Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Pendidikan Akhlak
“Hubungah Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Yang Lainya”
Dosen Pengampu. Maspan, S.pd.I,M.pd.

PAI C
Di sususnOleh Kelompok 06
Husin : T.PAI.1.2019.036
Muhibatul Jum’ah : T.PAI.1.2019.064
Sahadi : T.PAI.1.2019.062

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM SYEKH MAULANA QORI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SYEKH MAULAN QORI BANGKO
JURUSAN TARBIYAH
KATA PENGANTAR

            Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita semua sehingga kita bisa
menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam kita sanjungkan kepada Baginda
Nabi Agung kita Nabi Muhammad SAW mudah-mudahan kita akan mendapatkan
syafaatnya kelak. Amiin.
            Dengan menyelesaikan makalah ini kami harapakan bisa menyempurnakan
tugas yang diberikan. Walaupun tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kami mohon saran dan kritik yang membangun untuk tercapainya hasil yang lebih
baik lagi.

 
 
 
 
 
 
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………….....…i
DAFTAR ISI....................................................................................…..………...... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang......................................….............................………………....iii
B.     Rumusan Masalah...................................…...................................……….…..iv
C.     Tujuan pembahasan…………………………………………………………....v
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………….. 1
A. Pengertian Akhlak .………………………………………………………...…… 1
B.   Hubungan ilmu ahklak dengan ilmu tasawuf..... …………………………….... 2
C.   Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid…………………………………… 2
D. hubungan ilmu akhlak dengan ilmu jiwa (psikologi)….………….………….…3
E. hubungan ilmu akhlak dengan ilmu sosiologi (kemasyarakatan)……….…….. 3
F. hubungan ilmu akhlak dengan ilmu pendidikan…………………………….… 4
G. hubungan ilmu akhlak dengan ilmu filsafat…………………………………….5
H. hubungan ilmu akhlak dengan ilmu hukum…………………………………….5
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………..6
A.    Kesimpulan ................................................................................……….... … 6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….…. 7
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Sebelum melangkah lebih jauh membahas materi, seyogyanya perlu
dimengerti bahwa ahlak merupakan suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
memerlukan pertimbangan terlebih dahulu.[1] sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu
yang menjelaskan arti baik dan buruk, dan menerangkan apa yang harus
diperbuat oleh sebagian manusia terhadap sesamanya dan menjelaskan tujuan
yang hendak dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan
yang lurus yang harus diperbuat.[2] Ilmu Akhlak sering disamakan dengan
ethika, namun diantara keduanya memiliki perbedaan yaitu etika menentukan
baik dan buruk perbuatan manusia dengan tolak ukur akal pikiran, sedangkan
ilmu akhlak menentukannya dengan tolak ukur ajaran agama.[3] Dengan
demikian objek pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian
terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Kaitannya dengan akhlak seseorang, itu tidak terlepas dari tingkah laku (sikap)
dengan sesama dan penciptanya (Tuhannya). Maka dalam hal ini ilmu akhlak
tentunya mempunyai hubungan-hubungan yang terkait dengan ilmu-ilmu lainnya,
baik dari segi tujuan, konsep dan kontribusi ilmu akhlak terhadap ilmu-ilmu tersebut
dan sebaliknya bagaimana kontribusi ilmu lain terhadap ilmu akhlak.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana Hubungan ilmu ahklak dengan ilmu tasawuf?
2.      Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid?
3.      Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu jiwa (psikologi)?
4.      Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu sosiologi (kemasyarakatan)?
5.      Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu pendidikan?
6.      Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu filsafat?
7.      Bagaimana hubungan ilmu akhlak dengan ilmu hukum?
C.     Tujuan
Mengetahui korelasi ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf, ilmu tauhid, ilmu jiwa, ilmu
sosiologi, ilmu pendidikan, ilmu filsafat, dan ilmu hukum. Serta kontribusi antara
ilmu akhlak dengan ilmu-ilmu tersebut dan sebaliknya.

