Anda di halaman 1dari 12

Mediana Febriyanti (20381082011)

Noraini (20381082016)
Rabiyani Nur Farida (20381082019)

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


KELAS A
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan


serta kekuatan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Walaupun masih ada
kekurangan dari segi manapun. Saya bersaksi tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad utusan Allah.

Ucapan terima kasih kami haturkan kepada dosen


pengampu study Akhlak Tasawuf Bapak Fatikhul Amin
Abdullah, yang telah meluangkan waktu, pikiran dan
tenaganya kepada kami, sehingga kami dapat bersemangat
dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah ini disusun berdasarkan sumber bacaan,


pengetahuan yang kami ketahui, berbagai buku serta dari
sumber lainnya yang relevan dalam bahasan ini dengan segala
keterbatasan kami, sehingga masih banyak kekurangan-
kekurangan di dalam pembahasan ini. Maka dari itu, kritik dan
saran yang membangun sangat dibutuhkan, sehingga di
kemudian hari makalah ini dapat disajikan dengan lebih baik
dan lengkap.

Semoga makalah ini dapat menambah informasi,


pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah

BAB II PEMBAHASAN
A.Hubungan Akhlak dengan Ilmu-ilmu Lainnya

BAB III PENUTUP


B. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum melangkah lebih jauh membahas materi, perlu


dimengerti bahwa akhlak merupakan suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan
terlebih dahulu. sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, dan menerangkan apa yang
harus diperbuat oleh sebagian manusia terhadap sesamanya dan
menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan yang lurus yang harus
diperbuat. Ilmu Akhlak sering disamakan dengan etika, namun
diantara keduanya memiliki perbedaan yaitu etika menentukan
baik dan buruk perbuatan manusia dengan tolak ukur akal
pikiran, sedangkan ilmu akhlak menentukannya dengan tolak
ukur ajaran agama. Dengan demikian objek pembahasan ilmu
akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Kaitannya dengan akhlak seseorang, itu tidak terlepas dari
tingkah laku (sikap) dengan sesama dan penciptanya
(Tuhannya). Maka dalam hal ini ilmu akhlak tentunya
mempunyai hubungan-hubungan yang terkait dengan ilmu-
ilmu lainnya, baik dari segi tujuan, konsep dan kontribusi ilmu
akhlak terhadap ilmu-ilmu tersebut dan sebaliknya bagaimana
kontribusi ilmu lain terhadap ilmu akhlak.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan akhlak dengan ilmu tauhid?


2. Bagaimana hubungan akhlak dengan ilmu Fiqh?
3. Bagaimana hubungan akhlak dengan ilmu pendidikan?
4. Bagaimana hubungan akhlak dengan ilmu jiwa islami?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan akhlak dengan


ilmu Tauhid.
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan akhlak dengan
ilmu Fiqh.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan akhlak dengan
ilmu pendidikan.
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan akhlak dengan
ilmu jiwa islami.
BAB II
PEMBAHASAN

A. HUBUNGAN AKHLAK DENGAN ILMU-ILMU


LAINNYA
Sebagai sebuah disiplin, Akhlak tidak dapat dipisahkan
dengan ilmu-ilmu lainnya, karena Akhlak bersumber dari al-
Qur’an dan al-Hadist, yang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia. Dalam prakteknya Akhlak meliputi ranah,
pengetahuan, pemahaman, dan pengamalan. Dengan demikian
ketika seorang Muslim ingin memahami dan mengamalkan
Akhlak maka ia juga harus mengetahui, memahami ilmu-ilmu
yang berkaitan dengannya yaitu ilmu Tauhid (‘Aqaid), Ibadah
(Fiqh), Ilmu Pendidikan, Ilmu Jiwa (Psikologi).

1. Hubungan Akhlak dengan Ilmu Tauhid


Ilmu tauhid disebut juga ilmu ‘Aqaid adalah ilmu yang
mempelajari kepercayaan dan keyakinan kepada Allah dan
segala sesuatu yang di break down dari keyakinan kepada Allah
tersebut (keyakinan terhadap malaikat, para rasul, kitab-kitab
Allah, Hari Kiamat, qada’ dan qadar).
Ilmu Tauhid dapat juga disebutkan sebagai suatu ilmu
yang membahas tentang cara-cara mengesakan Allah, sebagai
salah satu sifat yang terpenting diantara sifat-sifat Allah
lainnya. Sebagai sebuah ilmu, Ilmu Tauhid memberikan
pengetahuan pemahaman tentang bagaimana seorang
mempunyai kepercayaan dan keyakinan yang benar terhadap
Allah, para malaikat, para rasul, kitab-kitab Allah, hari kiamat,
qada’ dan qadar dari Allah), yang selanjutnya disebut dengan
rukun iman. Keyakinan kepada Malaikat Allah, suatu
keyakinan bahwa terdapat makhluk Allah sejenis malaikat
yang bertugas mencatat amal perbuatan manusia, akan
memberikan kesadaran bahwa segala tindak-tanduk kita akan
dicatat oleh malaikat tersebut dan diminta pertanggung
jawaban atasnya. Perasaan dan keyakinan ini juga akan
melahirkan akhlak yang mulia.

