Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

TENTANG DEPRESIASI

Disusun oleh:
Jeffrey Adisurya / 39140027 / A

Kwik Kian Gie School of Business


Jurusan Akuntansi
2016 / 2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas yangdiberikan oleh dosen pembimbing pada mata kuliah
Teori Akuntansi, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca sekalian.
Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan dari
pembaca sekalian demi terciptanya kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang memerlukan.
Terima kasih.

BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Aset Tetap atau Aktiva Tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud
yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode. Jenis aset tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk
operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap
antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin,
kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lainlain.
Beban-beban selama masa penggunaan aktiva tetap seperti
Reparasi dan pemeliharaan, Penggantian, Penambahan, Depresiasi aktiva
tetap. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan dalam perlakuan
pajak. Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau depresiasi
Kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi
atau penyusutan artinya nilai aktiva tetap selain tanah, misalnya mobil,
berkurang seiring dengan realisasi masa umur pemanfaatannya, sampai
ketika masa guna itu habis, nilai aktiva mobil yang bersangkutan adalah
nol. Secara umum perusahaan dalam menentukan depresiasi biasanya
menggunakan metode penetapan nilai penyusutan yang dapat digunakan
untuk menghitung nilai penyusutan dari suatu aktiva tetap.

I.2 PERUMUSAN MASALAH


Sesuai dengan Tema makalah ini yaitu depresiasi maka penulis akan
memaparkan atau membatasi masalah yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.

I.3

Pengertian Depresiasi
Metode penyusutan
Alasan kenapa aktiva tetap disusutkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya depresiasi

TUJUAN PENULISAN

1. Dapat memahami apa yang dimaksud Depresiasi.


2. mengetahui metode penyusutan dalam menentukan nilai depresiasi
3. mengetahui alasan kenapa aktiva tetap disusutkan
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi biaya depresiasi

BAB II PEMBAHASAN
MAKNA DEPRESIASI
Dari segi akuntansi, depresiasi merupakan seuatu proses alokasi kos
secara sistematik dan rasional dan jumlah rupiahnya diukur atas dasar
bagian kos potensi jasa yang dianggap telah dimanffatkan dalam
menciptakan pendapatan. Depresiasi sebagai biaya tidak berbeda dengan
jenis biaya operasi lainnya. Depresiasi merupakan biaya yang benar-benar
terjadi dan dikeluarkan (out of pocket costs) seperti biaya lainnya.
Memang benar bahwa biaya depresiasi untuk perioda tertentu tidak
menunjukkan pengeluaran pada perioda tersebut. Akan tetapi, biaya
depresiasi tersebut mengukur bagian pengeluaran masa lalu yang
dipandang layak dibebankan terhadap kegiatan atau pendapatan perioda
berjalan.
BEBERAPA
PEMAKNAAN
DEPRESIASI:

ATAU

INTERPRETASI

TERHADAP

DEPRESIASI SEBAGAI PROSES AKUMULASI DANA


Depresiasi adalah sarana untuk menjaga kebutuhan sumber daya. Konsep
mempertahankan
sumber
daya
semacam
ini
disebut
konsep
mempertahankan kapital (capital maintenance concept). Depresiasi bukan
merupakan suatu sumber dana atau penyisihan dana untuk penggantian.
Pengakuan biaya depresiasi tidak mempunyai kaitan langsung dengan
masalah penggantian. Kalau laba periodik akan diukur dengan tepat maka
perlu untuk menandingkan pendapatan dengan semua biaya yang layak
termasuk depresiasi dan proses ini akan tetap dilakukan walaupun tidak
ada rencana untuk mengganti fasilitas fisis. Lagipula, tidak ada dana yang
timbul dengan proses pembebanan depresiasi. Aliran pendapatan ini tidak
dipengaruhi oleh besarnya depresiasi.
DEPRESIASI SEBAGAI PEMULIHAN INVESTASI
Konsep pemulihan investasi secara konseptual sama dengan pandangan
diatas tetapi dianggap bahwa fasilitas fisis didanai dengan utang. Agar
perusahaan mampu membayar kembali investasi maka harus dilakukan
penyisihan dana dengan cara mengurangi pendapatan perusahaan
sebesar depresiasi. Pandangan ini dapat disanggah dengan argumen yang
sama dengan yang dijelaskan di atas.
DEPRESIASI DEBAGAI PROSES PENILAIAN

