Anda di halaman 1dari 34

KUMPULAN TUGAS KEDUA (2)

diajukan untuk memenuhi tugas perkuliahan Budaya Alam Minangkabau

yang dibina oleh Dr. Erizal Gani, M.Pd.

oleh
BAM.Sab.08.50.1. FAHREL ANDHIKA FEONDA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

JURUSAN D3 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

PADANG

2021
TUGAS 9
ISLAM DI MINANGKABAU

Perihal islam
di MKB Perjanjian
Pengertian bukit
marapalam

Sejarah Adat Basandi


masuknya Syarak-Syarak
agama islam Basandi
Kitabullah

A. Pengertian Islam di Minangkabau


Minangkabau merupakan salah satu daerah penting dalam sejarah
Islam di Indonesia karena dari daerah inilah bermulanya penyebaran cita-
cita pembaharuan ke daerah-daerah lain. Pembaharuan yang terjadi di
Minangkabau dimulai dengan adanya Gerakan Paderi pada awal abad ke19
yang bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam.
Pembaharuan selanjutnya dilakukan oleh Kaum Muda pada awal
abad ke-20, yang terutama dilakukan melalui pembaharuan sistem
pendidikan agama lewat lembaga Perguruan Sumatera Thawalib dan
Diniyah School di Padangpanjang (Noer, 1988). Meskipun jarang tercatat
dalam buku sejarah, Kerajaan Islam Pagarruyung di Minangkabau
merupakan salah satu kerajaan yang sangat berpengaruh di Sumatera,
bahkan Marsden (1999), mengatakan bahwa wilayah kekuasaannya pernah
meliputi seluruh Sumatera.

B. Sejarah Masuknya Agama Islam di Minangkabau


Para ahli sejarah sampai saat ini belum mempunyai kesepakatan
mengenai waktu yang tepat masuknya Islam ke Minangkabau. Hal ini
terutama karena belum ditemukannya bukti-bukti sejarah tertulis di
Minangkabau. Peninggalan sejarah berupa bangunan, seperti masjid, batu
nisan lainnya, maupun catatan tertulis lainnya tidak dapat memberikan
kepastian. Beberapa sumber yang dapat dipercaya dan lebih memberikan
kepastian terutama berasal dari luar Minangkabau.
Berdasarkan berita dari China, Hamka (1976) mengatakan bahwa
pada tahun 684 M sudah didapati suatu kelompok masyarakat Arab di
Minangkabau.3 Hal ini berarti bahwa 42 tahun setelah Nabi Muhammad
SAW wafat, orang Arab sudah mempunyai perkampungan
diMinangkabau. Sehubungan dengan itu Hamka memperkirakan bahwa
kata “Pariaman”, nama salah satu kota di pesisir barat Minangkabau
berasal daribahasa Arab, “barri aman” yang berarti tanah daratan yang
aman sentosa. Selanjutnya diduga pula bahwa orang-orang Arab ini di
samping berdagang juga berperan sebagai mubaligh-mubaligh yang giat
melakukan dakwah Islam, sehingga pada waktu itu diperkirakan sudah ada
orang Minangkabau yang memeluk agama Islam.
Sejalan dengan itu, M.D. Mansur (1970), juga menyimpulkan bahwa
pada abad ke-7 agama Islam sudah dikenal di Minangkabau Timur,
mengingat pada waktu itu telah ada hubungan dagang antara Cina di Asia
Timur dan Arab di Asia Barat melalui Selat Malaka. Pada waktu itu di
Asia Barat, dengan Damaskus sebagai pusat, sedang berkuasa Daulat
Umayyah. Mereka sekaligus juga menguasai hubungan perdagangan
antara Timur (China) dan Barat (Laut Tengah). Walaupun demikian,
dakwah Islam pada waktu itu belumlah pesat dan malah kemudian
berhenti dan akhirnya lenyap sama sekali akibat larangan yang dilakukan
oleh Dinasti T’ang dari China yang merasa kepentingannyadi
Minangkabau terancam oleh Khilafah Umayyah.
Berbeda dengan pendapat di atas, Ismail Ya’koeb (1956)
memperkirakan agama Islam masuk ke Minangkabau melalui dua jalan.
Jalur pertama dari Selat Malaka melalui Sungai Siak dan Kampar, lalu
berlanjut ke pusat Minangkabau. Di zaman kebesaran Malaka sudah ada
raja-raja Islam di Kampar dan Indragiri. Dari sinilah masuknya agama
Islam ke bagian Timur Minangkabau dan seterusnya menyusup ke
pedalaman. Jalur yang kedua adalah dari Aceh masuk melalui pesisir barat
Sumatera terus ke Ulakan Pariaman, yang pada waktu itu merupakan
pelabuhan Aceh terpenting di Minangkabau, terutama pada zaman Sultan
Iskandar Muda (1607-1636).

C. Adat Basandi Syarak – Syarak Basandi Kitabullah


"Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah" yang artinya adat
bersendi kepada agama, agama bersendi pada Al qur’an. dari falsafah
tersebut agama yang dimaksud adalah agama Islam dan al qur’an
merupakan hukum tertinggi yang mengatur dalam ajaran adat
Minangkabau. Dari makna yang ada tergambar bahwasanya adat dan
agama saling bergandeng dan saling sejalan.