2. Hubungan Antara Akhlak dengan Ilmu Fiqh


Ilmu Fiqh adalah ilmu yang mempelajari ketentuan-
ketentuan dalam beribadah kepada Allah SWT. Ilmu Fiqh
berisi ketentuan-ketentuan dan aturan legal formal dalam
perspektif agama Islam menurut pandangan dan perspektif para
Imam madzhad dan fuqaha’. Dengan demikian Ilmu Fiqh berisi
ketentuan-ketentuan hukum; syah, wajib, sunah, makruh,
haram dan lain-lain yang berbau legal formal.
Ilmu Fiqh mengajarkan bagaimana seorang melaksanakan
ibadah dengan benar sesuai dengan ketentuan-ketentuan legal
formal hukum Islam, sedangkan Akhlak mengajarkan
bagaimana seorang melakukan sholat dengan hati yang terpusat
kepada Allah, hati merendah kepada Allah dan hati yang
pasrah, mengharap dan takut dan penyesalan atas dosa yang
pernah dilakukan.
Ilmu Fiqh dan Akhlak sama-sama mengajarkan ibadah
dari sisi yang tampak (eksoterisme). Ilmu Fiqh adalah sebagai
jasad / tubuh orang tersebut, sedangkan Akhlak sebagai ruh /
jiwa orang tersebut.
3. Hubungan Akhlak dengan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang mempelajari
serangkaian proses dalam mentransfer ilmu pengetahuan,
kecakapan dan keahlian dari pendidik kepada peserta didik
sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Dalam perspektif Islam, Ahmadi mendefinisikan
Pendidikan Islam sebagai “usaha yang lebih khusus ditekankan
untuk mengembangkan fitrah keberagaman (religiousity),
subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam”.
Dr. Muhaimin, MA, menjelaskan bahwa pendidikan Islam
yaitu pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran
dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber
dasarnya, yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah.
Dr. Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan Islam
sebagai bimbingan yang diberikan oleh seserang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Dr. Abdul Mudjib menyatakan bahwa pendidikan Islam
adalah proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam
kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasan,
bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan
potensinya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan
hidup di dunia dan akhirat.
Omar Mahammad al-Toumiy mendefinisikan pendidikan
dengan “proses mengubah tingkat laku individu pada
kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarya, dengan cara
pengajaran sebagai suatu aktivitas azasi dan sebagai profesi-
profesi asasi dalam masyarakat.
Dapat ditegaskan bahwa pendidikan Islam adalah proses
pembentukan individu untuk mengembangkan fitrah
keagamaannya, yang secara konseptual dipahami, dianalisis
serta dikembangkan dari ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah
melalui proses pembudayaan dan pewarisan dan
pengembangan kedua sumber Islam tersebut pada setiap
generasi dalam sejarah ummat Islam dalam mencapai
kebahagian, kebaikan di dunia dan diakhirat.

4. Hubungan dengan Ilmu Jiwa Islami


Jiwa manusia menjadi discourse penting dalam filsafat,
tasawuf, karena terkait dengan esensi manusia. Manusia
mempunyai dua substansi yaitu subtansi materi (jasad) dan
substansi immateri (jiwa). Substansi immateri adalah hakekat
manusia, dan itulah yang menentukan ketinggian dan
kesempurnaan derajat manusia.
Kajian tentang jiwa dalam bidang tasawuf (Akhlak) lebih
ditekankan pada bagaimana menyucikan jiwa yang
dibahasakan dalam kata-kata; al-nafs, al-qolb dan al-ruh. Nafs
dalam al-Qur’an juga sering disebutkan dalam bentuk kata
jadian yaitu tanafasa, yatanaffasu, naffasa, anfus, nufus.
Nafs berarti jiwa dengan menjelaskan bahwa “tiap-tiap
jiwa akan mengalami kematian” dan kematian adalah berarti
berpisahnya jiwa dari badannya. Kualitas nafs berpengaruh
terhadap kemuliaan dan kebahagian seseorang. Nafs
merupakan substansi yang membedakan antara manusia
dengan makhluk yang lainnya yang dengannya manusia dapat
berpikir, merasa dan merenung.
Keputusan yang diambil manusia itulah yang memberikan
akibat ia akan melakukan perbuatan-perbuatan dan
menentukannya apakah ia akan mendapatkan derajat yang
tinggi (taqwa) atau ia akan mendapatkan kehinaan dengan
menyimpang dari jalan Allah yang lurus.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akhlak tentunya mempunyai hubungan-hubungan yang
terkait dengan ilmu-ilmu lainnya, baik dari segi tujuan, konsep
dan kontribusi akhlak terhadap ilmu-ilmu tersebut dan
sebaliknya bagaimana kontribusi ilmu lain terhadap akhlak.
Akhlak memiliki banyak hubungan dengan ilmu lainnya seperti
ilmu tauhid. Lalu ada ilmu Fiqh yaitu akhlak yang mempelajari
ketentuan-ketentuan dalam beribadah kepada Allah SWT.
Tujuannya hampir sama, yaitu mengatur perbuatan manusia
demi terwujudnya keserasian, keselarasan, keselamatan, dan
kebahagiaan. Tata cara manusia bertingkah laku, terdapat pada
kaidah-kaidah hukum dan akhlak.
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad, Tafsir Juz ‘Amma. Terj.Muhammad


Bagir,
Bandung : Mizan, cet. VI,2001
Abrosi, Muhammad Athiyahal Ruh al-Tarbiayah wa al-
Ta’lim,
Saudi Arabia : Dar al Ahya’, tt.

Anda mungkin juga menyukai