Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DASAR AKUNTANSI

Nama Kelompok : 1

1. Ni Komang Ayu Widipratiwi ( 15 )


2. I Dewa Agung Ayu Mirah Nirmala Devi ( 01 )
3. Sang Ayu Putu Tata Aditya Pramesti ( 23 )
4. Kadek Widnyani ( 14 ) MIA6
5. Ni Made Sri Wahyuni ( 18 ) MIA6
6. Ni Nengah Okapiani ( 18 )
7. I Dewa Gede Anandaram Adi Putra ( 03 )
8. I Gede Hollana Putra ( 07 ) MIA6
9. I Dewa Gede Darma Yadnya ( 04 )
10. I Dewa Gede Agus Widnyana Putra ( 05 )
11. I Komang Ari Arga ( 06 )
12. I Nengah Adi Sastra Dewangga ( 08 )
A. Konsep Dasar Akuntansi
1. Perkembangan Akuntansi
Pada dasarnya akuntansi berkembang dari system tata buku berpasangan (double entry
system ) yang pertama kali diperkenalkan di italia pada tahun 1494. Seorang ahli ilmu pasti
berkebangsaan Italia,Pacioli menerbitkan buku berjudul Summa de Aritmatica , Geometria
,Proportioni et Proportionalita. Pada salah satu bagian buku tersebut berisi tentang
pengetahuan akuntansi dengan judul Tractatus de Computis et Scriptoris. Oleh karena Luca
Pacioli merupakan orang pertama yang menulis pengetahuan akuntansi, para penganutnya
memberikan gelar Bapak Akuntasi (The Father of Accounting) kepadanya.
Sekitar pertengahan abad ke-18 sampai abad ke-19, setelah terjadi revolusi industri
muncul perkembangan di berbagai bidang, baik sosial, ekonomi, maupun perdagangan.
Dari kejadian tersebut akhirnya akuntansi tidak hanya berkembang di eropa, tetapi juga
sampai di daratan Amerika yang terkenal dengan sistem Anglo Saxon.
Perkembangan akuntasi di Indonesia dapat dilihat pada zaman penjajahan Belanda. Di
Indonesia, akuntansi telah digunakan dalam pembukuan sejak tahun 1642 oleh pemerintah
Belanda. Pada catatan Amphoan Society, perusahaan milik Belanda yang beroperasi di
Indonesia memperlihatkan penggunaan tata buku sistem
Kontinental. Memang pada mulanya Indonesia menganut sistem kontinental sama
Seperti yang dipakai Belanda. Dalam perkembanganya, system continental semakin
ditinggalkan dan semakin banyak diterapkan system akuntansi Anglo Saxon.

berikut ada beberapa Definisi Akuntansi Menurut Para Ahli yang terbaru dan terlengkap
dari berbagai sumber terpercaya.

1. Definisi Akuntansi Menurut American Institute of Certified Public Accountant


(AICPA)
AICPA berpendapat bahwa Akuntansi merupakan sebagai seni pencatat, penggolongan,
dan pengikhtisaran dengan beberapa cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi, dan
kejadian-kejadian yang umumnya bersifat finansial termasuk menafsirkan hasilnya.

2. Definisi Akuntansi Menurut American Accounting Association (AAA)


AAA berpendapat bahwa Akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur, dan
melaporkan informasi seputar aktivitas finansial untuk kemungkinan adanya penilaian-
penilaian, keputusan yang jelas dan tegas bagi yang semua yang akan menggunakan
informasi tersebut.

3.Menurut Sudut Pandang Pemakai

Akuntansi dapat didefinisikan sebagaii suatu disiplin ilmu yang menyediakan informasi
yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan –
kegiatan suatu organisasi.

4.Menurut Sudut Pandang Proses Kegiatan


Ditinjau dari sudut kegiatannya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisisan data keuangan
suatu organisasi.

Pada dasarnya akuntansi meliputi kegiatan berikut.

