Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS AUDIT INTERNAL


Fieldwork 1

Bonny Adhisaputra
Herbayu Nugroho

PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
MARET 2015

STATEMENT OF AUTHORSHIP
Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas
terlampir merupakan murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan
orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas
bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Nama

: Bonny Adhisaputra

Nama

: Herbayu Nugroho

NPM

: 1306484160

NPM

: 1306484532

Tanda tangan :

Tanda tangan :

Fieldwork 1
I.

Proses dan Tujuan Field Work


Proses Field Work
Field work merupakan proses untuk mendapatkan keyakinan secara

sistematis dengan mengumpulkan bukti secara objektif mengenai operasi entitas,


mengevaluasinya dan melihat apakah operasi tersebut telah memenuhi standar
yang dapat diterima dan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan; dan
menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh manajemen.
Istilah proses yang sistematis mengimplikasikan langkah-langkah audit
terencana yang dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan audit. Istilah tersebut
juga memiliki makna bahwa auditor internal akan menerapkan persyaratan
profesional dalam melakukan audit, serta menerapkan penelaahan yang tepat saat
mengumpulkan, menyusun, mencatat, dan mengevaluasi bahan bukti audit.
Persyaratan profesional berarti kebebasan penuh dari segala bias yang
akan mempengaruhi pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti. Bebas dari
bias dicapai melalui independensi dan objektivitas, baik dalam kenyataan maupun
persepsi. Objektifitas nyata muncul dari perilaku mental yang tidak memihak,
perilaku yang mendasarkan pada pengetahuan dan menuilai bukti benar-benar
murni dalam kenyataannya tanpa memandang orang yang menyediakannya.
Penilaian seperti ini harus dicapai tanpa memedulikan perasaan, prasangka, opini,
dan kepentingan, serta tekanan dari pihak eksternal.
Tujuan Field Work
Field Work bertujuan untuk membantu pemberian keyakinan dengan
melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di program audit, sehingga
menjadi sesuai dengan tujuan audit yanag ingin dicapai.
II.

Pembuatan Strategi Untuk Melaksanakan Field Work


Tahap persiapan untuk melakukan pekerjaan lapangan dilakukan pada saat

survei pendahuluan telah diselesaikan dan program audit telah disiapkan. Bagianbagian dari rencana strategis mencakup:

Universitas*Indonesia*

1*

1) Kebutuhan pegawai - merencanakan jumlah dan kualifikasi staf yang akan


melakukan audit.
2) Kebutuhan sumber daya dari luar (sumber dari luar, sumber dari mitra,
penggunaan ahli, peminjaman staf, dan sebagainya). menidentifikasi
kebutuhan sumber daya dari luar jika audit dilakukan pada hal yang bersifat
khusus dimana tidak adanya staf yang memiliki pengetahuan khusus tersebut.
3) Pengorganisasian staf audit mengidentifikasi apakah rencana berbentuk
ramping (dengan lapisan supervisi yang terbatas) atau gemuk (banyak lapisan
supervisi) tergantung pada kompleksitas kerja dan rentang kontrol yang
dibutuhkan.
4) Wewenang dan tanggung jawab - mencakup alur wewenang yang berkaitan
dan secara khusus menggambarkan otorisasi yang didelegasikan ke setiap lini
dan staf dalam tim audit.
5) Struktur pekerjaan lapangan - urutan-urutan progam audit direncanakan.
Aktivitas yang berurutan saling berhubungan untuk meyakinkan bahwa
terdapat susunan alur kerja.
6) Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan - Estimasi waktu harus mencakup
kebutuhan

waktu

untuk

aspek

aiministratif

seperti

penghubung

antarkelompok dan dalam kelompok, kebutuhan waktu untuk kegiatan non


operasi dan pendokumentasian serta penulisan draf laporan audit berisi hasilhasil pekerjaan lapangan.
7) Metode pekerjaan lapangan -

Ada enam metode, yaitu: observasi,

konfirmasi, verifikasi, investigasi, analisis, dan evaluasi.


