Nama Kelompok : 1
berikut ada beberapa Definisi Akuntansi Menurut Para Ahli yang terbaru dan terlengkap
dari berbagai sumber terpercaya.
Akuntansi dapat didefinisikan sebagaii suatu disiplin ilmu yang menyediakan informasi
yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan –
kegiatan suatu organisasi.
1. Mengidentifikasi data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, baik data yang
berasal dari intern perushaan maupun data yang berasal dari ekstern perusahaan.
2. Memproses atau menganalisis data yang relevan.
3. Mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan, misalnya untuk pengembangan usaha atau perluasan usaha, penambahan
investasi, dan sebagainya.
Dengan lebih lengkap, Anthony, Hawkins, dan Merchant sebagaimana yang dikutip
Suwardjono (2005), konsep dasar akuntansi terdapat beberapa poin, di antaranya konsep
pengukuran dengan unit uang, konsep entitas, konsep kelangsungan usaha, konsep kos, aspek
ganda, periode akuntansi, konservatisme, realisasi, penandingan, konsistensi, dan materialitas.
Maka, untuk kepentingan penelitian, hanya akan dijelaskan konsep dasar yang merupakan postulat
akuntansi dan berhubungan dengan asumsi dasar akrual sebagai basis pencatatan akuntansi. Yaitu,
konsep entitas, konsep pengukuran uang, konsep kelangsungan usaha, konsep dua aspek akuntansi,
konsep kos, konsep periode akuntansi, konsep penandingan (matching concept), dan konsep upaya
dan hasil (effort and accomplishment). Berikut penjelasan masing-masing konsepnya:
Dalam konsep ini bisnis perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis diperlakukan berbeda
atau secara hukum terpisah dengan pemilik dari bisnis tersebut. Hal ini termasuk bahwa transaksi-
transaksi dalam bisnis tersebut harus dijaga secara keseluruhannya agar terpisah dari urusan
pribadi dari seorang pemiliknya. Namun, diperbolehkan bagi seorang pemilik untuk dapat
memperoleh informasi yang benar mengenai kondisi perusahaannya.
Business entity concept atau dalam literatur-literatur teori akuntansi dikenal dengan entity
theory digagas oleh William A Paton, seorang professor dari Universitas Michigan. Ditegaskan
olehnya, bahwa dengan adanya entity theory, perusahaan dengan pemiliknya menjadi terpisah.
Kepemilikan aset dimiliki oleh perusahaannya, dan antara kewajiban dengan pemegang ekuitas
oleh investor dalam aset tersebut merupakan hak yang berbeda. Atas dasar konsep ini, maka dapat
dirumuskan dalam posisi keuangan atau neraca bahwa aset sama dengan jumlah kewajiban
ditambah dengan ekuitas pemilik. Konsep ini menurut Suwardjono (2005) mempersonifikasi
badan usaha sebagai orang yang dapat melakukan perbuatan hukum dan ekonomi, misalnya dalam
pembuatan kontrak dan kepemilikan aset. Menurutnya, sebagai konsekuensi dari konsep entitas,
hubungan antara entitas dengan pemilik dipandang sebagai hubungan bisnis terutama dalam hak
dan kewajiban atau utang piutang.
Meskipun antara perusahaan dengan pemiliknya terpisah, namun pemilik tetap berhak atas
keuntungan yang harus diberikan oleh perusahaan dalam bentuk dividen. Laba bersih yang
diperoleh dengan demikian bukanlah semerta-merta adalah hak dari pemilik perusahaan.
Diperlukan proses dalam menentukan untuk dapat ditentukan kebijakan distribusi laba dalam
bentuk dividen atau mengambil kebijakan untuk menahan laba, yang dikenal dengan laba ditahan
yang ditambahkan pada ekuitas pada posisi keuangan. Yang secara substansi juga menambah
kekayaan dari pemilik perusahaan itu sendiri.
