Anda di halaman 1dari 31

A.

Judul
Optimasi Geometri Peledakan terhadap Target Fragmentasi dan Kualitas

Digging Time sesuai Tipe Alterasi Material Ore di Pit Durian Barat dan Pit

South Osela Site Bakan PT J Resources Bolaang Mongondow Sulawesi Utara


B. Latar Belakang Masalah
Pemberaian batuan merupakan salah satu tahapan penting dalam kegiatan

produksi penambangan. Metode pemberaian batuan yang umum digunakan adalah

peledakan (blasting). Tujuan peledakan adalah untuk melepas atau memberaikan

material dari batuan induknya agar ukuran dari fragmentasi yang dihasilkan dapat

memudahkan pekerjaan pada kegiatan penambangan selanjutnya.


Dalam suatu perencanaan kegiatan peledakan ada beberapa faktor yang

perlu diperhatikan, diantaranya tipe material, ketepatan pemboran, pola geometri,

arah umum bidang diskontinuitas, hingga kualitas dan kuantitas dari bahan

peledak. Pola geometri peledakan disesuaikan dengan tipe material dari blok yang

akan diledakkan agar hasil fragmentasi dapat memenuhi target yang telah

ditetapkan. Target fragmentasi yang ingin dicapai adalah 80 % berukuran < 10

cm, 20 % berukuran 10-50 cm, dan 0 % berukuran 50 cm.


Kegiatan peledakan di PT J Resources Bolaang Mongondow (JRBM)

dilakukan oleh pihak kontraktor dari PT Dyno Nobel (DNX) dengan area

operasional terdiri dari dua pit yaitu Pit Durian Barat dan Pit South Osela.

Masing-masing pit ini memiliki tipe material ore yang berbeda karena terbentuk

dari zona alterasi yang berbeda pula. Pit Durian Barat terbentuk pada zona alterasi

high sulfide yang didominasi oleh Silica Vuggy dan Pit South Osela terbentuk
pada zona alterasi low sulfide yang didominasi oleh 40 % Silica Vuggy dan 60 %

Advance Argilic.
Aktifitas peledakan pada pit di atas aktualnya masih ditemui adanya

fragmentasi berukuran > 50 cm. Data aktifitas peledakan pada November hingga

Desember 2016 menunjukkan bahwa fragmentasi material berukuran > 50 cm

adalah 13.02 %. Hal ini tentunya menyulitkan untuk kegiatan loading material

dikarenakan adanya penambahan digging time saat material keras dan boulder,

sebab perlu pemisahan terlebih dahulu yang berakibat pada penurunan terhadap

target produksi. Data kegiatan produksi di blok peledakan pada November hingga

Desember 2016 menunjukkan target produksi yang dapat dicapai adalah 717.306

ton dan 751.464 ton dari target rencana sebesar 840.000 ton/bulan. Selain itu

adanya penambahan material berukuran boulder menyebabkan pengeluaran biaya

tambahan untuk rock breaker agar material tersebut dapat diolah lebih lanjut oleh

crusher. Data biaya penggunaan rock breaker pada November hingga Desember

2016 adalah sebesar 10.301,75 USD dan 16.234,65 USD.


Maka dari itu perlu adanya kajian mengenai optimasi geometri peledakan

yang sesuai dengan tipe material ore untuk mencapai target fragmentasi sehingga

diharapkan kegiatan digging material mendorong efisiensi loading time dalam

memenuhi target produksi yang ditetapkan serta mengurangi biaya penggunaan

rock breaker.

C. Identifikasi Masalah
1. Adanya perbedaan antara geometri plan dengan aktualisasi di lapangan
2. Terdapat ukuran fragmentasi > 50 cm sehingga menyulitkan excavator dalam

digging material
3. Adanya boulder hasil peledakan menyebabkan produktifitas alat gali muat

excavator dalam digging material berkurang dan terjadi penambahan cost

(biaya) untuk rock breaker agar material dapat diproses oleh crusher
4. Adanya tipe material yang berbeda pada masing-masing pit sehingga perlu

kajian ulang terhadap geometri peledakan yang sesuai dengan tipe material

ore pembentuk blok-blok peledakan.