1. Mengidentifikasi data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, baik data yang
berasal dari intern perushaan maupun data yang berasal dari ekstern perusahaan.
2. Memproses atau menganalisis data yang relevan.
3. Mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan, misalnya untuk pengembangan usaha atau perluasan usaha, penambahan
investasi, dan sebagainya.

5. Definisi Akuntansi Menurut Abubakar A dan Wibowo

Akuntansi merupakan prosedur, mengakui, pencatatan, dan korespondensi bursa keuangan


dari suatu unsur atau organisasi.

6. Definisi Akuntansi Menurut C. West Churman


Akuntansi merupakan sebagai pengalaman tertulis yang berguna untuk mengambil
keputusan dan pengalaman tersusun berharga bagi pembuatan pilihan.

7. Definisi Akuntansi Menurut Supawoto L


Berpendapat bahwa akuntansi sebagai suatu sistem atau teknik untuk mengukur dan
mengelola transaksi keuangan kemudian memberikan hasil pengelolaan tersebut dalam
bentuk informasi kepada pihak-pihak internal maupun eksternal didalam suatu perusahaan.
Pihak eksternal ini terdiri dari investor, kreditur pemerintahan, serikat buruh, dll.

8. Definisi Akuntansi Menurut Littleton (Muhammad, 2002:10)


Menyatakan: “Tujuan utama dari Akuntansi merupakan untuk melaksanakan perhitungan
periodik antara biaya (usaha), dan hasil (prestasi)”. Definisi ini adalah inti dari teori
Akuntansi dan merupakan ukuran yang dijadikan rujukan dalam mempelajari Akuntansi.

9. Definisi Akuntansi Menurut Charles T. Horngren dan Walter T. Harrison


(Horngren Harrison, 2007:4)
Akuntansi merupakan sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, serta memproses
data menjadi laporan, dan memberitahukan hasilnya kepada para pengambil keputusan di
dalam suatu perusahaan atau organisasi.

10. Definisi Akuntansi Menurut Warren dkk (2005:10)


Berpendapat bahwa “Secara umum, Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem
informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai
aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”.

Dengan lebih lengkap, Anthony, Hawkins, dan Merchant sebagaimana yang dikutip
Suwardjono (2005), konsep dasar akuntansi terdapat beberapa poin, di antaranya konsep
pengukuran dengan unit uang, konsep entitas, konsep kelangsungan usaha, konsep kos, aspek
ganda, periode akuntansi, konservatisme, realisasi, penandingan, konsistensi, dan materialitas.
Maka, untuk kepentingan penelitian, hanya akan dijelaskan konsep dasar yang merupakan postulat
akuntansi dan berhubungan dengan asumsi dasar akrual sebagai basis pencatatan akuntansi. Yaitu,
konsep entitas, konsep pengukuran uang, konsep kelangsungan usaha, konsep dua aspek akuntansi,
konsep kos, konsep periode akuntansi, konsep penandingan (matching concept), dan konsep upaya
dan hasil (effort and accomplishment). Berikut penjelasan masing-masing konsepnya:

