Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hakikat Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari kata cultuure (Belanda), culture (Inggris) dan colere
(Latin) yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan
terutama pengolahan tanah yang kemudian berkembang menjadi segala daya dan
aktifitas manusia dalam mengolah dan mengubah alam. Sidi Ghazalba
menyebutkan budaya berasal dari kata budi-daya, dari bahasa Sansekerta yang
berarti daya-budi. Secara harfiah berarti hal-hal yang berkaitan dengan pikiran dan
hasil dari tenaga pikiran tersebut.4

Budaya berasal dari bahasa Indonesia (Sansekerta) buddhayah, yaitu bentuk


jamak dari buddhi berarti budi atau akal. Pendapat lain budaya adalah sebagai
suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, berarti daya dari budi. Budaya
adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Kebudayaan adalah hasil
dari cipta, karsa dan rasa tersebut, beberapa pendapat ahli antropologi dunia
tentang definisi kebudayaan sebagai berikut: (1) E.B.Tylor (Primitive Culture):
keseluruhan kompleks yang mengandung ilmu pengetahuan lain seperti kebiasaan
manusia yang bermasyarakat; (2) Sunaerjo Kolopaking: kebudayaan adalah
totalitet dari pada milik dan hasil usaha (prestasi) manusia yang diciptakan oleh
kekuatan djiwa dan oleh proses saling mempengaruhi antara kekuatan-kekuatan
djiwa tadi dan antara djiwa manusia yang satu dan jiwa manusia yang lain;15 dan
(3) Kunjtaraningrat: kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil
keakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan
belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.5

4
Ibid. Hal. 5
5
Ibid. Hal. 5

3
Masyarakat kebudayaan diartikan the general body of the art meliputi seni
sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa dan pengetahuan filasafat. Kebudayaan
merupakan hasil budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup atau segala
sesuatu yang diciptakan manusia baik yang konkret maupun abstrak. Sidi Gazalba
mendefinisikan kebudayaan sebagai tatacara berpikir dan tata cara merasa, yang
menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang
membentuk kesatuan sosial, dalam suatu ruang dan waktu. Budaya dan
kebudayaan melekat pada proses berpikir manusia.6

Dalil yang menjadi dasar dari kebudayaan itu sendiri yaitu QS. Al-Hujurat ayat
13:

‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَٰن ُك م ِّم ن َذ َك ٍر َو ُأنَثٰى َو َجَع ْلَٰن ُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَبٓاِئَل ِلَتَع اَر ُفٓو ۟ا ۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع نَد ٱِهَّلل َأْتَقٰى ُك ْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َع ِليٌم‬
‫َخ ِبيٌر‬

Terjemah: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”7

Dalil diatas menekankan bahwa manusia terlahir secara acak baik dari suku,
ras, agama, dan kebudayaannya. Seperti perumpamaan orang jawa dan diluar
jawa, orang jawa memiliki tradisi berupa Tahlilan untuk mengenang dan
mendoakan orang-orang yang telah meninggal.

6
Ibid. Hal. 5
7
TafsirWeb.com, QS. Al-Hujurat: 21, https://tafsirweb.com/9783-surat-al-hujurat-ayat-13.html
diakses pada tanggal 31 Maret 2024.

4
B. Lingkungan Kebudayaan

Lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk dibicarakan karena


pada dasarnya manusia dan budaya tidak terpisah dari lingkungannya. Manusia
dan budaya merupakan kolektivitas permanen yang hidup bersama dan
berinteraksi dengan berbagai lingkungan yang mengitari dirinya dan harus
bertahan hidup dengan beradaptasi dengan lingkungannya. Keberhasilan bertahan
hidup suatu kelompok bergantung pada jenis lingkungan yang dihadapi kelompok
sebagai berikut.

1. Anggota kelompok sosial harus hidup bersama dan berinteraksi. Kelompok


sosial sebagai satu keseluruhan memiliki kelompok lain sebagai tetangga yang
membentuk lingkungan sosial yang saling berinteraksi. Beberapa dari
kelompok ini ada interaksi lokal dan memungkinkan interaksi tatap muka,
sedangkan yang lain lebih berjarak. Dalam skala dunia, kelompok sosial
utama seperti negara hidup dalam lingkungan sosial regional dan global dan
harus beradaptasi dengan negara lain. Bagian budaya sebagian besar tersusun
dari semua kebiasaan dan aturan yang memungkinkan semua skala interaksi
yang berbeda ini dilakukan.8
2. ada suatu jenis lingkungan yang biasanya kita tidak memikirkannya karena
tidak terlihat atau berinteraksi di dalam dunia ini. Namun faktanya, jutaan
manusia sangat mempengaruhi hidup. Asalnya terletak pada pemikiran
terhadap dorongan manusia yang mendasar (a basic human drive) atau
kebutuhan universal untuk menemukan makna dan penjelasan dalam
hidupnya. Cara memuaskan kebutuhan makna ini adalah mengembangkan
keyakinan bahwa hidup ditentukan oleh sesuatu yang lebih tinggi, yang
adanya di luar umat manusia, seperti Tuhan atau hal-hal supranatural lainnya.
Tanpa memasukkan lingkungan metafisik dalam pembahasan kita, sulit untuk
memahami secara utuh mengapa beberapa kelompok sosial hidup
8
Dr. Hj. Khairiah, M.Pd., Op.Cit, Hal. 9