Dalam hubungan antara perusahaan dengan pemilik ini memang perlu pengkajian
apakah entity theory selamanya menjadi relevan pada semua bentuk bisnis. Sebab pada tiap bentuk
bisnis, tetap ada keinginan pemilik untuk menjadi bagian dari manajemen dan mengoperasikan
bisnisnya tersebut. Namun, American Accounting Association (AAA) yang dikutip Wolk, Francis,
dan Tearney (1991) dalam bukunya Accounting Theory: a Conceptual and Institutional
Approach menyatakan bahwa:
Although the entity theory provides a good description of the relationship between the firm and its
owners, its duality relative to income and owner’s equity in the traditional form has probably been
responsible for fact that its precepts have not taken a strong hold in committee reports and release
of various accounting bodies.(hlm 132)
Suwardjono (1986) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan konsep entitas bisnis
(business entity concept) memberikan konsekuensi bahwa laporan keuangan merupakan
pertanggungjawaban perusahaan dan bukanlah pertanggungjawaban pemilik, maka dengan
demikian pendapatan dan biaya dipandang sebagai perubahan dalam kekayaan perusahaan
bukannya perubahan dalam kekayaan pemilik.
Sebagai implikasi dalam administrasi perusahaan yang baik, Suwardjono (1986)
menyatakan bahwa menjadi hal yang sangat penting untuk memisahkan transaksi perusahaan dan
transaksi pribadi. Dalam administrasi lainnya, terutama dalam memperlakukan biaya, semua biaya
yang secara nyata terjadi dalam perusahaan adalah tepat untuk dicatat pertama kali sebagai bagian
dari total kekayaan (aset atau aktiva) perusahaan. “Jadi, biaya pendirian perusahaan, biaya emisi
saham, dan biaya yang ada hubungannya dengan hal tersebut adalah unsur aktiva
perusahaan,(Suwardjono, 1986, hlm.5). Yang jelas konsep ini mendapat legitimasi dengan
diakuinya dalam bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) secara hukum.
Konsep ini mengandung pengertian bahwa uang merupakan alat ukur umum dan paling
tepat dalam aktivitas ekonomi dan menjadi dasar yang tepat pula bagi pengukuran analisis
akuntansi. Dalam pencatatan, unit moneter yang diwakili oleh uang sangat relevan, sederhana,
tersedia secara universal, dapat dipahami dan berguna. Secara umum, dengan adanya uang sebagai
alat ukur, menjadikan penyajian akuntansi dengan unit moneter lebih dapat terkomunikasikan atas
informasi sumber daya ekonomi yang dimiliki dan tersaji dalam bentuk informasi kuantitatif. Hal
inilah yang membuat pengguna laporan keuangan lebih dapat melihat objektifitas informasi
sumber daya ekonomi bagi perusahaan untuk dapat membuat keputusan ekonomi yang rasional.
Sebenarnya dalam konteks ekonomi, kehadiran uang sebagai alat tukar (medium of
exchange) karena sistem ekonomi tidak lagi menganut sistem ekonomi non-barter. Hasilnya, uang
saat ini sebagai standar utama dalam menilai dan sebagai hal yang pokok dalam proses
pengukuran. Dengan demikian, laporan keuangan disajikan dengan unit moneter yang disesuaikan
dengan jenis mata uang suatu Negara di mana perusahaan tersebut beroperasi.
Dalam pokok pikiran Paton dan Littleton, Suwardjono (1986) mengemukakan bahwa satu-
satunya data yang pasti yang dapat diperoleh untuk menunjukkan adanya transaksi pertukaran
secara objektif dan untuk menyatakan transaksi pertukaran tersebut secara homogen adalah jumlah
satuan uang yang terlibat dalam pertukaran. Maka, data tersebut merupakan bahan olah dasar
akuntansi.
3. Konsep Kelangsungan Usaha (Going Concern)
Di bawah konsep ini, pada setiap dan masing-masing transaksi dibagi ke dalam dua
aspek. Salah satu aspek berhubungan dengan penerimaan atas suatu manfaat tertentu sedangkan
aspek yang lain berhubungan dengan pemberian atas manfaat tersebut. Misalnya, ketika mesin
yang telah dibeli oleh perusahaan, mesin memberikan manfaat untuk dapat memproduksi barang
atau jasa. Untuk memiliki mesin tersebut perusahaan harus membayar sejumlah uang kepada
supplier mesin. Dengan demikian setiap transaksi bisnis berkaitan dengan dua aspek yang tidak
terpisahkan dan kedua aspek tersebut dicatat tanpa terkecuali.