[1] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Pengantar Studi Ahlak. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004) Hal. 4
[2] Ahmad amin. Etika (ilmu ahlak). (Jakarta : Bulan Bintang, 1988) Hal. 15
[3] Asmaran AS. Pengantar Studi Akhlak. ( Jakarta : Rajawali Press, 1992). Hal. 7
BAB II
PEMBAHASAN

A.            Pengertian Akhlak

Perkataan akhlak berasal dari bahasa arab  jama’ dari khuluqun, yang


menurut bahasa diartikan budi pekerti, perangai, tindak laku atau tabi’at, adab, atau
tingkah laku.[4] Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan khalqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang
berarti pencipta dan makhluk, yang berarti yang diciptakan. Perumusan pengertian
akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara
khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk. [5]

Sedangkan pengertian akhlak menurut istilah, terdapat pengertian menurut


para ahli:[6]

1.      Menurut Ibnu Maskawih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang


mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Keadaan ini dibagi dua, ada yang
berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang
berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan
pertimbangan, kemudia dilakukan terus-menerus maka jadilah suatu bakat
dan akhlak.

2.      Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak adalah


daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-
perbuatan yang sontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran. Jadi,
akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara
spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.

3.      Menurut Prof Dr. Ahmad Amin dalam bukunya  al akhlak merumuskan


pengertian akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada
lainnya menyetakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
[7]

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu akhlak adalah ilmu


yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela
tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.

Ilmu akhlak bisa juga diartikan sebagai ilmu yang menjelaskan tentang baik
dan buruk, mempelajari tentang sifat-sifat terpuji dan cara-cara untuk memilikinya,
serta mempelajari tentang sifat-sifat tercela dan cara-cara untuk menghindarinya.[8]

[4]Ahmad Bangun Nasution dan Royani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf, (Depok:PT Raja Grafindo
Persada, 2013),hlm. 30
[5] Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqulkarimah (suatu pengantar), (Bandung: CV. Diponegoro,
1988), hlm. 11
[6] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 33
[7] Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqulkarimah (suatu pengantar), hlm. 12
[8] Abuddin Nata dkk., Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 32

1
Dalam bahasa Indonesia selain menerima perkataan akhlak, etika dan moral
yang masing-masing berasal dari bahasa arab, yunani, dan latin, juga dipergunakan
beberapa perkataan yang makna dan tujuannya sama atau hampir sama dengan
perkataan akhlak ialah, susila, kesusilaan, tata susila, budi pekerti, kesopanan, sopan
santun, adab, perangai, tingkah laku, perilaku dan kelakuan.

