Dosen Pengampu : Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, SE., M.Si., Ak.
Oleh :
Kelompok 1
Istilah etika dan moral tidak digunakan secara bergantian. Secara umum, etika
(berasal dari bahasa Yunani : elhike-ilmu karakter) adalah studi tentang isu-isu moral
sedangkan moral (berasal dari bahasa Yunani : mores- adat-istiadat-kebiasaan dan tata
krama) adalah standar yang individu amati dalam perilaku mereka sehari-hari. Profesi,
termasuk akuntansi memberikan pengecualian untuk aturan umum ini. Kode etik
profesional menggambarkan standar minimum untuk praktek profesi ini. Adanya
pelanggaran dari standar ini membuat profesional menjadi tidak etis. Untuk orang
awam, pelanggaran terhadap kode etika pribadi membuat mereka menjadi tidak
bermoral.
a. Independensi
Konsep indepedensi mengharuskan adanya pemisahan lengkap dari kepentingan
bisnis dan keuangan oleh akuntan publik dari perusahaan klien. Akibatnya, auditor
harus melayani peran seorang pengamat yang tidak memihak dalam mempertahankan
fungsi sebagai pengawas publik. Bagaimana perusahaan mengembangkan kebijakan
untuk memastikan bahwa tugas ini dipertahankan ?
Apa layanan lain (misalnya konsultasi, pajak persiapan pengembalian, saran pajak)
yang kompatibel dengan audit keuangan? Pada titik mana auditor kehilangan
indepedensi dengan memberikan layanan kepada klien nonaudit ?
c. Kerahasiaan
Kapan fungsi auditor sebagai pengawas publik bertentangan dengan tugasnya untuk
menjaga kegiatan rahasia klien ?
d. Praktik Pembangunan
7. Pengungkapan Manajemen
Ada banyak bentuk dan metode yang dapat digunakan manajemen untuk
mengungkapkan informasi kepada pemakai.Yang paling terkenal dari metode-metode
ini adalah laporan keuangan formal, tetapi catatan kaki, laporan pelengkap, serta
pembahasan naratif juga merupakan bahan dasar yang penting. Tidak ada teori yang
menyeluruh, yang diterima oleh semua pihak, untuk menentukan cara yang tepat untuk
melakukan pengungkapan. Para akuntan terlibat dalam suatu pencarian yang aktif untuk
menentukan cara-cara baru agar pembaca menjadi lebih mengetahui.Pencarian yang
tanpa henti inilah yang menjadikan akuntansi bidang yang sangat menarik seperti ini.
agar dapat dibandingkanbaik dengan laporankeuangan entitasperiode
sebelumnyamaupun dengan laporankeuangan entitas lain. IAS No. 1
menetapkanpersyaratankeseluruhanpenyajianlaporan keuangan, pedomanuntuk
strukturmereka, dan IASB standard yang mengatur persyaratan pengungkapan dan
tanggung jawab etik adalah IAS No. 1 yaitu: “Presentation of Financial Statements.”
Tujuan dari IAS NO. 1 adalah untuk menentukan dasar penyajian laporan
keuanganuntuk tujuan umumsehinggapersyaratanminimum untukkonten mereka.
standar untukmengenali, mengukur, danmengungkapkantransaksispesifikdibahas
dalamstandarspesifikdan interpretasi. Statement ini menggantikan IAS No. 1 yang
berjudul “Disclosure of Accounting Policies”.
IASB juga membahas laporan keuangan sementara dalam IAS No. 34 yaitu:
“Interim Financial Reporting.” rilis ini didefinisikan isi minimum laporan keuangan
interim, disediakan presentasi dan bimbingan pengukuran, dan didefinisikan pengakuan
dan pengukuran prinsip yang harus diikuti dalam penyajian laporan keuangan interim.
IASB kemudian menyimpulkan bahwa keputusan untuk menerbitkan dan frekuensi
pelaporan adalah hal terbaik yang diputuskan oleh hukum nasional.
REVIEW ARTIKEL
Latar Belakang
Perspektif teori keagenan (teori agensi) berpandangan bahwa pembayaran tunai
kepada pemegang saham dapat membantu mengurangi masalah keagenan melalui
peningkatan frekuensi pengumpulan modal eksternal dan pemantauan oleh pihak bank
maupun investor atau dengan menghilangkan arus kas bebas. Teori lain telah diusulkan
untuk menjelaskan kebijakan dividen yang didasarkan pada signalling dan wajib pajak.
Literatur empiris yang ada biasanya menemukan bahwa perilaku dividen yang diamati
konsisten dengan lebih dari satu teori, dan oleh karena itu, biasanya gagal untuk
mengabaikan perubahan. Hipotesis penguatan manajemen menawarkan seperangkat
prediksi yang khas yang tidak dapat ditemukan pada teori lainnya untuk menjelaskan
kebijakan perilaku dividen cross-sectional.
Analisis dividen cross-sectional oleh Cruthley dan Hansen (1989) menunjukkan
hasil yang konsisten dengan kebijakan dividen yang berperan sebagai alat pengawasan
perusahaan. Belum ada penelitian yang menganalisis, dalam konteks kebijakan dividen,
yang memungkinkan bahwa kepemilikan orang dalam yang menguntungkan atau tidak
dapat kondusif untuk penguatan.