D. Perjanjian Bukit Marapalam


Pada masa penjajahan Belanda, kolonial Belanda mengadu domba
masyarakat Minang dengan memunculkan pertentangan dan perbedaan
pendapat, yang melatar belakangi munculnya Perang Paderi. Untuk
mengakiri pertentangan dan perbedaan pendapat ini, dilaksanakanlah
Piagam Bukik Marapalam yang disebut juga Sumpah Sati Bukik
Marapalam. Perjanjian ini merumuskan Adat Basandi Syara’, Syara’
Basandi Kitabullah. Rumusan ini adalah hasil kesepakatan antara pemuka
agama dan pemuka adat Minang. Perjanjian ini dilaksanakan di puncak
Bukit Pato, Tanah Datar, yang disebut juga bukit Marapalam. Daerah ini
dipilih karena posisinya yang strategis karena terletak di wilayah
perbukitan antara Kecamatan Lintau dengan kecamatan Sungayang.
Piagam Bukik Marapalam ini melahirkan konsep ideologis masyarakat
Minang, yang kemudian dijadikan landasan dalam menjalankan kehidupan
sosial, budaya, dan politik.
TUGAS 10

Sumbang Dua Baleh


Perihal
Sumbang
Pengertian Dua Baleh Nilai – Nilai
Pendidikan

Jenis - Jenis

A. Pengertian Sumbang Duo Baleh


Defenisi sumbang duo baleh dalam bahasa Minang artinya adalah
janggal. Secara umum dapat disimpulkan bahwa tergambar dari sikap dan
perilaku yang mendekati kepada kesalahan yang tidak enak di dengar dan
tidak indah dilihat.
Sumbang dalam adat Minangkabau dijelaskan dalam konsep sumbang
duo baleh.Sumbang itu tidak hanya terbatas pada dua belas macam dan
juga tidak hanya diterapkan kepada perempuan tetapi seharusnya juga
untuk laki-laki.Namun dikarenakan di dalam tambo Minangkabau dan
buku yang lainnya Sumbang duo baleh lebih mengacu kepada perempuan,
dan dalam konsep itu sesuai dengan jumlahnya istilah sumbang duo baleh
memang merupakan nilai-nilai aturan perilaku yang disusun untuk
perempuan Minangkabau.
Ibrahim (2014) mengatakan konsep sumbang duo baleh adalah perilaku
yang mendekati salah menunjukkan pelanggaran terhadap etika dan adat
istiadat Minangkabau, Hakimy (2004) juga mengatakan bahwa sumbang
duo baleh adalah aturan perbuatan-perbuatan tingkah laku yang apabila
telah terjadi di dalam kehidupan bergaul dan tingkah laku tersebut
akhirnya akan membawa seseorang kepada pekerjaan salah menurut
pandangan adat.
Sumbang Duo Baleh  adalah peraturan tidak tertulis dalam adat
minang yang berisi tentang tata krama dan nilai sopan santun. Di dalamnya
termuat dua belas ketentuan dan larangan yang mesti ditaati oleh setiap
perempuan minang. Melanggar aturan ini akan berakibat hukuman malu,
tidak hanya kepada dirinya sendiri, tapi juga mamak dan keluarganya.

B. Jenis – Jenis Sumbang Duo Baleh


Berikut 12 hal Sumbang (Salah) yang tidak boleh dilakukan :

Sumbang Duduak (Sumbang ketika Duduk)


Adat kebiasaan mengatur bahwa duduk yang paling pantas bagi
perempuan adalah bersimpuh. Tidak boleh bersila seperti lelaki, tidak
boleh mengangkat kaki, berjongkok. Duduk di kursi pun haruslah
menyamping dan merapatkan paha. Apabila berboncengan tidak boleh
mengangkang, harus menyamping.

Sumbang Tagak (Sumbang ketika Berdiri)


Saat berdiripun, perempuan diatur untuk berdiri dengan sopan, tidak
berkacak pinggang. Dilarang berdiri di tangga ataupun di depan pintu.
Dilarang untuk berdiri di pinggir jalan jika tidak ada yang dinanti, dan
tentunya dilarang berdiri berdua dengan yang bukan muhrim.
Sumbang Bajalan (Sumbang ketika Berjalan)
Bajalan si ganjua lalai, 
pado pai suruik nan labiah
Alu tataruang patah tigo, 
samuik dipijak indak mati

Ketika berjalan, perempuan haruslah berkawan, tidak boleh tergesa-gesa


namun harus tetap hati-hati. Diumpamakan bahwa semut yang terinjak
bahkan tidak mati. Demikian saking hati-hatinya.

Sumbang Bakato (Sumbang dalam Berkata kata)


Berkata haruslah dengan sopan dan memiliki tujuan, haruslah mengerti
kato nan ampek. Ia harus tahu dengan siapa ia berkata-kata. Dilarang
untuk memotong pembicaraan orang lain, berkata dengan terlalu
kegirangan.

Sumbang Mancaliak (Sumbang dalam melihat)


Perempuan yang telah gadih (gadis) dilarang untuk bersitatap dengan
lelaki yang bukan muhrimnya, ia haruslah menundukkan dan menjaga
pandangannya. Saat ada tamu, sebisa mungkin untuk tidak melihat jam
terlalu sering. Karena dianggap tengah mengusir tamu secara halus.

Sumbang Makan (Sumbang ketika Makan)


Makanlah secukupnya, makan pelan-pelan. Dilarang makan sambil berdiri
apalagi berjalan. Sebisa mungkin tidak berbicara saat makan kecuali
sangat penting. Jangan berbunyi saat makan atau istilah 'rang awak-nya
disebut "mancapak".

Sumbang Bapakaian (Sumbang dalam Berpakaian)


Pakaian harusah sopan, bersih dan rapih. Jangan memakai pakaian yang
jarang dan ketat, apalagi sampai mencetak lekuk tubuh. Kenakanlah
pakaian yang pas dengan fungsi masing masing, pakaian ke pasar tentu
beda dengan pakaian sembahyang.

Sumbang Karajo (Sumbang Ketika Bekerja)


Idealnya pekerjaan perempuan adalah pekerjaan yang ringan dan mudah.
Pekerjaan kasar dan berat hendaknya diserahkan kepada kaum lelaki,
ataupun dimintakan tolong kepada laki-laki yang ada.

