya bekerja dengan kompetensi
profesional mensyaratkan Akuntan untuk menggunakan pertimbangan yang baik dalam
menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional ketika melakukan aktivitas profesional.
Jika diperlukan, Akuntan harus membuat klien, organisasi tempatnya bekerja, atau
pengguna lain atas jasa atau aktivitas profesional Akuntan, untuk menyadari keterbatasan yang
melekat pada jasa atau aktivitas tersebut.
Akuntan harus mematuhi prinsip kerahasiaan, yang mensyaratkan Akuntan untuk menjaga
kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis. Akuntan
harus:
8
d. Tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan
bisnis di luar Kantor atau organisasi tempatnya bekerja tanpa kewenangan yang
memadai dan spesifik, kecuali jika terdapat hak atau kewajiban hukum atau profesional
untuk mengungkapkannya;
e. Tidak menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan
hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga;
f. Tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia apa pun, baik yang
diperoleh atau diterima sebagai hasil dari hubungan profesional atau bisnis maupun
setelah hubungan tersebut berakhir; dan
g. Melakukan langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa personel yang
berada di bawah pengawasannya, serta individu yang memberi advis dan bantuan
profesional, untuk menghormati kewajiban Akuntan guna menjaga kerahasiaan
informasi.
9
iii. Untuk melindungi kepentingan profesional Akuntan dalam proses hukum; atau
iv. Untuk mematuhi standar profesional dan standar teknis, termasuk persyaratan etika.
Akuntan harus terus mematuhi prinsip kerahasiaan bahkan setelah berakhirnya hubungan
antara Akuntan dan klien atau organisasi tempatnya bekerja. Ketika berganti pekerjaan atau
memperoleh klien baru, Akuntan berhak menggunakan pengalaman sebelumnya, tetapi tidak
diperkenankan menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh atau diterima
sebagai hasil dari hubungan profesional atau bisnis.
Akuntan harus mematuhi prinsip perilaku profesional, yang mensyaratkan Akuntan untuk
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menghindari perilaku apa pun yang
diketahui atau seharusnya diketahui yang dapat mendiskreditkan profesi. Akuntan tidak boleh
terlibat dalam bisnis, pekerjaan, atau aktivitas apa pun yang diketahui merusak atau mungkin
merusak integritas, objektivitas, atau reputasi baik dari profesi, dan hasilnya tidak sesuai dengan
prinsip dasar etika.
10
Perilaku yang mungkin mendiskreditkan profesi termasuk perilaku yang menurut pihak
ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang memadai, sangat mungkin akan menyimpulkan
bahwa perilaku tersebut mengakibatkan pengaruh negatif terhadap reputasi baik profesi.
a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh; atau
b. Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak
didukung bukti terhadap hasil pekerjaan pihak lain.
Jika Akuntan memiliki keraguan atas tepat tidaknya suatu bentuk iklan atau pemasaran
lainnya, maka Akuntan didorong untuk berkonsultasi dengan asosiasi profesi yang relevan.
Pada awalnya, auditor menggunakan SPAP yang menggunakan sumber acuan utama US
GAAS (General Auditing and Assurance Standards) yang dikeluarkan oleh AICPA ditandai
dengan Penerbitan SPAP per 1 Agustus 1994. Indonesia kemudian beralih dari US GAAS ke ISA
yang dikeluarkan oleh IAASB (International Auditing and Assurance Standards Board ) dari
IFAC (International Federation of Accountants). Keanggotaan Indonesia di IFAC diwakili oleh
IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Pada Rapat Anggota (IAPI) tanggal 10 Mei 2005 ditegaskan
Indonesia akan mengadopsi ISA secara penuh (full adoption) dan diterapkan secara penuh mulai
tahun buku 2007. Dalam Rapat Anggota (IAPI) tanggal 10 Mei 2005 ditegaskan Indonesia akan
mengadopsi ISA secara penuh (full adoption) dan diterapkan secara penuh mulai tahun buku
2007. Berikut disajikan beberapa perbedaan diantara ISA atau SA versi Indonesia dan GAAS di
Amerika atau SPAP lama versi Indonesia:
Ciri yang paling menonjol dari auditing berbasis ISA ialah penekanan terhadap
aspek risiko. Sebelumnya, buku-buku auditing dan praktik GAAS menekankan audit
(pada waktu itu masih dikenal sebagai examination atau pemeriksaan) atas akun satu
per satu, dengan penekanan pada akun-akun neraca. Risiko audit tidak dibahas, atau
11
jika disinggung (seperlunya) keterkaitan dengan auditing tidak diperagakan. Arens dan
penulis-penulis lain mengubah pemikiran audit itu ke dalam pendekatan siklus (cycle
approach) yang mengintegrasikan audit atas seluruh akun dalam siklus yang
bersangkutan [ CITATION Tua14 \l 1057 ].
