Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH AUDITING

PENGEMBANGAN PERENCANAAN AUDIT MENYELURUH DAN PROGRAM


AUDIT
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing
Dosen Pengampu:
Zaki Bahrun Ni’am, M.A.

Disusun oleh Kelompok 10


Eky Dwi Septiawati 126403202022
M Irfan Wahyu Husodo 126403202022
M Arifudin 126403202138

AKUNTANSI SYARIAH 5C
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
DESEMBER 2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia,
taufik, serta hidayah-Nya yang diberikan kepada semua umat muslim. Tidak lupa solawat
serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
Islam dari zaman jahiliah ke zaman yang terang benderang, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Auditing. Adapun
judul yang kami buat dalam makalah ini adalah berjudul “Pengembangan Perencanaan Audit
Menyeluruh Dan Program Audit”.

Kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dengan rasa hormat dan segala
ketulusan hati kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M. Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
2. Bapak Dr. H. Dede Nurrohman, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah.
3. Ibu Dyah Pravitasari, S.E., M.S.A. selaku Koordinator Prodi Akuntansi Syariah.
4. Bapak Zaki Bahrun Ni’am, M.A. Selaku dosen pengampu Mata kuliah Auditing yang
telah memberi dukungan kepada kami.
5. Orang tua yang memberi dukungan kepada kami.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Dengan adanya makalah ini semoga dapat memberikan ilmu dan manfaat bagi
kami, serta para pembaca pada umumnya. Kami menerima kritik dan saran dari
berbagai pihak yang bersifat membangun agar tercapainya kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 20 Oktober 2022

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. JENIS-JENIS PENGUJUIAN.........................................................................................5
1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern............................5
2. Pengujian atas pengendalian (Test of Control)...........................................................5
3. Pengujian substantive atas transaksi (Substantive test)...............................................8
4. Prosedur Audit yang dilakukan dalam pengujian detail transaksi.............................10
5. Prosedur analitis........................................................................................................10
6. Pengujian terinci atas saldo (fest of details of balances)...........................................11
B. PEMILIHAN JENIS PENGUJIAN YANG AKAN DILAKUKAN............................13
C. BAURAN BUKTI (EVIDENCE MIX)........................................................................14
D. PERANCANGAN PROGRAM AUDIT......................................................................15
1. Program audit pengujian pengendalian&pengujian substantif atas transaksi...........16
2. Program audit prosedur analitis substantif................................................................16
3. Program audit pengujian rincian saldo......................................................................16
E. OVERVIEW IKHTISAR PROSES AUDIT.................................................................17
BAB III....................................................................................................................................21
PENUTUP...............................................................................................................................21
1. Kesimpulan...................................................................................................................21
2. Saran..............................................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan audit adalah tahap awal dari proses auditing yang sangat menentukan
dalam kesuksesan penugasan audit. Rencana audit dimaksudkan supaya menjamin bahwa
tujuan dari audit tercapai serta berkualitas, ekonomis, efektif dan efisien. Oleh karena itu
tahapan perencanaan audit merupakan tahap yang harus menjadi perhatian yang serius
dari auditor. Perencanaan audit bukan merupakan satu bagian audit yang terpisah dari
bagian audit lainnya, namun lebih merupakan suatu tahapan yang berkesinambungan dan
berulang yang sering dimulai setelah penyelesaian audit periode sebelumnya dan
berlanjut sampai penyelesaian audit dalam periode ini (Hasanah, 2013).
Perencanaan audit mencakup pengembangan rencana menyeluruh untuk
merencanakan penerapan audit, serta tahap ini sangat dipengaruhi oleh informasi awal
yang diperoleh pada saat pertimbangan penugasan audit. Ada 6 (enam) langkah yang
harus dilakukan dalam merencanakan audit, yaitu meliputi: Penghimpunan Pemahaman
Bisnis Klien dan Industri klien, Melaksanakan Prosedur Analitis, Melaksanakan
Penilaian Awal Terhadap Materialitas, Mengukur Risiko Audit, Memajukan Strategi
Audit Pendahuluan untuk Asersi yang Signifikan, Mempersatukan Pemahaman Struktur
Pengendalian Intern Klien. Pada Standar Audit mengenai “Aktivitas Perencanaan”
bahwa auditor perlu menetapkan rencana audit secara keseluruhan yang menetapkan
ruang lingkup, waktu, dan aspek audit, juga memberikan panduan untuk pengembangan
perencanaan audit. Rencana audit yang dilakukan secara efektif dan pastinya akan
menghasilkan laporan audit yang lebih baik serta memadai, karena tahap perencanaan
audit merupakan dasar utama untuk menerima klien hingga proses audit. Dalam
merencanakan audit juga harus mengerti risiko bisnis klien dan hal penting yang
mencakup tahap perencanaan audit supaya terlaksana dengan efisien dan efektif.
Kebutuhan informasi keuangan yang relevan dan handal bagi para pengambil
keputusan, seperti manajemen, kreditor, investor, dan pemerintah ini menciptakan
permintaan terhadap jasa audit yang disediakan oleh akuntan publik. Pelaksanaannya
harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat mengurangi risiko audit baik hukum
maupun penurunan bahkan kehilangan reputasi. Risiko adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan situasi dimana terjadi kejadian-kejadian terburuk, yang

