Disusun oleh:
Arya Muhammad Gifary 11180490000041
Muh. Kamil Aminullah 11180490000084
Elsha Mayang Sari 11190490000063
Nawas Syarif 11190490000072
Putri Nadira Syahrani 11190490000075
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat sehat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, tidak lupa Sholawat serta salam kita
junjung kepada Baginda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasalam. Kepada sahabat, keluarga
hingga umat akhir zaman.
Dalam makalah ini kami mencantumkan judul “Perbandingan Investasi dan Pasar
Modal Syariah dengan Investasi dan Pasar Modal Konvensional” sesuai dengan bab
pada silabus yang sudah dibagikan oleh dosen pengampu mata kuliah. Atas dukungan dari
berbagai pihak, sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan,
maka kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Nur Hidayah, M.A., Ph. D.
sebagai dosen pengampu atas bimbingannya, dan tak lupa pula kepada teman-teman satu
kelas yang senantiasa selalu mengingatkan dalam proses pengerjaan, hingga
terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu, kami
mengharap kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan untuk memperbaiki makalah
ini.
Penulis
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor terpenting dalam
ikut membangung perekonomian nasional, terbukti telah banyak industri dan perusahaan
yang menggunakan institusi pasar modal ini sebagai media untuk menyerap investasi dan
media untuk memperkuat posisi keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi
financial nerve centre (saraf finansial dunia) pada dunia ekonomi modern dewasa ini,
bahkan perekonomian modern tidak akan mungkin bisa eksis tanpa adanya pasar modal
yang tangguh dan berdaya saing global serta terorganisir dengan baik. Sebagai upaya
dalam mendukung terwujudnya Pasar Modal Indonesia menjadi penggerak ekonomi
nasional yang tangguh dan berdaya saing global sebagaimana tertuang dalam cetak biru
pasar modal Indonesia, perlu dilakukan secara terus menerus untuk menyempurnakan dan
mengembangkan infrastruktur pasar modal menuju ke arah yang lebih baik lagi.
Salah satu faktor bagi terciptanya pasar modal Indonesia yang tangguh dan berdaya
saing global dimaksud adalah dengan tersedianya fasilitas dan instrumen pasar modal
Indonesia yang mampu bersaing dengan instrumen pasar modal negara-negara lain.
Sehubungan dengan itu, ditengah kemerosotan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional,
yang juga berimbas ke sektor pasar modal selaku subsistem dari perekonomian nasional
Indonesia, kini industri pasar modal Indonesia mulai melirik pengembangan penerapan
prinsip-prinsip syariah islam sebagai alternatif instrumen investasi dalam kegiatan pasar
modal di Indonesia. Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi fenomena
yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang mayoritas
beragama Islam. Praktek kegiatan ekonomi konvensional, khususnya dalam kegiatan pasar
modal yang mengandung unsur spekulasi sebagai salah satu komponennya nampaknya
masih menjadi hambatan psikologis bagi umat Islam untuk turut aktif dalam kegiatan
investasi terutama di bidang pasar modal.
Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan pasar modal
syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan
nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria
saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep
1
pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam
konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal
dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas
dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik
spekulasi.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan menurut UUPM pasal 1 ayat 5, efek adalah surat berharga yang
diterbitkan oleh perusahaan, misalnya surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, bukti right, unit penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak kegiatan berjangka atas efek, dan seperti turunan dari efek seperti option,
warrant, dan bukti right.
Dalam definisi pasar modal pada Undang-undang Pasar Modal (UUPM) No. 8
Tahun 1995 pasal 1 ayat 13, pasar modal konvensional maupun syariah tidak mengalami
perbedaan. Artinya, definisi pasar modal dalam undang-undang tersebut masih
menyatukan antara pasar modal syariah dan konvensional
Karena itu, dalam pasar modal syariah, instrumen yang dijual atau
diperdagangkan mesti aman secara syariah. Artinya, tidak mengandung kegiatan yang
haram menurut agama Islam, seperti riba, judi, juga produksi makanan yang diharamkan
dan sebagainya.
3
C. Perbedaan Pasar Modal Syariah dan Konvensional
Ada beberapa hal yang menjadi perbedaan utama antara pasar modal
konvensional dan pasar modal syariah. Beberapa di antara adalah perbedaan berikut:
4
manipulatif, dan judi diizinkan dalam pasar modal konvensional. Serta saham yang
dimiliki dapat bergerak di bidang apapun secara bebas selama mampu memberikan
keuntungan. Transaksi penjualan dan pembelian dilakukan secara langsung dengan
menggunakan jasa broker sehingga adanya kemungkinan dalam mempermainkan
harga.
Sedangkan pada pasar modal syariah, hal-hal tersebut diatur secara ketat. Dana
yang Anda tanam tidak akan digunakan untuk menggerakkan bidang yang tidak sesuai
dengan prinsip syariat. Misalnya seperti rokok, alkohol, makanan yang diharamkan dan
lain sebagainya. Selain itu, pasar modal syariah juga bebas dari transaksi ribawi, gharar
atau meragukan, manipulatif, dan juga judi. Dan transaksi penjualan maupun pembelian
saham tidak dilakukan secara langsung untuk menghindari manipulasi harga.
5. Obligasi
Sedangkan obligasi syariah telah diatur dalam fatwa DSN – MUI No.7/DSN-
MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah. Dalam fatwa tersebut dijelaskan
bahwa pihak pemegang obligasi bukanlah kreditur, tapi pemodal atau shahibul mal.
Sedangkan emiten disebut sebagai pengelola atau mudharib.
