Anda di halaman 1dari 14

RMK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Materi : Penentuan Harga Pelayanan Publik (Charging for Service)

Dosen Penganpu : I Dewa Nyoman Wiratmaja, S.E, M.M., Ak.

Oleh :

KELOMPOK 3

I Kadek Yasa Astawa (2007531073)

Nyoman Pramana Budiartha (2007531258)

Dewa Made Dwi Sujatmika (2007531229)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2021
Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat (public
service). Pemberian pelayanan public pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua sumber
yaitu :

1. Perpajakan. Jika pelayanan publik dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak
harus membayar tanpa memperdulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa
public tersebut atau tidak. Hal tersebut karena pajak merupakan kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa public (charging
for service). Jika pelayanan public dibiayai melalui pembebanan langsung, maka yang
membayar hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebut,
sedangkan yang tidak memanfaatkan pelayanan tersebut tidak diwajibkan untuk
melakukan pembayaran.

Permasalahan yang kemudian muncul adalah apakah suatu pelayanan publik lebih baik
menggunakan pembiayaan dari pajak atau pembiayaan dari pembebanan langsung kepada
rakyat. Untuk lebih jelasnya, pelayanan public dapat dikupas melalui beberapa penjelasan
dibawah :

A. PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL

Dalam pelayanan public, pemerintah dapat dibenarkan menarik tarif untuk pelayanan
tertentu baik secara lansung maupun tidak langsung melalui perusahaan milik pemerintah.
Pelayanan public yang dapat dibebankan tariff pelayanannya missal :

1. Pelayanan air bersih


2. Trasnportasi public
3. Jasa pos dan telekomunikasi
4. Energi dan listrik
5. Perumahan rakyat
6. Fasilitas rekreasi (pariwisata)
7. Pendidikan
8. Jalan tol
9. Irigasi
10. Jasa pemadam kebakaran
11. Pelayanan kesehatan
12. Pengelolaan sampah/limbah

Pembebanan tarif pelayanan public kepada konsumen dapat dibenarkan karena


beberapa alasan berikut, misalnya :

a. Adanya Barang Privat vs Barang Publik


Dalam kehidupan masyarakat, terdapat tiga jenis barang yang menjadi
kebutuhan di masyarakat yaitu :
1. Barang Privat. Barang privat adalah barang barang kebutuhan masyarakat
yang manfaat barang atau jasa tersebut hanya dinikmati secara individual
oleh yang membelinya sedangkan yang tidak mengonsumsi tidak
menikmati barang/jasa tersebut. Contoh barang tersebut adalah makanan,
listrik, telepon dan sebagainya
2. Barang Publik. Barang public adalah barang barang kebutuhan masyarakat
yang manfaat barang dan jasa tersebut dinikmati oleh seluruh masyarakat
secara bersama sama. Contoh barang publik adalah pertahanan nasional,
pengendalian penyakit, jasa polisi dan lainnya.
3. Barang Campuran. Dalam praktiknya terdapat beberapa barang dan jasa
yang merupakan campuran antara barang privat dan barang publik. Karena
meskipun konsumsi secara individual, seringkali masyarakat secara umum
juga membutuhkan barang atau jasa tersebut.Barang jenis ini juga sering
disebut "merit good" karena semua orang membutuhkannya akan tetapi
tidak semua orang bisa mendapatkan barang dan jasa tersebut. Untuk
memenuhi kebutuhan barang ini, pemerintah dapat menyediakan nya
secara langsung (direct public provision), memberikan subsidi atau
mengontrakkan ke pihak swasta. Sebagai contoh adalah pendidikan,
meskipun pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan pendidikan
namun bukan berarti semua masyarakat dapat membiayai pendidikan
karena perbedaan latar belakang terutama masalah ekonomi. Disamping
itu juga barang ini "pendidikan" juga tidak sebagai pure public good yang
harus dibiayai semuanya dengan pajak dan dilaksanakan sendiri oleh
pemerintah. Bisa saja sektor swasta terlibat dalam penyediaan pelayanan
pendidikan tersebut. Misalnya untuk menyelenggarakan pendidikan
pemerintah dapat melakukan tiga tindakan yaitu : 1) mendirikan sekolah
negeri yang murni milik pemerintah dan dibiayai sepenuhnya oleh
pemerintah. 2) memberi subsidi pendidikan kepada lembaga lembaga
pendidikan, dan 3) menyerahkan pihak swasta untuk ikut
menyelenggarakan pendidikan.