B.      Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf


Pada ahli ilmu tasawuf pada umumnya membagi tasawuf menjadi tiga
bagian. Pertama tasawuf falsafi, kedua tasawuf akhlaki dan ketiga tasawuf
amali. Ketiga tasawuf ini tujuannya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah
dengan cara membersihkan diri dari perbuatan tercela dan menghias diri dengan
perbuatan yang terpuji. Ketiga macam tasawuf ini memiliki perbedaan dalam hal
pendekatan yang digunakan.[9]
Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf yaitu ketika mempelajari
Tasawuf ternyata pula bahwa Al-Qur’an dan Al-Hadits mementingkan akhlak.
Al-Qur’an dan Hadits menekankan kejujuran, persaudaraan, keadilan, tolong
menolong, murah hati, pemaaaf, sabar, baik sangka, menepati janji, disiplin,
mencintai ilmu, dan berfikiran lurus, nila-nilai ini yang harus dimiliki oleh
seorang muslim dan  dimasukkan kedalam dirinya sejak kecil.
Sebagaimana  diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat
menonjol, karena tasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah
seperti shalat, puasa, haji, dzikir, dan lain sebagainya. Yang semuanya itu
dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah yang dilakukan
dalam rangka bertasawuf itu ternyata erat hubungannya dengan Akhlak.
C.      Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid
Ilmu tauhid adalah ilmu ushuluddin, ilmu pokok-pokok agama, yakni
menyangkut aqidah dan keimanan, ilmu tauhid dapat disebut juga dengan Ilmu
kalam, yang merupakan disiplin ilmu ke Islaman yang banyak mengedepankan
pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Pada ilmu kalam
ditemukan pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan manifestasinya,
serta kemunafikan dan batasannya.[10] sedangkan ahlak yang baik menurut
pandangan Islam haruslah berpijak pada keimanan. Iman tidak sekedar cukup
disimpan dalam hati. Melainkan harus dilahirkan dalam perbuatan yang nyata dan
dalam bentuk amal shaleh, barulah dikatakan iman itu sempurna, karena telah
dapat direalisir.[11]
Jelaslah bahwa akhlaqul karimah adalah mata rantai iman. Sebagai contoh,
malu (berbuat kejahatan) adalah salah satu dari akhlakul mahmudah. Nabi dalam
salah satu hadits menegaskan bahwa “malu adalah salah satu cabang dari
keimanan”.[12]
Sebaliknya akhlak yang dipandang buruk adalah akhlak yang menyalahi
prinsip-prinsip iman. Seterusnya sekalipun manusia perbuatan pada lahirnya baik,
tetapi titik tolaknya bukan karena iman maka hal itu tidak mendapatkan penilaian
disisi Allah. Demikianlah adanya perbedaan nilai amal-amal baiknya orang
beriman denganamal baiknya orang yang tidak beriman.[13]

[9] Ahmad Bangun Nasution, Rayani Hanum Siregar. Ahlak Tasawuf pengenalan, pemahaman dan
pengaplikasiannya. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013) Hal. 30-34
[10] Ahmad Bangun Nasution, Rayani Hanum Siregar. Ibid. Hal. 24
[11] Hamzah Ya’qub. Etika Islam Pembinaan Ahlaqulkarimah. (Bandung : Diponegoro, 1985). Hal. 18
[12] Hamzah Ya’qub. Op. cit. Hal. 18
[13]Hamzah Ya’qub. Op. cit.. Hal. 18

