Oleh :
KELOMPOK 3
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021
Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat (public
service). Pemberian pelayanan public pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua sumber
yaitu :
1. Perpajakan. Jika pelayanan publik dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak
harus membayar tanpa memperdulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa
public tersebut atau tidak. Hal tersebut karena pajak merupakan kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa public (charging
for service). Jika pelayanan public dibiayai melalui pembebanan langsung, maka yang
membayar hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebut,
sedangkan yang tidak memanfaatkan pelayanan tersebut tidak diwajibkan untuk
melakukan pembayaran.
Permasalahan yang kemudian muncul adalah apakah suatu pelayanan publik lebih baik
menggunakan pembiayaan dari pajak atau pembiayaan dari pembebanan langsung kepada
rakyat. Untuk lebih jelasnya, pelayanan public dapat dikupas melalui beberapa penjelasan
dibawah :
Dalam pelayanan public, pemerintah dapat dibenarkan menarik tarif untuk pelayanan
tertentu baik secara lansung maupun tidak langsung melalui perusahaan milik pemerintah.
Pelayanan public yang dapat dibebankan tariff pelayanannya missal :
b. Efesiensi Ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan berapa banyak barang/jasa yang
mereka ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki peran penting dalam
mengalokasikan sumber daya melalui :
1. Pendistribusian permintaan siapa yang mendapatkan manfaat paling
banyak, maka ia akan membayar lebih banyak.
2. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan
3. Pemberian insentif pada supplier berkaitan dengan skala produksi.
4. Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan
meningkatkan persediaan jasa.
c. Prinsip Keuntungan
Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang pembebanan langsung
pada mereka yang menerima jasa tersebut dianggap "wajar" bila didasarkan
prinsip bahwa yang tidak menikmati manfaat tidak perlu membayar. Jadi
pembebanan hanya dikenakan kepada mereka yang diuntungkan dengan
pelayanan tersebut.
a. Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat, mungkin tidak
dapat diberikan kepada seseorang. Sehingga tidak adil bila biaya dibebankan
kepada semua masyarakat melalui pajak sementara mereka tidak menikmati jasa
tersebut.
b. Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka
sehingga konsumsi publik harus di disiplinkan atau dihematkan. Misalnya
pembebanan terhadap penggunaan air dan obat-obatan medis.
c. Terdapat variasi dalam konsumsi individu wall yang lebih berhubungan dengan
pilihan daripada kebutuhan. Misalnya penggunaan fasilitas rekreasi/pariwisata.
d. Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntungkan dan
untuk memenuhi kebutuhan domestik secara individual maupun industrial.
Misalnya air listrik jasa pos dan telepon.
e. Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan segala permintaan
publik atas suatu jasa atau bila jenis dan standar pelayanannya tidak dapat
ditentukan secara tegas.
Praktik pembebanan pelayanan publik bcrbeda-beda untuk setiap negara, antara jasa
yang discdiakan langsung oleh pemeritah dan yang disediakan oleh perusahan milik
negara, dan antar pemerintah pusat dan daerah. Charging for service merupakan salah
satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu. Pemerintah memperoleh
penerimaan dari beberapa sumber, antara lain:
a) Pajak
b) Pembebanan langsung kepada masyarakat (charging for service)
c) Laba BUMN/BUMD
d) Penjualan aset milik pemerintah
e) Utang
f) Pembiayaan defisit anggaran (mencetak uang)
Data biaya kadang sulit diperoteh dan sulit diperbandingkan, terutama antara jasa
yang disediakan langsung oleh pemcrintah dan yang disediakan oleh perusahaa milik
negara. Pada kasus perusahaan negara, hanya net deficifit atau surplus yang muncul
dalam rekening pemerintah.
Pada umumya kita mengharapkan bahwa penyediaan barang publik seperti per-
tahanan, kesehatan publik, dan jasa kepolisian seharusnya diberikan secara gratis,
dalam arti dibiayai dari pajak. Sementara itu, penyediaan barang privat yaitu jasa
untuk kepentingan individu seperti listrik, telpon, transportasi umum ditarik tarif
sebesar harga pemulihan biaya totalnya (full cost recovery prices). Untuk barang
campuran (mixed/rnerit good), seperti pendidikan menengah, penyembuhan
kesehatan, sanitasi disediakan sebagian melalui pajak dan sebagian lagi dari tarif.
1. Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu
pelayanan.
2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi.
3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar.
4. Biaya apa saja yang harus diperhitungkan: apakah hanya biaya operasi langsung
(current operation cost), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital
cost).
Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing,
setidaknya harus memperhitungkan :
Sebaliknya, marginal cost untuk menyediakan rumah tidak sama dengan nol, karena
sejak ditempati kapasitas ruang sudah digunakan, sehingga marginal cost-nya sama
dengan biaya untuk menyediakan rumab pengganti dan biaya pemeliharaan.
1. Sulit untuk memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa tertentu,
dalam praktik, kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai pengganti
walau hal ini menyimpang dari syarat ekonomis dan efesiensi.
2. Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek (short
run MC) atau biaya marginal jangka panjang (long run marginal cost).
3. Marginal cost pricing bukan berarti full cost recovery. Historic capital cost tidak
mungkin dipulihkan, demikian juga full operating cost.
4. Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan:
a) Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar
b) Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya dalam
menyediakan pelayanan tersebut.
5. Ekternalisasi konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk
minum dan mandi dapat secara signifikan merubah “efesiensi harga” yang
ditentukan oleh marginal cost.
6. Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling tidak
untuk jasa seperti air dimana terdapat macam bentuk diskriminasi harga yang
mungkin untuk digunakan.
H. TAKSIRAN BIAYA
Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan beberapa
pertimbangan sebagai berikut:
Penyediaan pelayanan publik dapat dibiayai melalui dua sumber yaitu pajak dan
pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik (charging for
services). Pembebanan tarif dilakukan karena alasan efisiensi ckonomi, untuk memperoleh
keuntungan, dan karena adanya barang privat dan barang publik yang perlu diatur
penggunaannya secara proporsional dan memenuhi asas keadilan.
Marginal cost pricing menganut prinsip bahwa tarif yang dipungut seharusnya sama
dengan biaya untuk melayani tambahan konsumen. Marginal cost pricing mengacu pada
harga pasar yang paling efisicn. Marginal cost pricing memperhatikan biaya operasi variabel,
semi variabel, overhead cost, biaya penggantian atas aset modal dan biaya penambahan aset
modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan permintaan. Namun demikian, konsep
marginal cost pricing juga menghadapi berbagai kendala. Oleh karena itu perlu ditemukan
metode terbaik untuk menetapkan harga pelayanan publik.