8) Metode pendokumentasian - melibatkan akumulasi bahan bukti dan
penyiapan kertas kerja. Bagian ini membutuhkan antisipasi hasil-hasil metode
pekerjaan lapangan dan juga penggunaan akhir dari audit.
9) Penyiapan laporan - Laporan harus dirancang dengan mempertimbangkan
pembaca dan pengguna. Pertimbangan kemampuan dan tanggapan pembaca
haruslah menjadi perhatian utama dalam rancangan dan isinya.
10) Rencana kontingensi - Rencana harus memuat kondisi terbaik yang bisa
dicapai, yang biasa, dan yang terburuk.

Universitas*Indonesia*

2*

III. Tim Audit dengan Pengarahan Mandiri


Tim merupakan sebuah unit operasional, yang sering kali terdiri dari ahliahli dalam berbagai bidang audit, dan memiliki kepemimpinan dalam rotasi atau
dasar-dasar lainnya. Tim tersebut membuat keputusan sendiri, sering kali dengan
bantuan ahli yang bersama pimpinan tim memberikan keahlian dan bantuan dalam
proses pengambilan keputusan. Tim tersebut menerima tanggung jawab atas
pekerjaannya dan berbagi tanggung jawab bila terjadi kegagalan - termasuk pula
penghargaan dan bonus, jika ada, untuk pekerjaan yang bagus. Harus terdapat
resolusi mengenai tujuan-tujuan dasar organisasi, independensi, pekerjaan audit
yang tidak bagus, dan pengambilan keputusan yang tidak memadai.
Untuk beroperasi secara efektif, tim harus beranggotakan orang-orang yang
tidak egois dan sepakat untuk berbagi kepemimpinan. Pembimbing (yang
mungkin membimbing lebih dari satu tim) diberi banyak tanggung jawab
administratif. Karena lebih besarnya produktivitas dan efektivitas yang dimiliki
tim maka tim audit seperti ini dianggap sebagai aset operasional baru yang
potensial.
IV.

Audit Berhenti-Kemudian-Lanjut
Teknik "audit berhenti-kemudian-lanjut" membantu menghilangkan audit

dengan pengembalian yang rendah yang melewati proses penyaringan awal.


Konsep dasar di balik pendekatan berhenti-kemudian-lanjut adalah untuk
memberdayakan auditor lapangan untuk menghentikan audit, jika tidak ada
indikasi adanya risiko-risiko yang substansial atau tidak ada temuan-temuan
penyimpangan potensial. Saat audit tersebut dihentikan, auditor pindah ke audit
selanjutnya yang termasuk dalam rencana audit tahunan departemen.
Komite Audit dari Dewan Komisaris di Edison diperkenalkan dengan teknik
audit berhenti-kemudian-lanjut dan kemudian menerapkannya karena audit ini:
- Memaksa tuiuan aktivitas audit untuk memusatkan sumber dayanya pada halhal berisiko tinggi dan aktivitas-aktivitas dari perusahaan (yaitu bekerja pada
titik tinggi dalam kurva prioritas) dan memberikan Komite Audit keyakinan
bahwa rebih banyak upaya audit yang dihabiskan pada hal-hal tersebut
daripada bidang-bidang berisiko rendah.

Universitas*Indonesia*

3*

- Memungkinkan fleksibilitas auditor untuk berhenti-kemudian-lanjut, guna


mengurangi atau meningkatkan lingkup audit, dan memotivasi auditor untuk
fokus pada aktivitas-aktivitas perusahaan yang akan menghasilkan temuantemuan yang paling bermanfaat dan bernilai tinggi bagi organisasi.
- Meningkatkan jumlah audit di atas cakupan audit minimum, karena auditor
melakukan lebih banyak audit dengan jangka waktu yang lebih pendek setiap
tahun.
V.

Control Self-Assessment
Control self-assessment (CSA) merupakan salah safu jenis audit partisipatif.