5
sebagaimana mereka lakukan. Misalnya, suku Baduy di Jawa Barat yang lebih
menghargai kakinya untuk diberi bantal ketika sedang tidur daripada
kepalanya karena memandang bahwa kaki lebih digunakan untuk menopang
seluruh anggota tubuh mereka. Hal esensial tentang praktik dan berbagai
tempat lain di dunia ini adalahlingkungan metafisik yang demikian itu nyata
bagi yang mempercayainya seperti halnya Allah bagi orang Islam.9

Pranata (institution) dalam kebudayaan dikelompokkan berdasarkan


kebutuhan hidup manusia dalam ruang dan waktu. Menurut Koentjaraningrat
pranata kebudayaan sebagai berikut:

1. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan (kinship


atau domestic institutions), misalnya perkawinan, pengasuhan anak.
2. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan (kinship
atau domestic institutions), misalnya perkawinan, pengasuhan anak.
3. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan
manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna (educational
institutions), misalnya pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan
tinggi, pendidikan keagamaan.
4. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, menyelami
alam semesta (scientific institutions), misalnya penjelajahan luar angkasa.
5. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia menyatakan
keindahannya dan rekreasi (aesthetic and recreational institutions), misalnya
batik, seni suara, seni gerak, seni drama, olahraga.
6. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan
dengan Tuhan atau dengan alam gaib (religious institutions), misalnya masjid,
doa, kenduri, upacara, pantangan, ilmu gaib.

9
Ibid. Hal. 10

6
7. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan jasmaniah manusia (somatic
institutions), misalnya perawatan kecantikan, pemeliharaan kesehatan,
kedokteran.10

C. Multikultural dan Kearifan Budaya Lokal

Hakikat multikultural adalah program bertahan hidup dan beradaptasi dengan


lingkungan dan kebudayaan bisa berwujud gagasan, sistem sosial/perilaku dan
hasil karya. Dalam dunia multikultural mementingkan berbagai macam perbedaan
antara yang satu dengan yang lainnya dan menfokuskan pada pemahaman dan
hidup bersama dalam konteks sosial budaya yang berbeda. Pendidikan
mulikultural harus dibelajarkan sejak dini, sehingga anak mampu menerima dan
memahami perbedaan budaya yang berdampak pada perbedaan usage, folkways,
mores, dan customs.29 Dengan pendidikan multikultural, peserta didik mampu
menerima perbedaan, kritik, dan memiliki rasa empati, toleransi pada sesama
tanpa memandang golongan, status, gender dan kemampuan akademik
pendidikan.11

Pendidikan multikultural mencoba membantu menyatukan bangsa secara


demokratis dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai
bangsa, etnik, kelompok budaya yang berbeda. Sekolah dikondisikan untuk
mencerminkan praktik dari nilai-nilai demokrasi. Kurikulum menampakkan aneka
kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat, bahasa, dan dialek. Para
peserta didik lebih baik berbicara tentang rasa hormat diantara mereka dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kerja sama, Pendidikan berbasis multikultural
didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebabasan, keadilan, kesederajatan,
dan perlindungan terhadap hak-hak manusia.12
10
Ibid. Hal. 11
11
Ibid. Hal. 12
12
Ibid. Hal. 12

7
Hakikat pendidikan multikultural mempersiapkan seluruh siswa untuk
bekerjasama aktif menuju kesamaan struktur dalam organisasi dan Lembaga
sekolah. H.A.R. Tilaar menyebutkan konsesi pendidikan multicultural merupakan
keseluruhan dinamika budaya suatu masyarakat. Tinjauan studi kebudayaan harus
diadakan melalui lintas barat (Border crossing) yang melangkahi batas-batas
pemisah tradisional dari disiplin dunia akademik yang kaku, sehingga pendidikan
multikultural tidak terikat pada horizon sempit yang hanya melihat pendidikan di
sekolah (school education) dan proses pendidikan tidak melebihi sebagai proses
transmisi atau reproduksi ilmu pengetahuan kepada generasi yang akan datang.13

Dilansir dari www.tvonenews.com, Tahlilan dimasa dahulu erat kaitannya


dengan pesta-pesta seperti mabuk-mabukkan, dan hal itu dilakukan selama tujuh
hari, setelah tujuh hari itu barulah berkumpul lagi di hari ke 40.

Dimasa itu, masyarakat sekitar mengajukan pertemuan denan dewan wali,


bagaimana cara untuk mengubah kebiasaan tersebut. Maka salah satu cara yang
ditekankan yaitu mengubah isinya, karena dikhawatirkan jika mengubahnya
secara langsung berdampak pada Islam akan ditinggalkan.

Sehingga jadilah tahlilan yang kita kenal dengan yang isinya membaca surat
Yasin dan tahlilan, dulunya diisi dengan minum-minum khamar lalu diganti
dengan membaca yasin. Hal itu pada awalnya tidak disetujui diawal. Tapi
dimunculkan dalil mengenai larangan khamar.

13
Ibid. Hal. 13

Anda mungkin juga menyukai