Dalam praktiknya, terdapat kesulitan dalam membedakan barang public


dengan barang privat. Beberapa sulitnya membedakan barang publik dengan
barang privat antara lain :

1. Batasan antara barang publik dan barang privat sulit untuk


ditentukan.
barang barang yang memiliki sifat sebagai barang privat, seperti
transportasi atau perumahan yang memadati dapat dianggap sebagai
kebutuhan dasar manusia. Apakah akses terhadap nya harus dibatasi
hanya bagi mereka yang mampu membayar? padahal mekanisme
distribusi pelayanan publik harus dapat dinikmati oleh setiap orang
baik orang kaya maupun orang miskin.
2. Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang atau jasa publik,
tapi dalam penggunaan (konsumsinya) tidak dapat dihindari
keterlibatan beberapa elemen pembebanan langsung. Contohnya
adalah biaya pelayanan medis, obat obatan dan air. Pembebanan
terhadap pemanfaatan barang tersebut memaksa orang untuk berhati
hati dalam mengonsumsi sumber sumber yang mahal atau langka.
3. Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan
daripada membebankan pajak karena pembebanan tarif lebih mudah
pengumpulannya.
Jika pembebanan pajak, akan terdapat kesulitan dalam menentukan
besar pajak yang pantas dan cukup. Sementara itu jika digunakan
pembebanan tarif pelayanan, orang harus membayar untuk
memperoleh jasa yang diinginkan dan mungkin bersedia untuk
membayar lebih tinggi dibandingkan dengan tarif pajak. Terdapat
argumen yang menyatakan bahwa pembebanan pada dasarnya
bersifat demokratis karena seseorang dapat memilih barang yang
ingin mereka bayar dan apa yang tidak mereka inginkan, sehingga
pola pengeluaran publik dapat diarahkan menurut pilihan mereka.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal penyediaan pelayanan publik
adalah sebagai berikut : a) identifikasi barang/jasa yang menjadi kebutuhan
masyarakat (barang public maupun privat), b) siapa yang lebih berkompeten
dalam melakukan pelayanan public untuk barang tertentu (pemerintah atau
swasta), c) dapatkah pelayanan public tertentu diserahkan kepada sektor
ketiga, d) pelayanan publik apa saja yang tidak seharusnya dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta. Pola hubungan ini dapat digambarkan dengan
bagan berikut :

b. Efesiensi Ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan berapa banyak barang/jasa yang
mereka ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki peran penting dalam
mengalokasikan sumber daya melalui :
1. Pendistribusian permintaan siapa yang mendapatkan manfaat paling
banyak, maka ia akan membayar lebih banyak.
2. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan
3. Pemberian insentif pada supplier berkaitan dengan skala produksi.
4. Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan
meningkatkan persediaan jasa.

Tanpa adanya suatu mekanisme, harga permintaan dan penawaran tidak


mungkin menuju titik keseimbangan sehingga alokasi sumber daya tidak
efisien. Misalnya penyediaan air, obat-obatan dan sebagainya.

Mekanisme pembebanan tarif layanan merupakan salah satu cara untuk


menciptakan keadilan dalam distribusi pelayanan publik. Mereka yang
memanfaatkan pelayanan publik lebih banyak akan lebih banyak membayar
pula. Pembebanan tarif layanan akan mendorong efisiensi ekonomi karena
setiap orang dihadapkan pada masalah pilihan karena adanya kelangkaan
sumber daya. Jika diberlakukan tarif maka setiap orang akan di paksa berfikir
ekonomis dan tidak boros.

c. Prinsip Keuntungan
Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang pembebanan langsung
pada mereka yang menerima jasa tersebut dianggap "wajar" bila didasarkan
prinsip bahwa yang tidak menikmati manfaat tidak perlu membayar. Jadi
pembebanan hanya dikenakan kepada mereka yang diuntungkan dengan
pelayanan tersebut.