Konsep dual aspect ini mendasarkan pada kaidah bahwa untuk setiap kegiatan bisnis selalu
memiliki persamaan dan reaksi sebaliknya. Menurut konsep ini aset perusahaan akan sama dengan
kewajiban ditambah modal. Anthony, Hawkins dan Merchant yang dikutip Suwardjono (2005)
mengemukakan bahwa sebenarnya konsep dua aspek akuntansi (sistem berpasangan) merupakan
turunan dari konsep kesatuan usaha. Hubungan bisnis antara manajemen dan pemilik
mengakibatkan manajemen harus selalu mempertanggungjawabkan aset yang telah dan sedang
dikelolanya serta menyajikan sumber aset tersebut.
5. Konsep Kos
Pada dasarnya penggunaan prinsip ini karena perusahaan memiliki kepentingan untuk
menentukan nilai jual dari setiap aset setiap kali perusahaan ingin menilai laba yang diperolehnya.
Di mana penilaian dengan cara yang lain akan mengakibatkan munculnya subjektifitas sehingga
berdampak pada informasi keuangan yang bias. Namun, dalam standar akuntansi keuangan pun
jika hal tersebut menjadi tidak relevan, maka diperkenankan menilai dengan nilai wajar sebagai
basis pengukurannya.
Menurut konsep ini semua transaksi dicatat dalam buku akun senilai dengan harga
pembelian. Misalnya, jika bangunan dibeli dengan harga US$ 75,000 yang mana secara aktual
seharga US$ 100,000, maka dalam buku akun dicatat dengan nilai harga pembelian, yakni US$
75,000.
Sebagai tambahan, Suwardjono (1986) dalam pokok pikiran Paton & Littleton, menyatakan
mengenai konsep ini dengan berimplikasi kepada biaya menjadi bagian penting dari total upaya
yang dikorbankan dalam memproduksi dan menjual barang atau jasa. Pada tiap jenis biaya tersebut
dapat digabung-gabungkan berdasarkan divisi operasi (departemen), bagian dari produk, atau
interval waktu seolah-olah biaya-biaya tersebut mempunyai daya saling mengikat sebagaimana
data ikat yang dimiliki benda fisik.
Meskipun akuntansi juga berasumsi bahwa bisnis akan tetap ada selama jangka waktu
yang lama dan tidak ditentukan, penting untuk dipantau akun atau pencatatan dengan keterangan
yang jelas untuk periode bisnis yang ditujukan untuk mengetahui hasil operasi bisnis dan disajikan
posisi keuangan untuk periode tersebut. Biasanya pencatatan dipersiapkan untuk periode satu
tahun yang mana boleh jadi sesuai dengan kalender tahunan sebagai tahun laporan keuangan.
“Konsep perioda menyatakan bahwa akuntansi memperhitungkan laba dengan periode
waktu sebagai takarannya dan bukan angkatan produk,” (Suwardjono, 2003, hlm 101). Lanjut
Suwardjono (2003) bahwa sebagai implikasi dari konsep ini adalah akuntansi menentukan laba
dengan menandingkan atau mengasosiasi pendapatan periode dengan biaya yang dianggap
menciptakan pendapatan untuk periode tersebut. “Jadi, biaya dianggap sebagai upaya untuk
menghasilkan pendapatan dengan waktu sebagai takaran penandingan,” (Suwardjono, 2003: hlm.
101).
Dalam akuntansi dikenal prinsipmatching concept. Di mana yang dimaksud dari prinsip ini
adalah dengan diakuinya beban bukan pada saat pengeluaran kas telah terjadi atau telah
dibayarkan. Namun, diakui ketika suatu produk atau jasa secara aktual memberikan kontribusi
terhadap pendapatan. “Pendapatan suatu periode harus dibebani dengan biaya-biaya yang secara
ekonomis berkaitan dengan produk yang menghasilkan pendapatan tersebut,(Suwardjono, 1986,
hlm 116).