D. Batasan Masalah
1. Penelitian dilakukan pada beberapa blok peledakan pada Pit Durian Barat dan

Pit South Osela


2. Data geometri aktual yang diambil adalah kedalaman lubang ledak (h) dan

stemming after gassing (T)


3. Data loading material yang diambil adalah data digging time excavator

(s/bucket)
4. Analisa fragmentasi peledakan menggunakan metode Kuz-Ram dan image

analysis dengan program split desktop


5. Evaluasi geometri peledakan menggunakan teori R.L Ash, C.J. Konya, dan

ICI-Explosive

E. Rumusan Masalah
1. Berapakah nilai deviasi dari geometri planning dengan aktualisasinya di

lapangan ?
2. Apakah geometri yang diterapkan telah mampu mencapai target fragmentasi

yang diinginkan ?
3. Berapakah waktu digging time yang dibutuhkan excavator untuk tipe material

di Pit Durian Barat dan Pit South Osela ?


4. Apakah geometri planning yang ditetapkan telah sesuai dengan tipe material

ore di Pit Durian Barat dan Pit South Osela ?


5. Apakah design geometri peledakan perlu dilakukan revisi berdasarkan analisa

teori peledakan yang disesuaikan dengan tipe material ore di Pit Durian Barat

dan Pit South Osela ?


F. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui nilai deviasi dari geometri planning terhadap aktualisasinya di

lapangan
2. Menghitung fragmentasi dari hasil peledakan berdasarkan metode Kuz-Ram

dan image analysis dengan split desktop


3. Menghitung waktu digging time excavator pada setiap blok peledakan yang

diamati di Pit Durian Barat dan Pit South Osela


4. Menganalisa karakteristik tipe material ore di Pit Durian Barat dan Pit South

Osela sehingga dapat disesuaikan dengan geometri peledakan yang optimal


5. Menganalisa apakah geometri peledakan yang diterapkan perlu dilakukan

revisi berdasarkan analisa teori R.L. Ash, C.J. Konya, dan ICI-Explosive
G. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi mengenai persentase target fragmentasi yang dicapai

dari hasil blok-blok peledakan di Pit Durian Barat dan Pit South Osela selama

melakukan penelitian
2. Memberikan informasi mengenai hasil akhir penelitian mengenai optimasi

design geometri peledakan yang sesuai dengan tipe material ore di Pit Durian

Barat dan Pit South Osela untuk mencapai target fragmentasi sehingga proses

loading material dapat memenuhi target produksi di PT J Resource Bolaang

Mongondow Sulawesi Utara


H. Kajian Teoritis
1. Teori Peledakan
Salah satu metode pemberaian batuan adalah metode pemboran dan

peledakan. Metode pemboran dan peledakan bertujuan untuk menghancurkan,

melepas ataupun membongkar batuan dari batuan induknya, untuk memenuhi


target produksi dan memindahkan batuan yang telah hancur menjadi

tumpukan material (muckpile) yang siap untuk dimuat ke dalam alat angkut.
Salah satu indikator untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan

pemboran dan peledakan adalah tingkat fragmentasi batuan yang dihasilkan

dari kegiatan pemboran dan peledakan tersebut. Diharapkan ukuran

fragmentasi batuan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pada kegiatan

penambangan selanjutnya. Fragmentasi batuan yang memerlukan pemecahan

ulang dinyatakan sebagai bongkah (boulder), sehingga diperlukan upaya

pemecahan ulang agar batuan tersebut bisa digunakan.


2. Analisa Fragmentasi Dengan Metode Kuz-Ram
Tingkat fragmentasi batuan merupakan tingkat pecahan material dalam

tertentu sebagai hasil dari proses peledakan. Untuk memperkirakan distribusi

fragmentasi batuan hasil peledakan secara teori dapat digunakan persamaan

Kuznetsov (1973), sebagai berikut :

X =A x x Q0,17 x ( E / 115)-0,63...................................................................................... (1)


Dimana :
X = ratarata ukuran fragmentasi (cm)
A = faktor batuan (Rock Factor)
V = volume batuan yang terbongkar (m3)
Q = jumlah bahan peledak ANFO (kg) pada setiap lubang ledak
E = Relative Weight Strenght bahan peledak, untuk ANFO = 100
Untuk menentukan faktor batuan (RF), terlebih dahulu dilakukan pembobotan

batuan berdasarkan nilai Blastability Index (BI). Parameter yang digunakan

dalam pembobotan batuan dapat dilihat pada tabel 1.