Pembebanan tarif layanan publik pada dasarnya juga menentukan pemerintah


karena dapat digunakan sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah.
Hanya saja pemerintah tidak boleh memaksimalkan keuntungan, bahkan lebih
baik menetapkan harga di bawah full cost, memberikan subsidi atau
memberikannya secara gratis.
Pendapatan yang diambil oleh pemerintah dengan pembebanan tarif layanan
publik ini disebut dengan charging for service. Hal ini berbeda dengan fee
yang pembebananya ditetapkan setinggi-tingginya dengan tujuan keuntungan
semata. Contoh Charging for service adalah biaya perizinan IMB. Walaupun
pemerintah mendapatkan pendapatan akibat pembebanan biaya perizinan ini,
namun ketika tujuan utama perizinan IMB ini untuk mengontrol aktivitas
pembangunan bangunan maka ini diperbolehkan. Hanya saja, pemerintah
hendaknya membebankan tarif biaya perizinan IMB tidak terlalu tinggi
sehingga masyarakat tidak terlalu terbebani dan terbantu dengan pelayanan
yang diberikan.

B. ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN

Dalam praktiknya, pembebanan langsung (direct charging) biasanya ditentukan


karena alasan-alasan berikut :

a. Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat, mungkin tidak
dapat diberikan kepada seseorang. Sehingga tidak adil bila biaya dibebankan
kepada semua masyarakat melalui pajak sementara mereka tidak menikmati jasa
tersebut.
b. Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka
sehingga konsumsi publik harus di disiplinkan atau dihematkan. Misalnya
pembebanan terhadap penggunaan air dan obat-obatan medis.
c. Terdapat variasi dalam konsumsi individu wall yang lebih berhubungan dengan
pilihan daripada kebutuhan. Misalnya penggunaan fasilitas rekreasi/pariwisata.
d. Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntungkan dan
untuk memenuhi kebutuhan domestik secara individual maupun industrial.
Misalnya air listrik jasa pos dan telepon.
e. Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan segala permintaan
publik atas suatu jasa atau bila jenis dan standar pelayanannya tidak dapat
ditentukan secara tegas.

Terlepas dari alasan-alasan diatas, terdapat beberapa pernyataan yang menentang


pembebanan tarif pelayanan yaitu :

1. Terdapat kendala administrasi dalam menghitung biaya pelayanan


Penetapan tarif layanan mensyaratkan adanya sistem pencatatan dan pengukuran
yang andal (misalnya tarif jalan tol dan meteran untuk air). Hal tersebut dapat
meningkatkan biaya penyediaan pelayanan.
2. Yang miskin tidak mendapatkan pelayanan
Kesenjangan ekonomi dan pendapatan yang lebar menyebabkan orang miskin
tidak mampu membayar pelayanan dasar yang mestinya mereka dapatkan. Yang
menjadi masalah adalah dapatkah dibuatkan daftar kebutuhan dasar secara
objektif. Ketika telah dibuatkan pelayanan gratis atau subsidi untuk masyarakat
miskin, namun apakah sudah bisa dipastikan tepat sasaran? Mungkin saja
pelayanan atau subsidi menguntungkan yang kaya dan dikorupsi oleh birokrasi
sehingga justru yang miskin menyubsidi yang kaya.
3. Adanya Eksternalitas
Eksternalitas positif (spillovee effects) misalnya tarif layanan yang terlalu tinggi
membuat masyarakat tidak terdorong untuk menggunakannya seperti tarif
imunisasi. Demikian barang yang dianggap sebagai merek good mungkin lebih
baik diberikan secara gratis atau tanpa pembebanan biaya. Selain itu juga terdapat
peraturan perundang undangan yang mensyaratkan pemerintah untuk
menyediakan pelayanan tertentu sehingga kebutuhan barang tersebut biasanya
dianggap bebas dari beban masyarakat.

C. PRINSIP DAN PRAKTIK PEMBEBASAN


Sebagian barang dan jasa yang disediakan pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan
pembebanan tarif. Semakin dekat suatu pelayanan terkait dengan barang privat,
semakin sesuai barang tersebut dikenai tarif. Namun batasan identifikasi barang privat
dan publik terkadang sulit dan harus dilakukan dengan dasar per pelayanan.
Kegagalan dalam menetapkan biaya pada situasi tertentu menyebabkan distorsi harga
dan alokasi sumber daya yang keliru sehingga mengurangi pilihan bagi konsumen.
sehingga perlu diwaspadai bahwa kesalahan dalam menetapkan tarif layanan publik
merupakan penyebab utama defisit anggaran di banyak negara berkembang
(Devas,1989).
Dan dalam praktiknya hampir semua pelayanan baik yang diberikan oleh pemerintah
maupun swasta terkena pembebanan tarif. Namun sangat sulit ditemukan pelayanan
yang gratis secara nominal. Hal ini karena pelayanan gratis dinilai dapat
menyebabkan insentif rendah, sehingga terkadang kualitas pelayanan menjadi sangat
rendah.