Audit tersebut diterapkan untuk mendapatkan informasi yang terbukti sulit untuk
dikumpulkan oleh staf audit tradisional.
Bisa jadi kejadian yang mendorong inovasi ini menjadi menonjol adalah
pengembangan
mengidentifikasi

konsep

COSO

aspek-aspek

tentang

kontrol

kontrol

internal

internal.
yang

Konsep

kurang

ini

substantif

dibandingkan metode tradisional yang sedang dipertimbangkan. Control selfassessment memperbaiki kekurangan ini dengan menggunakan staf untuk
mengevaluasi aspek-aspek kontrol internal ini berdasarkan apa yang mereka lihat,
alami, dan praktikkan.
Metode yang digunakan adalah mengembangkan semacam pertemuan yang
dilakukan staf audit, tetapi terdiri dari karyawan klien yang akan mengevaluasi
dan mengukur aspek-aspek dari kontrol internal. Peserta audit internal membuat
pertanyaan dan masalah yang akan didiskusikan. Peserta dari klien membahas
bahan-bahan tersebut dan mencapai kesimpulan mengenai diterapkannya aspekaspek kontrol internal dan efektivitas yang sedang didiskusikan. Mereka juga
berusaha mengidentifikasi penyebab masalah dan aktivitas perbaikan yang
mungkin.
VI.

Bagian-bagian Field Work


Tujuan-tujuan audit terkait dengan tujuan-tujuan operasi, namun memiliki

maksud yag berbeda. Tujuan-tujuan audit dirancang untuk menentukan apakah


tujuan-tujuan operasi tertentu telah dicapai. Tujuan audit dicapai dengan

Universitas*Indonesia*

4*

menerapkan prosedur-prosedur audit untuk menentukan apakah prosedur-prosedur


operasi berfungsi sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan-tujuan operasi.
Tujuan operasi ditetapkan oleh manajemen. Tujuan audit ditetapkan oleh auditor.
Prosedur-prosedur audit adalah sarana-sarana yang digunakan auditor untuk
memenuhi tujuan-tujuan auditnya. Prosedur-prosedur audit merupakan langkahlangkah dalam proses audit yang menjadi pedoman bagi auditor dalam
melaksanakan penelaahan yang direncanakan, berdasarkan tujuan-tujuan audit
yang ditetapkan.
VII. Audit SMART
Metode audit SMART (Selective Monitoring and Assessment of Risks and
Trends) merupakan gabungan penentuan risiko dan audit analitis. Hal ini
dimaksudkan untuk mencerminkan efektivitas sistem kontrol internal dan
memungkinkan auditor untuk dengan segera mengidentifikasi masalah-masalah
potensial, tren yang tidak menguntungkan dan fluktuasi-fluktuasi yang tidak
normal. Metode ini menggunakan indikator-indikator kunci sebagai elemen
dasar dari proses audit. Terdapat empat tahap dalam audit SMART yaitu:
Pemilihan bidang-bidang kunci untuk pengawasan dan penentuan;
Pengembangan indikator-indikator kunci untuk pengawasan dan penentuan;
Implementasi;
Pemeliharaan teknik-teknik audit SMART.
Indikator-indikator kunci yang dimaksud di atas adalah:
- Penuh makna
- Tepat waktu
- Sensitivitas
- Keandalan
- Dapat diukur
- Praktis
VIII. Pengkuran Kinerja
Untuk melakukan pemeriksaan yang berarti, auditor mencari unit
pengukuran dan kemudian standar. Standar bisa ditemukan pada instruksi

Universitas*Indonesia*

5*

pekerjaan, arahan organisasi, anggaran, spesifikasi produk, praktik industri,


standar minimum kontrol internal, GAAP, kontrak-kontrak, praktik-praktik bisnis
yang wajar, atau bahkan dalam tabel perkalian. Jadi, dengan membandingkan
temuan mereka dengan standar, mereka bisa membuat kesimpulan yang objektif.
IX.

Pengembangan Standar
Standar harus sesuai dengan tujuan-tujuan operasi yang diperiksa. Untuk

hal-hal yang bersifat teknis, standar harus divalidasi oleh seorang ahli yang secara
teknis memiliki kualifikasi sebelum diterima oleh manajemen klien. Satu contoh
pendekatan ini melibatkan audit atas sistem kontrol keselamatan suatu organisasi.
Bila tidak ada standar, maka auditor yang akan membuatnya. Kemudian,
untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa standar tersebut wajar dan
relevan, mereka meminta wakil lokal dari Dewan Keamanan Nasional (National
Safety Council) untuk menelaah standar tersebut. Standar yang sudah divalidasi
dibahas dengan manajemen klien dan diterima. Auditor kemudian bisa dengan
yakin menggunakan standar tersebut untuk dibandingkan dengan hasil
pengukuran mereka.
X.