Sumbang Tanyo (Sumbang dalam Bertanya)


Dalam bertanya, dengarlah terlebih dahulu penjelasan orang lain, barulah
bertanya dengan sopan. Maksudnya sopan adalah tidak menguji apalagi
merendahkan orang lain.

Sumbang Jawek (Sumbang dalam Menjawab)


Begitu juga ketika ditanyai, jawablah dengan seperlunya dan tepat. Jangan
menjawab sekenanya, sehingga orang harus bertanya berulang-ulang
karena semakin bingung. Jawablah hal yang perlu perlu saja, yang tidak
perlu tidak usah dijawab.

Sumbang Bagaua (Sumbang dalam Bergaul)


Pergaulan perempuan dewasa minang haruslah terjaga. Ia tidak boleh
bergaul terlalu dekat dengan bukan muhrimnya apalagi berjalan berduaan.
Selain itu akan terlihat sumbang bila perempuan dewasa bergaul dngan
anak kecil, apalagi ikut permainan mereka.

Sumbang Kurenah (Sumbang dalam bertingkah laku)


Dalam bertingkah laku sehari-hari haruslah tetap bisa menjaga perasaan
orang lain. Jangan berkata berbisik bisik, menutup hidung dalam
keramaian, tertawa terbahak-bahak dan sejenisnya. Jaga lisan dari hal yang
akan menyinggung banyak orang.
C. Nilai – Nilai Pendidikan Sumbang Duo Baleh
Pada Ilmu falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah
penghormatan Minangkabau terhadap perempuan selaras dengan
penghormatan syarak/agama Islam terhadap mereka, sebagaimana
termaktubnya surat khusus bernama An-Nisa (perempuan) dalam kitabullah
(Al-Qur’an).

Keistimewaan yang diberikan kepada perempuan Minangkabau itu tentu


harus diikuti dengan serangkaian usaha untuk menjaganya. Sebab, sesuatu
yang istimewa adalah sesuatu yang terjaga dan dipelihara sebaik mungkin.
Oleh karena itu, para pendahulu menetapkan aturan atau pendidikan terhadap
anak-anak perempuan agar tetap menjaga keistimewaan mereka. Nuansa
pendidikan itu disebut dengan sumbang, yang dapat diartikan sebagai sesuatu
yang tidak pada tempatnya.
TUGAS 11

Dangau, Surau, Lapau dan Rantau.


Dangau,
Surau,Lapau
dan Rantau
Nilai – Nilai
Pengertian Pendidikan

Ciri-Ciri Subjek Objek

A. Pengertian Dangau, Surau, Lapau dan Rantau


1. Dangau
Dangau semacam bangunan darurat di tengah-tengah ladang.
Biasanya berdinding tadie (gedek) dengan atap rumbia.Semula
berfungsi hanya untuk tempat menginap sambil menjaga ladang. Tapi
kemudian beberapa bujangan nimprung di sini. Dangau dijadikan
ajang bergurau, mengota-ota (ngobarol). Saling bertukar informasi
mengenai pertanian. Atau memperkatakan orang (bergunjing)
mengenai apa saja. Namun ada juga ilustrasi kesenian puput saluang.
2. Surau
Surau yang dibangun suatu kaum-suku. ini dinamakan surau kaum.
Ada pula yang dibangun masyarakat umum. Surau kaum untuk
mengaji anggota kaum itu dan untuk shalat berjamaah. Berarti tiap
suku punya guru mengaji yang piawai, sekalian jadi imam shalat.
Beliau sewaktu-waktu memberi ceramah rohani. Di samping itu,
dipergunakan untuk berkumpul-kumpul kaum yang bersangkutan
dalam rangka memelihara silaturahmi keluarga besar.
Surau yang dibangun masyarakat, fungsinya sama dengan mushala,
dipergunakan untuk shalat berjamaah dan wirid pengajian mingguan.
Dihadiri bukan oleh satu kaum saja, tapi siapa pun dalam satu
kampung, tidak pilih suku. Ada pula fungsi surau untuk "pelarian" bila
seorang laki-laki banganyi atau mangucie (pisah ranjang) akibat
bersengketa dengan isteri tersebab masalah yang tidak bisa diatasi.

3. Lapau
Hampir tiap kampung punya banyak lapau (warung). Lebih-lebih
di kawasan kelompok rumah yang ramai penghuni. Lapau bagi mereka
sekaligus ajang tempat bergurau. Tidak hanya menjual makan ringan
dan kebutuhan sehari-hari, tapi juga tersedia kopi, ketan, pisang
goreng, lontong, dan sebagainya. Tiap lapau punya meja yang
sekaligus digunakan untuk main domino. Tersedia pula palanta, yakni
bangku panjang yang bisa diduduki 4-5 orang bagi mereka yang
menonton main domino.

4. Rantau
Meninggalkan daerah sendiri untuk mencari pengetahuan atau
karena pertimbangan ekonomi dan nantinya pulang dalam keadaan
sudah lebih matang dan/atau lebih kaya.
Merantau meninggalkan kampung halaman sudah lama
membudaya. Ada yang dinamakan "rantau burung pipit", yakni
terbang membawa sarang. Bagi yang mampu berinvestasi, mereka
bangun restorannya dengan arsitektur Minang,bagonjong. Mereka
pakai sound system dengan lagu-lagu Minang baik yang tradisional,
maupun irama modern. Restoran Padang menyebar seantero nusantara,
bahkan di mancanegara.
Ada rantau hanyut. Mereka tidak pulang-pulang kampung lagi
setelah beranak-pinak. Ini dinamakan rantau cino. Mereka tidak
mengetahui siapa kerabatnya di kampung, tidak tahu apa suku dan
siapa ninikmamaknya. Bahkan tidak tahu dengan sudut-sudut
kampungnya.Tidak mau tahu dengan hak tanah ulayat yang seharusnya
diwarisi sebagai harta pusaka. Tidak menghargai nilainya dibanding
kekayaan yang diperoleh di rantau. Mereka yang melarat, malu pulang
kampung., takut diejek, dicemoohkan. Mereka tidak peduli lagi dengan
pepatah: Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri awak,
namun tetap cinta dengan negeri leluhur.