1. Konsep Entitas Bisnis (Entity Theory)

Dalam konsep ini bisnis perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis diperlakukan berbeda
atau secara hukum terpisah dengan pemilik dari bisnis tersebut. Hal ini termasuk bahwa transaksi-
transaksi dalam bisnis tersebut harus dijaga secara keseluruhannya agar terpisah dari urusan
pribadi dari seorang pemiliknya. Namun, diperbolehkan bagi seorang pemilik untuk dapat
memperoleh informasi yang benar mengenai kondisi perusahaannya.
Business entity concept atau dalam literatur-literatur teori akuntansi dikenal dengan entity
theory digagas oleh William A Paton, seorang professor dari Universitas Michigan. Ditegaskan
olehnya, bahwa dengan adanya entity theory, perusahaan dengan pemiliknya menjadi terpisah.
Kepemilikan aset dimiliki oleh perusahaannya, dan antara kewajiban dengan pemegang ekuitas
oleh investor dalam aset tersebut merupakan hak yang berbeda. Atas dasar konsep ini, maka dapat
dirumuskan dalam posisi keuangan atau neraca bahwa aset sama dengan jumlah kewajiban
ditambah dengan ekuitas pemilik. Konsep ini menurut Suwardjono (2005) mempersonifikasi
badan usaha sebagai orang yang dapat melakukan perbuatan hukum dan ekonomi, misalnya dalam
pembuatan kontrak dan kepemilikan aset. Menurutnya, sebagai konsekuensi dari konsep entitas,
hubungan antara entitas dengan pemilik dipandang sebagai hubungan bisnis terutama dalam hak
dan kewajiban atau utang piutang.
Meskipun antara perusahaan dengan pemiliknya terpisah, namun pemilik tetap berhak atas
keuntungan yang harus diberikan oleh perusahaan dalam bentuk dividen. Laba bersih yang
diperoleh dengan demikian bukanlah semerta-merta adalah hak dari pemilik perusahaan.
Diperlukan proses dalam menentukan untuk dapat ditentukan kebijakan distribusi laba dalam
bentuk dividen atau mengambil kebijakan untuk menahan laba, yang dikenal dengan laba ditahan
yang ditambahkan pada ekuitas pada posisi keuangan. Yang secara substansi juga menambah
kekayaan dari pemilik perusahaan itu sendiri.
Dalam hubungan antara perusahaan dengan pemilik ini memang perlu pengkajian
apakah entity theory selamanya menjadi relevan pada semua bentuk bisnis. Sebab pada tiap bentuk
bisnis, tetap ada keinginan pemilik untuk menjadi bagian dari manajemen dan mengoperasikan
bisnisnya tersebut. Namun, American Accounting Association (AAA) yang dikutip Wolk, Francis,
dan Tearney (1991) dalam bukunya Accounting Theory: a Conceptual and Institutional
Approach menyatakan bahwa:
Although the entity theory provides a good description of the relationship between the firm and its
owners, its duality relative to income and owner’s equity in the traditional form has probably been
responsible for fact that its precepts have not taken a strong hold in committee reports and release
of various accounting bodies.(hlm 132)
Suwardjono (1986) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan konsep entitas bisnis
(business entity concept) memberikan konsekuensi bahwa laporan keuangan merupakan
pertanggungjawaban perusahaan dan bukanlah pertanggungjawaban pemilik, maka dengan
demikian pendapatan dan biaya dipandang sebagai perubahan dalam kekayaan perusahaan
bukannya perubahan dalam kekayaan pemilik.
Sebagai implikasi dalam administrasi perusahaan yang baik, Suwardjono (1986)
menyatakan bahwa menjadi hal yang sangat penting untuk memisahkan transaksi perusahaan dan
transaksi pribadi. Dalam administrasi lainnya, terutama dalam memperlakukan biaya, semua biaya
yang secara nyata terjadi dalam perusahaan adalah tepat untuk dicatat pertama kali sebagai bagian
dari total kekayaan (aset atau aktiva) perusahaan. “Jadi, biaya pendirian perusahaan, biaya emisi
saham, dan biaya yang ada hubungannya dengan hal tersebut adalah unsur aktiva
perusahaan,(Suwardjono, 1986, hlm.5). Yang jelas konsep ini mendapat legitimasi dengan
diakuinya dalam bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) secara hukum.

