MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Study Of Al Qur’an and Al Hadits
Dosen pengampu : Hasanal Khuluqi, M.Ag
TBI 2-A
Di susun oleh :
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan pada Nabi Muhammad SAW,
supaya beliau dapat menyerukan kepada seluruh manusia, agar manusia dapat
mempercayai wahyu itu, dapat mengamalkan segala ajaran-Nya. Inti dari Islam itu
sendiri adalah keyakinan terhadap Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT.
1
Ismawati, “Budaya dan Kepercayaan Jawa’’, dalam M. Darori Amin (ed), Islam dan
Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002, hlm. 4
2
Ridin Sofwan, Interelasi Nilai Jawa dan Islam dalam Aspek Kepercayaan dan
Ritual, dalam M. Darori Amin (ed), Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media,
2002, hlm 130-131.
PEMBAHASAN
A. Definisi Tradisi
Masyarakat Jawa terkenal dengan tradisi budaya3 yang beragam jenisnya
dan sampai tidak dapat terhitung jumlahnya, baik tradisi kultural yang bersifat
harian, bulanan hingga tahunan, semuanya ada dalam tradisi budaya Jawa tanpa
terkecuali. Sangat sulit untuk mendeteksi serta menjelaskan secara rinci terkait
dengan jumlah tradisi kebudayaan yang ada dalam masyarakat Jawa karena
terdapat berbagai macam tradisi yang ada di masyarakat Jawa. 4
Membahas mengenai tradisi, hubungan antara masa lalu dengan masa kini
haruslah lebih dekat. Tradisi mencakup kelangsungan masa lalu di masa kini
ketimbang sekedar menunjukkan fakta bahwa masa kini berasal dari masa lalu.
Menurut arti yang lebih lengkap bahwa tradisi merupakan keseluruhan benda
material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun benar-benar masih ada
kini, belum dihancurkan, dirusak, dibuang atau dilupakan.
3
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi
4
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I, (Jakarta: UI Press, 1982), hal 22
5
Ritual adalah tata cara dalam upacara keagamaan.
6
Pujiwati Sajogyo, Sosiologi Pembangunan (Jakarta: Fakultas Sarjana IKIP, 1985),
hal 90
diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena
tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Ritual atau tradisi adalah identik dengan adat istiadat.7 Hanya saja
dalam pemahaman masyarakat Islam sedikit tidak ada perbedaan. Adat istiadat
biasanya dipakai sebagai tindakan atau tingkah laku yang berdasarkan pada nila-
nilai agama, sedangkan ritual atau tradisi adalah tingkah laku yang didasarkan
pada nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat.
Adat istiadat atau ritual suatu bangsa itu mulanya timbul dari kepercayaan
agama, yaitu sebelum datangnya Islam. Agama Islam setelah diyakini dan
diamalkan ajarannya oleh suatu bangsa kemudian baru melahirkan adat pula. Adat
yang dipengaruhi oleh agama merupakan perpaduan dari ajaran kepercayaan
agama Hindu Budha dan Islam. Contoh dari perpaduan itu antara lain tingkeban,
brokohan8 dan lain-lain.
B. Definisi Tingkeban
Kehamilan merupakan anugrah terbesar dari Allah bagi pasangan suami istri
dalam perjalanan rumah tangganya. Maka dari itu untuk rasa syukur pasangan
suami istri terhadap janin yang telah di kandung oleh istri diadakanlah ritual yang
khusus di peruntukkan bagi seorang wanita yang sedang mengandung, yaitu
selamatan9 yang disebut dengan Tingkeban. 10
Orang Jawa menyebut bayi yang lahir pada bulan ketujuh sudah di anggap
matang atau tua. Namun jika pada bulan ini belum lahir, calon orang tua atau calon
neneknya membuat selamatan disebut dengan mitoni atau Tingkeban. Mitoni
berasal dari kata pitu yang artinya tujuh. Semua sarana yang disajikan dalam
selamatan di buat masing-masing sebanyak tujuh buah, bahkan orang yang
7
Adat istiadat adalah sistem norma atau tata kelakuan yang tumbuh, berkembang,
dan dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat secara turun temurun, sehingga intregasinya
menjadi kuat yang diiringi oleh pola perilaku masyarakat.
8
Brokohan atau biasa disebut dengan Barokaan (barokah) adalah adat orang jawa
dalam memperingati hari pertama dalam kelahiran bayi.
9
Selamatan atau selametan adalah sebuah tradisi ritual yang dilakukan oleh
masyarakat jawa dengan tujuan untuk memperoleh keselamatan bagi orang yang
bersangkutan.
10
Moh. Saifulloh Al Aziz S, Kajian Hukum-Hukum Walimah (Selamatan), Penerbit
Terbit Terang, Surabaya, 2009, hlm. 93.
memandikanpun dipilih sebanyak tujuh orang. Maksud upacara ini memberikan
pengumuman kepada keluarga dan para tetangga bahwa kehamilan telah
menginjak masa tujuh bulan.