2
Hubungan antara Aqidah dan Akhlak tercermin dalam pernyataan Rosulullah
SAW yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah r.a :
‫اَ ْك َم ُل ْاال ٌم ْؤ ِمنِ ْينَ اِ ْي َمانًااَحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا‬
“orang mu’min yang sempurna imannya adalah yang terbaik budi pekertinya”[14]
D.      Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu jiwa (psikologi)
Berbicara dalam hal relevansi dan hubungan ilmu akhlak dengan ilmu
psikologi sebenarnya merupakan bahasan yang sangat strategis. Karena antara
akhlak dengan ilmu psikologi memiliki hubungan yang sangat kuat dimana, objek
sasaran penyidikan psikologi adalah terletak pada domain perasaan, khayal,
paham, kamauan, ingatan, cinta dan kenikmatan.[15] Sedangkan akhlak sangat
menghajatkan apa yang dibicarakan oleh ilmu jiwa, bahkan ilmu jiwa adalah
pendahuluan tertentu bagi akhlak.[16]
Dengan lain perkataan, ilmu jiwa sasarannya meneliti paranan yang
dimainkan dalam perilaku manusia, karenanya dia meneliti suara hati (dhamir),
kamauan (iradah), daya ingatan, hafalan dan pengertian, sangkaan yang ringan
(waham) dan kecenderungan-kecenderungan (wathif) manusia. Itu semua
menjadi lapangan kerja jiwa, yang menggerakan manusia untuk berbuat dan
berkata. Oleh karena itu ilmu jiwa merupakan muqaddimah yang pokok sebelum
mengdakan kajian ilmu ahlak.[17]
Akhlak akan mempersoalkan apakah jiwa mereka tersebut termasuk jiwa
yang baik atau buruk. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa ahlak mempunyai
hubungan dengan ilmu jiwa. Dimana ilmu ahlak melihat dari segi apa yang
sepatutnya dikerjakan manusia, sedangkan ilmu jiwa meneropong dri segia
apakah yang menyebabkan terjadi perbuatan itu.[18]
Pada masa akhir-akhir ini, terdapat dalam ilmu jiwa suatu cabang yang
disebut “ilmu jiwa masyarakat” (social psychology). Ilmu ini menyelidiki akal
manusia dari jurusan masyarakat. Yakni menyelidiki soal bahasa dan bagaimana
bekasnya terhadap akal, adat kebiasaan suatu bangsa yang mudur dan bagaimana
bekasnya terhadap akal, adat kebiasaan suatu bangsa yang mundur dan
bagaimana susunan masyarakat. Dan bagi cabang ini memberi bekas yang
langsung pada akhlak, melebihi dari ilmu jiwa perseorangan.[19]
E.      Hubungan ilmu ahlak dengan ilmu sosiologi (kemasyarakatan)
Secara etimologis sosiologi berasal dari kata socius yang berarti ilmu
pengetahuan. Jadi sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang berkawan atau di
dalam arti luas adalah “ilmu pengetahuan yang berobjek pada masalah hidup
bermasyarakat”.[20] Mempelajari masyarakat manusia yang pertama, dan
bagaimana meningkat keatas, juga menyelidiki tentang bahasa, agama, dan
keluarga, dan bagaimana membentuk undang-undang dan pemerintahan dan
sebagainya. Mempelajari semua ini menolong untuk memberi pengertian akan
perbuatan manusia dan cara menentukan hukum baik dan buruk.[21]

[14]Hamzah Ya’qub. Op. cit Hal. 18


[15] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 56
[16] Ahmad amin. Ibid. Hal. 20
[17]Ahmad Musthofa. Ahlak Tasawuf. (Bandung : Pustaka Setia, 1997) Hal. 22
   Rahmat Djatmika. Sistem Ethika Islam (Akhlak Mulia). (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996) Hal. 51-59
[18] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. 2004) Hal. 57
[19] Ahmad amin. Ibid. Hal. 20
[20] Solardja Ponco Soetirto. Azas-Azas Sosiologi. (Gajah Mada). Hal. 5
[21] Ahmad amin. Ibid. Hal. 20-21

