Judul
Optimasi Geometri Peledakan terhadap Target Fragmentasi dan Kualitas
Digging Time sesuai Tipe Alterasi Material Ore di Pit Durian Barat dan Pit
material dari batuan induknya agar ukuran dari fragmentasi yang dihasilkan dapat
arah umum bidang diskontinuitas, hingga kualitas dan kuantitas dari bahan
peledak. Pola geometri peledakan disesuaikan dengan tipe material dari blok yang
akan diledakkan agar hasil fragmentasi dapat memenuhi target yang telah
dilakukan oleh pihak kontraktor dari PT Dyno Nobel (DNX) dengan area
operasional terdiri dari dua pit yaitu Pit Durian Barat dan Pit South Osela.
Masing-masing pit ini memiliki tipe material ore yang berbeda karena terbentuk
dari zona alterasi yang berbeda pula. Pit Durian Barat terbentuk pada zona alterasi
high sulfide yang didominasi oleh Silica Vuggy dan Pit South Osela terbentuk
pada zona alterasi low sulfide yang didominasi oleh 40 % Silica Vuggy dan 60 %
Advance Argilic.
Aktifitas peledakan pada pit di atas aktualnya masih ditemui adanya
fragmentasi berukuran > 50 cm. Data aktifitas peledakan pada November hingga
adalah 13.02 %. Hal ini tentunya menyulitkan untuk kegiatan loading material
dikarenakan adanya penambahan digging time saat material keras dan boulder,
sebab perlu pemisahan terlebih dahulu yang berakibat pada penurunan terhadap
target produksi. Data kegiatan produksi di blok peledakan pada November hingga
Desember 2016 menunjukkan target produksi yang dapat dicapai adalah 717.306
ton dan 751.464 ton dari target rencana sebesar 840.000 ton/bulan. Selain itu
tambahan untuk rock breaker agar material tersebut dapat diolah lebih lanjut oleh
crusher. Data biaya penggunaan rock breaker pada November hingga Desember
yang sesuai dengan tipe material ore untuk mencapai target fragmentasi sehingga
rock breaker.
C. Identifikasi Masalah
1. Adanya perbedaan antara geometri plan dengan aktualisasi di lapangan
2. Terdapat ukuran fragmentasi > 50 cm sehingga menyulitkan excavator dalam
digging material
3. Adanya boulder hasil peledakan menyebabkan produktifitas alat gali muat
(biaya) untuk rock breaker agar material dapat diproses oleh crusher
4. Adanya tipe material yang berbeda pada masing-masing pit sehingga perlu
kajian ulang terhadap geometri peledakan yang sesuai dengan tipe material
(s/bucket)
4. Analisa fragmentasi peledakan menggunakan metode Kuz-Ram dan image
ICI-Explosive
E. Rumusan Masalah
1. Berapakah nilai deviasi dari geometri planning dengan aktualisasinya di
lapangan ?
2. Apakah geometri yang diterapkan telah mampu mencapai target fragmentasi
yang diinginkan ?
3. Berapakah waktu digging time yang dibutuhkan excavator untuk tipe material
teori peledakan yang disesuaikan dengan tipe material ore di Pit Durian Barat
lapangan
2. Menghitung fragmentasi dari hasil peledakan berdasarkan metode Kuz-Ram
revisi berdasarkan analisa teori R.L. Ash, C.J. Konya, dan ICI-Explosive
G. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi mengenai persentase target fragmentasi yang dicapai
dari hasil blok-blok peledakan di Pit Durian Barat dan Pit South Osela selama
melakukan penelitian
2. Memberikan informasi mengenai hasil akhir penelitian mengenai optimasi
design geometri peledakan yang sesuai dengan tipe material ore di Pit Durian
Barat dan Pit South Osela untuk mencapai target fragmentasi sehingga proses
tumpukan material (muckpile) yang siap untuk dimuat ke dalam alat angkut.
Salah satu indikator untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan
sebagai berikut :
Xc = (5)
Dimana:
Rx = prosentase material yang tertahan pada ayakan (%)
X = ukuran ayakan (cm)
n = indeks keseragaman
Besarnya n didapatkan dengan persamaan berikut :
n= ...........................................(6)
Dimana :
B = Burden
De = Diameter bahan peledak (mm)
W = standar deviasi dari keakuratan pemboran (m)
A = ratio perbandingan spasi dengan burden
PC = panjang isian (m)
L = tinggi jenjang (m)
Tabel 1. Pembobotan Massa Batuan Untuk Peledakan
kurang seragam.
3. Analisa Fragmentasi dengan Image Analysis pada Split Dekstop
1. Metode Fotografi
2. Metode Fotogrametri
a. Analisis gambar dengan komputer
b. Analisis kenampakan kualitatif
c. Analisis ayakan
d. Produktivitas alat peremuk
e. Analisis volume material pada secondary blasting
f. Analisis produktivitas alat muat (loading time, digging time, trip
outs)
metode fotometri atau image analysis dengan bantuan perangkat lunak Split
ada di lapangan. Perangkat lunak ini akan menghasilkan suatu output berupa
informasi distribusi fragmentasi yang ditampilkan dalam bentuk grafik dan
tabel persentasi kumulatif dari fragmentasi yang lolos pada ukuran ayakan
yang ditentukan.
dari foto digital, gambar hasil scanning dan capture dari rekaman video.
digitasi gambar.