Penggunaan Tolak Ukur


Tolak ukur adalah pemilihan praktik-praktik terbaik yang dilakukan oleh

organisasi-organisasi lainnya, atau oleh bagian-bagian operasi itu sendiri, yang


dimaksudkan untuk membantu dalam pencapaian tujuan. Penggunaan tolak ukur
di sini dikenal dengan istilah benchmarking pada dunia usaha. Pengembangan
tolak ukur merupakan hasil dari proses belajar. Namun tidak mudah untuk
mencari dan mengajak organisasi lain, untuk bersedia bekerjasama dalam praktik
ini.
Arthur Andersen dikabarkan melakukan studi Global Best Practice untuk
menentukan aktivitas-aktivitas yang akan meningkatkan upaya organisasi, yaitu:
1) Menganalisis proses-proses audit
- Mengidentifikasi dan membuat pemetaan atas proses-proses audit.
- Membangun hubungan dengan unit-unit audit internal lainnya.
- Melakukan penelitian dokumenter.

Universitas*Indonesia*

6*

- Menghadiri konferensi yang membahas perkembangan-perkembangan


terbaru.
2) Merencanakan studi
- Mendefinisikan lingkup studi tolak ukur dan mengidentifikasikan
penggunaan yang harus tercakup.
- Mengidentifikasi mitra yang akan dijadikan tolak ukur dan meminta izin
untuk melakukan kunjungan.
- Membuat metodologi untuk mendapatkan data-data terbaru.
3) Melaksanakan studi
- Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis praktek-praktek terbaik.
- Mengidentifikasi dan menganalisis kesenjangan antara kinerja yang ada
dengan yang potensial dikembangkan.
4) Mendapatkan pemahaman
- Menerapkan dan menggabungkan praktek-praktek terbaik.
- Mengkalibrasi ulang dan meningkatkan proses.
XI.

Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk mencapai pertimbangan yang benar secara

matematis, dan untuk menyatakan pertimbangan tersebut dalam hal apa yang
diketahui. Evaluasi membutuhkan pertimbangan baik pada standar maupun pada
hasil-hasil perbandingan.
Auditor internal menerapkan standar operasional di sepanjang pekerjaan
lapangannya, oleh karena itu mereka seharusnya tidak gagal dalam mengevaluasi
standar itu sendiri. Standar juga harus dievaluasi kelayakan dan kecukupannya
dalam mengukur kemajuan terhadap tujuan dan sasaran organisasi, dan ketetapan
standar untuk kondisi saat ini. Evaluasi yang dilakukan auditor internal biasanya
diarahkan ke tiga aspek:

Kualitas
- Menentukan apakah pesanan telah disetujui dengan semestinya dan
mengandung semua spesifikasi dan persyaratan yang dibutuhkan.
- Menentukan apakah perubahan dalam spesifikasi telah diserahkan kepada
pemasok.

Universitas*Indonesia*

7*

Biaya
- Menentukan apakah daftar para pemasok yang memberi penawaran telah
disetujui oleh penyelia departemen pembelian.
- Menentukan apakah penawaran kompetitif digunakan sebisa mungkin.

Jadwal
- Menentukan apakah tanggal saat barang dibutuhkan tercantum dalam
pesanan pembelian dan apakah tanggal tersebut sesuai sengan yang
diminta oleh pengguna.
- Menentukan apakah pegawai departemen pembelian secara rutin
mengingatkan pemasok agar barang yang dibeli bisa diperoleh tepat
waktu.

XII. Pengujian
Tujuan umum pengujian adalah untuk memberi dasar bagi auditor untuk
pembentukan opini audit. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk menentukan:

Validitas; yaitu kelayakan, keaslian dan kewajaran.

Akurasi; yaitu kuantitas, kualitas, dan klasifikasi.

Ketaatan dengan prosedur, regulasi, hukum yang berlaku, dan lain-lain.

Kompetensi kontrol yaitu kenetralan risiko.

Pengujian menentukan apakah sesuatu telah sesuai dengan apa yang seharusnya.
Pengujian harus diawali dengan perencanaan, dan harus mencakup:
-

Pendefinisian tujuan pengujian.

Pengidentifikasian jenis pengujian untuk mencapai tujuan.