Nilai Blastability Index (BI) dan faktor batuan (RF) dicari dengan persamaan

sebagai berikut :

Nilai Blastibility Index (BI):


BI = 0,5 x ( RMD + JPS + JPO + SGI + H )........................................(2)
Nilai Rock Faktor (RF) :
RF = 0,12 x BI......................................................................................(3)
Untuk menentukan fragmentasi batuan hasil peledakan digunakan persamaan

Roslin Ramler , yaitu :


..............................................................................................................................................
Rx = (4)

Xc = (5)

Dimana:
Rx = prosentase material yang tertahan pada ayakan (%)
X = ukuran ayakan (cm)
n = indeks keseragaman
Besarnya n didapatkan dengan persamaan berikut :

n= ...........................................(6)
Dimana :
B = Burden
De = Diameter bahan peledak (mm)
W = standar deviasi dari keakuratan pemboran (m)
A = ratio perbandingan spasi dengan burden
PC = panjang isian (m)
L = tinggi jenjang (m)
Tabel 1. Pembobotan Massa Batuan Untuk Peledakan

Nilai n mengindikasikan tingkat keseragaman distribusi ukuran

fragmentasi hasil peledakan. Nilai n umumnya antara 0,8 sampai 2,2

dimana semakin besar nilai n maka ukuran fragmentasi semakin seragam


sedangkan jika nilai n rendah mengindikasikan ukuran fragmentasi

kurang seragam.
3. Analisa Fragmentasi dengan Image Analysis pada Split Dekstop

Tingginya biaya dan kebutuhan waktu untuk memperoleh fragmentasi yang

sempurna, metode-metode untuk mengukur hasil peledakan yang biasa

digunakan (Jimeno,1995), antara lain:

1. Metode Fotografi
2. Metode Fotogrametri
a. Analisis gambar dengan komputer
b. Analisis kenampakan kualitatif
c. Analisis ayakan
d. Produktivitas alat peremuk
e. Analisis volume material pada secondary blasting
f. Analisis produktivitas alat muat (loading time, digging time, trip

outs)

Pada penelitian ini, fragmentasi peledakan dianalisis menggunakan

metode fotometri atau image analysis dengan bantuan perangkat lunak Split

Desktop. Perangkat lunak split desktop merupakan suatu program komputer

yang dapat digunakan untuk menganalisis distribusi ukuran fragmentasi hasil

peledakan yang ada di lapangan.

Perangkat lunak ini dirancang untuk menentukan distribusi ukuran

fragmentasi berdasarkan analisis gambar foto digital dari fragmentasi yang

ada di lapangan. Perangkat lunak ini akan menghasilkan suatu output berupa
informasi distribusi fragmentasi yang ditampilkan dalam bentuk grafik dan

tabel persentasi kumulatif dari fragmentasi yang lolos pada ukuran ayakan

yang ditentukan.

Split Desktop Computer Program V-3.1 adalah salah satu program

komputer untuk menganalisis distribusi ukuran fragmen-fragmen batuan hasil

peledakan dengan menganalisa gambar. Gambar dapat dimasukkan langsung

dari foto digital, gambar hasil scanning dan capture dari rekaman video.

Sebelum menjalankan program Split Desktop, gambar yang akan dihitung

dimasukkan ke dalam komputer yang dapat dilakukan dengan download atau

digitasi gambar.

Untuk melakukan perhitungan distribusi ukuran fragmentasi dengan

menggunakan program komputer Split Dekstop V-3.1, secara garis besar

terdiri dari menentukan gambar, mencari partikel, memperbaiki hasil

pencarian, melakukan perhitungan ukuran dan menampilkan grafik dan hasil

perhitungan. Berikut adalah langkah-langkah perhitungan distribusi ukuran

fragmentasi dengan menggunakan split dekstop:

1. Menentukan Gambar
Yaitu langkah pertama yang harus dilakukan dalam menggunakan

program Split Desktop dan terdiri dari dua bagian yaitu menentukan batas

dari gambar yang dihitung dan menentukan skala yang digunakan oleh

gambar. Berbeda dengan versi sebelumnya, pada versi ini gambar tidak
akan diubah kedalam format *.TIFF melainkan gambar asli akan langsung

bisa diolah dengan format JPG.


Sebelum bisa menentukan analisis distribusi ukuran sebenarnya maka

dibutuhkan skala sebagai pembanding. Skala yang digunakan merupakan

hal yang paling penting dalam menjalankan program Split Desktop. Skala

pembanding yang paling baik digunakan untuk pengambilan gambar pada

hasil peledakan adalah dengan menggunakan bola, karena bola tidak akan

mengalami distorsi walaupun dilihat dari sudut manapun. Penentuan skala

pada gambar terdiri dari dua, yaitu dengan menggunakan 1 dan 2 objek.