3
menciptakan kerugian financial dan non financial, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Audit dirancang untuk memberikan keyakinan memadai atas pendeteksian
salah saji dalam laporan keuangan, lalu audit harus direncanakan dan dilaksanakan
dengan sikap skeptisisme profesional dalam semua penguasannya.
Dalam pelaksanaannya, auditor akan menanggung risiko kesalahan atau rekayasa
laporan keuangan yang dikenal dengan istilah manipulasi earnings. Manipulasi earnings
merupakan upaya manajemen untuk mengubah laporan keuangan. Tindakan manipulasi
earnings ini merupakan fenomena yang logis karena kesuperioran manajemen dalam
menguasai informasi perusahaan dibandingkan dengan pihak lain.
Tahap perencanaan audit keuangan merupakan tahap yang sangat penting, karena
perencanaan audit yang matang akan menentukan kesuksesan audit. Perencanaan audit
merupakan jembatan untuk pekerjaan pengujian berupa prosedur-prosedur yang akan
dilakukan. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan
dan lingkup audit yang diharapkan, sehingga perencanaan dan program audit yang
matang dapat membantu mengontrol pelaksanaan organisasi yang bertanggungjawab
serta meningkatkan akuntabilitas dan manajemen publik.
Keseluruhan perencanaan audit dan program audit merupakan langkah terakhir dalam
fase perencanaan audit. Langkah yang paling penting ini akan menentukan keseluruhan
program audit yang akan diikuti oleh auditor, termasuk semua prosedur audit, ukuran
sampel, unsur-unsur yang dipilih, serta waktunya. Hal yang berkaitan dengan pentingnya
membuat keputusan yang tepat dalam membentuk perencanaan audit secara keseluruhan
dan mengembangkan suatu program audit yang terperinci, dengan mempertimbangkan
efektivitas bukti maupun efisiensi audit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis pengujian audit?
2. Bagaimana pemilihan jenis pengujian yang akan dilakukan?
3. Apa saja bauran bukti (Evidence Mix)?
4. Bagaimana perancangan program audit?
5. Bagaimana overview ikhtisar proses audit?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis pengujian audit;
2. Untuk mengetahui bagaimana pemilihan jenis pengujian yang akan dilakukan;
3. Untuk mengetahui bauran bukti (Evidence Mix);
4. Untuk mengetahui perancangan program audit;

4
5. Untuk mengetahui overview ikhtisar proses audit;
BAB II
PEMBAHASAN
A. JENIS-JENIS PENGUJUIAN
Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis
pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
Auditor menggunakan prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko salah saji
material, yang digambarkan oleh gabungan antara risiko bawaan dan risiko
pengendalian. Empat jenis pengujian audit lainnya menggambarkan prosedur audit
lanjutan yang dilakukan untuk menhadapi risiko-risiko yang teridentifikasi. Masing-
masing prosedur audit masuk kedalam satu, dan terkadang lebih dari satu. Dari kelima
kategori ini diantaranya:
1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern
Tahap audit ini auditor harus memusatkan perhatian pada design dan operasional
aspek-aspek struktur pengendalian intern. Pengetahuan yang diperoleh adalah seluas
yang diperlukan agar dapat merencanakan audit dengan efektif.
Prosedur audit yang berhubungan dengan pemahaman auditor atas struktur
pengendalian intern adalah:
1. Pengalaman auditor pada periode sebelumnya terhadap satuan usaha.

2. Tanya jawab dengan pegawai perusahaan.

3. Pemeriksaan pedoman kebijakan dan system.

4. Pemeriksaan atas dokumen dan catatan.

5. Pengamatan aktivitas dan operasi satuan usaha.1

2. Pengujian atas pengendalian (Test of Control)


Meliputi prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk menentukan efektivitas
kebijakan dan prosedur pengendalian yang diterapkan pada perusahaan klien.
Pengujian atas pengendalian dilakukan terhadap kebijakan dan prosedur pengendalian
yang diharapkan dapat mencegah atau mendeteksi salah saji material dalam laporan
keuangan.

1
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, Auditing Konsep Dasar & Pedoman Pemeriksaan Akuntan

Publik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), (Senin, 14 November 2022, 05.56), hlm. 259−267

5
Bila risiko pengendalian (control risk) ditentukan di bawah maksimum, auditor
harus melakukan pengujian atas pengendalian (test of control) untuk memperoleh
bukti yang mendukung risiko pengendalian tersebut. Prosedur untuk memperoleh
bahan bukti tersebut adalah pengujian atas pengendalian (test of control).
Pengujian atas pengendalian (Test of control) memfokuskan pada pertanyaan:

1. Bagaimana penerapan kebijakan dan prosedur pengendalian klien?

2. Apakah kebijakan dan prosedur diterapkan secara konsisten?

3. Oleh siapa kebijakan dan prosedur tersebut dilaksanakan?

Dua jenis bahan bukti yaitu tanya jawab dan pemeriksaan dokumen, merupakan
bahan bukti yang diperoleh dalam memahami pengendalian intern, pengujian atas
pengendalian akan meneruskan prosedur audit yang telah ada dalam pemahaman
pengendalian intern, atau sebagai tindak lanjut dari prosedur audit atas pemahaman
pengendalian intern.2
Perbedaan prosedur audit dalam pemahaman dan pengujian atas pengendalian