Menurut Sutrisno Sastro (2005:5-7).11
“Kata pitu juga mengandung doa dan harapan, semoga kehamilan ini
mendapat pitulungan atau pertolongan dari Yang Maha Kuasa, agar baik
bayi yang dikandung maupun calon ibu yang mengandung tetap diberikan
kesehatan dan keselamatan. Mitoni juga di sebut tingkeban, karena acara
ini berasal dari kisah sepanjang suami istri bernama Ki sedya dan Ni
Satingkeb, yang menjalankan laku prihatin (brata) sampai permohonannya
di kabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Laku prihatin tersebut sampai sekarang
dilestarikan menjadi acara yang disebut Tingkeban atau mitoni ini”.
11
Sustrisno Sastro Utomo, Upacara Daur hidup adat Jawa, Effhar Offset,
Semarang, 2005, hlm 5-7.
12
Herawati I, Makna Simbolik Sajen Slametan Tingkeban. Jantra, Jurnal Sejarah,
2007, hlm 145-151.
nasi putih, dibuat dalam bentuk kukusan ataupun kerucut. Tumpeng ini
biasanya dikelilingi oleh aneka sayuran pelengkap serta tempe atau tahu
goreng, kerupuk dan sebagainya. Kelima, pisang, pisang ini tida asal pisang,
tetapi dipilih jenis pisang raja dan pisang raja pulut dengan harapan bayi
yang dikandungnya selamat dan mudah dalam mencari rizki”.
13
Siraman ini bermakna memohon doa restu agar proses persalinan lancar dan
jabang bayi lahir selamat sehat jasmani dan rohani.
14
Gesta Bayuadhy, Tradisi-tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa. DIPTA,
Yogyakarta, 2015, hlm 24.
mitoni atau tingkeban bisa dilaksanakan pada siang, sore, atau malam hari.
Waktu siraman tersebut biasanya sudah menggunakan petung yang
dilakukan oleh orang-orang Jawa yang tahu tentang dina apik (hari baik)
menurut tradisi Jawa”.
15
Herawati I, Makna Simbolik Sajen Slametan Tingkeban, Jantra, Jurnal Sejarah,
2007, hlm 140-141.
harapan agar kehadiran dalam masyarakat anak yang lahir selalu
menyenangkan, cakar ayam melambangkan agar anak yang akan lahir kelak
dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kelima, minum jamu
sorongan melambangkan agar anak yang dikandung itu akan mudah
dilahirkan seperti di dorong atau disurung”. Selain berisi sajian makanan,
tradisi mitoni atau tingkeban pada sebagian muslim saat ini biasanya
mengadakan acara sima’an al-Qur‟an, pembacaan kitab al-Maulid, ataupun
pembacaan doa-doa yang lain.
16
M. Darori Amin, Interelasi Nilai Jawa dan Islam dalam Aspek Kepercayaan dan
Ritual, dalam H. Ridin Sofwan (ed), Islam dan kebudayaan jawa, Yogyakarta: Gama media,
2002, hlm. 121-122.
17
Akhmad Taufik, MPd., dkk., Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 44
secara relatif. Adat istiadat telah dijadikan secara efektif menjadi alasan
komunikasi sosial dan sekaligus sebagai perekat antara individu atau antar
masyarakat adat.
Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam
pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka
anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sisitem nilai budaya biasanya
berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia untuk mendekatkan
diri pada Allah SWT.
18
Bid’ah adalah perbuatan yang dikerjakan tidak menurut contoh yang sudah
ditetapkan seperti perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW.
19
Sesajen adalah sejenis persembahan kepada dewa atau arwah nenek moyang
pada upacara dat tertentu.
20
Muhammad Tholhah Hasan , Ahlussunnah Wal-Jamaah Dalam Persepsi dan
Tradisi NU, Jakarta: Lantabora Press, 2005, Cet 3, hlm. 221-222
PENUTUP
Tradisi adat Jawa tujuh bulanan (tingkeban atau mitoni) merupakan bagian
dari budi pekerti Jawa yang memiliki makan filosofis dalam kehidupan. Dari
berbagai simbol tindakan dan ritual tingkeban atau mitoni tersebut tampak bahwa
masyarakat Jawa memiliki harapan keselamatan. Tradisi ini memang merupakan
kombinasi ajaran baik dari Hindu, Kejawen bahkan Islam. Namun, tradisi ini sesuai
dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam, yaitu permohonan kepada Allah
SWT dalam rangka keselamatan dan kebahagiaan.
Tradisi tingkeban yang ada saat ini merupakan akulturasi antara tradisi
masyarakat Jawa dengan ajaran agama Islam. Tradisi tingkeban atau mitoni di
Desa Wonorejo Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung ini
merupakan salah satu bentuk tradisi dan ritual yang dilaksanakan untuk memohon
kepada Allah agar diberi keselamatan bagi jabang bayi dan ibu agar selamat
sampai proses melahirkan. Namun tradisi ini ada yang sekarang hanya dilakukan
sederhana saja, semuanya kembai pada keluarga yang mempunyai hajat.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. Darori (ed), Islam dan kebudayaan jawa, Gama media, Yogyakarta,
2002.
Utomo, Sustrisno Sastro, Upacara Daur hidup adat Jawa, Effhar Offset,
Semarang, 2005.
Taufik, Akhmad, MPd., dkk., Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005