Untuk masing-masing objek pada penempatannya sebaiknya tegak lurus

dengan gambar yang akan diambil.

Gambar 1. Foto Sebelum Dilineasi

2. Mencari Ukuran Partikel


Merupakan tahapan dimana program akan mengenali partikel-partikel

dihitung secara otomatil hasil konversi program. Hasil yang


ditambilkan adalah garis yang terbentuk sesuai dengan bentuk partikel

kemudian program akan menganalisis ukuran berdasarkan skala yang

telah ditentukan.

3. Memperbaiki Hasil Pencarian


Langkah ini ditujukan untuk memperbaiki hasil ukuran yang diberikan

oleh pencarian ukuran partikel. Perbaikan ini meliputi penghapusan

daerah yang tidak dihitung seperti scale ball yang digunakan sebagai

pembanding, maupun garis batas antara partikel-partikel hasil analisis

program, sehingga ukuran yang terbaca oleh program bisa lebih

akurat.

Gambar 2. Foto Setelah Dilineasi


4. Melakukan Perhitungan Ukuran
Perhitungan ukuran akan secara otomatis dari program split desktop

berdasarkan skala pembanding yang ada dalam gambar, dalam hal ini

scale ball.
5. Menampilkan Grafik dan Hasil
Hasil perhitungan ukuran akan ditampilkan dalam bentuk grafik yang

dapat dipilih seperti Schuman, Rosin-Ramler dan Best Fit. Grafik


tersebut akan memberikan distribusi persentase ukuran pada selang

ukuran tertentu.

Gambar 3. Output Hasil Analisis Fragmentasi Split Desktop

6. Geometri Peledakan

a. R. L. Ash

R.L.Ash (1967) membuat suatu pedoman perhitungan geometri

peledakan jenjang berdasarkan pengalaman empirik yang diperoleh di

berbagai tempat dengan jenis pekerjaan dan batuan yang berbeda-beda.

Sehingga R.L. Ash berhasil mengajukan rumusan-rumusan empirik yang

dapat digunakan sebagai pedoman dalam rancangan awal suatu peledakan

batuan.

1) Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang tembak dengan

bidang bebas yang panjangnya tergantung pada karakteristik batuan.

Menentukan ukuran burden merupakan langkah awal agar fragmentasi

batuan hasil peledakan, vibrasi, airblast dapat memuaskan. Burden

diturunkan berdasarkan diameter lubang tembak atau diameter mata bor

atau diameter dodol bahan peledak. Untuk menentukan burden, R.L. Ash

(1967) mendasarkan pada acuan yang dibuat secara empirik, yaitu

adanya batuan standar dan bahan peledak standar.


a) Batuan standar adalah batuan yang mempunyai berat jenis atau

densitas 160 lb/cuft (2,00 ton/m3 ), tidak lain dari densitas batuan

rata-rata.
b) Bahan peledak standar adalah bahan peledak yang mempunyai berat

jenis (SG) 1,2 dan kecepatan detonasi (Ve) 12.000 fps (4.000 m/det).

Apabila batuan yang akan diledakkan sama dengan batuan

standar dan bahan peledak yang dipakai ialah bahan peledak standar,

maka digunakan burden ratio (Kb) yaitu 30. Tetapi bila batuan yang

akan diledakkan tidak sama dengan batuan standar dan bahan peledak

yang digunakan bukan pula bahan peledak standar, maka harga Kb-

standar itu harus dikoreksi menggunakan faktor penyesuaian

(adjustment factor).

B= ft .......................................................................(7)
atau

B= ft..................................................................................(8)

Jika :

De = Diameter lubang tembak

B = Burden

Kb = Burden ratio

Keterangan :

Bobot isi batuan standar (Dst) = 160 lb/cuft

Bahan peledak :

SG std = 1,2

Vestd (VODstd) = 12000 fps

Kbstandard = 30

Maka :

Kbkoreksi = 30 x Af1 x Af2.................................................................................................................... (9)

Af1 = adjusment factor untuk batuan yang diledakkan


Af2 = adjusment factor untuk handak yang dipakai

Dengan :

...................................................................................................................................................
Af1 = (10)

D = bobot isi batuan yang diledakkan

...........................................................................................................................
Af2 = (11)

SG = BJ bahan peledak yang dipakai

Ve = VOD bahan peledak yang dipakai

B= m........................................................................(12)

Jarak burden yang baik adalah jarak dimana energi ledakan bisa menekan

batuan secara maksimal sehingga pecahnya batuan sesuai dengan fragmentasi

yang direncanakan dengan mengupayakan sekecil mungkin terjadinya batuan

terbang, bongkah, dan retaknya batuan pada batas akhir jenjang.