Selain itu, perhitungan nisbahnya pun sudah disebutkan di awal pada saat akad
transaksi dilakukan. Dalam penggunaan modal saham pun emiten diwajibkan untuk
mengalokasikan modal tersebut sesuai dengan hukum-hukum syariat yang berlaku.
6. Saham
a. Saham pada pasar modal konvensional
Saham yang diperdagangkan datang dari semua emiten tanpa menghiraukan
halam-haram.
Menggunakan transaksi berbunga.
Mengandung transaksi spekulatif.
Saham dari semua perusahan baik aktivitas bisnisnya halal maupun haram.
Mengandung transaksi yang manipulative.
b. Saham (Surat-surat berharga) pasar modal syariah
5
Saham yang diperdagangkan datang dari emiten yang memenuhi kriteria-
kriteria syariah.
Tidak adanya transaksi yang berbasis bunga.
Tidak aadanya transaksi yang meragukan.
Aktifitas bisnis saham harus dari perusahaan yang halal.
Menggunakan prinsip-prinsip mudharabah, musyarakah, ijarah, istisna’, dan
salam.
7. Reksa dana
a. Reksa dana konvensional
Berdasarkan prinsip kontrak investasi kolektif dengan memperhatikan pasal 18
sampai dengan pasal 29 bab IV UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal.
Investasi dilakukan pada instrument konvensional.
Jenis usaha emiten tidak harus sesuai syariah.
Pembagian keuntungan berdasarkan perkembangan suku bunga.
b. Reksa dana syariah
Menggunakan akad wakalah dan mudharabah akan tetapi tetap memperhatikan
fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/ IX/ 2000 tentang reksa dana syariah.
Investasi dilakukan pada instrument keuangan yang sesuai dengan syariah.
Jenis usaha emiten sesuai dengan syariah.
Pembagian keuntungan berdasarkan proporsi yang ditentukan dalam akad.
E. Investasi Konvensional
6
paper, dan investasi di pasar modal yang meliputi saham, obligasi, opsi, waran, dan
sebagainya. Investasi pada aset riil dapat berbentuk pendirian pabrik, perkebunan,
pertambangan, dan pembelian aset produktif lainnya.
Investasi keuangan menurut syariah harus terkait secara langsung dengan suatu
aset atau kegiatan usaha yang spesifik dan menghasilkan manfaat, karena hanya atas
manfaat tersebut dapat dilakukan bagi hasil. Kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan
menurut syariah pada prinsipnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemilik harta
(investor) terhadap pemilik usaha (emiten) untuk memberdayakan pemilik usaha dalam
melakukan kegiatan usahanya di mana pemilik harta (investor) berharap untuk
memperoleh manfaat tertentu. Karena itu, kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan
pada dasarnya sama dengan kegiatan usaha lainnya, yaitu memelihara prinsip kehalalan
dan keadilan.
Menurut Huda dan Nasution (2007), investasi merupakan salah satu ajaran dari
konsep Islam yang memenuhi proses tadrij (gradasi) dan trichotomy pengetahuan
(pengetahuan instrumen, pengetahuan intelektual dan pengetahuan spiritual). Hal tersebut
dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa
spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah
ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Hal tersebut
dijelaskan dalam Al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 18 :
” Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
7
G. Perbedaan Investasi Syariah dan Investasi Konvensional
Investasi syariah di dalamnya tidak mengandung unsur riba atau bunga dalam
mendapatkan keuntungan, melainkan menggunakan sistem bagi hasil, hal ini terlihat lebih
adil bagi yang ada di dalamnya seperti yang mempunyai modal. Investasi konvensional
ditentukan dengan berdasarkan bunga, hal inilah yang membedakan dengan jumlah bagi
hasil yang ada pada bank syariah. Investasi syariah terbebas dari unsur riba, gharar, dan
lain sebagainya, riba disini bisa disebut sebagai bunga. Riba biasanya diberikan ketika
melakukan sebuah investasi seperti bank konvensinal yang menerapkan deposito dan lain
sebagainya. Sedangkan jika kita menggunakan investasi syariah sudah pasti kita akan
terbebas dari riba yang sangat diharamkan dalam agama islam.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah
dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks
saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten
yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal syariah
dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal
syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang
bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta
transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi.
Perbedaan yang sangat menonjol dalam investasi syariah dan investasi konvensional
yakni terlihat dari landasan hukum yang di pakai. Investasi syariah yakni bersumber langsung
dari al-quran dan hadits dan juga hasil dari kesepakatan para ulama’ atau ijma’. Inilah sumber
hukum yang berlaku sampai hari kiamat.
9
DAFTAR PUSTAKA
Achsien, I.H. 2000. Investasi Syariah di Pasar Modal Menggagas Praktek Manajemen Portofolio
Syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ahmad, K. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Al Arif, M. N. R. 2011. Lembaga Keuangan Syariah: Kajian Teoritis Praktis. Bandung: Pustaka
Setia.
Anoraga, P. & P. Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmadji, T. & H.M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal Indonesia Pendekatan Tanya Jawab.
Jakarta: Salemba Empat.
Harianto F. & S. Sudomo. 1998. Perangkat dan Teknis Analisis Investasi di Pasar Modal
Indonesia. Jakarta: Bursa Efek Indonesia.
Huda, N. & M.E. Nasution. 2007. Investasi pada Pasar Modal Syariah (Edisi Revisi). Jakarta:
Kencana.
Husnan, S. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas (Edisi ketiga). Yogyakarta:
UPP AMP YKPN.
Nachrowi, D.N. & H. Usman. 2005. Penggunaan Teknik Ekonometri. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
10