Pendefinisian kos sebagai bagian kos yang dibebankan secara sistematik


dan rasional merupakan pemaknaan depresiasi secara sintatik. Artinya,
depresiasi
didefinisi
sebagai
penerapan
prosedur.
Kelemahan
pendefinisian ini adalah bahwa alokasi sistematik dalam banyak hal tidak
mempresentasikan fenomena atau kegiatan operasi sesungguhnya.
Dengan kata lain, alokasi kos hanya merupakan mekanisma yant tidak
mempresentasikan realitas ekonomik.
Salah satu pendefinisian secara semantik adalah depresiasi dipandang
sebagai penurunan potensi jasa selama perioda operasi akibat keausan
fisis, konsumsi manfaat, atau keusangan teknologis. Dengan demikian,
penurunan potensi jasa selama perioda dapat dipandang sebagai selisih
penilaian antara potensi jasa awal dan potensi jasa akhir baik secara fisis
maupun moneter.
Bila potensi jasa dipandang sebagai jasa fisis, depresiasi merupakan
penurunan jasa fisis karena konsumsi manfaat dalam perioda-perioda
yang diantisipasi. Pada umumnya, perusahaan membeli fasilitas fisis
dengan memperhitungkan jasa fisis total atau kapasitas yang melekat
pada aset tersebut. Metoda unit produksi merupakan implementasi makna
depresiasi sebagai penurunan jasa fisis ini. Karena penekanan pada
pemakaian jasa fisis, kos historis menjadi basis pengukuran depresiasi.
Dengan kata lain, kos historis merupakan sarana untuk mempresentasi
dan merunut aliran fisis potensi jasa.

Bila fasilitas fisis dipandang sebagai suatu kapital, depresiasi merupakan


penurunan nilai kapital bukan hanya karena konsumsi melainkan juga
karena keausan, keusangan, dan faktor ekonomik lainnya. Depresiasi
untuk suatu perioda merupakan selisih penilaian ekonomik antara fasilitas
fisis awal dan akhir perioda. Dengan pendekatan ini, depresiasi bukan lagi
merupakan proses alokasi sehingga kos historis tidak harus menjadi
fasilitas awal dan akhir.
Berikut ini dibahas beberapa pendekatan penilaian kapital awal dan akhir
perioda untuk menentukan depresiasi sebagai penurunan nilai.
NILAI SETARA TUNAI (current cash equivalents).
Dengan basis ini, penurunan nilai fasilitas fisis ditentukan dengan cara
menghitung selisih nilai setara tunai pada awal dan akhir perioda. Nilai ini
adalah harga pasar aset yang sama dalam kondisi yang sama sebagai
barang bekas. Disini dianggap bahwa daya beli uang stabil. Kalau tidak,
dalam hal tertentu nilai pasar dapat naik sehingga nilai tidak turun atau
bahkan menjadi lebih tinggi. Untuk mengatasi hal ini, kadang-kadang nilau
jual ini disesuaikan dengan indeks harga yang berlaku untukng

menghilangkan pengaruh kenaikan harga karena perubahan daya beli


uang.
KONTRIBUSI PENDAPATAN
revenue contribution).