2) Spacing (S)
Spacing adalah jarak antar lubang tembak dirangkai dalam satu baris dan

diukur sejajar terhadap bidang bebas.

S = Ks x B...................................................................................................(13)

Keterangan :

Ks = spacing ratio (1,0 2,0)

B = burden (m)

Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan

hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari ketentuan akan

menyebabkan banyak terjadi bongkah (boulder) dan tonjolan (stump) diantara dua

lubang tembak setelah peledakan.

Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing adalah

sebagai berikut :

a) Peledakan serentak, S = 2 B
b) Peledakan beruntun dengan delay interval lama (second delay), S = B
c) Peledakan dengan millisecond delay, S antara 1 B hingga 2 B
d) Jika terdapat kekar yang saling tidak tegak lurus, S antara 1,2 B - 1,8 B
e) Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang tembak dalam

baris yang sama, S = 1,15 B


3) Stemming (T)

Stemming merupakan panjang isian lubang ledak yang tidak diisi bahan

peledak, tetapi diisi material seperti tanah liat atau material hasil pemboran

(cutting).
Fungsi stemming adalah :

a) Meningkatkan confinning pressure dari gas hasil peledakan.


b) Menyeimbangkan tekanan di daerah stemming.
c) Mengontrol kemungkinan terjadinya airblast dan flyrock

Untuk menghitung panjang stemming perlu ditentukan dulu stemming

ratio (Kt), yaitu perbandingan panjang stemming dengan burden. Biasanya Kt

standar yang dipakai 0,70 dan ini cukup untuk mengontrol airblast, flyrock dan

stress balance. Apabila Kt < 1 maka akan terjadi. Untuk menghitung stemming

dipakai persamaan :

T = Kt . B....................................................................................................(14)

Keterangan :

T = Stemming (m)

Kt = Stemming ratio (0,7 1,0)

B = Burden (m)

4) Subdrilling (J)

Subdrilling merupakan kelebihan panjang lubang ledak pada bagian

bawah lantai jenjang. Subdrilling dimaksudkan agar jenjang terbongkar tepat pada

batas lantai jenjang sehingga didapat lantai jenjang yang rata setelah peledakan.

Panjang subdilling dipengaruhi oleh struktur geologi, tinggi jenjang dan


kemiringan lubang ledak. Panjang subdrilling diperoleh dengan menentukan

harga subdrilling ratio (Kj) yang besarnya tidak lebih kecil dari 0,20. Untuk

batuan massive biasanya dipakai Kj sebesar 0,3.

Hubungan Kj dengan burden diekspresikan dengan persamaan sebagai berikut:

J = Kj . B.....................................................................................................(15)

Keterangan :

J = Subdilling (m)

Kj = Subdilling ratio (0,2 0,4)

B = Burden (m)

5) Kedalaman lubang ledak (H)

Kedalaman lubang ledak merupakan penjumlahan dari panjang stemming

dengan panjang kolom isian (PC) bahan peledak. Kedalaman lubang ledak

biasanya disesuaikan dengan tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan

pertimbangan geoteknik. Menurut R.L.Ash, kedalaman lubang ledak berdasarkan

pada hole depth ratio (Kh) yang harganya berkisar antara 1,5 4,0.

Hubungan kedalaman lubang ledak dengan burden adalah sebagai berikut :

H = Kh . B................................................................................................(16)

Keterangan :
H = Kedalaman lubang ledak (m)

Kh = Hole dept ratio (1,5 4)

B = Burden (m)

6) Panjang Kolom Isian (PC)

Panjang kolom isian merupakan hasil pengurangan dari kedalaman lubang

ledak dengan panjang stemming.

Persamaan :

PC = H T...............................................................................................(17)

Keterangan :

PC = Panjang kolom isian (m)

H = Kedalaman lubang ledak (m)

T = Stemming (m)

b. C.J. Konya

Perhitungan geometri peledakan menurut Konya (1990) tidak hanya

mempertimbangkan faktor bahan peledak, sifat batuan dan diameter lubang ledak

tetapi juga memperhatikan faktor koreksi terhadap posisi lapisan batuan, keadaan

struktur geologi serta koreksi terhadap jumlah lubang ledak yang diledakkan.
Faktor terpenting untuk dikoreksi menurut Konya (1990) adalah masalah

penentuan besarnya nilai burden (B).