Oleh para penyusunnya, IASB, IFRS dirancang untuk menjadi standar akuntansi
yang berlaku secara global. Mengingat konteks ekonomi, politik, dan hukum di
masing-masing negara berbeda-beda satu sama lain, pengembangan IFRS diklaim
lebih berbasis prinsip (principle-based). Teori akuntansi yang original diharapkan
lebih melandasi standar akuntansi internasional, bukan kebijakan negara atau produk
hukum tertentu.
12
halnya standar nasional di negara-negara lain, sangat erat terkait dengan konteks
ekonomi, sosial, dan hukum yang berlaku. Dengan kata lain, pengembangan standar
akuntansi lebih berbasis aturan (rule-based).
Ciri dari semua buku teks auditing Amerika, maupun buku-buku pedoman
(manuals) dari KAP besar seperti Big Four di era Assurance Model ialah membantu
auditornya dengan memberikan model-model matematis dalam sampling, statistical
sampling maupun non statistical sampling [ CITATION Tua14 \l 1057 ]. Model
matematis ini seharusnya membantu auditor dalam berpikir, namun dalam praktiknya
model ini justru mebuat auditor berhenti berpikir.
Salah satu sifat dari model-model matematis, ialah kerumitannya. Kerumitan atau
kompleksitas model matematis sering memberikan kesan keliru, seolah-olah model itu
seperti black box yang memberikan jawaban yang tepat (precise atau exact)
[CITATION Tua14 \l 1057 ]. Sedangkan ISA menekankan pada penggunaan
professional judgement atau kearifan profesional.
Jika keputusan auditor masih dibuat oleh asisten yang belum mempunyai
pengalaman yang memadai, ISAs menegaskan bahwa auditnya tidak sesuai dengan
ISAs. Untuk Indonesia, ciri penerapan ISAs yang paling jelas ialah seberapa besarnya
keterlibatan partner yang pakar dalam penugasan audit tersebut. [ CITATION Tua14
\l 1057 ].
13
5. Pengendalian Internal
Secara konseptual bahwa dokumentasi prosedur audit antara SPAP dengan ISA
atau Standar Audit berbeda. Pada ISA atau SA lebih menekankan kepada kearifan
profesional (professional judgement). Secara spesifik pada ISA 230 paragraf 14
mensyaratkan auditor untuk menyusun dokumentasi audit di dalam suatu berkas audit
dan melengkapi proses administratif penyusunan berka audit final tepat waktu setelah
tanggal laporan auditor, dan penerapan yang terkait serta penjelasan materialitas yang
mengindikasikan bahwa batas waktu penyelesaian penyusunan berkas audit final
biasanya tidak lebih dari 60 hari setelah tanggal laporan aduitor. Paragraf 15 pada ISA
230 juga mensyaratkan setelah penyusunan audit final telah selesai, maka auditor tidak
boleh memusnahkan dokumentasi audit sebelum periode retensi berakhir. Periode
14
retensi daripada kertas kerja juga berbeda pada SPAP versus ISA.
Dalam penggunaan auditor pengganti atau auditor lain, ISA tidak mengijinkan
auditor utama menggunakan referensi hasil audit daripada auditor lain. Sedangkan
SPAP membolehkan auditornya mempunyai opsi untuk menerbitkan laporan audit
yang dikatakan sebagai “division of responsibility”. Dengan kata lain merujuk kepada
laporan dan kertas kerja auditor lain atau sebelumnya dalam laporan auditor yang
diterbitkan.
Penerimaan klien dalam SPAP baru lebih jelas dengan adanya syarat
“Prakondisi”. SA memerlukan pemahaman memadai tentang kerangka pelaporan
keuangan apa yang digunakan entitas. Berbeda kerangka dapat berakibat pada
penggunaan SA yang berbeda.
15
Opini auditor dalam SPAP lama :
4. Tidak wajar
16
DAFTAR PUSTAKA
17