2. Konsep Pengukuran Uang (Money Measurement Concept)

Konsep ini mengandung pengertian bahwa uang merupakan alat ukur umum dan paling
tepat dalam aktivitas ekonomi dan menjadi dasar yang tepat pula bagi pengukuran analisis
akuntansi. Dalam pencatatan, unit moneter yang diwakili oleh uang sangat relevan, sederhana,
tersedia secara universal, dapat dipahami dan berguna. Secara umum, dengan adanya uang sebagai
alat ukur, menjadikan penyajian akuntansi dengan unit moneter lebih dapat terkomunikasikan atas
informasi sumber daya ekonomi yang dimiliki dan tersaji dalam bentuk informasi kuantitatif. Hal
inilah yang membuat pengguna laporan keuangan lebih dapat melihat objektifitas informasi
sumber daya ekonomi bagi perusahaan untuk dapat membuat keputusan ekonomi yang rasional.
Sebenarnya dalam konteks ekonomi, kehadiran uang sebagai alat tukar (medium of
exchange) karena sistem ekonomi tidak lagi menganut sistem ekonomi non-barter. Hasilnya, uang
saat ini sebagai standar utama dalam menilai dan sebagai hal yang pokok dalam proses
pengukuran. Dengan demikian, laporan keuangan disajikan dengan unit moneter yang disesuaikan
dengan jenis mata uang suatu Negara di mana perusahaan tersebut beroperasi.
Dalam pokok pikiran Paton dan Littleton, Suwardjono (1986) mengemukakan bahwa satu-
satunya data yang pasti yang dapat diperoleh untuk menunjukkan adanya transaksi pertukaran
secara objektif dan untuk menyatakan transaksi pertukaran tersebut secara homogen adalah jumlah
satuan uang yang terlibat dalam pertukaran. Maka, data tersebut merupakan bahan olah dasar
akuntansi.
3. Konsep Kelangsungan Usaha (Going Concern)

Postulat kelangsungan usaha (going concern) mengasumsikan bahwa perusahaan akan


terus berlanjut sampai waktu yang tidak ditentukan. Implikasi asumsi ini, pada keadaan luar biasa,
nilai laporan likuidasi untuk aset dan ekuitas adalah ‘pelanggaran’ atas konsep atau asumsi dasar
ini. Sebab asumsi kelangsungan usaha mengasumsikan bahwa perusahaan akan mampu
mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang dan tidak untuk dilikuidasi dalam
jangka pendek. Belkaoui (1992) menambahkan bahwa dengan adanya konsep ini (going concern)
entitas akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk mewujudkan proyek-proyeknya,
komitmen, dan kegiatan yang sedang berlangsung.
Mengambil pokok pikiran Paton dan Littleton, Suwardjono (1986) berpendapat mengenai
konsep ini bahwa data keuangan terus terjadi setiap waktu akibat aliran kegiatan yang berlangsung
terus dalam perusahaan dan validitas data keuangan yang dilaporkan pada waktu tertentu
seringkali harus diuji dengan jalannya kejadian pada waktu yang akan datang. Maka menurutnya,
data keuangan yang dituangkan dalam laporan keuangan harus dianggap bersifat sementara dan
bukannya bersifat final. Secara jelas Suwardjono (2005) menyatakan:
Konsep ini menyatakan bahwa kalau tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala, atau rencana pasty di
masa datang bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi, maka akuntansi menganggap
bahwa kesatuan usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas.(hlm.223)
Dasar pikiran adanya konsep kontinuitas usaha, Paton & Littleton yang dikutip Suwardjono
(1986) didasarkan karena pertimbangan kepraktisan dan kemudahan dalam pelaksanaan akuntansi
oleh karena jalannya operasi perusahaan di masa mendatang tidak dapat diduga secara pasti.
Konsep ini berimplikasi terhadap laporan-laporan periodik. Selama perusahaan merupakan wadah
aliran kegiatan yang tidak terputus-putus, maka proses pemenggalan aliran kegiatan ke dalam
periode-periode fiskal atau akuntansi (yang merupakan periode laporan keuangan) berakibat
memutus hubungan kegiatan yang saling berkaitan antara periode yang satu dengan yang lainnya.
Alasan lainnya adalah karena dalam menghadapi ketidakpastian kelangsungan usaha, maka
akuntansi menganut konsep ini atas dasar penalaran bahwa harapan normal atau umum pendirian
perusahaan adalah untuk berlangsung terus dan berkembang, bukan untuk mati atau dilikuidasi.