1) Burden (B)

Pemilihan nilai burden yang tepat merupakan keputusan yang

terpenting dalam rancangan peledakan. Burden adalah jarak tegak lurus antara

lubang ledak terhadap bidang bebas terdekat dan merupakan arah pemindahan

batuan (displacement) akan terjadi.

Pada penentuan jarak burden, ada beberapa faktor yang harus

diperhitungkan seperti diameter lubang ledak, bobot isi batuan dan struktur

geologi dari batuan tersebut. Semakin besar diameter lubang ledak maka akan

semakin besar jarak burden, karena dengan diameter lubang ledak yang

semakin besar maka bahan peledak yang digunakan akan semakin banyak

pada setiap lubangnya sehingga akan menghasilkan energi ledakan yang

semakin besar. Sedangkan apabila densitas batuannya yang semakin besar,

maka agar energi ledakan berkontraksi maksimal dilakukan dengan

memperkecil ukuran burden, sehingga fragmentasi batuan yang dihasilkan

akan baik. Sedangkan struktur geologi batuan digunakan sebagai factor

koreksi pada penentuan burden. Untuk faktor koreksi berdasarkan geologi

batuan dapat dibagi kedalam 2 konstanta yaitu Kd yang merupakan koreksi

terhadap posisi lapisan batuan dan Ks yaitu koreksi terhadap struktur geologi

batuan dilihat pada tabel (Tabel 4).


Tabel 2. Koreksi Posisi Lapisan Batuan dan Struktur Geologi

Penentuan panjang burden berdasarkan rumusan Konya sebagai berikut :

B = ..............................................................................(18)

B = 3,15 De ................................................................... (19)

B = 0,67 De ................................................................... (20)

dengan :

B1 = Burden (m)

SGe = Berat jenis bahan peledak


SGr= Berat jenis batuan

De = Diameter lubang ledak (mm)

Sedangkan perhitungan koreksi burden digunakan rumusan dibawah ini :

B2 = Kd x Ks x Kr x B1........................................................................................................................ (21)

dengan :

B1 = Burden awal (m)

B2 = Burden terkoreksi (m)

Kd = Faktor koreksi berdasarkan struktur geologi batuan

Ks = Faktor koreksi berdasarkan orientasi perlapisan

Kr = Faktor koreksi berdasarkan jumlah baris peledakan, yaitu Kr = 1 jika

terdapat satu atau 2 baris dan Kr = 0,9 jika terdapat 3 baris atau lebih.

2) Spasi (S)

Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang ledak yang berdekatan di

dalam satu baris (row). Apabila jarak spasi terlalu kecil akan menyebabkan batuan

hancur menjadi halus, disebabkan karena energi yang menekan terlalu kuat,

sedangkan bila spasi terlalu besar akan menyebabkan banyak bongkah atau

bahkan batuan hanya mengalami keretakan dan menimbulkan tonjolan diantara

dua lubang ledak setelah diledakkan, hal ini disebabkan karena energi ledakan

dari lubang yang satu tidak mampu berinteraksi dengan energi dari lubang
lainnya. Penerapan jarak spasi harus mempertimbangkan perbandingannya

dengan burden agar didapat pencakupan energi peledakan yang cukup untuk

mendapatkan hasil fragmentasi yang kita inginkan. Perbandingan jarak spasi

dengan burden (S/B) pada pola peledakan dan penyebaran energinya dapat dilihat

pada Gambar 3.

Untuk memperoleh jarak spasi maka digunakan rumusan sebagai berikut :

a) Serentak tiap baris lubang ledak


(1) Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)

H < 4B, S = ( H + 2B) / 3.............................................................(22)

(2) Untuk tinggi jenjang yang besar (high benches)

H = 4B, S = 2B..............................................................................(23)

b) Beruntun dalam tiap baris lubang ledak


(1) Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)

H < 4B, S = ( H + 7B ) / 8.............................................................(24)

(2) Untuk tinggi jenjang yang besar (high benches)

H = 4B, S = 1,4B...........................................................................(25)
Gambar 4. Pengaruh Perbandingan Spasi/burden Terhadap Fragmentasi

3) Stemming (T)

Stemming adalah tempat material penutup di dalam lubang ledak, yang

letaknya di atas kolom isian bahan peledak. Fungsi stemming adalah agar

terjadi keseimbangan tekanan dan mengurung gas-gas hasil ledakan sehingga

dapat menekan batuan dengan energi yang maksimal. Disamping itu

stemming juga berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi batuan terbang

(flyrock) dan ledakan tekanan udara (airblast) saat peledakan. Untuk

penentuan tinggi stemming digunakan rumusan seperti yang tertera berikut

ini :

T = 0,7 x B........................................................................................(26)

dengan :
T = Stemming (m)

B = Burden (m)

Ada dua hal yang berhubungan dengan stemming yaitu :

a) Panjang Stemming

Secara teoritis, stemming berfungsi sebagai penahan agar energi

ledakan terkurung dengan baik sehingga dapat menekan dengan kekuatan

yang maksimal.