Jenis Prosedur Pemahaman Pengujian Pengendalian

Inquiring Ekstensif Beberapa

Observing Walk-through Beberapa kali

Inspecting Walk-through Ekstensif-sampling


Reperforming Tidak dilakukan Ekstensif-sampling

Sifat dari pengujian merupakan pengujian atas pengendalian diarahkan kepada


efektivitas design dan operasi pengendalian entitas, yang mencakup jenis bahan bukti:
1. Tanya jawab dengan pegawai (Inquiring)
Pertanyaan yang diajukan pada karyawan dilakukan berkaitan dengan evaluasi
atas kinerja tugas. Auditor dapat menentukan pengendalian akses atas aktiva,
dokumen, dan catatan akuntansi klien melalui pengajuan pertanyaan pada karyawan.
2. Pemeriksaan dokumen dan catatan (Inspecting)
Pengendalian yang meninggalkan jejak bukti dapat dilakukan prosedur audit
melalui inspeksi oleh auditor. Auditor melakukan inspeksi terhadap dokumen, catatan,
dan laporan untuk memastikan bahwa dokumen, catatan dan laporan tersebut telah
2
Ibid., hlm. 260

6
lengkap, dibandingkan dengan dokumen lain secata tepat, dan diotorisasi sebagaimana
mestinya.
3. Pengamatan aktivitas yang berhubungan dengan pengendalian (Observing)
Observasi dapat dilakukan auditor terutama pada pengendalian yang tidak
menghasilkan jejak bukti. Contohnya adalah pemisahan tugas yang membutuhkan
beberapa orang tertentu untuk melaksanakan satu tugas.
4. Pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap prosedur (Reperforming)
Beberapa kegiatan pengendalian yang meninggalkan jejak bukti berupa dokumen,
catatan dan laporan tetapi isinya kurang mencukupi dalam menilai kegiatan
pengendalian tersebut dapat dilakukan reperforming. Prosedur reperforming
cenderung merupakan pengujian untuk menilai akurasi mekanis kegiatan
pengendalian.
Sifat pengujian berkenaan dengan jenis dan efektivitas prosedur audit yang akan
dilaksanakan. Prosedur audit untuk melaksanakan pengujian pengendalian

1. Inquiring; tanyakan kepada pegawai tentang tugas-tugas yang dilaksanakan

2. Observing; amati bagaimana pegawai melaksanakan tugasnya

3. Inspecting; inspeksi dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang memberikan


indikasi pelaksanaan pengendalian.

4. Reperforming; bandingkan harga jual dalam invoice dengan prior list nya.

Contoh:
1) Pengendalian kuncinya adalah penjualan kredit disetujui sebelum dilakukan
pengiriman barang kepada pelanggan. Maka pengujian atas pengendalian tersebut
adalah dengan melakukan pemeriksaan pesanan pembelian, apakah ada persetujuan
atas penjualan kredit tersebut atau tidak (dokumentasi).
2) Pengendalian kunci adalah pemisahan tugas antara penagihan, pencatatan dan
penerimaan kan. Pengajian yang dilakukan adalah melakukan pengamatan apakah
karyawan yang bertanggung jawab dalam penanganan kas tidak memiliki tanggung
jawab akuntansi lainnya (pengamatan). Dan melakukan tanya jawab dengan
mereka mengenai tugas yang menjadi tanggung jawabnya (tanya jawab).3
Luas pengujian yang dilakukan berkenaan dengan besar sampel yang akan diuji.
Luas pengujian atas pengendalian dipengaruhi oleh risiko pengendalian yang
3
Ibid.,hlm.261-262

7
ditetapkan dalam perencanaan. Semakin rendah risiko pengendalian maka akan
semakin luas pengujian atas pengendalian yang harus dilakukan dan semakin banyak
bukti yang dilaksanakan, semakin banyak bukti yang dihimpun mengenai efektivitas
berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian. Luas pengujian pengendalian
dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian yang telah ditetapkan dalam
perencanaan oleh auditor.
Bagi klien lama luas pengujian dipengaruhi pula oleh pengunaan bukti yang
diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Sebelum menggunakan bukti
yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya, auditor harus memastikan
bahwa tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan dan operasi berbagai
kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit tahun
sebelumnya.Saat pengujian merupakan pengujian atas pengendalian dilaksanakan
selama periode interim (sebelum tanggal neraca).