NETO

DISKUNAN

(discounted

net

Dengan penilaian ini, depresiasi ditentukan dengan cara menghitung


selisih nilai diskunan aliran kontribusi pendapatan neto pada awal dan
akhir perioda. Kontribusi pendapatan neto adalah tambahan aliran kas
masuk karena adanya investasi fasilitas fisis bersangkutan. Penilaian ini
mirip denegan perimaan kas masa datang diskunan (discounted future
cash receipts) untuk penilaian investasi jangka panjang misalnya obligasi.
Penilaian metoda ini memerlukan informasi tarif diskun yang biasa
didasarkan pada tingkat kembalian (rate of return) investasi bebas resiko
atau tingkat bunga umum yang berlaku.
NAWp = n-p+1
kt +

-1 untuk p < n

(1 + r)t
Dalam hal ini:
Nawp = nilai diskunan atau nilai sekarang awal perioda p
Kt+p-1 = konstribusi aliran kas neto untuk tiap perioda t+p-1
R = tarif diskun atau tingkat kembalikan investasi
N = banyaknya perioda yang menikmati manfaat
Depresiasi untuk perioda p = nawp naw(p+1)

Sebagai ilustrasi, dimisalkan suatu fasilitas fisis dapat memberi kontribusi


aliran kas aliran masa datang tahunan selama lima tahun berturut-turut
sebagai berikut: Rp. 1.200.000, Rp. 1.000.000, Rp. 1.500.000, Rp.
900.000, dan Rp. 1.000.000. nilai residual telah termasuk dalam aliran kas
terakhir. Bila tingkat kembalian diperhitungkan 25%, depresiasi tahunan
atas dasar penurunan nilai disajikan dalam Gambar berikut ini.
Depresiasi atas dasar penurunan kontribusi penurunan neto diskunan
Tahun

Kontribusi
pendapatan
neto

Nilai
sekarang
kontribusi
pendapatan
neto
awal
tahun

Nilai
Depresiasi
sekarang
kontribusi
pendapatan
neto
akhir
tahun

1
2
3
4
5

Rp.
1.200.000
1.000.000
500.000
900.000
1.000.000

*angka
ini
diperoleh
perhitungan berikut:

Rp.
2.552.320*
1.990.400**
1.488.000
1.360.000
800.000
dari

Rp.
1.990.400
1.488.000
1.360.000
800.000
0

Rp. 561.920
502.400
128.000
560.000
800.000

**angka
ini
diperoleh
perhitungan berikut:

1.200.000 x 0,8000 = 960.000

1.000.000 x 0,8000 = 800.000

1.000.000 x 0,6400 = 640.000

500.000 x 0,6400 = 320.000

500.000 x 0,5120 = 256.000

900.000 x 0,5120 = 460.800

900.000 x 0,4096 = 368.640

1.000.000 x 0,4096 = 409.600

1.000.000 x 0,3277 = 327.680


2.552.320

1.990.400

dari

Nilai sekarang Rp. 2.552.320 pada awal tahun pertama dapat


diinterpretasikan sebagai prooksi atau estimator nilai sepakatan pada saat
pemerolehan. Seandainya fasilitas fisis diperoleh dengan kos dibawah atau
diatas nilai tersebut, selisihnya harus disebar selama umur aset secara
proporsional dengan kontribusi pendapatan neto atau dengan cara lain.
Untuk mengatasi adanya selisih, diusulkan metoda yang disebut
depresiasi sesuaian-waktu (time adjusted depreciation). Metoda ini sama
dengan metoda diatas tetapi tarif diskun ditentukan akan dasar tingkat
kembalian internal (internal rate of return) yaitu tingkat kembalian yang
menjadikan nilai sekarang aliran kontribusi pendapatan neto sama dengan
kos perolehan. Tingkat kembalian ini dikalikan dengan nilai buku pada tiap
awal perioda merupakan laba yang dihasilkan oleh investasi tersebut. Dari
contoh diatas, seandainya kos pemerolehan adalah Rp. 2.552.320, tingkat
kembalian internal adalah 25%. Laba dan depresiasi tiap perioda dapat
ditentukan dan disajikan dalam gambar berikut.
Tahun