D. KEGUNAAN PEMBEBANAN DALAM PRAKTIK

Praktik pembebanan pelayanan publik bcrbeda-beda untuk setiap negara, antara jasa
yang discdiakan langsung oleh pemeritah dan yang disediakan oleh perusahan milik
negara, dan antar pemerintah pusat dan daerah. Charging for service merupakan salah
satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu. Pemerintah memperoleh
penerimaan dari beberapa sumber, antara lain:

a) Pajak
b) Pembebanan langsung kepada masyarakat (charging for service)
c) Laba BUMN/BUMD
d) Penjualan aset milik pemerintah
e) Utang
f) Pembiayaan defisit anggaran (mencetak uang)
Data biaya kadang sulit diperoteh dan sulit diperbandingkan, terutama antara jasa
yang disediakan langsung oleh pemcrintah dan yang disediakan oleh perusahaa milik
negara. Pada kasus perusahaan negara, hanya net deficifit atau surplus yang muncul
dalam rekening pemerintah.

Pada umumya kita mengharapkan bahwa penyediaan barang publik seperti per-
tahanan, kesehatan publik, dan jasa kepolisian seharusnya diberikan secara gratis,
dalam arti dibiayai dari pajak. Sementara itu, penyediaan barang privat yaitu jasa
untuk kepentingan individu seperti listrik, telpon, transportasi umum ditarik tarif
sebesar harga pemulihan biaya totalnya (full cost recovery prices). Untuk barang
campuran (mixed/rnerit good), seperti pendidikan menengah, penyembuhan
kesehatan, sanitasi disediakan sebagian melalui pajak dan sebagian lagi dari tarif.

E. PENETAPAN HARGA PELAYANAN: Berapa Harga Yang Harus


Dibebankan

Jika pemerintah hendak membebankan biaya pelayanan kepada konsumennya, maka


pemerintah harus memutuskan berapa beban yang pantas dan wajar, atau dengan kata
lain berapa harga pelayanan yang akan ditetapkan? Aturan yang biasa dipakai adalah
bahwa beban (charge) dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan
tersebut (full cost recovery). Akan tetapi untuk menghitung biaya total tersebut
terdapat beberapa kesulitan, karena:

1. Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu
pelayanan.
2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi.
3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar.
4. Biaya apa saja yang harus diperhitungkan: apakah hanya biaya operasi langsung
(current operation cost), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital
cost).
Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing,
setidaknya harus memperhitungkan :

 Biaya operasi variabel (variable operating cost)


 Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan untuk
memberikan pelayanan.
 Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalam penyediaan pelayanan
dan
 Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan
permintaan.
Akan tetapi, marginal cost pricing tidak memperhitungkan pure historic capital cosl
atau pure overhead cost, yang tidak terkait sama sckali dengan penggunaan jasa.
Contoh kasus klasik dari historical co.st adalah seperti jembatan penyeberangan.
Marginal cost pricing menganjurkan tidak ada biaya yang ditarik atas jasa
penyeberangan karena marginal cost yang ada nol. Memungut biaya penyeberangan
akan mengurangi pengguna jembatan penyeberangan sehingga menimbulkan
kapasitas menganggur atas jcmbatan tersebut, ini akan mengurangi total econotnic
benefit.

Sebaliknya, marginal cost untuk menyediakan rumah tidak sama dengan nol, karena
sejak ditempati kapasitas ruang sudah digunakan, sehingga marginal cost-nya sama
dengan biaya untuk menyediakan rumab pengganti dan biaya pemeliharaan.

Contoh: penyediaan air, marginal cost-nya misalnya:

 tambahan air yang dikonsumsi


 tambahan jarak yang diambil
 pemasangan pipa besar untuk mdustri.