3. Pengujian substantive atas transaksi (Substantive test)


Pengujian substantif meliputi prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk
mendeteksi monetary errors atau salah saji yang secara langsung berpengaruh
terhadap kewajaran saldo-saldo laporan keuangan.
1. Pengujian atas transaksi
Pengujian atas transaksi (substantive test of transaction) meliputi prosedur-
prosedur audit untuk menguji kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukannya
pengujian atas transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien
telah diotorisasi dengan pantas, dicatat, dan diikhtisarkan dalam jural dengan benar
dan diposting ke buku besar dan buku pembantu dengan benar.4
Untuk menentukan apakah semua transaksi telah memenuhi tujuan audit untuk
transaksi:

1) Existence

2) Completeness

3) Accuracy

4) Classification

5) Timing

4
Ibid.,hlm.262

8
6) Posting and summarizing

Jika auditor percaya bahwa transaksi dicatat dengan benar dalam jurnal dan
diposting dengan benar, maka auditor akan percaya bahwa total buku besar adalah
benar. Pengujian detail transaksi ini dilakukan untuk menentukan:
1) Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi.
2) Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal.
3) Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan buku
pembantu.
2. Metodologi Perancangan Program Audit untuk Pengujian atas Transaksi Program
audit penguji atas transaksi, biasanya mencakup:
1) Bagian penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh
mengenai struktur pengendalian intern
2) Gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas
struktur pengendalian intern
3) Rencana tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan.

Baik prosedur yang dijalankan maupun risiko pengendalian yang direncanakan


akan mempengaruhi program audit pengujian atas pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi. Metodologi untuk merancang pengujian atas pengendalian
dan pengujian substantif atas transaksi:
1) Melaksanakan prosedur untuk memahami struktur pengendalian intern.
2) Menetapkan risiko pengendalian.
3) Mengevaluasi biaya dan manfaat dan pengujian atas pengendalian.
4) Merancang pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
untuk memenuhi tujuan audit berkait transaksi.5
Prosedur audit pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas
pengendalian maupun pengujian substantive atas transaksi dan bervariasi tergantung
kepada rencana risiko pengendalian yang ditetapkan.
Jika pengendalian efektif dan risiko pengendalian yang direncanakan rendah,
penekanan akan banyak diberikan kepada pengujian atas pengendalian. Beberapa
pengujian substantif atas transaksi juga akan ditekankan.
4. Prosedur Audit yang dilakukan dalam pengujian detail transaksi

5
Ibid.,hlm.263

9
1) Tracing: pilih satu sampel sales invoice dan telusur ke sales journal.
2) Vouching: pilih satu sampel transaksi yang dicatat dalam sales journal dan telusur
ke sales invoices.
3) Reperforming: periksa kecermatan perkalian dan penjumlahan pada sales invoices.
4) Inquiring: tanyakan kepada klien apakah ada transaksi-transaksi related parties.
Pada pengujian detail transaksi, auditor mengarahkan pengujiannya untuk
memperoleh temuan mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter. Auditor
tidak mengarahkan pengujian detail transaksi untuk memperoleh temuan tentang
penyimpangan kebijakan dan prosedur pengendalian. Pengujian ini pada umumnya
lebih banyak menyita waktu dibanding prosedur analitis, oleh karenanya pengujian ini
lebih banyak membutuhkan biaya daripada prosedur analitis.
5. Prosedur analitis
Prosedur analitis telah dibahas pada bab sebelumnya, mencakup perbandingan
jumlah yang dicatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur
analitis yang sering dilakukan auditor adalah perhitungan rasio untuk membandingkan
dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan.6 Tujuan penggunaan
prosedur analitis:
1) Memahami bidang usaha klien
2) Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup entitas
3) Indikasi timbulnya kemungkinan salah says dalam laporan keuangan
4) Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci

Digunakan dalam phase pengujian:

1) Sebagai pelengkap tests of details.


Dalam banyak hal, prosedur analitis dipandang kurang efektif, hanya memberikan
indikasi salah saji material.

2) Untuk memperoleh bukti mengenai asersi/tujuan audit tertentu


Dalam situasi tertentu, prosedur analitis dipandang cukup efektif dan efisien,
terutama untuk akun-akun yang tidak material dan/atau bila risiko deteksi tinggi.
Efektivitas dan efisiensi prosedur analitis dalam mendeteksi kemungkinan terjadi
salah saji material, tergantung pada faktor:
6
Ibid.,hlm.264.

10
1) Sifat asersi
2) Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
3) Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan
4) Ketepatan harapan
6. Pengujian terinci atas saldo (fest of details of balances)
Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhir buku besar baik untuk
akun neraca maupun rugi laba, tetapi penekanan utama adalah pada neraca. Pengujian
detail saldo akun yang direncanakan harus cukup memadai untuk memenuhi setiap
tujuan spesifik audit dengan memuaskan. Metodologi perancangan pengujian detail
saldo ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1) Menetapkan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan
risiko bawaan suatu akun.
Setelah estimasi awal mengenal materialitas untuk audit secara keseluruhan dan
mengalokasikan totalnya ke saldo akun telah diputuskan oleh auditor, salah saji yang
dapat ditoleransi ditentukan untuk masing-masing saldo yang signifikan. Salah saji
yang ditoleransi makin rendah akan menyebabkan pengujian terinci atas saldo makin
besar. Risiko audit yang dapat diterima biasanya diputuskan untuk audit secara
keseluruhan, danpada berdasarkan siklus. Pengecualian adalah kalau auditor yakin
bahwa salah saji pada perkiraan tertentu seperti piutang lebih berpengaruh negative
terhadap pemakai daripada salah saji yang sama dalam perkiraan lain.7
Risiko bawaan ditetapkan dengan mengidentifikasi semua aspek histories,
lingkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah
saji dalam laporan kesangan tahun berjalan.