Nilai buku investasi Laba


pada
awal tahun
tingkat
pengembalia
n 25%
Rp. 2.552.320
Rp. 638.080

2
3
4
5

1.990.400
1.488.000
1.360.000
800.000

497.600
372.000
340.000
200.000

Kontribusi
pendapatan
neto

Depresiasi

Rp.
1.200.000
1.000.000
500.000
900.000
1.000.000

Rp. 561.920
502.400
128.000
560.000
800.000
Rp.
2.552.320

Kelemahan memakai depresiasi seperti diatas adalah depresiasi bersifat


deterministik atau statik. Artinya, sekali ditetapkan, semua perhitungan
tidak akan berubah selama masa depresiasi. Kelemahan-kelemahan lain
melekat pada kelemahan aliran kas masa datang diskunan sebagai dasar
penilaian aset.
Depresiasi sebagai sarana penandingan kos dengan kontribusi
pendapatan neto
Pemaknaan depresiasi ini sebenarnya sama dengan pemaknaan
depresiasi secara konvensional yaitu alokasi kos atas dasar pola
penyerapan. Perbedaanya adalah pola penyerapan tidak langsung
didasarkan atas penyerapan jasatetapi atas dasar pendapatan neto yang
dihasilkan oleh fasilitas fisis bersangkutan. Hal ini didasarkan atas
pemikirean bahwa variasipendapatan merefleksi variasi penyerapan jasa
fasilitas fisis. Dengan kata lain pola penyerapan sejalan dengan pola
kontribusi pendapatan neto.

Metoda alokasi
Metoda yang paling rasional adalah metoda yang mendasarkan diri
pada aliran penyerapan kapasitas jasa tersebu. Dengan kata lain, metoda
yang paling tepat adalah Metoda unit produksi. Kesulitan utama adalah
penentuan kapasitas total yang dihasilkan selama umur ekonomi asset
yang bersangkutan. Disampin itu, keausan fisis tidak selalu proposional
dengan intesintas penggunaan dan juga pengaruh factor keusangan sama
sekali tidak ada hubungannya dengan fluktuasi produk yang dihasilkan.

Hubungan depresiasi dan laba


Dalam hal pendapatan cukup kecil akan terjadi semacam penundaan
biaya depresiasi. Sekali dpresiasi telah deprogram secara sistematik dan
rasional, depresiasi hendaknya tidak ditunda pembebananya semata-mata
karena pendapatan tidak menutup biaya. Alasannya adalah bahwa
proses keausan dan keusangan tidak akan berhenti karena asset fisis tidak
digunakan dan perkembangan teknologi juga berjalan selama perioda
depresiasi.

Koreksi kesalahan terhadap tafsiran


Mengingat kesulitan dalam meramalkan saat pemberhentian unit
fasilitas fisis, program depresiasi tidak memberikan hasil yang sama persis
dengan kenyataannya. Kalau program depresiasi yang dijalankannya
tersebut
ditentukan
secara
seksama
dan
objektif
dengan
mempertimbangkan semua factor yang ada, perbedaan antara taksiran
dan kenyataan merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan. Perbedaan
juga dapat disebabkan ketidaksamaan atau kekeliruan. Yang penting
adalah semua penyesuaian yang berlaku surut harus dilaporkan melalui
statement laba rugi.
Dalam kasus tertentu penghapusan fasilitas fisis yang cukup besar
dapat dibenarkan sebagai cara untuk menunjukkan adanya rugi yang
sebenarnya telah terhimpun beberapa perioda tetapi belom masuk dalam
biaya operasi tiap perioda karena rugi ini baru diketahui kemudian. Bila
penghapusan tersbut berkaitan dengan pembelian fasilitas fisis baru,
penghapusan tersebut sering dilakukan sebagai kos fasilitas fisis baru.

Tanah
Apakah tanah perlu didepresiasi atau tidak tergantung pada
karakteristik atau fungsi tanah dalam operasi perusahaan. Sebagai tempat
usaha, fungsi untuk ditempati tidak akan pernah habis. Oleh karenanya,
dapat diangaap bahwa kos tanah tidak perlu didepresiasi atau amortisasi

sebagai biaya operasi. Dengan kata lain, fungsi tanah untuk menyediakan
jasa tanpa batas waktu.