1. Menentukan Gambar
Yaitu langkah pertama yang harus dilakukan dalam menggunakan
program Split Desktop dan terdiri dari dua bagian yaitu menentukan batas
dari gambar yang dihitung dan menentukan skala yang digunakan oleh
gambar. Berbeda dengan versi sebelumnya, pada versi ini gambar tidak
akan diubah kedalam format *.TIFF melainkan gambar asli akan langsung
hal yang paling penting dalam menjalankan program Split Desktop. Skala
hasil peledakan adalah dengan menggunakan bola, karena bola tidak akan
pada gambar terdiri dari dua, yaitu dengan menggunakan 1 dan 2 objek.
telah ditentukan.
daerah yang tidak dihitung seperti scale ball yang digunakan sebagai
akurat.
berdasarkan skala pembanding yang ada dalam gambar, dalam hal ini
scale ball.
5. Menampilkan Grafik dan Hasil
Hasil perhitungan ukuran akan ditampilkan dalam bentuk grafik yang
ukuran tertentu.
6. Geometri Peledakan
a. R. L. Ash
batuan.
1) Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang tembak dengan
atau diameter dodol bahan peledak. Untuk menentukan burden, R.L. Ash
densitas 160 lb/cuft (2,00 ton/m3 ), tidak lain dari densitas batuan
rata-rata.
b) Bahan peledak standar adalah bahan peledak yang mempunyai berat
jenis (SG) 1,2 dan kecepatan detonasi (Ve) 12.000 fps (4.000 m/det).
standar dan bahan peledak yang dipakai ialah bahan peledak standar,
maka digunakan burden ratio (Kb) yaitu 30. Tetapi bila batuan yang
akan diledakkan tidak sama dengan batuan standar dan bahan peledak
yang digunakan bukan pula bahan peledak standar, maka harga Kb-
(adjustment factor).
B= ft .......................................................................(7)
atau
B= ft..................................................................................(8)
Jika :
B = Burden
Kb = Burden ratio
Keterangan :
Bahan peledak :
SG std = 1,2
Kbstandard = 30
Maka :
Dengan :
...................................................................................................................................................
Af1 = (10)
...........................................................................................................................
Af2 = (11)
B= m........................................................................(12)
Jarak burden yang baik adalah jarak dimana energi ledakan bisa menekan
2) Spacing (S)
Spacing adalah jarak antar lubang tembak dirangkai dalam satu baris dan
S = Ks x B...................................................................................................(13)
Keterangan :
B = burden (m)
Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan
hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari ketentuan akan
menyebabkan banyak terjadi bongkah (boulder) dan tonjolan (stump) diantara dua
sebagai berikut :
a) Peledakan serentak, S = 2 B
b) Peledakan beruntun dengan delay interval lama (second delay), S = B
c) Peledakan dengan millisecond delay, S antara 1 B hingga 2 B
d) Jika terdapat kekar yang saling tidak tegak lurus, S antara 1,2 B - 1,8 B
e) Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang tembak dalam
Stemming merupakan panjang isian lubang ledak yang tidak diisi bahan
peledak, tetapi diisi material seperti tanah liat atau material hasil pemboran
(cutting).
Fungsi stemming adalah :
standar yang dipakai 0,70 dan ini cukup untuk mengontrol airblast, flyrock dan
stress balance. Apabila Kt < 1 maka akan terjadi. Untuk menghitung stemming
dipakai persamaan :
T = Kt . B....................................................................................................(14)
Keterangan :
T = Stemming (m)
B = Burden (m)
4) Subdrilling (J)
bawah lantai jenjang. Subdrilling dimaksudkan agar jenjang terbongkar tepat pada
batas lantai jenjang sehingga didapat lantai jenjang yang rata setelah peledakan.
harga subdrilling ratio (Kj) yang besarnya tidak lebih kecil dari 0,20. Untuk
J = Kj . B.....................................................................................................(15)
Keterangan :
J = Subdilling (m)
B = Burden (m)
dengan panjang kolom isian (PC) bahan peledak. Kedalaman lubang ledak
pada hole depth ratio (Kh) yang harganya berkisar antara 1,5 4,0.
H = Kh . B................................................................................................(16)
Keterangan :
H = Kedalaman lubang ledak (m)
B = Burden (m)
Persamaan :
PC = H T...............................................................................................(17)
Keterangan :
T = Stemming (m)
b. C.J. Konya
mempertimbangkan faktor bahan peledak, sifat batuan dan diameter lubang ledak
tetapi juga memperhatikan faktor koreksi terhadap posisi lapisan batuan, keadaan
struktur geologi serta koreksi terhadap jumlah lubang ledak yang diledakkan.