2) Menetapkan risiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi


Pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian dan dengan
demikian mengurangi bahan bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif atas
transaksi dan pengujian terinci atas saldo.
Pengendalian yang tidak memadai meningkatkan bahan buks subtanntif yang
dibutuhkan.
7
Ibid., hlm.265

11
3) Merancang pengujian pengendalian transaksi dan prosedur analitis untuk suatu
siklus akuntansi.
Pengujian dirancang dengan ekspeldasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh. Hasil
yang diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.

4) Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit
Pengujian terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, besar
sampel, post unsur yang dipilih dan saat pengajian Prosedur-prosedur harus dipilih
dan dirancang bagi masing-masing perkiraan dan masing-masing tujuan audit
dalam setiap perkiraan.
Kesulitan yang dihadapi auditor dalam merancang penguatan terinci atas saldo
adalah kebutuhan untuk memperkirakan hasil dari pengujian atas transaksi dan
prosedur analitis sebelum pengujian tersebut dilaksanakan. Hal ini diperlukan karena
merancang pengujian terinci atas saldo selama tahap perencanaan, tetapi kelayakan
rancangan tergantung kepada hasil pengujian yang lain. Dalam perencanaan pengujian
terinci atas saldo, auditor biasanya memperkirakan bahwa akan ada beberapa atau
tidak ada kekecualian dalam pengujian atas pengendalian, pengujian substantif atas
transaksi, dan prosedur analisis kecuali kalau ada alasan untuk mempercayai hal yang
sebaliknya. Jika hasil pengujian tersebut tidak konsisten dengan prediksi auditor,
maka pengujian terinci atas saldo perlu diubah dalam perkembangan audit.8
Luas pengujian tergantung kepada hasil pengujian atas pengendalian, pengujian
substantive atas transaksi, dan prosedur analitis yang bertalian dengan akun-akun.
Meliputi prosedur-prosedur audit untuk menguji kewajaran saldo-saldo akon neraca
dan laba-rugi:
1) Counting: Lakukan penghitungan dana kas pada tanggal neraca.
2) Observing: Amati proses penghitungan persediaan pada akhir tahun.
3) Confining: Konfirmasi saldo piutang yang ada pada akhir tahun.
4) Inspecting: Periksa subsequent receipts dari debitur-debitur yang tidak menjawab
permintaan konfirmasi (documentation), lakukan inspeksi terhadap gedung baru
(physical).
5) Inquiring: Tanyakan kepada klien apakah ada piutang yang dijaminkan assignment
atau dijual (factoring).

8
Ibid., hlm.266

12
6) Reperforming: Dapatkan daftar piutang pertanggalan neraca, periksa penjumlahan
nya dan cocokkan saldonya dengan subledger dan total saldo dengan ledgernya.

Efektivitas Test of Details of Balances:

1. Pengujian terinci atas saldo harus meliputi prosedur-prosedur audit yang dapat
menghasilkan bukti yang paling dapat diandalkan.
2. Untuk mencegah time consuming dan costly, gunakan kombinasi bukti yang
disesuaikan dengan assessed level of detection risk.
1) DR tinggi gunakan lebih banyak dokumen internal dan laksanakan prosedur audit
terbatas.
2) DR rendah, gunakan lebih banyak dokumen eksternal dan independen, dan
lakukan prosedur audit secara lebih ekstensif.9
Saat pengujian dilakukan, tepatnya saat pelaksanaan prosedur subtantif
dipengaruhi oleh level DR.

1) DR tinggi, prosedur audit dapat dilaksanakan beberapa bulan sebelum akhir


tahun.
2) DR rendah, dilaksanakan menjelang atau pada tanggal neraca.
B. PEMILIHAN JENIS PENGUJIAN YANG AKAN DILAKUKAN

Pada umumnya auditor menggunakan lima kelima jenis pengujian untuk melakukan
audit atas laporn keuangan, tetapi jenis pengujian tertentu mungkin lebih ditekankan,
tergantung pada situasi yang dihadapi. Ingat prosedur penilaian risiko diwajibkan pada
setiap audit untuk menilai risiko kesalahan penyajian material, sedangkan keempat jenis
pengujian lainnya dilakukan sebagai respon terhadap risiko yang diidentifikasi yang akan
menjadi dasar bagi pendapatan auditor.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan jenis pengujian yang akan
dilakukan auditor, antara lain ketersediaan delapan jenis bukti, biaya pelaksanaan untuk
setiap jenis pengujian, efektivitas pengendalian internal, dan risiko inheren.10
C. BAURAN BUKTI (EVIDENCE MIX)
Untuk mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi sebagai respon terhadap risiko
yang diidentifikasikan melalui prosedur penilaian resiko, auditor menggunakan

9
Ibid., hlm.267
10
Andini Permata Sari, Pengauditan I Strategi Audit Keseluruhan dan Program Audit. Universitas
Udayana. 2015. dalam https://id.scribd.com/doc/307773074/Ikhtisar-Proses-Audit (Jumat, 18 November 2022,
09.59), hlm. 7