F. PERMASALAHAN MARGINAL COST PRICING

Penggunaan marginal cost pricing memiliki beberapa permasalahan, antara lain:

1. Sulit untuk memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa tertentu,
dalam praktik, kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai pengganti
walau hal ini menyimpang dari syarat ekonomis dan efesiensi.
2. Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek (short
run MC) atau biaya marginal jangka panjang (long run marginal cost).
3. Marginal cost pricing bukan berarti full cost recovery. Historic capital cost tidak
mungkin dipulihkan, demikian juga full operating cost.
4. Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan:
a) Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar
b) Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya dalam
menyediakan pelayanan tersebut.
5. Ekternalisasi konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk
minum dan mandi dapat secara signifikan merubah “efesiensi harga” yang
ditentukan oleh marginal cost.
6. Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling tidak
untuk jasa seperti air dimana terdapat macam bentuk diskriminasi harga yang
mungkin untuk digunakan.

G. KOMPLEKSITAS STRATEGI HARGA


a) Two-part tariffs: banyak kepentingan (publik seperti listrik) dipungut dengan
two-part tariffs, yaity fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya
infrastruktur dan variable charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.
b) Peak-load tariffs: pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi.
Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang
disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak harus menggambarkan higher
marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum).
c) Diskriminasi harga. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan
pertimbangan keadilan (equity) melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok
dengan pendapatan berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang
berbeda, pelayanan yang diberikan kepada kelompok yang berpendapatan rendah
dapat disubsidi silang dengan kelompok yang berpendapatan rendah dapat
disubsidi silang dengan kelompok dengan pendapatan tinggi.
d) Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total
untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas
pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan
publik untuk membayar.
e) Harga di atas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga di
atas marginal cost, seperti tarif parker mobil, adanya beberapa biaya perijinan
atau licence fee.

H. TAKSIRAN BIAYA
Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan beberapa
pertimbangan sebagai berikut:

 Opportunity cost untuk staf, perlengkapan dll,


 Opportunity cost of capital,
 Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to
society (opportunity cost),
 Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu,
 Cadangan inflasi.
Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar dapat
mengestimasi marginal cost, sebingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang tepat.
Prinsip biaya memberikan dasar yang bermanfaat untuk penentuan harga di sektor
publik. Marginal cost pricing bukan rnerupakan satu-satunya dasar untuk penetapan
harga di sektor publik. Digunakan MC' pricing atau tidak, yang jelas harus ada
kebijakan yang jelas mengenai harga pclayanan yang mampu menunjukkan biaya
secara akurat dan mampu mengidentifikasi skala subsidi publik.
KESIMPULAN

Penyediaan pelayanan publik dapat dibiayai melalui dua sumber yaitu pajak dan
pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik (charging for
services). Pembebanan tarif dilakukan karena alasan efisiensi ckonomi, untuk memperoleh
keuntungan, dan karena adanya barang privat dan barang publik yang perlu diatur
penggunaannya secara proporsional dan memenuhi asas keadilan.

Pembebanan pelayanan publik merupakan salah satu sumber penerimaaan bagi


pemerintah selain pajak, penjualan aset milik pemerintah, utang, dan laba BUMN/BUMD.
Masalah utama dalam pembebanan pelayanan publik adalah menentukan berapa harga yang
harus dibebankan. Aturan yang bisa dipakai adalah beban dihitung sebesar total biaya untuk
menyediakan pelayanan tersebut. Dalam menentukan harga pelayanan publik juga dianut
konsep different cast for different purposes yaitu membedakan kos untuk pelayanan yang
berbeda. Masalah lain adalah adanya hidden cost yang menyulitkan dalam mengetahui total
kos. Kesulitan untuk menghitung biaya total adalah karena sulit mengukur jumlah yang
dikonsumsi dan perbedaan jumlah biaya untuk melayani masing-masing orang. Pembebanan
tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar dan biaya apa saja yang
diperhitungkan sehingga untuk memudahkan digunakan konsep current cost operation,
capital cost, dan marginal cost (biaya penambahan kapasitas).

Marginal cost pricing menganut prinsip bahwa tarif yang dipungut seharusnya sama
dengan biaya untuk melayani tambahan konsumen. Marginal cost pricing mengacu pada
harga pasar yang paling efisicn. Marginal cost pricing memperhatikan biaya operasi variabel,
semi variabel, overhead cost, biaya penggantian atas aset modal dan biaya penambahan aset
modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan permintaan. Namun demikian, konsep
marginal cost pricing juga menghadapi berbagai kendala. Oleh karena itu perlu ditemukan
metode terbaik untuk menetapkan harga pelayanan publik.

Anda mungkin juga menyukai