Faktor terpenting untuk dikoreksi menurut Konya (1990) adalah masalah
1) Burden (B)
terpenting dalam rancangan peledakan. Burden adalah jarak tegak lurus antara
lubang ledak terhadap bidang bebas terdekat dan merupakan arah pemindahan
diperhitungkan seperti diameter lubang ledak, bobot isi batuan dan struktur
geologi dari batuan tersebut. Semakin besar diameter lubang ledak maka akan
semakin besar jarak burden, karena dengan diameter lubang ledak yang
semakin besar maka bahan peledak yang digunakan akan semakin banyak
terhadap posisi lapisan batuan dan Ks yaitu koreksi terhadap struktur geologi
B = ..............................................................................(18)
dengan :
B1 = Burden (m)
B2 = Kd x Ks x Kr x B1........................................................................................................................ (21)
dengan :
terdapat satu atau 2 baris dan Kr = 0,9 jika terdapat 3 baris atau lebih.
2) Spasi (S)
Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang ledak yang berdekatan di
dalam satu baris (row). Apabila jarak spasi terlalu kecil akan menyebabkan batuan
hancur menjadi halus, disebabkan karena energi yang menekan terlalu kuat,
sedangkan bila spasi terlalu besar akan menyebabkan banyak bongkah atau
dua lubang ledak setelah diledakkan, hal ini disebabkan karena energi ledakan
dari lubang yang satu tidak mampu berinteraksi dengan energi dari lubang
lainnya. Penerapan jarak spasi harus mempertimbangkan perbandingannya
dengan burden agar didapat pencakupan energi peledakan yang cukup untuk
dengan burden (S/B) pada pola peledakan dan penyebaran energinya dapat dilihat
pada Gambar 3.
H = 4B, S = 2B..............................................................................(23)
H = 4B, S = 1,4B...........................................................................(25)
Gambar 4. Pengaruh Perbandingan Spasi/burden Terhadap Fragmentasi
3) Stemming (T)
letaknya di atas kolom isian bahan peledak. Fungsi stemming adalah agar
stemming juga berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi batuan terbang
ini :
T = 0,7 x B........................................................................................(26)
dengan :
T = Stemming (m)
B = Burden (m)
a) Panjang Stemming
yang maksimal.
jenjang yang terbentuk juga akan timbul retakan yang melewati batas
jenjang (overbreak).
backbreak.
b) Jenis dan ukuran material stemming
hasil peledakan dan pemilihan bahan stemming yang tepat sangat penting
kurang memiliki gaya gesek terhadap lubang ledak sehingga udara yang
serta keras.
adalah :
Sz = 0,05 x De............................................................................(27)
dengan :
lantai jenjang yang dibuat dengan maksud agar batuan dapat terbongkar
sebatas lantai jenjangnya. Jika panjang subdrilling terlalu kecil maka batuan
pada batas lantai jenjang (toe) tidak lengkap terbongkar sehingga akan
subdrilling terlalu besar maka akan menghasilkan getaran tanah dan secara
J = 0,3 x B.........................................................................................(28)
Dengan :
J = Subdrilling (m)
B = Burden (m)
Pada prinsipnya kedalaman lubang ledak merupakan jumlah total antara tinggi
Dengan:
J = Subdrilling (m)
akan diisi bahan peledak. Panjang kolom ini merupakan kedalaman lubang
PC = H T............................................................................................(30)
Dengan :
T = Stemming (meter)
lubang bor dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang berpengaruh terhadap
hasil peledakan seperti fragmentasi batuan, ledakan udara, batu terbang dan
getaran tanah. Hal ini dipengaruhi oleh jarak burden. Berdasarkan
perbandingan tinggi jenjang dan jarak burden yang diterapkan (stiffness ratio),
maka akan diketahui hasil dari peledakan tersebut (Tabel 5). Penentuan
berikut:
L = 5 x De.............................................................................................(31)
Dengan :
fragmentasi batuan yang baik, diterapkan arah lubang ledak yang berlawanan
arah dengan bidang perlapisan batuan karena energi ledakan akan menekan
Kajian Pustaka
Observasi Lapangan
Perumusan Masalah
Pengambian Data
Data Primer Data Sekunder
desktop
3) Digging Time
Data yang diambil adalah waktu excavator menggali material pada blok
peledakan tersebut
b. Data Sekunder
1) Data Geologi dan Alterasi
2) Drill and Blast Design
3) Drill Pattern Report Sheet
4) Loading Sheet
5) Produksi Pemboran
3. Tahap Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menganalisis data primer dan data sekunder yang
Tahap ini dilakukan penyusunan draft laporan dari keseluruhan hasil kegiatan
penelitian yang dilakukan. Draft tersebut dibuat sesuai dengan format dan kaidah
Hasil akhir dari penelitian ini akan dipresentasikan dalam seminar Program
J. Tempat Penelitian
Utara.