4. Konsep Dua Aspek Akuntansi

Di bawah konsep ini, pada setiap dan masing-masing transaksi dibagi ke dalam dua
aspek. Salah satu aspek berhubungan dengan penerimaan atas suatu manfaat tertentu sedangkan
aspek yang lain berhubungan dengan pemberian atas manfaat tersebut. Misalnya, ketika mesin
yang telah dibeli oleh perusahaan, mesin memberikan manfaat untuk dapat memproduksi barang
atau jasa. Untuk memiliki mesin tersebut perusahaan harus membayar sejumlah uang kepada
supplier mesin. Dengan demikian setiap transaksi bisnis berkaitan dengan dua aspek yang tidak
terpisahkan dan kedua aspek tersebut dicatat tanpa terkecuali.
Konsep dual aspect ini mendasarkan pada kaidah bahwa untuk setiap kegiatan bisnis selalu
memiliki persamaan dan reaksi sebaliknya. Menurut konsep ini aset perusahaan akan sama dengan
kewajiban ditambah modal. Anthony, Hawkins dan Merchant yang dikutip Suwardjono (2005)
mengemukakan bahwa sebenarnya konsep dua aspek akuntansi (sistem berpasangan) merupakan
turunan dari konsep kesatuan usaha. Hubungan bisnis antara manajemen dan pemilik
mengakibatkan manajemen harus selalu mempertanggungjawabkan aset yang telah dan sedang
dikelolanya serta menyajikan sumber aset tersebut.

5. Konsep Kos

Pada dasarnya penggunaan prinsip ini karena perusahaan memiliki kepentingan untuk
menentukan nilai jual dari setiap aset setiap kali perusahaan ingin menilai laba yang diperolehnya.
Di mana penilaian dengan cara yang lain akan mengakibatkan munculnya subjektifitas sehingga
berdampak pada informasi keuangan yang bias. Namun, dalam standar akuntansi keuangan pun
jika hal tersebut menjadi tidak relevan, maka diperkenankan menilai dengan nilai wajar sebagai
basis pengukurannya.
Menurut konsep ini semua transaksi dicatat dalam buku akun senilai dengan harga
pembelian. Misalnya, jika bangunan dibeli dengan harga US$ 75,000 yang mana secara aktual
seharga US$ 100,000, maka dalam buku akun dicatat dengan nilai harga pembelian, yakni US$
75,000.
Sebagai tambahan, Suwardjono (1986) dalam pokok pikiran Paton & Littleton, menyatakan
mengenai konsep ini dengan berimplikasi kepada biaya menjadi bagian penting dari total upaya
yang dikorbankan dalam memproduksi dan menjual barang atau jasa. Pada tiap jenis biaya tersebut
dapat digabung-gabungkan berdasarkan divisi operasi (departemen), bagian dari produk, atau
interval waktu seolah-olah biaya-biaya tersebut mempunyai daya saling mengikat sebagaimana
data ikat yang dimiliki benda fisik.

6. Konsep Periode Akuntansi

Meskipun akuntansi juga berasumsi bahwa bisnis akan tetap ada selama jangka waktu
yang lama dan tidak ditentukan, penting untuk dipantau akun atau pencatatan dengan keterangan
yang jelas untuk periode bisnis yang ditujukan untuk mengetahui hasil operasi bisnis dan disajikan
posisi keuangan untuk periode tersebut. Biasanya pencatatan dipersiapkan untuk periode satu
tahun yang mana boleh jadi sesuai dengan kalender tahunan sebagai tahun laporan keuangan.
“Konsep perioda menyatakan bahwa akuntansi memperhitungkan laba dengan periode
waktu sebagai takarannya dan bukan angkatan produk,” (Suwardjono, 2003, hlm 101). Lanjut
Suwardjono (2003) bahwa sebagai implikasi dari konsep ini adalah akuntansi menentukan laba
dengan menandingkan atau mengasosiasi pendapatan periode dengan biaya yang dianggap
menciptakan pendapatan untuk periode tersebut. “Jadi, biaya dianggap sebagai upaya untuk
menghasilkan pendapatan dengan waktu sebagai takaran penandingan,” (Suwardjono, 2003: hlm.
101).