Apabila peledakan menerapkan stemming yang terlalu pendek,

maka akan mengakibatkan pecahnya energi ledakan terlalu mudah

mencapai bidang bebas sebelah atas sehingga menimbulkan batuan

terbang dan energi yang menekan batuan tidak maksimal, serta

fragmentasi batuan hasil peledakan secara keseluruhan kurang baik. Pada

jenjang yang terbentuk juga akan timbul retakan yang melewati batas

jenjang (overbreak).

Sedangkan stemming yang terlalu panjang dapat mengakibatkan

energi ledakan terkurung dengan baik, tetapi fragmentasi batuan pada

bagian batas stemming keatas akan menjadi bongkah, karena energy

ledakan tidak mampu mencapainya serta dapat pula menimbulkan

backbreak.
b) Jenis dan ukuran material stemming

Ukuran material stemming sangat berpengaruh terhadap batuan

hasil peledakan dan pemilihan bahan stemming yang tepat sangat penting

jika kita ingin meminimalkan panjang stemming. Apabila bahan stemming

terdiri dari bahan-bahan halus hasil pemboran (cutting pemboran), maka

kurang memiliki gaya gesek terhadap lubang ledak sehingga udara yang

bertekanan tinggi akan mudah mendorong stemming tersebut keluar,

dengan demikian energi yang seharusnya terkurung dengan baik dalam

lubang ledak akan hilang keluar bersamaan dengan terbongkarnya

stemming. Untuk mengatasi tersebut diatas maka digunakan bahan yang

memiliki karakteristik susunan butir saling berkaitan dan berbutir kasar

serta keras.

Persamaan yang digunakan untuk menentukan ukuran material stemming

adalah :

Sz = 0,05 x De............................................................................(27)

dengan :

De = Diameter lubang ledak (mm)

Sz = Ukuran material stemming (mm)


4) Subdrilling (J)

Subdrilling adalah tambahan kedalaman pada lubang bor di bawah

lantai jenjang yang dibuat dengan maksud agar batuan dapat terbongkar

sebatas lantai jenjangnya. Jika panjang subdrilling terlalu kecil maka batuan

pada batas lantai jenjang (toe) tidak lengkap terbongkar sehingga akan

menyisakan tonjolan pada lantai jenjangnya, sebaliknya bila panjang

subdrilling terlalu besar maka akan menghasilkan getaran tanah dan secara

langsung akan menambah biaya pemboran dan peledakan.

Dalam penentuan tinggi subdrilling yang baik untuk memperoleh lantai

jenjang yang rata maka digunakan rumusan sebagai berikut :

J = 0,3 x B.........................................................................................(28)

Dengan :

J = Subdrilling (m)

B = Burden (m)

5) Kedalaman Lubang Ledak (H)

Dalam penentuan kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan

dengan tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik

Pada prinsipnya kedalaman lubang ledak merupakan jumlah total antara tinggi

jenjang dengan besarnya subdrilling, yang dapat ditulis sebagai berikut:


H = L+ J...............................................................................................(29)

Dengan:

H = Kedalaman lubang ledak (m)

L = Tinggi jenjang (m)

J = Subdrilling (m)

6) Panjang Kolom Isian (PC)

Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang

akan diisi bahan peledak. Panjang kolom ini merupakan kedalaman lubang

ledak dikurangi panjang stemming yang digunakan.

