LAINNYA
BAB I
PENDAHULUAN
7. Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu akidah dan ibadah?
8. Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Hubungan ilmu ahklak dengan ilmu filsafat.
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu psikologi.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu sosiologi.
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu hukum.
5. Untuk mengetahui bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf.
6. Untuk mengetahui bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu pendidikan.
7. Untuk mengetahui bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu akidah dan ibadah.
8. Untuk mengetahui bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid.
BAB II
PEMBAHASAN
1[1] Masykuri Abdillah, Sejarah dan Pertumbuhan Ilmu-Ilmu Agama Islam, (Jakarta:
1997),hlm.2.
2. Dukungan Khalifah Abasiyah, terutama sejak Abu Ja’far Al-Manshur (137-159
H/734-755 M), untuk melakukan penerjemahan buku-buku filsafat yunani ke dalam
bahasa Arab, serta pembukuan ilmu-ilmu islam. Penulisan buku-buku ini selain atas
dorongan internal kaum muslimin pada waktu itu, juga sebagai upaya untuk
pelindungi pengaruh pemikiran-pemikiran asing yang tidak sesuai dengan ajaran
islam.
3. Bertambahnya perhatian dalam menghafal Alquran dan pembukuan hadis, sehingga
mempermudah ijtihad dan menemukan ilmu-ilmu agama islam2[2].
Ilmu-ilmu agama islam yang timbul dikalangan umat islam ketika itu, antara
lain; ulum Alquran, ilmu hadis, ilmu fiqih Islam-ushul fiqih, ilmu kalam (akidah),
ilmu tasawuf, ilmu akhlak, ilmu filsafat islam, ilmu sejarah islam, Ilmu pendidikan
islam, dan ilmu dakwah. Sementara itu, akhlak sebagai sebuah disiplin ilmu
keislaman, tidak dapat lepas dari ilmu-ilmu keislaman lainya, seperti ilmu filsafat,
tasawuf, psikologi, ilmu kalam, dan fiqh.
Secara subtansial, pengertian akhlak dan moral tidak terlalu berbeda,
keduanya mengacu pada masalah perbuatan baik dan buruk. Oleh karena itu,
sebagian ahli menyebut bahwa akhlak merupakan konsep moral dalam Islam. Dengan
demikian, objek formal dalam kajian akhlak adalah tentang perilaku baik dan buruk
manusia.
Ajaran akhlak dan moral biasanya mengacu pada ajaran yang disampaikan
melalui khutbah-khutbah, kumpulan peraturan dan ketepatan, tentang bagaimana
manusia hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik.3[3] Ajaran-ajaran
moral dalam islam, bersumber dari Alquran dan hadis.
Firman Allah :
Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (QS. AL-Qalam
(68) : 4).
2[2] Ibid.,hlm.2-3
3
Rasulullah memberikan keteladanan kepada umatnya untuk berakhlak mulia. Oleh
karena itu, salah satu misi utama diutusnya Nbi Muhammad adalah untuk
menyempurnakan akhlak manusia.
Akhlak sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, dalam menjalankan fungsinya
memilii keterkaitan dengan ilmu-ilmu yang lain. Berikut akan dijelaskan hubungan
antara ilmu akhlak dengan ilmu-ilmu lainya.
4[4] Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat Dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu,
1990),Hlm.83.
Filsafat teoretis (al-hikmah an-nazhariyyah) terbagi dalam tiga bagian.
1. Filsafat ketuhanan (al-hikmah al-Ilahiyyah), yaitu yang berkaitan dengan aturan-
aturan umum tentang eksistensi, awal mula eksistensi, dan akhir eksistensi.
2. Fisika (thabi’iyat) yang terbagi dalam beberapa bagian lagi.
3. Matematika yang juga terbagi dalam beberapa bagian.
Adapun filsafat praktis al-hikmah al-amaliyyah terbagi dalam tiga bagian.
1. Akhlak yang menjadi penyebab bagi kebahagiaan atau kesesatan manusia.
2. Manajemen rumah tangga (tadbir al-manzil) dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan keluarga.
3. Politik dan manajemen negara.
Antara ilmu filsafat dan ilmu akhlak pada awalnya saling berkaitan. Bahkan
karya-karya khusus dibidang akhlak juga turut berbicara mengenai manajemen rumah
tangga dan politik negara. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ilmu akhlak
merupakan cabang filsafat praktis. Namun demikian, karena sekarang jumlah ilmu
sedemikian banyak, ilmu akhlak berdiri menjadi ilmu tersendiri.