Pengidentifikasian kebutuhan pegawai yang mencakup keahlian dan disiplin


ilmu yang dimiliki, kualifikasi pengalaman, dan jumlah pegawai.

Penentuan urutan proses pengujian.

Pendefinisian standar atau kriteria.

Pendefinisian populasi pengujian.

Keputusan metodologi pengambilan sampel yang akan dilakukan.

Pemeriksaan transaksi atau proses terpilih.

Universitas*Indonesia*

8*

Empat bagian terakhir membutuhkan pembahasan lebih lanjut:


1) Pendefinisian standar kinerja atau kriteria
Standar kinerja atau kriteria dapat secara eksplisit atau implisit. Eksplisit bila
dinyatakan secara jelas dalam arahan, instruksi pekerjaan, spesifikasi, atau
hukum. Implisit bila manajemen mungkin telah menetapkan tujuan dan
sasaran, atau sedang mengupayakan penetapannya, tetapi tidak menyatakan
secara eksplisit bagaimana mencapainya.
2) Pendefinisian populasi pengujian
Populasi yang akan diuji harus dipertimbangkan sesuai tujuan audit. Jika
tujuannya memberi opini atas transaksi, maka total transaksi mencerminkan
populasi. Jika tujuannya memberi opini atas kecukupan, efektifitas, dan
efisiensi kontrol yang diterapkan, populasinya mungkin lebih terbatas.
3) Metodologi pengambilan sampel yang akan dilakukan
Pengambilan sampel yang paling andal harus dapat mencerminkan
populasinya. Pengambilan sampel dapat melalui pertimbangan atau dengan
metode statistik. Penggunaan teknik audit berbantuan komputer saat ini telah
banyak membantu pekerjaan auditor. Perangkat lunak dapat secara otomatis
menggunakan keseluruhan populasi sebagai sampel.
4) Teknik-teknik pemeriksaan transaksi-transaksi atau proses-proses terpilih
Auditor memiliki banyak teknik untuk membantu mereka mencapai
tujuannya. Yang belum jelas hanyalah penamaan teknik-teknik tersebut di
antara para auditor. Teknik-teknik tersebut dikelompokkan ke dalam enam
judul:
- Mengamati; berarti pemeriksaan visual yang memiliki tujuan, memiliki
nuansa perbandingan dengan standar, dan suatu pandangan yang evaluatif.
Hal ini mengimplikasikan diterapkannya pandangan yang berhati-hati dan
berpengetahuan pada orang, fasilitas, proses, dan barang-barang.
Mengamati atau observasi bermanfaat untuk menemukan praktik-praktik
penyimpanan dokumen atau alur kerja yang mengarah pada upaya yang
tidak perlu atau berbelit-belit. Observasi akan jarang ditentang secara
frontal oleh klien. Jika klien setuju dengan hasil observasi tersebut dan

Universitas*Indonesia*

9*

mengambil

tindakan

perbaikan,

maka

hal

tersebut

tidak

perlu

ditindaklanjuti dengan analisis yang rinci.


- Mengajukan pertanyaan; merupakan teknik yang paling pervasif bagi
auditor yang menelaah operasi. Pertanyaan bisa secara lisan ataupun
tertulis. Pertanyaan lisan mungkin yang paling sulit untuk dikemukakan.
Mendapatkan fakta tanpa membuat klien marah kadang-kadang bukanlah
tugas yang mudah. Jika klien merasa dicecar, mereka cenderung bertahan
dan enggan berperan menyingkap kebenaran. Jika auditor memahami
pandangan kebanyakan klien terhadap mereka (dipandang sebagai
ancaman), peluang untuk mendapatkan informasi yang berguna akan
meningkat. Pertanyaan-pertanyaan bisa ditanyakan dengan dua tujuan:
untuk membantu auditor dan membantu klien. James Binns mengusulkan
suatu kuesioner yang dirancang untuk mendapatkan informasi bagi
auditor, dan pada saat yang sama, menyederhanakan penggunakan manual
prosedur oleh klien.
- Menganalisis; berarti memeriksa secara rinci, dan melihat lebih dalam
beberapa fungsi, aktivitas, atau sekelompok transaksi dan menentukan
hubungannya masing-masing. Analisis dimaksudkan untuk mengetahui
kualitas, penyebab, dampak, motif, dan kemungkinan, yang selanjutnya
digunakan sebagai dasar pertimbangan. Setiap bagian bisa dianalisis
dengan memecahnya ke bagian-bagian kecil, mengobservasi tren,
membuat perbandingan, dan mengisolasi transaksi atau kondisi yang
abnormal. Auditor melakukannya dengan menyusun data dalam lembar
kerja, memverifikasi validitas data tersebut, dan mengevaluasi hasilhasilnya.
- Memverifikasi; berarti mengkonfirmasi kebenaran, akurasi, keaslian, atau
validitas sesuatu. Cara ini paling sering digunakan untuk mendapatkan
kebenaran fakta atau rincian dalam suatu akun atau laporan. Hal ini
mengimplikasikan upaya yang disengaja untuk menentukan akurasi atau
validitas beberapa laporan atau tulisan dengan mengujinya, seperti
membandingkan dengan fakta yang diketahui, dengan data asli, atau
dengan suatu standar. Verifikasi juga mencakup konfirmasi, yang artinya