PC = H T............................................................................................(30)

Dengan :

PC = Panjang kolom isian (meter)

H = Kedalaman lubang ledak (meter)

T = Stemming (meter)

7) Tinggi Jenjang (L)

Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan

lubang bor dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang berpengaruh terhadap

hasil peledakan seperti fragmentasi batuan, ledakan udara, batu terbang dan
getaran tanah. Hal ini dipengaruhi oleh jarak burden. Berdasarkan

perbandingan tinggi jenjang dan jarak burden yang diterapkan (stiffness ratio),

maka akan diketahui hasil dari peledakan tersebut (Tabel 5). Penentuan

ukuran tinggi jenjang berdasarkan stiffness ratio digunakan rumus sebagai

berikut:

L = 5 x De.............................................................................................(31)

Dengan :

L = Tinggi jenjang minimum (ft)

De = Diameter lubang ledak (inchi)

Sedangkan dari segi perlapisan batuan, untuk mendapatkan

fragmentasi batuan yang baik, diterapkan arah lubang ledak yang berlawanan

arah dengan bidang perlapisan batuan karena energi ledakan akan menekan

batuan secara maksimal.

Tabel 3. Potensi Yang Terjadi Akibat Stiffnes Ratio (L/B)


I. Metodologi Penelitian
Adapun kerangka konseptual dalam penyelesaian penelitia ini adalah:

Kajian Pustaka
Observasi Lapangan

Perumusan Masalah
Pengambian Data
Data Primer Data Sekunder

1. Geometri Aktual ( h dan T ) 1. Data Geologi dan Alterasi


2. Powder Factor Aktual 2. Drill and Blast Design
3. Fragmentasi ( Teoritis dan Aktual) 3. Drill Pattern Report Sheet
4. Digging Time Excavator 40 Ton 4. Loading Sheet
1. Deviasi geometri plan terhadap actual di lapangan
5. Data Produksi Dari Peledakan
2. Persentase fragmentasi hasil peledakan (0-10 cm, 10-50 cm, > 50 cm)
3. Digging time untuk material peledakan
Adapun tahapan Analisa
penelitian Data sebagai
adalah dan Pembahasan
berikut:
4. Tipe material ore pada blok peledakan berdasarkan jenis alterasinya
1. Tahap Pendahuluan
Penarikan Kesimpulan dan Saran
a. Kajian Pustaka
Pada kajian pustaka ini beberapa teori yang dipelajari adalah:
1) Deskripsi Umum Perusahaan
2) Teori Peledakan Menurut Beberapa Ahli
3) Teori Mengenai Fragmentasi Peledakan
4) Alterasi Hidrotermal
b. Perumusan Masalah
c. Penyusunan Proposal Penelitian
d. Hipotesis dan Observasi Lapangan
2. Tahap Pengambilan Data
Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder, diantaranya:
a. Data Primer
1) Geometri Aktual
Geometri aktal yang diambil adalah kedalaman lubang pemboran actual

dan kedalaman stemming setelah gassing


2) Fragmentasi Peledakan
Data yang diambil adalah foto fragmentasi yang mewakili setiap blok

peledakan yang diamati sebagai parameter masukan pada software split

desktop

3) Digging Time
Data yang diambil adalah waktu excavator menggali material pada blok

peledakan (s/bucket) untuk menentukan kualitas digging time pada blok

peledakan tersebut
b. Data Sekunder
1) Data Geologi dan Alterasi
2) Drill and Blast Design
3) Drill Pattern Report Sheet
4) Loading Sheet
5) Produksi Pemboran
3. Tahap Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menganalisis data primer dan data sekunder yang

telah diambil sehingga didapatkan nilai-nilai berikut:


a. Deviasi Geometri Plan terhadap Aktual di Lapangan
b. Fragmentasi Teoritis dan Aktual
c. Kualitas Digging Time
d. Geometri yang Sesuai dengan Material Ore di Pit Durian Barat dan Pit

South Osela Berdasarkan Teori Peledakan Menurut Para Ahli


4. Tahap Pembuatan Laporan

Tahap ini dilakukan penyusunan draft laporan dari keseluruhan hasil kegiatan

penelitian yang dilakukan. Draft tersebut dibuat sesuai dengan format dan kaidah

npenulisan yang telah ditetapkan oleh Program Studi S1 Teknik Pertambangan,

Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang.

Meliputi kegiatan sebagai berikut:


a. Integrasi Data
b. Penyusunan Laporan
c. Pengambilan Kesimpulan
5. Seminar dan Penyerahan Laporan

Hasil akhir dari penelitian ini akan dipresentasikan dalam seminar Program

Studi Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang, setelah melalui

penyempurnaan berdasarkan masukan- masukan yang diperoleh dari para dosen

penguji. Draft Tugas Akhir kemudian diserahkan ke Ketua Program Studi

Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang.

J. Tempat Penelitian

Tempat penelitian Tugas Akhir ini di PT J Resources Bolaang Mongondow

Site Bakan, Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi

Utara.

Anda mungkin juga menyukai