Hal ini memungkinkan adanya biaya yang ditangguhkan dan diperlakukan sebagai aset
pada posisi keuangan atau neraca. Meskipun dalam kenyataannya biaya ditangguhkan tersebut
tidak memberikan manfaat ekonomi di masa depan.
“Expenses are defined as costs that expire as a result of generating revenues,”(Wolk,
Francis, Tearney, 1991, hlm. 124). Bahwa beban ditentukan sebagai upaya untuk memperoleh
penghasilan atau pendapatan. Proses pengakuan beban untuk kategori seperti depresiasi, harga
pokok produk atau penjualan, bunga dan biaya ditangguhkan disebut dengan konsep penandingan
ini (matching concept). Konsepmatching berimplikasi pada biaya diakui secara adil dan secara
wajar untuk mengakui pendapatan.
Wolk, Francis, dan Tearney (1991) menyatakan bahwa konsep matchingdengan demikian
memiliki dua aspek:
First, the historical cost approach often tends to substantially understate expense measurements
relative to the value of expired-asset service. Second, the “systematic and rational” method
employed under generally accepted accounting principles tend to be extremely arbitrary: a
particular problem can be handled in more than one way. (hlm. 124)
Suwardjono (2003) mengatakan bahwa konsep penandingan merupakan implikasi dari
adanya konsep periode akuntansi. Penandingan (matching) dilakukan untuk menentukan laba
periode tersebut, sehingga pendapatan periode tersebut ditandingkan dengan biaya-biaya yang
dianggap menciptakan pendapatan tersebut. Maka, biaya dengan demikian merupakan upaya
untuk menghasilkan pendapatan dengan waktu sebagai takaran penandingannya.
Lebih lanjut dalam konsep penandingan (matching concept) yang berimplikasi pula pada
konsep upaya dan hasil dalam akuntansi, memberikan implikasi bahwa biaya adalah upaya dalam
rangka memperoleh hasil yang dalam hal ini disebut pendapatan. “Secara konseptual, pendapatan
timbul karena biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya,” (Suwardjono, 2005, hlm.
234). Artinya pendapatan sudah dapat diakui meskipun belum terealisasi karena adanya
pengeluaran atau upaya entitas dalam melakukan kegiatan produktifnya.
Dalam pokok pikiran Paton & Littleton, Suwardjono (1986) juga menyatakan bahwa
jikalau jumlah rupiah yang diperhitungkan dalam pembelian barang dan jasa digunakan untuk
mengukur upaya untuk memperoleh hasil. Dan jumlah rupiah tersebut yang diperhitungkan dalam
penjualan barang dan jasa digunakan untuk mengukur hasil yang diperoleh, maka persoalan utama
akuntansi adalah menandingkan biaya (sebagai representasi upaya) dan pendapatan (sebagai
representasi hasil) periodik sebagai pembacaan alat duga untuk mengetahui pengaruh upaya yang
dikorbankan terhadap hasil
Tujuan Akuntansi
Tujuan akuntansi secara umum adalah untuk mengumpulkan dan melaporkan informasi
terkait keuangan, kinerja, posisi keuangan, dan arus kas dalam sebuah bisnis. Informasi ini
nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan ekonomi.
Secara khusus, tujuan akuntansi adalah untuk menyediakan informasi dalam bentuk
laporan yang memuat posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara
wajar sesuai Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP).
Fungsi Akuntansi
Akuntansi merekam catatan transaksi secara sistematis dan kronologis
Dari pengertian akuntansi sudah menyinggung tentang sistem pelaporan keuangan
termasuk untung rugi perusahaan. Sehingga, akuntansi sudah pasti sangat dibutuhkan dalam
bisnis karena beberapa fungsinya sebagai berikut:
1. Recording Report
Recording report atau merekam catatan transaksi secara sistematis dan kronologis
merupakan fungsi utama dari akuntansi. Rekam catatan transaksi ini kemudian dikirim ke Account
Ledger sampai akhirnya menyiapkan akun akhir untuk mengetahui profit dan loss dari bisnis pada
akhir periode akuntansi.