Penelitian Sebelumnya
Easterbrook (1984) berpendapat bahwa dividen berperan dalam mengendalikan
masalah ekuitas dengan memfasilitasi pemantauan pasar modal utama terhadap aktivitas
dan kinerja perusahaan. Penelitian oleh Baghat (1986), Smith (1986), Hansen dan
Torregrosa (1992) dan Jain dan Kini (1999) telah mengakui pentingnya pemantauan
oleh bankir investasi dalam isu ekuitas baru. Jensen (1986) melihat perkiraan,
melanjutkan pembayaran dividen sebagai bantuan untuk menghilangkan uang tunai
yang mungkin telah sia-sia dalam memaksimalkan nilai proyek sehingga mengurangi
tingkat over investment oleh para manajer.
Dalam model Rozeff (1982), kebijakan dividen yang optimal adalah hasil trade-
off antara biaya agensi ekuitas dan biaya transaksi. Model Rozeff melaporkan bukti
adanya hubungan yang kuat antara pembayaran dividen dan seperangkat variabel yang
proksinya digunakan untuk mengukur biaya agensi dan transaksi dalam sampel besar
terdiri dari seribu perusahaan AS untuk periode 1974 sampai 1980. Analisis cross-
sectional dari kebijakan dividen oleh Crutchley dan Hansen (1989) juga menunjukkan
hasil yang konsisten dengan kebijakan dividen yang bertindak sebagai alat pemantauan
perusahaan dan dengan efek substitusi antara pembayaran dividen dan dua mekanisme
kontrol lainnya, yaitu: kepemilikan manajerial dan leverage.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan ketika manajer memegang sedikit
ekuitas dan pemegang saham terlalu terdispersi untuk mengambil tindakan maksimal
yang tidak bernilai tambah, insiders mungkin menyebarkan aset perusahaan untuk
memperoleh manfaat personal. Demsetz (1983) dan Fama dan Jensen (1983)
mengemukakan bahwa para manajer yang memegang sebagian besar ekuitas perusahaan
mungkin memiliki kekuatan yang cukup untuk pemungutan suara demi memastikan
posisi mereka di dalam perusahaan aman. Morck et al (1988) serta McConnel dan
Servaes (1990) menemukan hubungan berbentuk U terbalik antara kepemilikan insider
dan kinerja perusahaan sesuai dengan adanya keunggulan manajerial di atas tingkat
kepemilikan yang kritis. Schooley dan Barney (1994), menggunakan data A.S. yang
mendokumentasikan hubungan berbentuk U antara hasil dividen dan kepemilikan CEO.
Kepemilikan CEO tidak selalu merupakan ukuran terbaik dari kepemilikan insider.
Gordon dan Pound (1990), Chang dan Mayers (1992) serta Cole dan Mehran (1998),
menemukan bukti bahwa kontrol pemungutan suara atas Employee Emission Ownership
Plans (ESOPs) dapat berkontribusi pada keunggulan manajerial.
Fenomena
Perspektif teori agensi menegaskan bahwa pembayaran tunai kepada pemegang
saham dapat membantu mengurangi masalah agensi dengan meningkatnya frekuensi
peningkatan modal eksternal terkait pemantauan oleh bankir investasi dan investor
(Easterbrook, 1984), atau menghilangkan arus kas bebas (Jensen, 1986). Peneliti
menguji hipotesis bahwa kepemilikan insider mempengaruhi kebijakan dividen dalam
cara yang konsisten dengan perspektif entrenchment manajerial yang diambil dari
literatur agensi.
Masalah Penelitian
1) Apakah distribusi cross-sectional dari pembayaran dividen berhubungan negatif
dengan beneficial insider ownership di bawah tingkat kepemilikan entrenchment
dan berhubungan positif dengan beneficial insider ownership di atas tingkat
tersebut (dengan asumsi variabel lainnya konstan).
2) Apakah pada tingkat beneficial insider ownership yang lebih rendah (di bawah titik
kritis entrenchment), pembayaran dividen memiliki hubungan u-shaped dengan
total insider ownership (beneficial dan nonbeneficial), dengan titik balik di atas
tingkat beneficial holdings (dengan asumsi variabel lainnya konstan).
3) Apakah Code of Best Practice memiliki dampak terhadap pembayaran dividen
(dengan asumsi variabel lainnya konstan)?
Landasan Teori
Landasan teori pada penelitian ini ada dua yaiu grand theory dan supporting
theory. Grand theory pada penelitian yaitu agency theory dan managerial entrenchment
hypothesis. Sedangkan supporting theory pada penelitian ini yaitu kebijakan dividen,
corporate governance dan struktur kepemilikan.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu:
H1 Distribusi cross-sectional dari pembayaran dividen berhubungan negatif
dengan beneficial insider ownership di bawah tinggat kepemilikan
entrenchment dan berhubungan positif dengan beneficial insider ownership di
atas tingkat tersebut (dengan asumsi variabel lainnya konstan).