Tanah bukan milik hak permanen


Kos tanah sewaguna,HGB atau bentuk nonpermanent lainnya dalam
bentuk tanah harus secara sistematik dibebankan ke produksi selama
umur ekonomik. Tanah pertanian tidak dapat diperlakukan sebagai
investasi permanen. Kesuburan tanah jelas akan dipengaruhi oleh
frekuensi panen dan lapisan atas tanah yang subur mungkin habis akibat
erosi sehingga suatu saat tanah tersebut secara ekonomik tadiak dapata
ditanami lagi. Jadi pengeluaran untuk mengembalikan kesuburan tanah
akan menjadi bagian kos tanah yang pada akhirnya harus didepresiasi.

Sumber alam
Sumber alam yang akan habis melalui proses penambangan dan tidak
dapat diperbaharui sering disebut dengan asset habis pakai. Tambang
mineral adalah contohnyaKos sumber alam harus diserap secara
sitematik. Ini disebut dplesi. Sama seperti depresiasi deplesi uoaya untuk
menghasilkan pendapatan harus dotentukan secara objektif tanpa
memperhatikan pengaruhnya terhadap laba bersih.

Aset Tak Berwujud


Biaya aset tak berwujud harus secara sistematik dibebankan ke operasi
dan akhirnya terhadap pendapatan semala umur yuridis nya.
Penghapusan langsung seluruh biaya sebagai rugi harus segera dilakukan
bila kondisi menunjukan bahwa aset tak berwujud tersebut tidak lagi
memiliki manfaat ekonomi yang penting.

Goodwill
Salah satu aset tak berwujud adalah goodwill. Goodwill timbul apabila
suatu perusahaan membeli perusahaan lain yang telah berjalan secara
keseluruhan. Goodwill adalah selisih jumlah rupiah tunai atau setaranya
yang dibayarkan oleh perusahaan pembeli di atas nilai pasar wajar atau
nilai buku kekayaan fisik perusahaan yang dibeli. Goodwill dapat
diinterprestasi sebagai kemampuan lebih dalam menghasilkan laba
dibanding kemampuan normal perusahaan yang kondisi kekayaan fisiknya
sama. Goodwill juga dipandang sebagai pengukur kelebihan spesifik
perusahaan yang dibeli atau pengukur sikap masyarakat yang
menguntungkan perusahaan. Goodwill sebenarnya dapat dimaknai
sebagai akun penilai induk.

Banyaknya argumen mengenai goodwill yang didepresiasi maupun tidak


menimbulkan persoalan teoritis apakah jumlah goodwill dilaporkan
sebagai penambah aset atau pengurang ekuitas pemegang saham.

Biaya Organisasi
Aset tak berwujud lainnya adalah biaya organisasi. Pengeluaranpengeluaran yang terjadi sebelum perusahaan mulai beroperasi biasanya
ditampung dalam satu akun menjadi biaya pendirian atau biaya
organisasi.

Biaya organisasi tidak semestinya didepresiasi apabila perusahaan


berjalan normal dan berkembang, tetapi tidak semestinya didepresiasi
apabila peusahaan mengalami kemunduran yang terus menerus atau
mengalami penurunan laba dan kekayaan akibat kegagalan usaha
ataupun proses likuidasi.

BAB III PENUTUP


Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau depresiasi Kecuali
tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau
penyusutan artinya nilai aktiva tetap selain tanah, misalnya mobil,
berkurang seiring dengan realisasi masa umur pemanfaatannya, sampai
ketika masa guna itu habis, nilai aktiva mobil yang bersangkutan adalah
nol. Depresiasi juga dapat didifinisikan yaitu sebagian dari Harga
perolehan suatu aktiva berwujud yang dialokasikan atau diakui sebagai
biaya baik setiap tahun atau setiap bulan setiap periode akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan,
Edisi Ketiga. Jogjakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

Anda mungkin juga menyukai