B. Ciri – Ciri
1. Dangau
- Seperti pondok
- Terletak di tengah ladang atau sawah
- Beratapkan rumbia
- Biasa terbuat dari kayu kayu
2. Surau
- Seperti mesjid tapi kecil
- Tempat beribadah
- Mengaji
3. Lapau
- Seperti warung
- Banyaknya meja untuk duduk duduk bergurau
- Banyak orang yang main domino atau berkumpul pada waktu
luang
- Menyediakan makanan makanan ringan seperti gorengan dan
lainnya
4. Rantau
- Orang minang yang pergi keluar provinsi
- Untuk mencari pekerjaan keluar kota
- Mencari tantangan diluar kota

C. Nilai Nilai Pendidikan


Orang Minangkabau masih sibuk mengulang sejarah masa lalu itu
dan lebih ekstrim lagi seolah ingin kembali ke masa lalu dengan
mengagungkan surau dan lapau. Sementara itu daerah lain semakin maju
dengan pendidikan modern yang jauh lebih lengkap dibanding surau dan
berdialektika secara akademis bebas dari cimeeh yang kerap kita temukan
di lapau-lapau.

Harus diakui kualitas pendidikan di Jawa jauh meninggalkan


kualitas pendidikan Sumatera Barat khususnya apakah itu bidang agama
maupun pengetahuan lainnya. Bila pendidikan di ranah masih belum bisa
bersaing dengan rantau maka anjuran merantau dari ninik moyang
Minangkabau masih sangat relevan. Karena itu marilah merantau, hari
sudah tinggi dan mari kita songsong masa depan dengan dada tegak tanpa
perlu menakur lagi untuk kembali ke zaman masa lalu.
TUGAS 12

Nagari

Kabul,
Banjar,
Taratak,
Pengertian Dusun dan Syarat Nagari
Koto

Perbedaan
Nagari dan Desa Unsur Nagari

A. Pengertian
Dalam pembentukan suatu nagari sejak dahulunya telah dikenal
dalam istilah pepatah yang ada pada masyarakat adat Minang itu sendiri
yaitu Dari Taratak manjadi Dusun, dari Dusun manjadi Koto, dari Koto
manjadi Nagari, Nagari ba Panghulu. Jadi dalam sistem administrasi
pemerintahan di kawasan Minang dimulai dari struktur terendah disebut
dengan Taratak, kemudian berkembang menjadi Dusun, kemudian
berkembang menjadi Koto dan kemudian berkembang menjadi Nagari,
yang dipimpin secara bersama oleh para penghulu atau datuk setempat.
Dan biasanya disetiap nagari yang dibentuk itu minimal telah terdiri dari 4
suku yang mendomisili kawasan tersebut.
Nagari merupakan kesatuan masyarakat hukum adat dalam daerah
provinsi Sumatera Barat yang terdiri dari himpunan beberapa suku yang
memiliki wilayah tertentu batas-batasnya, dalam hal ini memiliki harta
kekayaan sendiri, berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
dalam memilih pimpinan kesatuan keluarga yang lebih besar dari suku,
nagari biasanya terdiri dari lebih kurang 4 suku yakni keluarga besar yang
setali darah dari beberapa paruik menurut garis keturunan ibu.

B. Perbedaan Nagari dan Desa


Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
dengan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Nagari merupakan kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki
batas-batas wilayah tertentu, dan berwenang mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan fiosofi adat Minangkabau
(Adat Basandi syarak, Syarak Basandi Kitabullah) dan atau berdasarkan
asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
wilayah Provinsi Sumatera Barat.

C. Unsur Nagari
Nagari dipimpin oleh seorang wali nagari, Sultan, Raja dan dalam
menjalankan pemerintahannya, dahulunya wali nagari dibantu oleh
beberapa orang wali jorong, tetapi sekarang dibantu oleh sekretaris nagari
(setnag) dan beberapa pegawai negeri sipil (PNS) yang jumlahnya
bergantung dengan kebutuhan pemerintahan nagari tersebut. Wali nagari
dipilih oleh anak nagari (penduduk nagari) secara demokratis dengan
pemilihan langsung untuk masa jabatan 6 tahun dan kemudian dapat
dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Biasanya yang
dipilih menjadi wali nagari adalah orang yang dianggap paling menguasai
tentang semua aspek kehidupan dalam budaya Minangkabau, sehingga
wali nagari tersebut mampu menjawab semua persoalan yang dihadapi
anak nagari.

Nagari secara administratif pemerintahan berada di bawah


kecamatan yang merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten.
Sedangkan nagari bukan merupakan bagian dari perangkat daerah jika
berada dalam struktur pemerintahan kota. Berbeda dengan kelurahan,
nagari memiliki hak mengatur wilayahnya yang lebih luas. Nagari
merupakan bentuk dari republik mini.

Dalam sebuah nagari dibentuk Kerapatan Adat Nagari (KAN),


yakni lembaga yang beranggotakan tungku tigo sajarangan. Tungku tigo
sajarangan merupakan perwakilan anak nagari yang terdiri dari alim
ulama, cerdik pandai (kaum intelektual) dan niniak mamak (pemimpin
suku-suku dalam nagari). Keputusan penting yang akan diambil selalu
dimusyawarahkan antara wali nagari dan tungku tigo sajarangan di balai
adat atau balairung sari nagari. Untuk legislasi, dibentuklah Badan
Musyawarah Nagari (BMN) nama lain dari Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Unsur dalam BMN memuat unsur pada KAN dan dilengkapi
dengan unsur pemuda, wanita dan perwakilan tiap suku. BMN
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan nagari, yang
ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat dengan masa jabatan
selama 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk satu kali masa
jabatan berikutnya. Jumlah anggota BMN ditetapkan dengan jumlah
ganjil, paling sedikit 5 orang dan paling banyak 11 orang, dengan
memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan
keuangan nagari, serta ditetapkan dengan keputusan Bupati/Wali kota.