7. Konsep Penandingan (Matching Concept)

Dalam akuntansi dikenal prinsipmatching concept. Di mana yang dimaksud dari prinsip ini
adalah dengan diakuinya beban bukan pada saat pengeluaran kas telah terjadi atau telah
dibayarkan. Namun, diakui ketika suatu produk atau jasa secara aktual memberikan kontribusi
terhadap pendapatan. “Pendapatan suatu periode harus dibebani dengan biaya-biaya yang secara
ekonomis berkaitan dengan produk yang menghasilkan pendapatan tersebut,(Suwardjono, 1986,
hlm 116).
Hal ini memungkinkan adanya biaya yang ditangguhkan dan diperlakukan sebagai aset
pada posisi keuangan atau neraca. Meskipun dalam kenyataannya biaya ditangguhkan tersebut
tidak memberikan manfaat ekonomi di masa depan.
“Expenses are defined as costs that expire as a result of generating revenues,”(Wolk,
Francis, Tearney, 1991, hlm. 124). Bahwa beban ditentukan sebagai upaya untuk memperoleh
penghasilan atau pendapatan. Proses pengakuan beban untuk kategori seperti depresiasi, harga
pokok produk atau penjualan, bunga dan biaya ditangguhkan disebut dengan konsep penandingan
ini (matching concept). Konsepmatching berimplikasi pada biaya diakui secara adil dan secara
wajar untuk mengakui pendapatan.
Wolk, Francis, dan Tearney (1991) menyatakan bahwa konsep matchingdengan demikian
memiliki dua aspek:
First, the historical cost approach often tends to substantially understate expense measurements
relative to the value of expired-asset service. Second, the “systematic and rational” method
employed under generally accepted accounting principles tend to be extremely arbitrary: a
particular problem can be handled in more than one way. (hlm. 124)
Suwardjono (2003) mengatakan bahwa konsep penandingan merupakan implikasi dari
adanya konsep periode akuntansi. Penandingan (matching) dilakukan untuk menentukan laba
periode tersebut, sehingga pendapatan periode tersebut ditandingkan dengan biaya-biaya yang
dianggap menciptakan pendapatan tersebut. Maka, biaya dengan demikian merupakan upaya
untuk menghasilkan pendapatan dengan waktu sebagai takaran penandingannya.

8. Konsep Upaya dan Hasil (Effort and Accomplishment)

Lebih lanjut dalam konsep penandingan (matching concept) yang berimplikasi pula pada
konsep upaya dan hasil dalam akuntansi, memberikan implikasi bahwa biaya adalah upaya dalam
rangka memperoleh hasil yang dalam hal ini disebut pendapatan. “Secara konseptual, pendapatan
timbul karena biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya,” (Suwardjono, 2005, hlm.
234). Artinya pendapatan sudah dapat diakui meskipun belum terealisasi karena adanya
pengeluaran atau upaya entitas dalam melakukan kegiatan produktifnya.
Dalam pokok pikiran Paton & Littleton, Suwardjono (1986) juga menyatakan bahwa
jikalau jumlah rupiah yang diperhitungkan dalam pembelian barang dan jasa digunakan untuk
mengukur upaya untuk memperoleh hasil. Dan jumlah rupiah tersebut yang diperhitungkan dalam
penjualan barang dan jasa digunakan untuk mengukur hasil yang diperoleh, maka persoalan utama
akuntansi adalah menandingkan biaya (sebagai representasi upaya) dan pendapatan (sebagai
representasi hasil) periodik sebagai pembacaan alat duga untuk mengetahui pengaruh upaya yang
dikorbankan terhadap hasil

 Tujuan Akuntansi
Tujuan akuntansi secara umum adalah untuk mengumpulkan dan melaporkan informasi
terkait keuangan, kinerja, posisi keuangan, dan arus kas dalam sebuah bisnis. Informasi ini
nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan ekonomi.

