DOSEN PENGAMPU :
Disusun oleh :
NAMA NPM
Juan Napitupulu 71200517001
Teddy Hardiansyah 71200517001
T.A. 2022-2023
ENZIM
A. Pengertian Enzim
1. Pengertian Enzim
Menurut Hikmah et al (2022) enzim adalah senyawa protein yang mengatalisis
reaksi kimia yang memungkinkan kehidupan seperti yang kita ketahui. Enzim
memiliki kekuatan katalitik yang luar biasa dan tingkat kemampuan spesifisitas yang
tinggi untuk substrat sehingga enzim cocok untuk reaksi biologis dan penting untuk
metabolisme sel (Hikmah et al., 2022).
Menurut Wilbraham enzim adalah protein yang berfungsi sebagai
biokatalisator, senyawa yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Enzim merupakan
biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang
terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein. Suatu enzim
bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu dan inilah yang menjadi cirri khas
enzim. Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian
diaktifkan dalam lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang
disintesis dalam pankreas, diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya untuk
membentuk enzim tripsin yang aktif. Bentuk enzim yang tidak aktif ini disebut
zimogen. Enzim merupakan katalisator pada semua reaksi yang terjadi di dalam sel
(Wahyudiati, 2017).
2. Struktur Enzim
Apoenzim merupakan bagian protein dari enzim dan bersifat tidak tahan panas
(termolabil). Gugus prostetik merupakan bagian nonprotein dari enzim dan bersifat
tahan panas. Jika gugus prostetik berupa molekul anorganik, seperti logam seng dan
besi, disebut kofaktor. Adapun jika berupa molekul organik, seperti vitamin B1, B2,
dan NAD+ (ion Nicotinamide Adenine Dinucleotide) disebut koenzim. Enzim pada
umumnya ialah senyawa protein globular yang cukup besar.Struktur enzim disebut
sebagai holoenzim yang menggambarkan penyusun enzim itu sendiri.Holoenzim
tersusun atas apoenzim dan cofactor.Apoenzim ialah senyawa protein globular yang
menyusun sebagian besar enzim. Sementara kofaktor merupakan senyawa nonprotein
yang akan berikatan secara permanen atau tidak dengan apoenzim dalam suatu enzim
tertentu. Kofaktor dapat berupa koenzim, gugus prostetik atau ion logam (Redhana,
2004). Macam – macam kofaktor dibedakan sebagai berikut:
1. Koenzim merupakan senyawa organik non protein yang tidak berikatan secara
permanen dengan protein penyusun enzim. Koenzim dapat berupa vitamin,
lemak, dan lainnya yang dapat diekstrak atau dipisahkan dengan enzim pada
suatu waktu tertentu dalam reaksi kimia (Redhana, 2004).
2. Gugus prostetik merupakan senyawa organik non protein yang berikatan
permanen (kuat) dengan apoenzim (protein). Sehingga gugus prostetik sulit
dipisahkan dengan komponen apoenzim (Redhana, 2004).
3. Ion logam adalah senyawa non organik berupa ion – ion logam yang
bermuatan seperti magnesium (Mg2+), besi (Fe2+), dan lainnya yang berikatan
pada sisi aktif enzim. ion logam bertindak sebagai aktivator enzim (Redhana,
2004).
4. Enzim memiliki sisi aktif sebagai tempat untuk berikatan dengan substratnya.
Enzim dapat pula memimiliki sisi allosterik yaitu sisi di luar sisi aktif yang
memungkinkan terjadinya ikatan enzim dengan aktivator yang dapat
meningkatkan kerja enzim atau justru menghambat kerja enzim. Pada
umumnya, enzim berukuran lebih besar dibanding substrat. Baik apoenzi
maupun kofaktor tidak memiliki aktivitas katalitik, namun, ketika apoenzim
dan kofaktor berikatan menjadi holoenzim maka akanmemiliki kemampuan
untuk mengkatalisis senyawa lainnya dalam suatu reaksi kimia (Redhana,
2004).