Dengan diterapkannya kembali model pemerintahan nagari di


provinsi Sumatra Barat, maka hal ini berdampak terhadap wewenang atas
penguasaan kembali tanah ulayat nagari maupun juga terhadap tanah-tanah
adat baik yang dimiliki secara individual maupun telah dikuasai negara
sebelumnya

D. Syarat Nagari

Nagari yang akan didirikan menurut adat Minangkabau, haruslah


memenuhi syarat sebagai berikut:

- Babalai bamusajik Maksudnya ialah bahwa suatu nagari haruslah


mempunyai balai balairung, tempat roda pemerintahan nagari
dilaksanakan di bidang eksekutif, legislatif, dan juga yudikatif.
Anggotanya seluruh penghulu. Juga mempunyai mesjid, yang
merupaka pusat peribadatan seluruh penduduk di nagari itu. Pada
pemukiman yang statusnya di bawah nagari tidak dibenarkan
kedua sarana itu didirikan. Untuk kedua sarana itu, masing-masing
hanya boleh didirikan dalam satu nagari. Sebab, kedua sarana
lembaga itu sekaligus merupakan alat pemersatu seluruh penduduk.

- Basuku banagari. Maksudnya ialah bahwa setiap penduduk terbagi


dalam kelompok masyarakat yang bernama suku. Setiap nagari
minimal mempunyai empat buah suku dengan pimpinan penghulu
dan peralatannya. Yang dimaksud banagari ialah bahwa setiap
penduduk harus jelas asal-usulnya, baik sukunya maupun
nagarinya yang semula, sebelum berpindah ke nagari yang
ditempati saat itu. Sehingga dapat diketahui statusnya sebagai
warga migrasi atau sebagai warga pendatang yang hendak menetap
untuk sementara. Status kependudukan ini sangat penting bagi
penentuan hak dan kewajiban mereka atas nagari itu

- Bakorong bakampuang Maksudnya ialah bahwa setiap nagari


menpunyai wilayah kediaman, baik di dalam lingkaran pusat yang
mempunyai batas tertentu yang dibentuk alam atau dibangun
berbentuk parit atao pohon aur berduri, maupun diluar lingkaran
sebagai perkampungan, sebagai satelit atau hinterland. Setiap
wilayah perkampungan di lingkaran pusat disebut sebagai korong.
Sedangkan wilayah perkampungan di luarnya dinamakan dengan
berbagai nama sesuai dengan kondisinya. Yakni koto, dusun, dan
taratak yang semuanya disebut kampung.

- Bahuma babendang Maksudnya ialah setiap nagari haruslah


memiliki pengaturan keamanan nagari dari gangguan yang datang
dari luar terhadap harta benda serta pengaturan informasi resmi
tentang berbagai hal yang perlu diketahui, seperti musim turun ke
sawah, gotong royong, dan kondisi yang perlu dilaksanakan
bersama agar segala sesuatau tidak menjadi simpang siur.

- Balabuah batapian Maksudnya ialah dalam nagari harus ada


pengaturan perhubungan dan lalu lintas serta perdagangan.

- Basawah baladang Maksudnya ialah dalam nagari terdapat


pengaturan sistem usaha pertanian serta harta benda yang menjadi
sumber kehidupan dan hukum pewarisannya.

- Bahalaman bapamedanan Maksudnya ialah dalam nagari terdapat


pengaturan rukun tetangga, pesta keramaian dan permainan.