Jika dijabarkan, ada beberapa tujuan akuntansi, diantaranya adalah:

1. Tujuan Akuntansi Secara Umum

 Memberikan informasi mengenai keuangan, baik itu aktiva maupun passiva


perusahaan
 Menyediakan informasi mengenai perubahan pada berbagai sumber ekonomi (netto)
perusahaan
 Memberikan informasi keuangan perusahaan yang dapat membantu dalam pembuatan
estimasi potensi keuntungan perusahaan
 Memberikan informasi mengenai perubahan pada berbagai sumber ekonomi
perusahaan, baik itu aset, hutang, serta modal.
 Menyediakan informasi lainnya terkait laporan keuangan untuk membantu pengguna
laporan tersebut

2. Tujuan Akuntansi Secara Khusus

Secara khusus, tujuan akuntansi adalah untuk menyediakan informasi dalam bentuk
laporan yang memuat posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara
wajar sesuai Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP).

3. Tujuan Akuntansi Secara Kualitatif

Tujuan akuntansi secara kualitatif meliputi beberapa hal berikut ini:

 Memberikan informasi yang relevan


 Menyampaikan informasi yang telah teruji kebenaran dan validitasnya
 Informasi yang disampaikan dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang berkepentingan
 Menyampaikan laporan keuangan untuk kepentingan semua pihak yang terkait dengan
aktivitas perusahaan
 Memberikan informasi transaksi yang real time, atau sesegera mungkin.
 Informasi yang disampaikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum
(PABU) dan dapat diperbandingkan
 Penyampaian laporan keuangan harus lengkap dan memenuhi standar pengungkapan
laporan keuangan

 Fungsi Akuntansi
Akuntansi merekam catatan transaksi secara sistematis dan kronologis
Dari pengertian akuntansi sudah menyinggung tentang sistem pelaporan keuangan
termasuk untung rugi perusahaan. Sehingga, akuntansi sudah pasti sangat dibutuhkan dalam
bisnis karena beberapa fungsinya sebagai berikut:

1. Recording Report

Recording report atau merekam catatan transaksi secara sistematis dan kronologis
merupakan fungsi utama dari akuntansi. Rekam catatan transaksi ini kemudian dikirim ke Account
Ledger sampai akhirnya menyiapkan akun akhir untuk mengetahui profit dan loss dari bisnis pada
akhir periode akuntansi.

2. Melindungi Properti dan Aset

Fungsi akuntansi berikutnya adalah untuk menghitung jumlah Penyusutan Aset sebenarnya
dengan menggunakan metode yang tepat dan berlaku untuk aset tertentu.

Semua disipasi tidak sah dari aset akan mengakibatkan sebuah bisnis mengalami
kebangkrutan. Itulah sebabnya sistem akuntansi dirancang untuk melindungi properti dan aset
bisnis dari pemakaian yang tak sah.

3. Mengkomunikasikan Hasil

Fungsi akuntansi selanjutnya adalah untuk mengkomunikasikan hasil dan transaksi yang
dicatat ke semua pihak yang tertarik pada bisnis tertentu. Misalnya investor, kreditor, karyawan,
kantor pemerintahan, peneliti, dan instansi lainnya.

4. Meeting Legal
Fungsi akuntansi juga berhubungan dengan perancangan dan pengembangan sistem.
Misalnya sistem untuk memastikan catatan dan pelaporan hasil selalu memenuhi persyaratan
hukum. Sistem ini nantinya diperlukan untuk mengaktifkan kepemilikan atau wewenang untuk
mengajukan berbagai pernyataan, seperti Pengembalian Penjualan-Pajak, Pengembalian
Pendapatan Pajak, dan lain sebagainya.

5. Mengklasifikasikan

Selanjutnya fungsi akuntansi yang tak kalah pentingnya adalah sebagai klasifikasi terkait
dengan analisis sistematis dari semua data yang tercatat. Dengan adanya klasfikasi tersebut akan
memudahkan dalam pengelompokkan jenis transaksi atau entri.

Aktivitas klasifikasi ini dilakukan pada buku yang disebut sebagai “Ledger”.