6[6] Ahmad Amin, Etika(Ilmu Akhlak), Terj. Farid Ma’ruf, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975),
Hlm.8
manusia tentang perbuatan yang baik dan yang buruk, perbuatan yang terpujji dan
tercela, perbuatan yang halal dan haram.
Sementara itu, psikologi agama menurut Zakiah Daradjat, adalah ilmu yang
mempelajari kesadaran agama pada seseorang, yang pengaruhnya terlihat dalam
perilaku beragama orang itu dalam kehidupan. Thoeless menyatakan bahwa persoalan
pokok dalam psikologi agama, adalah kajian terhadap kesadaran dan tingkah laku
agama.
Psikologi agama menelaah ihwal kehidupan beragama pada seseorang, dan
mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama terhadap sikap dan tingkah
laku, serta keadaan hidup pada umumnya. Selain itu, psikologi agama juga
mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang serta
faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.
Adapun akhlak berupaya mengkaji kehidupan seseorang, seberapa besar
pengaruh keyakinan agama terhadap sikap, perilaku, serta keadaan hidup pada
umumnya. Dalam akhlak dipelajari bagaimana cara seseorang bersikap dan
berperilaku sesuai dengan ajaran agama.
Oleh Karena Itu, Ilmu Akhlak Memiliki Keterkaitan Dengan Psikologi.
Dalam hal ini, psikologi berhubungan dengan tingkah laku, khususnya kejiwaan
manusia, sementara ilmu akhlak juga mempelajari tingkah laku. Dengan demikian,
antara psikologi dan ilmu akhak saling membutuhkan. Keduanya saling berkaitan,
karena refleksi dari psikologi juga menjadi refleksi dari akhlak seseorang.
Pengendalian kejiwaan seseorang sangat dipengaruhi oleh akhlak atau budi pekerti
seseorang.
10[10] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1994), Hlm.32.
11[11] Muhammad Bin Alan Ash-Shidiqy Syafi’i Al Asy’ari Al-Maky, Dalilul Falikhin, Juz1,
(Mesir: Musthafa Al-Babi Al-Halabi Wa Auladih,1971) ,Hlm.219
iman lebih dari itu, mencakup pengalaman terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi
Muhammad. Dengan demikian, makna imam sesungguhnya, I’tikad bi al-qalbi,wa al-
amalu bi-al arkan akan terwujud.
Lalu apa hubungan antara akhlak dan akidah? Kolerasi antara kedua nya dapat dilihat
pada firman Allah Swt, yang mengaitkan keimanan dengan akhlah mulia
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al-Ankabut (29): 45)
Maka jelaslah bahwa ilmu akhlak memiliki keterkaitan yang sangat erat
dengan akidah dan ibadah. Iman (akidah) dan amal shaleh (ibadah) tidak bisa
dipisahkan dengan perilaku manusia, dalam hal ini akhlak manusia. Seseorang yang
akidahnya baik, dapat dipastikan akhlaknya baik pula. Sebaliknya, seseorang yang
ibadahnya baik, sudah pasti akhlaknya juga baik.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ilmu akhlak tentunya mempunyai hubungan-hubungan yang terkait dengan
ilmu-ilmu lainnya, baik dari segi tujuan, konsep dan kontribusi ilmu akhlak terhadap
ilmu-ilmu tersebut dan sebaliknya bagaimana kontribusi ilmu lain terhadap ilmu
akhlak. Ilmu akhlak memiliki banyak hubungan dengan ilmu lainnya seperti ilmu
filsafat, filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud, dan bertujuan
menyelidiki hakikatnya. Lalu ada ilmu sosiologi yaitu ilmu akhlak memberikan
gambaran kepada manusia tentang perbuatan yang baik dan yang buruk, perbuatan
yang terpujji dan tercela, perbuatan yang halal dan haram. Ilmu hukum Antara ilmu
hukum dan ilmu akhlak memiliki pokok pembicaraan yang sama, yaitu perbuatan
manusia. Tujuanya pun hampir sama, yaitu mengatur perbuatan manusia demi
terwujudnya keserasian, keselarasan, keselamatan, dan kebahagiaan. Tata cara
manusia bertingkah laku, terdapat pada kaidah-kaidah hukum dan akhlak. dan masih
banyak lagi ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu tasawuf, ilmu pendidikan, ilmu akidah dan
ibadah dan juga ilmu tauhid.
DAFTAR PUSTAKA