- Bapandam bapusaro Maksudnya ialah dalam nagari terdapat


pengaturan masalah kematian beserta upacaranya.
TUGAS 13

Undang – Undang Nan 20

Undang – Undang
Nan 20
Perjanjian
Pengertian bukit
marapalam

Jenis

A. Pengertian
Undang-undang nan Duo Puluah adalah sarangkaian hukum
adaik Minangkabau nan mangatur tantang katantuan pidana dalam
masyarakat Minangkabau. Sacaro umum, Undang-undang ko tabagi pado
duo bagian nan utamo: Undang-undang nan Salapan jo Undang-
undang nan Duo Baleh.
B. Jenis Undang – Undang nan 20
1. Undang – Undang nan Salapan
Undang-undang nan Salapan (disabuik juo sabagai undang-undang
nan di ilie) adolah lapan macam paraturan nan mangatur tantang jinih-
jinih kasalahan (cemo nan bakadaan) nan dapek kanai hukuman
sapanjang adaik. Macam-macam kasalahan nan diatur dek undang-
undang ko adolah:
- Tikam bunuah padang badarah: tikam artinyo mambuek luko surang
urang sacaro sangajo, ketek atau gadang. Bunuah dapek bamukasuik
pambunuahan surang urang dek sangajo atau untuak alasan mambela diri.
Hukuman kasalahan tikam bunuah adolah mambayia sajumlah ameh
sabagai pangganti untuak urang miskin nan indak mampu mambayia,
bisa diganti jo kambiang, nasi kunyik, atau pakaian sapatagakan.
- Samun saka tagak di bateh: samun aratinyo maambiak barang
kapunyoan surang urang (pancurian), samantaro saka aratinyo samun nan
ditambah pulo jo pambunuahan. Urang nan manyamun dihukum
mambaliakkan barang-barang nan inyo ambiak pado tuan usalinyo dan
diikek salamo tigo hari, sadang untuak urang nan manyaka hukumannyo
samo jo pambunuah.
- Upeh racun batabang sayak: upeh aratinyo maagiah sajinih racun
dalam makanan surang urang; kok urang nan kanai upeh sampai mati,
mako jatuah hukuman nan samo cando tikam bunuah. Hukuman untuak
urang nan maupeh adolah 20 ameh, sadang untuak nan maracun samo jo
paambunuah.
- Kicuah kicang budi marangkak atau umbuak umbai: kicuah aratinyo
mangurangi dari katarangan nan sabanyo; kicang aratinyo manipu
tantang kualitas barang nan dijua (ameh basapuah dikato murni);
umbuak jo umbai samo jo panipuan nan mampagunoan kato-kato nan
manih tapi nyatonyo duto. Hukuman ateh kaampek macam pabuatan ko
adolah sasuai karugian nan didapek dek urang nan takanai.
- Dago dagi mambari malu: dago adolah pabuatan mambantah kato-kato
kapalo adaik sainggo mangganggu tagaknyo undang jo adaik nan rasmi
dan marusak kahormatan nagari; dagi adolah pabuatan mangganggu
katantaraman jo kadamaian masyarakat, mambuek haru-biru dalam
nagari, ampia sapangkek jo kagiatan subversif. Hukuman untuak
pandago/pandagi bamacam-macam, dari dando satu tail ameh, saikua
kabau, dijadian sandera di istano rajo, dibuang siriah, dibuang
tangkarang, sampai dibuang putuih ka luar daerah.
- Maliang curi taluang dindiang: maliang aratinyo maambiak arato urang
lain dari tampek simpanannyo pado malam hari, sadang curi aratinyo
maambiak barang urang nan talatak dima-dima sajo, indak tantu siang
atau malam. Hukuman untuak maliang atau pancuri mulai dari dilapeh jo
nasiaik sajo, dicukua rambuiknyo, diagiah conteang di mukonyo, atau
diarak kaliliang nagari. Kok maliang atau pancuri ko dibunuah kutiko
sadang malakukan pabuatannyo, nan mambunuah indak akan dituntuik
dan si mati ko dianggap mati anjiang sajo.
- Rabuik rampeh atau rabuik rompak: bantuak kasalahannyo ampia
samo jo samun saka, dan hukumannyo samo pulo.
- Sumbang salah laku parangai: sumbang adolah pabuatan nan indak
patuik dan malangga kahormatan surang urang sapanjang adaik, cando
maintai anak gadih mandi; salah adolah kasumbangan nan labiah barek,
cando malakukan zina. Duo urang nan alun kawin dan babuek sumbang
hukumannyo dikawinkan.

2. Undang – Undang nan Duo Baleh


Undang-undang nan Duo Baleh (disabuik pulo sabagai undang nan
di mudiak) tabagi manjadi duo bagian: Undang-undang Anam nan
Daulu maatur prosedur pambuktian palanggaran atau kajahatan nan
tatangkok basah atau badasarkan kasaksian urang; jo Undang-undang
Anam nan Kudian maatur prosedur pambuktian palanggaran atau
kajahatan badasarkan tando atao katarangan.
- Undang-undang Anam nan Daulu
 Tatumbang taciak: aratinyo surang urang ko indak dapek mailak dari
tuduahan atau mangaku surang ateh pabuatannyo.
 Tatando tabukti: aratinyo alah basuo jajak atau tando baso urang ko
lah nan ado di tampek tajadinyo kajahatan atau basuo bukti nan
mambarekkan kapado surang urang ko.
 Tacancang tarageh: aratinyo tampak bakeh barang nan punyo surang
urang ko di tampek tajadinyo kajahatan atau di badannyo surang.
 Taikek takabek: aratinyo urang ko taintai atau tasuo dek urang lain
kutiko sadang babuek kajahatan.
 Talala takaja: aratinyo urang jaek ko ditamuan di tampek inyo
mailak atau bisa tatangkok dek urang rami sasudah dikaja.
 Taambek tapukua: aratinyo urang jaek ko bisa taambek dek urang
rami salapeh dikapuang atau tapaso inyo dipukua dek sabab malawan.

- Undang-undang Anam nan Kudian

 Basuriah bak sipasan, bajajak bak bakiak: aratinyo jajak urang ko


ditamuan di tanah dan kok diikuik-an maarah pado inyo.
 Anggang lalu atah tajatuah: aratinyo urang ko ditamuan kutiko
sadang barado di tampek kajadian kajahatan.
 Condong mato urang banyak: aratinyo urang ko manarik paratian
urang rami dek tingkah lakunyo.
 Bajua bamurah-murah: aratinyo pabuatan jaek tacium dek manjau
sasuatu nan aragonyo murah atau di bawah arago pasa, dek sabab barasa
dari tampek nan inyo punyo.
 Bajalan bagageh-gageh: aratinyo urang ko dicurigai urang rami
karano kutiko bajalan inyo tagageh-gageh dan indak wajar.

 Dibaok pikek, dibaok langau: aratinyo urang ko dicurigai dek inyo


galisah ilia-mudiak indak bakatantuan.
C. Sangsi

1. Ganti rugi

Sasuai prinsip bangkak didamak luko ditaweh atau bongkak didiang, luko
diubek, kok kajahatan surang urang mambuek sakik urang nan jadi
korbannyo, si urang jaek wajib mambiayai ubek korbannyo

2. Dando

Dando adolah jinih hukuman nan paliang umum dalam pidana adaik di
Minangkabau, sasuai prinsip adaik diisi limbago dituang sarato kaki
tataruang inai padahannyo, lidah tadorong ameh padahannyo. Dando
dapek dijatuahkan sabagi hukuman pangganti nan basipaik material atau
untuak palanggaran nan basipaik immaterial, cando sumbang salah.