13
kombinasi dari empat jenis pengendalian internal, kombinasi tersebut sering disebut
dengan bauran bukti (evidence mix), seperti pada table di bawah ini:

Tabel Variasi Baruan Bukti (dari Lianti et al.(2016)


Pengujian Pengujian Prosedur Analitis Pengujian

Pengendalian Terperinci Terperinci Saldo

Transaksi
Audit 1 E S E S
Audit 2 M M E M
Audit 3 N E M E
Audit 4 M E E E
E=pengujian luas; M=pengujian sedang; S=pengujian kecil; N=tidak ada pengujian

Keterangan:

1. Analisis Audit 1

Klien ini adalah sebuah perusahaan besar yang memiliki pengendalian internal
yang canggih dan risiko inheren yang rendah:
1) Auditor melakukan pengujian pengendalian yang ekstensif.
2) Auditor sangat percaya kepada pengendalian internal klien untuk mengurangi
pengujian substantif.
3) Pengujian substantif transaksi dan pengujian rincian saldo diperkecil.
4) Pengujian pengendalian dan prosedur analitis, yang tergolong relatif murah.

2. Analisis Audit 2

Perusahaan ini berukuran sedang, yang memiliki sejumlah pengendalian dan


beberapa risiko inheren.
1) Auditor memutuskan untuk melakukan sumua jumlah pengujian menengah, kecuali
prosedur analitis yang akan dilaksanakan secara ekstensif.
2) Pengujian ekstensif dilaksanakan jika ada resiko inheren.11

11
Felisia Ivana Lianti dkk., Makalah Pengantar Pengauditan Dampak Teknologi Informasi Dalam
Proses Audit & Rencana Audit Dan Program Audit Secara Keseluruhan, Universitas Kristen Satya Wacana.
2016. dalam https://www.academia.edu/30094323/Makalah_Kelompok_9_Pengauditan._ (Jumat, 18 November
2022, 09.43). hlm. 11−13

14
3. Analisis Audit 3

Perusahaan ini berukuran sedang tetapi mempunyai segelintir pengendalian yang


efektif dan risiko inheren yang signifikan.
1) Tidak ada pengujian pengendalian yang dilakukan.
2) Ditekankan pada pengujian rincian saldo dan pengujian substantif atas transaksi,
juga beberapa prosedur analitis.
3) Prosedur analitis dilakukan untuk mengurangi pengujian substantif.
4) Biaya audit relatif tinggi karena jumlah pengujian substantif yang rinci.

4. Analisis Audit 4
Aditor mungkin menemukan penyimpangan pengujian pengendalian yang
ekstensif dan salah saji yang signifikan meskipun melakukan pengujian substantif atas
transaksi dan prosedur analitis substantif.
1) Pengendalian internal tidak efektif.
2) Pengujian rincian saldo yang ekstensif dilakukan untuk mengganti kerugian hasil
pengujian lain yang tidak dapat diterima.
3) Biaya lebih tinggi karena pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi telah dilakukan tetapi tidak dapat digunakan untuk mengurangi pengujian
rincian saldo.
D. PERANCANGAN PROGRAM AUDIT
Perancangan program audit digunakan untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo dan yang berkaitan dengan transaksi. Selain pada bagian program audit
yang berisi prosedur penilaian risiko yang dilaksanakan selama tahap perencanaan,
program audit juga dirancang dalam tiga bagian tambahan:
1. Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
biasanya meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan pemahaman atas
pengendalian internal yang diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko.
2. Program audit prosedur analitis substantif
Karena relatif murah, banyak auditor melaksanakan prosedur analitis pada semua
audit. Prosedur analitis yang dilaksanakan selama pengujian substansif, seperti audit
piutang usaha, biasanya lebih terfokus dan lebih ekstensif ketimbang yang dilakukan
sebagai bagian dari perencanaan. Ketika auditor berencana menggunakan prosedur

15
analitis untuk memberikan keyakinan substantif tentang saldo akun, data yang
digunakan dalam kalkulasi harus dipandang cukup dapat diandalkan.
3. Program audit pengujian rincian saldo
Untuk merancang prosedur audit pengujian rincian saldo, auditor menggunakan
metodologi yang berorientasi pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo, sebagai
berikut:12

1) Mengidentifikasikan risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha Jika


setiap risiko bisnis klien yang diidentifikasi mempengaruhi piutang usaha, risiko
itu harus dilibatkan dalam evaluasi auditor atas risiko inheren atau risiko
pengendalian. Risiko ini kemudian akan mempengaruhi luas mempengaruhi luas
bukti yang tepat.
2) Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren untuk
piutang.
Auditor harus memutuskan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas pada
audit secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk
menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi bagi untuk setiap saldo yang signifikan.
Risiko inheren dinilai dengan mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah,
lingkungan atau operasi klien yang menunjukkan kemungkinan yang besar bahwa ada
salah saji dalam laporan keuangan tahun berjalan.
3) Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan

Pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian dan karenanya,


juga mengurangi jumlah bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif atas
transaksi dan pengujian rincian saldo. Pengendalian yang kurang memadai akan
meningkatkan bukti substantif yang diperlukan.
4) Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif
atas transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan

Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi dirancang dengan


harapan hasil-hasil tertentu akan diperoleh. Hasil yang diproduksi tersebut akan
mempengaruhi perancangan pengujian rincian saldo.
5) Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha Auditor
melaksanakan prosedur analitis substantif atas akun-akun seperti piutang usaha

12
Ibid., hlm. 14−15

16
demi tujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan salah saji dalam saldo akun dan
untuk mengurangi pengujian audit yang terinci. Hasil dari prosedur analitis
substantif sacara langsung akan mengurangi luas pengujian rincian saldo.
6) Merancang pengujian rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo
Pengujian rincian saldo yang telah direncanakan meliputi prosedur audit, ukuran
sampel, item yang dipilih, dan penetapan waktu. Prosedur ini harus dipilih dan
dirancang untuk setiap akun serta setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
pada setiap akun tersebut.13
E. OVERVIEW IKHTISAR PROSES AUDIT
Tahap ikhtisar proses audit terdiri dari:14
TAHAP 1: Pelaksanaan dan Perancangan Pendekatan Audit Terdiri dari tahap-tahap
1) Perencanaan Awal.
2) Memperoleh informasi mengenai latar belakang klien.
3) Mendapatkan informasi tentang kewajiban hukum klien.
4) Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan.
5) Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan
risiko bawaan.
6) Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan
risiko pengendalian.
7) Mengembangkan rencana dan program audit menyeluruh.
Informasi yang diperoleh selama perencanaan awal, perolehan informasi mengenai
latar belakang dan kewajiban hukum klien digunakan untuk menetapkan risiko bawaan
dan risiko audit yang dapat diterima. Kemudian tahap penetapan materialitas dan risiko
audit yang dapat diterima, risiko bawaan dan risiko pengendalian digunakan untuk
mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh. Selanjutnya mengenai
tahap perencanaan dan perancangan pendekatan audit dan memperbaharui pemahaman
atas struktur pengendalian intem, memperbaharui program audit juga melaksanakan
prosedur analitis pendahuluan dilakukan pada saat pertengahan tahun berjalan (30 junI
XX).

13
Ibid., hlm. 15

14
Rahayu, _Auditing Konsep_ ..., hlm. 267

17
TAHAP 2: Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi Jika auditor
merasa perlu merencanakan untuk mengurangi tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan, maka tindakan selanjutnya adalah melakukan pengujian atas
pengendalian lagi. Tetapi jika tidak merasa perlu untuk mengurangi tingkat risiko
maka lanjutkan dengan pengujian substantif atas transaksi Kemudian langkah
terakhir dalam tahap ini adalah menetapkan kemungkinan salah saji dalam
laporan keuangan. Pelaksanaan aktual pengujian atas transaksi terjadi dalam
tahap ini. Tujuan dalam tahap ini adalah:15

1) Mendapatkan bahan bukti yang mendukung kebijakan dan prosedur


pengendalian spesifik yang berperan terhadap tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan. Tujuan ini dipenuhi dengan melakukan pengujian atas
pengendalian.
2) Untuk memperoleh bahan bukti yang mendukung kebenaran moneter
transaksi. Tujuan ini dipenuhi dengan melakukan pengujian substantif atas
transaksi.
Jika pengendalian dipertimbangkan tidak efektit, atau ditemukannya deviasi
pengendalian, maka pengujian substantif dapat diperluas di tahap III. Untuk melakukan
pengujian atas pengendalian dan pengujian atas transaksi dilaksanakan pada sekitar akhir
bulan kesembilan (30 september XX). Karena hasil pengujian atas transaksi merupakan
faktor utama luasnya pengujian terinci atas saldo, maka dilakukan rutin pada saat dua
atau tiga bulan sebelum tanggal neraca. Hal ini akan membantu auditor merencanakan
hal-hal bersyarat, merevisi program audit untuk hasil yang tidak diperkirakan, dan
menyelesaikan audit sedekat mungkin dari tanggal neraca

TAHAP 3: Pelaksanaan Prosedur Analitis dan Pengujian Terinci atas Saldo

Tahap pelaksanaan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo, yaitu:

1) Menetapkan tingkat kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan dengan


interval rendah, sedang tinggi, atau tidak diketahui.
2) Melakukan prosedur analitis
3) Melakukan pengujian atas pos-pos kunci.
4) Melakukan pengujian terinci tambahan

15
Ibid., hlm. 268

18
Tujuan tahap ini adalah untuk memperoleh bahan bukti tambahan yang cukup untuk
menentukan apakah saldo akhir dan catatan kaki pada laporan keuangan dinyatakan
dengan wajar. Sifat dan luas pelaksanaan tergantung kepada temuan dalam kedua tahap
sebelumnya. Untuk tahap konfirmasi piutang usaha dan mengamati persediaan,
dilakukan pada akhir bulan ke sepuluh (20 Oktober XX). Sedangkan tahap menghitung
kas, melakukan pengujian pisah batas, dan meminta konfirmasi lain dilakukan pada
tanggal neraca 31 Desember XX. Untuk melakukan prosedur analitis, penyelesaian
pengujian transaksi dan melakukan hubungan pengujian saldo dilaksanakan pada
penutupan buku (07 januari XX).16