Universitas*Indonesia*

10*

menghapuskan semua keraguan melalui validasi independen oleh pihakpihak yang objektif.
- Menginvestigasi; secara umum diterapkan pada pelaksanaan tanya jawab
untuk menemukan fakta-fakta yang tersembunyi dan mencari kebenaran.
Investigasi berarti berupaya mencari bahan bukti atas terjadinya kesalahan.
Penyelidikan

secara

khusus

terkait

dengan

kejahatan,

seringkali

melibatkan pertimbangan hukum dan kriminal. Setelah mendapatkan


beberapa bukti atas terjadinya kejahatan, auditor harus menghubungi
bagian keamanan organisasi atau penasihat hukum.
- Mengevaluasi; berarti menuju suatu pertimbangan. Menimbang apa yang
telah dianalisis dan menentukan kecukupan, efisiensi, dan efektifitasnya.
Dalam program audit mereka, auditor harus mengevaluasi perlunya
pengujian rinci sebagai pengganti survei atau penelusuran (walkthrough).
Penemuan fakta tanpa evaluasi menjadi fungsi yang klerikal. Evaluasi
jelas

membutuhkan

pertimbangan,

auditor

yang

berpengalaman

mengevaluasi temuan-temuan audit secara intuitif dan biasanya benar.


Tidak ada auditor yang bisa menjadi profesional seutuhnya tanpa
mengevaluasi setiap hal yang diaudit dari segi tujuan dan standar.
XIII. Bukti Audit
Bukti audit (audit evidence) adalah informasi yang diperoleh auditor
internal melalui pengamatan, wawancara, dan pemeriksaan catatan. Bukti audit
harus memberikan dasar nyata untuk opini, kesimpulan, dan rekomendasi audit.
Bukti audit terdisi atas:
1.

Bukti Fisik
Bukti fisik (physical evidence) diperoleh dengan mengamati orang, properti,
dan kejadian. Bukti ini dapat berupa pernyataan observasi oleh pengamat,
atau foto, bagan, peta, grafik, atau gambar lainnya. Jika pengamatan
merupakan satu-satunya bukti maka lebih disukai bila ada dua atau lebih
auditor yang melakukan pengamatan fisik yang penting, dan jika
dimungkinkan wakil dari klien harus menemani.

Universitas*Indonesia*

11*

2.

Bukti Pengakuan
Bukti pengakuan (testimonial evidence) berbentuk surat atau pernyataan
sebagai jawaban atas pertanyaan, dan tidak bersifat menyimpulkan. Jika
dimungkinkan masih harus didukung oleh dokumentasi. Pernyataan klien
dapat menjadi bukti penting yang tidak selalu bisa diperoleh.

3.

Bukti Dokumen
Bukti dokumen (documentary evidence) adalah yang bukti paling biasa,
terdiri dari dokumen eksternal dan internal. Dokumen eksternal mencakup
surat atau memorandum yang diterima oleh klien, faktur-faktur dari pemasok,
dan lembar pengemasan. Sedangkan dokumen internal dibuat dalam
organisasi klien, mencakup catatan akuntansi, salinan korespondensi ke pihak
luar, laporan penerimaan melalui e-mail, dan lain-lain. Sumber dokumen akan
mempengaruhi keandalan bukti ini.