3. Buang

Dibuang atau dikuciakan (di Silungkang disabuik dikuruang di lua)


dijatuahan mamakai banyak prinsip. Pado dasarnyo, urang nan dibuang di
kaba baiak indak diimbauan, di kaba buruak indak diiambauan dan indak
ditapuak banduenyo, indak ditingkek-i janjang rumah gadangnyo.
Hukuman buang dianggap sabagai hukuman nan paliang barek, dek sabab
baabu bagantiak, kumuah basasah. Jinih-jinih buang nan lazim antaro
lain:

- Buang biduak, buang siriah atau dikuciekan: dibuang dan


diasiangan dari kaumnyo surang;
- Buang daki: dibuang dari nagarinyo dan aratonyo dirampeh untuak
mangganti rugi korban kajahatannyo;
- Buang tingkarang atau buang bidal: dibuang dari nagarinyo,
namun buliah pulang salapeh maisi adaik jo caro mandabiah kabau,
jawi, atau kambiang;
- Buang puluik: dibuang dari nagarinyo dan indak buliah pulang
mamakai alasan apo pun.
TUGAS 14

Lareh Nan Duo

Lareh nan duo

Perkemban
Pengertian
gan suku

Jenis lareh Suku

A. Pengertian
Lareh berasal dari bahasa Minangkabau. Dalam bahasa Indonesia dibaca
laras, artinya pemerintahan adat. Zaman dahulu kala di daerah Minangkabau
ada dua "lareh" (Lareh nan duo), yaitu Lareh Koto Piliang dan Lareh Bodi
Caniago. Lareh Koto Piliang artinya sistem pemerintahan adat koto Piliang.
Lareh Bodi Caniago artinya sistem pemerintahan adat Bodi Caniago.
B. Jenis Lareh

Ada tiga Lareh dalam Minangkabau:

1. Lareh Koto Piliang, menganut sistem budaya aristokrasi militeristik yang


digagas oleh Datuk Ketumanggungan. Kelarasan ini banyak dipakai di
Tanah Datar, sebagian daerah Solok dan daerah-daerah rantau
Minangkabau.
2. Lareh Bodi Caniago atau dikenal sebagai Adat Perpatih di Negeri
Sembilan, Malaysia, menganut sistem budaya demokrasi sosialis digagas
oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang. Kelarasan ini banyak dipakai di
Kabupaten Lima Puluh Kota, Riau dan Negeri Sembilan, Malaysia.
3. Lareh Nan Panjang Dipimpin oleh Datuk Badaro Kayo yang
berkedudukan di Pariangan Padang Panjang. Tugasnya menjadi juru damai
sekiranya terjadi pertikaian di antara kelarasan Koto Piliang dan Bodi
Caniago.Di dalam pepatah adat disebutkan: Pisang sikalek-kalek utan
Pisang simbatu nan bagatah Bodi Caniago inyo bukan Koto piliang inyo
antah

C. Suku dan Perkembangan Suku


1. Suku Koto Piliang
Suku Koto Piliang disusun oleh Datuak Katumangguangan. Datuak
Katumangguangan ini adalah raja yang suka memerintah dan sifatnya sangat
keras. Jika aturanya dilanggar, ia marah sekali. Datuak Katumangguangan
juga keras dalam memerintah. Lareh Koto Piliang diatur dan ditata dengan
cara-cara yang keras pula. Semua peraturan dibuat oleh pemimpin. Rakyat
tidak diikutsertakan. Kekuasaan tertinggi berada di tangan pemimpin. Rakyat
hanya melaksanakan aturan saja. Apabila ada yang melanggar harus dihukum.
2. Suku Bodi Caniago
Suku Bodi Caniago dibentuk oleh Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Ia
bukanlah anak raja, melainkan anak pembantu raja. Bapaknya seorang yang
arif, bijaksana, suka bermufakat, dan tidak keras. Selain itu, Datuak Parpatiah
Nan Sabatang dididik secara lembut dan penuh kasih sayang oleh Bapaknya.
Hasil didikan dari keluarganya itu menjadikan ia seorang pemimpin yang
disegani oleh rakyat.
TUGAS 15

Budi Pekerti dan Sopan Santun di Minangkabau

Budi pekerti dan


sopan santun di
minangkabau

Pengertian Fungsi
evaluasi

Ciri

A. Pengertian
Sopan santun yang sering disebut dengan tatakrama, yaitu adat
istiadat yang baik, dapat diartikan sebagai cara seseorang bergaul
dalam berhubungan dengan orang lain. Pergaulan menurut adat
minangkabau terkenal sangat halus dan tinggi. “santun” berarti
halus dan baik dan “sopan” berarti sabar dan tenang. Budi pekerti
yang tinggi menjadi salah satu ukuran martabat seseorang. Etika
menjadi salah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap individu
minang. Adat minang mengutamakan sopan santun dalam
pergaulan.
B. Ciri
Orang tua sejak kecil telah mengajarkan cara minum, menyapa,
memberi hormat, berbicara, berpakaian, bersikap dan lain-lain.
Akhirnya prilaku seseorang terbentuk menjadi kebiasaan, tanpa
disadari mengapa berbuat demikian. Adat sopan santun lahir,
karena adanya interaksi antara individu maupun dengan
masyarakat.

C. Fungsi evaluasi
Pada zaman sekarang di zaman yang sudah canggih ini banyaknya
orang orang yang tidak tau dengan sopan santun dan budi pekerti
di minangkabau,karena udah larut pada zaman yang identik dengan
media sosial. Orang tua seharusnya mengajarkan anak anaknya
untuk mengerti dengan adab yang ada di minangkau agar dia tidak
lupa dengan sopan santun yang harus kita terapi dalam kehidupan
sehari hari. Oleh karena itu ini harus kita evaluasi untuk pada masa
masa selanjutnya dimana anak anak dikurangi atau di batasi untuk
bermain hp sedari kecil,yang dimana kita seharusnya mengajarkan
norma norma adab yang ada di minangkabau.
TUGAS 16

Rumah Gadang

Rumah gadang

Pengertian
Fungsi

Jenis

Rangkaiang
Bagian bagian

A. Pengertian
Rumah Gadang adalah rumah tradisional dari suku minangkabau. Menurut
bentuknya, rumah adat ini disebut rumah gonjong atau rumah bagonjong
(rumah bergonjong), karena bentuk atapnya yang bergonjong runcing
menjulang. Jika menurut ukurannya, tergantung pada jumlah lanjarnya
( ruas dari depan ke belakang ).