TAHAP 4: Penyelesaian Audit dan Penerbitan Laporan Audit Tahap


penyelesaian audit terdiri atas:
1) Menelaah kewajiban bersyarat
kewajiban bersyarat adalah kewajiban yang potensial
yang harus diungkapkan dalam catatan kaki atau catatan
atas laporan keuangan. Auditor harus yakin bahwa
pengungkapan hal tersebut telah memadai. Sebagian
dari pencarian kewajiban bersyarat telah dilakukan
selama tiga tahap pertama, tetapi dalam tahap ini
dilakukan pengujian tambahan.
2) Menelaah peristiwa kemudian
Kejadian setelah tanggal neraca, sebelum tanggal
penerbitan laporan keuangan dan laporan audit akan
mempengaruhi informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan. Prosedur penelaahan khusus dirancang untuk
diperhatikan auditor atas peristiwa kemudian yang
memerlukan pengakuan dalam laporan keuangan.
3) Mengumpulkan bahan bukti akhir
Bahan bukti dalam tahap ini adalah sebagai tambahan bahan bukti yang telah
diperoleh pada tiga tahap sebelumnya sebagai satu kesatuan selama tahap
penyelesaian yaitu mencakup hal sebagai berikut:
1) Pelaksanaan prosedur analitis akhir.
2) Evaluasi asumsi kelangsungan hidup.

16
Ibid., hlm. 269

19
3) Mendapat surat pernyataan klien.
4) Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk menjamin konsistensi
dalam laporan keuangan.
4) Evaluasi akhir
5) Menerbitkan laporan audit
Jenis laporan audit yang diterbitkan auditor bergantung keapda bahan bukti
dan temua yang dikumpulkan selama audit.
6) Membicarakan hasil dengan komite audit dan manajemen
Auditor perlu mengkomunikasikan masalah yang berkaitan dengan struktur
pengendalian intern, atau masalah lain saat penyelesaian audit atau
sesudahnya kepada komite audit dan manajemen. Auditor dapat pula
memberikan usulan kepada manajemen untuk perbaikan kinerja ketika
diperlukan.
Mengikhtisarkan hasil, menelaah kewajiban bersyarat, menelaah peristiwa kemudian
dan menyelesaikan audit dilaksanakan pada tanggal terakhir kerja lapangan (8 Maret
XX). Sedangkan penerbitan laporan audit dilakukan pada pertengahan bulan ketiga (15
Maret XX).17

17
Ibid., hlm. 270

20
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan
Terdapat lima jenis pengujian dasar yang digunakan dalam menentukan apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Jenis pengujian tersebut adalah:

1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern.


2. Pengujian atas pengendalian (Test of Control).

3. Pengujian substantive atas transaksi (Substantive test).

4. Prosedur analitis.

5. Pengujian terinci atas saldo (fest of details of balances).

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan jenis pengujian yang akan
dilakukan auditor, antara lain ketersediaan delapan jenis bukti, biaya pelaksanaan untuk
setiap jenis pengujian, efektivitas pengendalian internal, dan risiko inheren.
Untuk mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi sebagai respon terhadap risiko
yang diidentifikasikan melalui prosedur penilaian resiko, auditor menggunakan
kombinasi dari empat jenis pengendalian internal, kombinasi tersebut sering disebut
dengan bauran bukti (evidence mix)
Selain pada bagian program audit yang berisi prosedur penilaian risiko yang
dilaksanakan selama tahap perencanaan, program audit juga dirancang dalam tiga bagian
tambahan:
1. Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.
2. Program audit prosedur analitis substantif.
3. Program audit pengujian rincian saldo.
Overview ikhtisar proses audit terdiri atas lima tahap, yaitu:
TAHAP 1: Pelaksanaan dan perancangan pendekatan audit.
TAHAP II: Pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.
TAHAP III: Pelaksanaan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo.
TAHAP IV: Penyelesaian audit dan penerbitan laporan audit.

21
2. Saran
Demikian makalah yang dapat kami sajikan tentang “Pengembangan Perencanaan
Audit Menyeluruh Dan Program Audit”. Kami yakin dalam penulisan makalah ini masih
terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu kami mohon maaf atas segala kesalahan
dan kami berharap atas saran yang membangun dari pembaca agar dalam penulisan.

22
23
DAFTAR PUSTAKA

Lianti, Felisia Ivana, Mrihati Dwi Wulandari, Istiqoomah Yulianti, Gloriana Dwi K., dan
Errin Dian Zella. Universitas Kristen Satya Wacana. 2016. Makalah Pengantar
Pengauditan Dampak Teknologi Informasi Dalam Proses Audit & Rencana Audit Dan
Program Audit Secara Keseluruhan. Dalam
https://www.academia.edu/30094323/Makalah_Kelompok_9_Pengauditan._ diakses
pada 18 November 2022.
Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. 2010. Auditing Konsep Dasar & Pedoman
Pemeriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu. diakses pada 14 November 2022.
Sari, Andini Permata. Universitas Udayana. 2015. Pengauditan I Strategi Audit Keseluruhan
dan Program Audit. dalam https://id.scribd.com/doc/307773074/Ikhtisar-Proses-Audit,
diakses pada 18 Desember 2022.

24

Anda mungkin juga menyukai