H2 Pada tingkat beneficial insider ownership yang lebih rendah (di bawah titik
kritis entrenchment), pembayaran dividen memiliki hubungan u-shaped
dengan total insider ownership (beneficial dan nonbeneficial), dengan titik
balik di atas tingkat beneficial holdings (dengan asumsi variabel lainnya
konstan).
H3 Sesuai dengan Cadbury (1992), Code of Best Practice tidak mempunyai
dampak terhadap pembayaran dividen (dengan asumsi variabel lainnya
konstan).
Alat Analisis
Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi Ordinary least-squares (OLS).
Model umum yang ditentukan untuk analisis ini diwakili oleh regresi cross-sectional
dengan persamaan tunggal antara pembayaran dividen dan satu set variabel yang terkait
dengan argumen trade off Rozeff (1982).
Hasil Analisis
Hipotesis 1 diterima yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan berbentuk U
antara pembayaran dividen dan insider ownership, setelah tingkat kritis kepemilikan
oleh manajer, perusahaan merasa perlu untuk mengkompensasi potensi managerial
entrenchment dengan peningkatan pembayaran dividen kepada pemegang saham.
Hitotesis 2 diterima bahwa hubungan berbentuk U antara pembayaran dividen dan
insider ownership dapat dijelaskan dengan hipotesis entrenchment yang diestimasi
menunjukkan bahwa hubungan u-shaped masih muncul.
Hipotesis 3 ditolak yang menunjukkan bahwa kepatuhan penuh terhadap Code of
Best Practice Cadbury (1992) memiliki pengaruh positif pada pembayaran dividen.
Kelebihan
1. Penelitian ini memiliki rantai kausal dan validitas logika yang baik karena peneliti
menunjukkan urutan bagian-bagian penelitian yang sudah disajikan dengan cukup
baik dengan telah memaparkan landasan teori yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara insider ownership dan pembayaran dividen yaitu hipotesis
managerial entrenchment yang dibangun dari teori keagenan. Penelitian ini juga
telah memaparkan hasil-hasil penelitian sebelumnya sehingga memberikan
pemahaman yang baik mengenai fenomena yang diteliti.
2. Variabel exstraneous dalam penelitian ini dikendalikan dengan menggunakan
variabel kontrol dan mengikutsertakan variabel tersebut dalam persamaan regresi
serta menguji pengaruh dari variabel kontrol yaitu pertumbuhan perusahaan, total
hutang, varian total dari return saham perusahaan, kas, shareholder dispersion,
institutional blockholder ownership, irrecoverable advance corporate taxation
(IACT), ukuran perusahaan, jumlah analis, ROA, interaksi ROA dengan dummy
laba negatif, CADBURY (Code of Best Practice Cadbury (1992) dengan melihat
kepatuhannya dilakukan secara dummy ) dan dummy industri.
3. Penelitian ini menggunakan alat uji statistik deskriptif dan model regresi ordinary
least square (OLS) yang menurut kami telah sesuai dengan hipotesis penelitian,
yakni hipotesis kausalitas (pengaruh). Selain itu, penelitian ini menggunakan
kritikal levels entrenchment untuk menginterprestasikan hubungan berbentuk U
antara pembayaran dividen dengan kepemilikan insider dan melakukan uji analisis
regresi linear berganda untuk menguji alternatif spesifikasi dari variabel yang
diteliti.
4. Penelitian ini menunjukkan tingkat konsistensi yang cukup baik antara masalah
penelitian, hipotesis dan analisis data yang dilakukan untuk menguji hipotesis
penelitian. Peneliti telah meggunakan alat analisis data yang sesuai untuk
melakukan pengujian hipotesis penelitiannya.
Kekurangan
1. Validitas internal pada penelitian ini tidak tercapai (rendah) karena penelitian ini
memiliki nilai adjusted R-squares adalah sekitar 33% pada tahun 1991 dan 44%
pada tahun 1996. Hal ini berarti masih ada variabel lain di luar variabel yang diuji
dalam penelitian yang memiliki pengaruh terhadap dividend payout.
2. Sampel penelitian ini sangat spesifik untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini dengan menggunakan kriteria pemilihan sampel. Berdasarkan kriteria
pemilihan sampel tersebut, diperoleh jumlah akhir dari perusahaan sampel adalah
693 pada tahun 1991 dan 609 pada tahun 1996. Dengan demikian, hasil penelitian
ini sulit untuk digeneralisasi pada jenis perusahaan yang tidak masuk dalam kriteria
sampel. Jadi dapat dikatakan bahwa validitas eksternal penelitian ini rendah.
Saran Pengembangan
1. Penggunaan kriteria sampel yang lebih luas dan jumlah sampel yang lebih
banyak untuk menguatkan generalisasi hasil penelitian.
2. Memasukkan variabel independen lainnya yang memiliki pengaruh kepada
kebijakan dividen untuk meningkatkan validitas internal hasil penelitian.
REFERENSI
Farinha, Jorge. 2003. Dividend Policy, Corporate Governance and The Managerial
Entrenchment Hypothesis: An Empirical Analysis. Journal of Business Finance &
Accounting, 30(9) & (10), Nov./Dec. 2003,