Fungsi akuntansi berikutnya adalah untuk menghitung jumlah Penyusutan Aset sebenarnya
dengan menggunakan metode yang tepat dan berlaku untuk aset tertentu.
Semua disipasi tidak sah dari aset akan mengakibatkan sebuah bisnis mengalami
kebangkrutan. Itulah sebabnya sistem akuntansi dirancang untuk melindungi properti dan aset
bisnis dari pemakaian yang tak sah.
3. Mengkomunikasikan Hasil
Fungsi akuntansi selanjutnya adalah untuk mengkomunikasikan hasil dan transaksi yang
dicatat ke semua pihak yang tertarik pada bisnis tertentu. Misalnya investor, kreditor, karyawan,
kantor pemerintahan, peneliti, dan instansi lainnya.
4. Meeting Legal
Fungsi akuntansi juga berhubungan dengan perancangan dan pengembangan sistem.
Misalnya sistem untuk memastikan catatan dan pelaporan hasil selalu memenuhi persyaratan
hukum. Sistem ini nantinya diperlukan untuk mengaktifkan kepemilikan atau wewenang untuk
mengajukan berbagai pernyataan, seperti Pengembalian Penjualan-Pajak, Pengembalian
Pendapatan Pajak, dan lain sebagainya.
5. Mengklasifikasikan
Selanjutnya fungsi akuntansi yang tak kalah pentingnya adalah sebagai klasifikasi terkait
dengan analisis sistematis dari semua data yang tercatat. Dengan adanya klasfikasi tersebut akan
memudahkan dalam pengelompokkan jenis transaksi atau entri.
Aktivitas klasifikasi ini dilakukan pada buku yang disebut sebagai “Ledger”.
6. Membuat Ringkasan
Aktivitas meringkas ini melibatkan penyajian data rahasia dengan penyampaian yang bisa
dimengerti dan berguna bagi internal maupun eksternal pengguna akhir dari laporan akuntansi
tersebut.
Neraca Saldo
Laporan laba rugi
Neraca
Fungsi akuntansi yang terakhir adalah melakukan analisis dan menafsirkan data keuangan.
Data keuangan yang sudah melalui proses analisis kemudian diinterpretasikan dengan cara yang
mudah dimengerti sehingga dapat membantu dalam membuat penilaian mengenai kondisi
keuangan dan profitabilitas operasional bisnis.
Manfaat Akuntansi dalam Bisnis
Bukan hanya sekedar teknik pembukuan yang hanya mencakup pencatatan transaksi saja.
Manfaat akuntasi cukup penting bagi bisnis yang akan memberikan dampak besar bagi
perkembangan bisnis tersebut.
1. Akuntansi Keuangan
Bidang dalam akuntansi yang menyangkut pemeriksaan terhadap laporan keuangan untuk
mengetahui kejujuran dan kebenaran dari laporan tersebut. Pada bisnis yang sedang berkembang
biasanya belum menerapkan bidang ini. Auditing sangat penting untuk mengetahui tindak korupsi
dalam perusahaan.
3. Akuntansi Perpajakan
Bidang akuntansi yang menyangkut pelaporan pajak dari keuangan perusahaan. Akuntansi
perpajakan penting sebagai pertimbangan terkait konsekuensi dari transaksi perusahaan.
4. Akuntansi Budgeter
Seperti namanya, akuntansi ini digunakan untuk membuat anggaran perusahaan tentang
rencana penggunaan uang dalam periode tertentu.
5. Akuntansi Biaya
Akuntansi ini digunakan untuk mengendalikan budget atau anggaran perusahaan. Gunanya
untuk menekan kegunaan dana perusahaan meskipun sudah dianggarkan.
Tidak semua bisnis menerapkan bidang akuntansi ini karena tujuannya adalah
merencanakan anggaran bukan untuk mendapatkan keuntungan. Misalnya saja seperti pada dana
CSR suatu perusahaan, ini termasuk hasil dari akuntansi organisasi nirlaba.
Kesimpulan