3. Sifat Enzim
Enzim merupakan suatu protein yaitu senyawa yang tersusun dari rangkaian
asam amino yang terikat satu sama lain dengan ikatan peptide. Karena merupakan
suatu protein, maka sifat yang dimiliki suatu protein tetunya dimiliki oleh enzim juga.
Enzim dapat didenaturasi dan dipresipitasi dengan garam, pelarut dan reagen lain
(Saryono, 2011). Adapun beberapa sifat enzim ialah:
1. Enzim bersifat katalitik
Enzim merupakn katalitik yang paling efesien, bisa meningkatkan
kecepatan sampai sejuta kali bahkan lebih (Saryono, 2011). Sebagai katalis
enzim mempunyai beberap sifat diantaranya (Wahyudiati, 2017):
a. Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi. Artinya enzim tidak mengubah
produk akhir yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi,
hanya meningkatkan laju suatu reaksi.
b. Efektif, kecepatan reaksi lebih tinggi dengan faktor 106-1012 kali.
c. Tepat, kerja enzim memiliki kapasitas pengaturan yang baik.
d. Spesifik, substrat dan produk yang sihasilkan spesifik dan tanpa terjadinya
reaksi maupun produk samping. Enzim bekerja secara spesifik Artinya
enzim hanya mempengaruhi substrat tertentu saja.
e. Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti
protein. Antara lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu
kamar. Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena pH yang terlalu asam
atau basa kuat, dan pelarut organik. Selain itu, panas yang terlalu tinggi
akan membuat enzim terdenaturasi sehingga tidak dapat berfungsi sebagai
mana mestinya.
f. Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai
katalisator, enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
g. Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim
dapat berbalik, artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya
mempercepat laju reaksi sehingga tercapai keseimbangan. Enzim dapat
menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain. Atau
sebaliknya, menyusun senyawa-senyawa menjadi senyawa tertentu.
2. Spesifisitas
Enzim bersifat sangat spesifik, baik jenis reaksi maupun substratnya (Saryono,
2011).
3. Kemampuan untuk diatur (regulasi).
Enzim tidak ikut bereaksi dengan subtract atau produknya. Aktifitas dapat
terkontrol sesuai dengan kebutuhan organisme itu sendiri (contoh: enzim yang
mengkatalilis reaksi pertama pada suatu siklus biosintesis biasanya dihambat
oleh produk akhirnya (feedback inhibitipon)). Beberapa enzim disintesis dalam
bentuk tidak aktif, dan akan diaktifkan oleh kondisi dan waktu yang sesuai
(enzim allosterik ) , preukursor yang tidak aktif disebut zymogen (Saryono,
2011).
4. BM enzim >>>> BM substrat (Wahyudiati, 2017).
5. Struktur primer, sekunder, dan tersier penting bagi aktivitas katalitiknya
(Wahyudiati, 2017).
6. Enzim berupa protein sederhana aktivitasnya hanya ditentukan oleh struktur
tersiernya saja (Wahyudiati, 2017).
7. Enzim berupa protein terkonjugasi, bagian proteinnya saja (apoenzim) tidak
memiliki aktivitas katalitik tanpa adanya bagian nonprotein (kofaktor)
(Wahyudiati, 2017).
8. Kofaktor dapat berupa molekul anorganik seperti ion logam, maupun molekul
organik yang disebut sebagai koenzim seperti vitamin (Wahyudiati, 2017).
B. Klasifikasi Enzim
Setiap proses biokimia yang terjadi dalam tubuh manusia menggunakan katalis
enzim tertentu. Untuk membedakannya maka tiap enzim diberi nama. Secara umum nama
tiap enzim disesuaikan dengan nama substrat dan diakhiri dengan penambahan ―ase‖ di
belakangnya. Contoh enzim urease merupakan enzim yang mengkatalisis hidrolisis urea.