3
Hidup memasyarakat dapat dipahami dalam pengertian yang luas, bisa
dipahami dalam dimensi sempit. Masyarakat dalam arti luas ialah kebulatan dari
semua perhubungan didalam hidup masyarakat. Sedangkan dalam arti sempit
ialah suatu kelompok manusia yang menjadi tempat hidup bermasyarakat, tidak
semua aspeknya tetapi dalam berbagai aspek yang bentuknya tidak tertentu.
Masyarakat dalam arti sempit ini tidak mempunyai arti tertentu, misalnya
masyarakat mahasiswa, masyarakat pedagang, masyarakat tani, dan lain-lain.[22]
Mempersoalkan hubungan antara ahlak dengan ilmu sosiologi agaknya
sangat signifikan karena ilmu ahlak membahas tentang berbagai perilaku manusia
yang ditimbulkan oleh kehendak, yang tidak dapat terlepas dari kajian kehidupan
kemasyarakatan yang menjadi kajian ilmu sosiologi.[23] Demikianlah karena
manusia tidak dapat hidup kecuali bermasyarakat dan ia tetap menjadi anggota
masyarakat. Bukan menjadi kekuasaan kita untuk mengetahui keutamaan
seseorang dengan tidak mengetahui masyarakatnya, masyarakat mana yang dapat
membantu keutamaan atau merintanginya.[24]
F.      Hubungan ilmu ahlak dengan ilmu pendidikan
Antara ahlak dengan ilmu pendidikan mempunyai hubungan yang sangat
mendasar dalam hal teoritik dan pada tatanan praktisnya. sebab, dunia pendidikan
sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, ahlak seseorang.
Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahaminya dan dapat melakukan
suatu perubahan pada dirinya.  Apabila siswa diberi pelajaran “Ahlak”,
pendidikan mengajarkan bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku,
bersikap terhadap sesamanya dan penciptanya (Tuhan).
Dengan demikian, posisi ilmu pendidikan strategis sekali jika dijadikan pusat
perubahan perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju perilaku yang baik.
oleh karena itu, dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan untuk bisa
dijadikan agen perubahan sikap dan perilaku manusia. Dari tenaga pendidik
(pengajar) misalnya, perlu memiliki kemampuan profesionalitas dalam
bidangnya. Unsur lain yang perlu diperhatikan adalah materi pengajaran. Apabila
materi pengajaran yang disampaikan oleh pendidik menyimpang dan mengarah
keperubahan perilaku yang menyimpang, inilah suatu keburukan dalam
pendidikan dan begitu pula sebaliknya.[25]
Lingkungan sekolah dalam dunia pendidikan merupakan tempat bertemunya
semua watak. Perilaku dari masing-masing anak yang berlainan. Kondisi anak
yang sedemikian rupa dalam interaksi antara anak satu dengan yang lainnya akan
saling mempengaruhi juga pada kepribadian anak.[26] Dengan demikian
lingkungan pendidikan mempengaruhi jiwa anak didik. Dan akan diarahkan
kemana anak didik dan perkembangan kepribadian.[27]

[22] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 57-58


[23] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 58
[24] Ahmad amin. Ibid. Hal. 20
[25] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 59-60
[26] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal.60
[27] Ahmad Musthofa. Ibid. Hal. 109-110

4
G.      Hubungan ilmu ahlak dengan ilmu filsafat
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki segala sesuatu
yang ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran. Filsafat memiliki
bidang-bidng kajiannya mencakup berbagai diiplin ilmu antara lain :
a.       Metafisika             : penyelidikan dibalik alam yang nyata
b.      Kosmologi             : penyelidikan tentang alam (filsafat alam)
c.       Logika                   : pembahasan tentang cara berfikir cepat dan tepat
d.      Etika                      : pembahsan tentang tingah laku manusia
e.       Theodica               : pembahasan tentang ke-Tuhanan
f.       Antropologia         : pembahasan tentang manusia
Dengan demikian jelaslah bahwa etika termasuk salah satu komponen dalam
filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian filsafat karena
ilmu tersebut kian meluas dan berkembang dan akhirnya membentuk disiplin
ilmu itu sendiri dan terlepas dari filsafat. Demikian juga etika, dalam proses
perkembangannya sekalipun masih diakui sebagai bagian dalam pembahasan
filsafat, kini telah merupakan ilmu yang mempunyai identitas sendiri.[28]
H.      Hubungan ilmu ahlak dengan ilmu hukum
Pokok pembicaraan mengenai hubungan akhlak dengan ilmu hukum adalah
perbuatan manusia. Tujuannya mengatur perbuatan manusia untuk
kebahagiaanya. Akhlak memerintahkan untuk berbuat apa yang berguna dan
melarang berbuat segala apa yang mudlarat, sedang ilmu hukum tidak, karena
banyak perbuatan yang baik dan berguna tudak diperintahkan oleh hukum, seperti
berbuat baik kepada fakir miskin dan perlakuan baik antara suami istri. Demikian
juga beberapa perbuatan yang mendatangkan kemadlaratan tidak dicegah oleh
hukum, umpamanya dusta dan dengki. Ilmu hukum tidak mencampuri urusan ini
karena ilmu hukum tidak memerintahkan dan tidak melarang kecuali dalam hal
menjatuhkan hukuman kepada orang yang menyalahi perintah dan larangannya.
[29]
Terkadang untuk melaksanakan undang-undang itu hajat mempergunakan
cara-cara yang lebih membahayakan kepada ummat, dari apa yang diperintahkan
atau dicegah olh undang-undang. Demikian pula ada keburukan-keburukan yang
samar-samar, seperti mengingkari nikmat dan berkhianat, dan ini undang-undang
tidak sampai untuk menjatuhkan siksaan kepada pelakunya. Maka itu tidak dapat
jatuh dibawah kekerasan undang-undang, dan keadaanya dalam hal itu bukan
seperti pencurian dan pembunuhan. Perbedaan lainnya adalah bahwa ilmu hukum
melihat segala perbuatan dari jurusan buah dan akibatnya yang lahir, sedang
akhlak menyelami gerak jiwa manusia yang atin (walaupun tidak menimbulkan
perbuatan yang lahir) dan juga menelidiki perbuatan yang lahir.[30]
Ilmu hukum dapat berkata : “jangan mencuri, membunuh”, tetapi tidak dapat
berkata sesuatu tentang kelanjutannya. Sedangkan ahlak, bersamaan dengan
hukum mencegah pencurian dan pembunuhan. Akhlak dapat mendorong manusia
untuk “jangan berfikir dalam keburukan”,”jangan mengkhayalkan yang tidak
berguna”. Ilmu hukum dpat menjaga hak milik manusia dan mencegah orang
untuk melanggarnya, tetapi tidak dapat memerintahkan kepada sipemilik agar
mempergunakan miliknya untuk kebaikan. Adapun yang memerintahkan untuk
berbuat kebaikan adalah akhlak.[31]