6. Membuat Ringkasan

Aktivitas meringkas ini melibatkan penyajian data rahasia dengan penyampaian yang bisa
dimengerti dan berguna bagi internal maupun eksternal pengguna akhir dari laporan akuntansi
tersebut.

Aktivitas ini mengarah pada penyusunan laporan:

 Neraca Saldo
 Laporan laba rugi
 Neraca

7. Analisis dan Menafsirkan

Fungsi akuntansi yang terakhir adalah melakukan analisis dan menafsirkan data keuangan.
Data keuangan yang sudah melalui proses analisis kemudian diinterpretasikan dengan cara yang
mudah dimengerti sehingga dapat membantu dalam membuat penilaian mengenai kondisi
keuangan dan profitabilitas operasional bisnis.
 Manfaat Akuntansi dalam Bisnis

Bukan hanya sekedar teknik pembukuan yang hanya mencakup pencatatan transaksi saja.
Manfaat akuntasi cukup penting bagi bisnis yang akan memberikan dampak besar bagi
perkembangan bisnis tersebut.

Beberapa manfaat akuntasi tersebut diantaranya:

 Memberikan informasi keuangan sebagai dasar membuat keputusan managerial


 Memberikan informasi/ laporan kepada pihak eksternal
 Sebagai alat kontrol dan pengendali keuangan
 Sebagai alat evaluasi perusahaan
 Menjadi dasar dalam mengalokasikan sumber daya

 Bidang-Bidang Akuntansi dalam Bisnis


Setelah mengetahui pengertian akuntansi dalam bisnis, ada beberapa bidang akuntansi
dalam bisnis yang penting untuk diketahui. Berikut beberapa bidang dari akuntansi:

1. Akuntansi Keuangan

Bidang akuntansi yang menyangkut pencatatan transaksi keuangan perusahaan secara


berkala sebagai sumber informasi yang berguna untuk manajemen, pemilik perusahaan dan
kreditor. Umumnya hampir semua bisnis menerapkan akuntansi keuangan sebagai bentuk
pelaporan dana perusahaan.

2. Auditing atau Pemeriksaan Akuntansi

Bidang dalam akuntansi yang menyangkut pemeriksaan terhadap laporan keuangan untuk
mengetahui kejujuran dan kebenaran dari laporan tersebut. Pada bisnis yang sedang berkembang
biasanya belum menerapkan bidang ini. Auditing sangat penting untuk mengetahui tindak korupsi
dalam perusahaan.
3. Akuntansi Perpajakan

Bidang akuntansi yang menyangkut pelaporan pajak dari keuangan perusahaan. Akuntansi
perpajakan penting sebagai pertimbangan terkait konsekuensi dari transaksi perusahaan.

4. Akuntansi Budgeter

Seperti namanya, akuntansi ini digunakan untuk membuat anggaran perusahaan tentang
rencana penggunaan uang dalam periode tertentu.

5. Akuntansi Biaya

Akuntansi ini digunakan untuk mengendalikan budget atau anggaran perusahaan. Gunanya
untuk menekan kegunaan dana perusahaan meskipun sudah dianggarkan.

6. Akuntansi Organisasi Nirlaba

Tidak semua bisnis menerapkan bidang akuntansi ini karena tujuannya adalah
merencanakan anggaran bukan untuk mendapatkan keuntungan. Misalnya saja seperti pada dana
CSR suatu perusahaan, ini termasuk hasil dari akuntansi organisasi nirlaba.
 Kesimpulan

Akuntansi merupakan suatu proses mencatat meringkas , mengklarifikasikan , mengolah ,


dan menyajikan data transaksi , serta berbagai aktivitas yang terkait dengan keuangan . Dengan
adanya akuntansi dapat memudahkan seseorang dalam mengambil keputusan serta tujuan lainnya
Adapun tujuan dari akuntansi secara umum yaitu untuk emngumpulkan dan melaporkan informasi
terkait keuangan , kinerja , posisi keuangan , dan arus kas dalam sebuah bisnis . Informasi ini
nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan ekonomi .

Anda mungkin juga menyukai