Karena jumlah enzim sangat banyak maka Commission on Enzymes of the International
Union of Biochemistry and Moleculalar Biology telah menetapkan klasifikasi dan
penamaan enzim secara sistematis. Enzim dapat digolongkan berdasarkan tempat
bekerjanya, substrat yang dikatalisis dan daya katalisisnya, dan cara terbentuknya
(Wahyudiati, 2017).
1. Penggolongan enzim berdasarkan tempat bekerjanya.
a) Endoenzim
Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di
dalam sel. Umumnya merupakan enzim yang digunakan untuk proses sintesis di
dalamsel dan untuk pembentukan energi (ATP) yang berguna untuk proses kehidupan
sel,misal dalam proses respirasi.
b) Eksoenzim
Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di
luar sel. Umumnya berfungsi untuk “mencernakan” substrat secara hidrolisis, untuk
dijadikan molekul yang lebih sederhana dengan BM lebih rendah sehingga dapat
masuk melewati membran sel. Energi yang dibebaskan pada reaksi pemecahan
substrat di luar sel tidak digunakan dalam proses kehidupan sel.
2. Penggolongan enzim berdasarkan daya katalisis
Enzim diklasifikasi dan dinamakan berdasarkan reaksi kimia yang dikatalisis.
Ada enam kelas utama reaksi enzimatis (Tabel 1), subkelas dan sub-subkelas nya.
Setiap enzim mendapat 2 nama dan nomor klasifikasi sebanyak 4 digit. Nama pertama
adalah nama substrat kemudian diikuti nama reaksi yang dikatalisis berdasarkan
klasifikasi yang telah ditetapkan dan ditambah akhiran ase. Contohnya Akonitat
hidratase, dengan nama alternatif (adalah nama yang sesuai yang digunakan setiap
hari) akonitase. Nomor klasifikasi untuk akonitase ditulis EC. 4.2.1.3, dimana EC dan
4 digit angka tersebut mengacu pada Enzyme Commisions, kelas, subkelas, sub-
subkelas dan nomor pada sub-subkelas (Ischak et al., 2017).
Tabel 2 Klasifikasi Enzim berdasarkan reaksi yang dikatalisis
Klasifikasi Tipe Reaksi
1. Oksidasi reduksi
Oksidoreduktase
2. Transferase Trasfer gugus fungsi
3. Hidrolase Hidrolisis
4. Liase Eliminasi gugus membentuk ikatan rangkap dua
5. Isomerase Isomerisasi
6. Ligase Pembentukan ikatan yang disertai hidrolsis ATP
Golongan 2. Transferase
Transferase mengkatalisis reaksi transfer gugus dan kebanyakan
membutuhkan hadirnya koenzim. Pada reaksi transfer gugus sebagian molekul
substrat biasanya berikatan kovalen dengan enzim atau koenzimnya. Kelompok enzim
ini adalah kinase, enzim yang mengkatalisis transfer gugus phosphoril dari ATP.
Alanin transferase yang mempunyai nama sistematik L-alanin:2-oxyglutarate
aminotransferase (EC 2.6.1.2) adalah transferase. Enzim ini mentransfer gugus amino
dari L-alanine ke α-ketoglutarate (Azhar, 2016).
Golongan 3. Hidrolase
Hidrolase mengkatalisis reaksi hidrolisis. Enzim ini merupakan klas khusus
transferase dengan air sebagai aseptor dari gugus yang ditransfer. Pyrophosphatase
adalah contoh sederhana dari hydrolase. Nama sistematik enzim ini adalah
diphosphate phosphohydrolase (EC 3.6.1.1) (Azhar, 2016).
Golongan 4. Liase
Lyase mengkatalisis reaksi lisis dari substrat menghasilkan ikatan ganda pada
reaksi nonhidrolitik, non oksidasi, dan eliminasi. Pada reaksi kebalikannya, lyase
mengkatalisis penambahan satu substrat ke ikatan ganda dari substrat kedua. Pyruvate
decarboxylase termasuk klas enzim ini karena piruvate terurai menjadi acetaldehyde
dan karbondioksida. Nama sistematik pyruvate decarboxylase adalah 2-oxo-acid
carboxy-lyase (EC 4.1.1.1) (Azhar, 2016).