[28] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 60-61


[29] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 61-62
[30] Ahmad amin. Ibid. Hal. 21-22
[31] Zahrudin Ar, Hasanuddin Sinaga. Ibid. Hal. 62.

5
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari uraian diatas kami dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa ilmu akhlak
adalah suatu ilmu yang sangat penting dimiliki manusia karena dengan ilmu akhlak
jiwa kita lebih tenang damai, dan menjadi manusia yang lebih baik. Hubungan ilmu
ahlak dengan ilmu tasawuf, tauhid, psikologi, sosiologi, pendidikan, filsafat dan
hukum adalah untuk mengetahui apakah keadaaan rohani dan jasmani baik individu
ataupun masyarakat tertentu baik atau buruk.

B.     SARAN

Demikian makalah ini disusun sebagai tugas makalah mata kuliah Pendidikan
akhlak tentang hubungan ilmu akhlak denga ilmu-ilmu lainnya Karya ini merupakan
hasil maksimal dari kami, dan kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari harapan
dan sempurna. Karena itu, saran dan masukan,dari pembaca sangat kami harapkan
dalam penyempuranaan makalah ini.
      
Demikianlah makalah tentang hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu lainnya yang
telah penulis paparkan. Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna maka dari itu
kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan.
Harapan pemakalah, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan
bermanfaat bagi kita semua

6
DAFTAR PUSTAKA
Ar, Zahrudin, Hasanuddin Sinaga, 2004, Pengantar Studi Ahlak. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Amin, Ahmad, 1988, Etika (ilmu ahlak), Jakarta : Bulan Bintang
Nasution, Ahmad Bangun, Rayani Hanum Siregar, 2013, Ahlak Tasawuf pengenalan,
pemahaman dan pengaplikasiannya, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Ya’qub, Hamzah, 1985, Etika Islam Pembinaan Ahlaqulkarimah. Bandung :
Diponegoro, 1985
Mustofa, Ahmad, 1997, Ahlak Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia.
Soetirto, Solardja Ponco, Azas-Azas Sosiologi, Gajah Mada.
Djatmika, Rahmat, 1996,  Sistem Ethika Islam (Akhlak Mulia, Jakarta : Pustaka
Panjimas.
As, Asmaran, 1992, Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : Rajawali Press.

Anda mungkin juga menyukai