4.

Bukti Analitis
Bukti analitis (analytical evidence) berasal dari analisis dan verifikasi.
Sumber-sumber bukti ini adalah perhitungan, pertimbangan kewajaran, dan
informasi yang telah dipecah ke dalam bagian-bagian kecil.

Semua bukti audit harus memenuhi uji kecukupan, kompetensi, dan relevansi.
!

Kecukupan
Bukti haruslah bersifat faktual, memadai, dan meyakinkan sehingga bisa
menuntun untuk pengambilan keputusan. Jika digunakan sampel, harus
memberikan keyakinan dan dapat mewakili populasi tempat sampel tersebut
diambil.

Kompetensi
Bukti yang kompeten adalah bukti yang andal. Dokumen asli lebih kompeten
dibandingkan salinannya. Pernyataan lisan yang menguatkan lebih kompeten
dari pernyataan biasa. Bukti langsung lebih andal daripada kabar angin.

Relevansi
Mengacu pada hubungan antara informasi dengan penggunanya. Fakta dan
opini

yang

digunakan

harus

memiliki

hubungan

logis

dengan

permasalahannya.

Universitas*Indonesia*

12*

XIV. Menguji, Menilai, dan Mengevaluasi Bukti Audit


Internal auditor yang berpengalaman harus harus bisa mengevaluasi bukti audit
dan membuat keputusan yang tepat.
1.

Mengumpulkan bukti audit yang tepat dan sesuai


Internal auditor umumnya tidak melihat setiap item dalam area audit
untuk mengembangkan bukti yang mendukung audit. Sebaliknya, auditor
internal membahas beberapa file atau laporan dan ulasan yang dipilih item
sampel untuk mengembangkan kesimpulan audit atas seluruh set atau
populasi data.
Ada tantangan audit internal utama di sini. Internal auditor memerlukan
pendekatan yang konsisten untuk mengambil item sampel dari populasi,
kemudian menarik kesimpulan audit didasarkan pada sampel yang terbatas.
Item sampel yang diambil tersebut harus dapat mencerminkan keadaan
populasi, demikian pula kesimpulan yang dibuat. Sampling audit memiliki
dua jenis utama: statistical sampling dan non-statistical sampling. Statistical
sampling adalah metode memilih item berbasis perhitungan statistika yang
mencerminkan karakteristik dari seluruh penduduk. Non-statistical sampling
juga disebut judgemental sampling, merupakan teknik yang tidak didukung
oleh metode statistika namun menggunakan professional judgement dari
seorang auditor berpengalaman.

2.

Audit assessment dan teknik evaluasi


Untuk mengembangkan kesimpulan audit, auditor internal membutuhkan
proses di mana mereka harus:
-

Memahami total populasi dan mengembangkan rencana pengambilan


sampel pada populasi;

Mengambil sampel dari populasi berdasarkan rencana pemilihan sampel;

Mengevaluasi item sampel terhadap tujuan audit; dan

Mengembangkan kesimpulan untuk seluruh populasi berdasarkan hasil


sampel audit.

Langkah-langkah ini merupakan proses audit sampling, proses pemeriksaan


<100% dari item dalam suatu populasi (saldo akun atau kelompok transaksi),
dengan tujuan menggambarkan beberapa bentuk kesimpulan untuk seluruh
Universitas*Indonesia*

13*

populasi berdasarkan hasil audit sampel tersebut. Sampling audit dapat


menjadi pilihan yang sangat menarik dan efektif untuk auditor internal, dan
keterampilan dasar pengambilan sampel audit harus menjadi persyaratan
dalam proses kerja audit internal.

Universitas*Indonesia*

14*

Daftar Referensi

Lawrence B. Sawyer, Motimer A. Dittenhofer & James H. Scheimer, Sawyers


Internal Auditing, 5th edition, The Institute of Internal Auditors, 2005.
The IIA : Standards for the Professional Practice of Internal Auditing
Moeller, Robert R, Brinks Modern Internal Auditing, 2009 Edisi 7, John Wiley
& Sons, Inc, Hoboken, New Jersey.
!

Anda mungkin juga menyukai