Golongan 5. Isomerase
Isomerase mengkatalisis perubahan struktur dalam molekul tunggal (reaksi
isomerisasi) karena reaksi ini mempunyai hanya satu substrat dan satu produk. Reaksi
enzimatik ini adalah reaksi yang paling sederhana. Alanine racemase (EC 5.1.1.1)
adalah isomerase yang mengkatalisis interkonversi L-alanin dan D-alanin (Azhar,
2016).
Golongan 6. Ligase
Ligase mengkatalisis reaksi ligasi atau penggabungan dua substrat. Reaksi ini
membutuhkan input energi potensial dalam bentuk nukleotida triposfat sebagai ATP.
Ligase biasanya direfer sebagai synthetase. Glutamine synthetase atau L-
glutamate:ammonia ligase (pembentukan ADP) (EC 6.3.1.2) menggunakan energi
dari hidrolisis ATP untuk menggabungkan glutamate dan ammonia menghasilkan
glutamine (Azhar, 2016).
C. Kesimpulan
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa
yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik.
Mekanisme kerja enzim didasarkan pada reaksi kimia, di mana enzim mengikat ke
substrat dan akhirnya membentuk kompleks enzim- substrat terdapat tiga teori yang
menjelaskan mekanisme kerja enzim. Teori lock and key (kunci dan anak kunci) yang
dikemukakan oleh Emil Fischer, serta Teori induced fit (induksi pas) yang dikemukakan
oleh Daniel Kashland dan Covalent catalysis
Adapun beberapa sifat enzim ialah: 1) Enzim bersifat katalitik; 2) Spesifitas; 3)
kemampuan untuk diatur; 4) BM enzim >>>> BM substrat 5) Struktur primer, sekunder,
dan tersier penting bagi aktivitas katalitiknya; 6) Enzim berupa protein sederhana
aktivitasnya hanya ditentukan oleh struktur tersiernya saja; 7) Enzim berupa protein
terkonjugasi, bagian proteinnya saja (apoenzim) tidak memiliki aktivitas katalitik tanpa
adanya bagian nonprotein (kofaktor); 8) Kofaktor dapat berupa molekul anorganik seperti
ion logam, maupun molekul organik yang disebut sebagai koenzim seperti vitamin.
.Nama enzim diberi nama menurut system yang dirancang oleh Komisi Enzim
(Enzyme Commision,EC) dari International Union of Pure and Applied Chemistry
(IUPAC), dan berdasarkan pada tipe reaksi yang dikatalis enzim tersebut. Apoenzim
merupakan bagian protein dari enzim dan bersifat tidak tahan panas (termolabil). Enzim
dapat digolongkan berdasarkan tempat bekerjanya, substrat yang dikatalisis dan daya
katalisisnya, dan cara terbentuknya
D. Refrensi
Azhar, M. (2016). BIOMOLEKUL SEL Karbohidrat, Protein, dan Enzim. UNP Press.
Azizah, S. N., Malik, A. A., Darmawan, A. R., Nindya, K. A. K., & Ningtyas, A. K. D.
H. (2018). ENZIM.
Hikmah, A. M., Luthfianto, D., Vertygo, M. S. S., Rita, R. S., Gultom, E. S., Ulfah, M.,
& Tika, I. N. (2022). BUKU AJAR BIOKIMIA Teori dan Aplikasi. CV. Feniks Muda
Sejahtera.
Ischak, N. I., Salimi, Y. K., & Botutihe, D. N. (2017). Buku Ajar Biokimia Dasar. UNG
Press.
Redhana, I. W. (2004). Buku Ajar Biokimia. IKIP N Singaraja.
Saryono. (2011). Biokimia Ezim. Nuha Medika.
Wahyudiati, D. (2017). BIOKIMIA (E. M. Jayadi (ed.); 1 ed.). LEPPIM MATARAM.