Sedangkan ruangan yang berjajar dari kiri ke kanan disebut ruang. Rumah
yang berlanjar dua dinamakan lipek pandan (lipat pandan). Umumnya
lipek pandan memakai dua gonjong. Rumah yang berlanjar tiga disebut
balah bubuang (belah bubung). Atapnya bergonjong empat. Sedangkan
yang berlanjar empat disebut gajah maharam (gajah terbenam). Biasanya
gajah maharam memakai gonjong enam atau lebih.
B. Fungsi
 Sebagai monumen Minangkabau

Rumah Gadang sebagai bukti hasil kebudayaan sebuah suku yang sangat
tinggi. Fungsi monumen bisa digambarkan dengan ungkapan Minang,
"Rumah Gadang sembilan ruang, salanda kudo balari, sapakiak budak
maimbau, Sajariah kubin malayang. Gonjongnya rabuang mambasuik,
Antiang-antiangnyo disemba alang, Parabuangnyo si ula gerang, Batatah
timah-timah puriah, Barasuak tareh limpato, Cucurannyo alang babega,
Saga tasusun bak bada mudiak. Parannyo si bianglalo, batatah aie ameh,
salo manyalo aie perak. Jariaunyo puyuah balari, indah sungguah
dipandang mato, tagamba dalam sanubari,".

 Sebagai lembaga adat dan lambang suatu kaum, lambang kehidupan dan
kerukunan suatu kaum

Fungsi rumah sebagai lembaga adat dan lambang suatu kaum, lambang
kehidupan dan kerukunan suatu kaum meliputi sebagai berikut:
1. Tempat tinggal sebuah keluarga besar dengan beberapa keluarga inti
2. Tempat bermusyarawarah atau bermufakat bagi kaum atau keluarga
3. Tempat melaksanakan upacara, seperti upacara penobatan penghulu,
atau
4. upacara perkawinan Tempat merawat anggota keluarga.

C. Bagian Bagian
Bangunan rumah Gadang terdiri atas lanjar (ruangan dari depan ke
belakang) dan ruang (berjajar dari kiri ke kanan). Lanjar tapi merupakan
lanjar kehormatan tempat laki-laki diadakan upacara adat dan perjamuan.
Ruang tengah merupakan tempat makan keluarga. Anjuang (ruangan yang
ditinggikan di sebelah ujung), tempat kehormatan bagi penghulu waktu
upacara adat. Juga sebagai tempat penyimpanan benda pusaka dan barang
berharga milik kaum. Ruang dapur terpisah di bagian belakang.
D. Jenis
1. Gonjong ampek baanjuang
Rumah adat ini merupakan rumah adat Padang yang wajib didirikan di
daerah Luhak Nan Tigo. Rumah adat Ampek Baanjuang merupakan
tanda adat bagi masyarakat setempat. Sesuai namanya ‘ampek’ yang
berarti empat, bangunan rumah adat ini memiliki 4 buah gojong di atas
atap dan punya lebih dari tujuh ruangan. Ciri khasnya, bangunan
rumah adat ini punya tambahan anjung di sisi kiri dan kanan bangunan.

2. Gonjong anam
Rumah adat ini adalah rumah adat Minang. Bentuk bangunannya mirip
seperti Rumah Gadang Gajah Maharam, tetapi rumah adat ini sudah
dimodifikasi dengan penambahan ukiran-ukiran khas Minangkabau
sehingga menjadi bangunan beranjung. Rumah adat Gonjong Anam
punya bangunan yang lebih modern dibandingkan rumah adat
Sumatera Barat lainnya. Salangkonya menggunakan papan dan bukan
anyaman bambu. Kemudian jendelanya dibuat lebih banyak supaya
pencahayaan bisa lebih banyak masuk ke dalam rumah.

3. Gonjong sibak baju


ini punya ciri khas bentuknya yang mirip dengan belahan baju. Rumah
adat ini masih meniru model rumah Gadang Gajah Maharam. Bahan
dasar pembuatannya adalah kayu dan sasak.

4. Rumah gadang jenis gajah maharam


Rumah gadang jenis Maharam merupakan salah satu rumah adat
Sumatera Barat yang termasuk kategori mewah. Syarat membangun
rumah adat ini adalah rumah harus menghadap utara dengan dinding
sisi timur, barat, dan selatan ditutupi sasak. Seluruh bangunan dibuat
dari kayu-kayu berkualitas, seperti kayu juar, surian, dan ruyung.
Atapnya terbuat dari seng.
Rumah adat ini terdiri dari 4 kamar dengan ukiran khas Minangkabau
sebagai dekorasi pintu-pintu kamar. Untuk membangun rumah adat ini,
dibutuhkan 30 tiang penopang. Karena banyaknya tiang penopang ini,
rumah adat jenis Gajah Maharam dianggap sebagai bangunan tahan
gempa.
5. Rumah gadang gonjong limo
Ciri khas bangunan rumah adat ini adalah penambahan gonjong di
bagian kiri dan kanan bangunan. Rumah adat ini banyak ditemui di
Kota Payakumbuh, Padang. Rumah Gadang Gonjong Limo punya
pengakhiran bangunan yang sama dengan Gajah Maharam, hanya saja
tidak ditambah anjung.

6. Rumah gadang surambi papek


Rumah adat ini terlihat agak berbeda dengan rumah adat lainnya.
Rumah adat Sumatera Barat ini punya pengakhiran kiri dan kanan yang
disebut bapamokok atau papek dalam bahasa Minang yang berarti
pintu masuk dari belakang. Jadi, jika Anda mau masuk ke rumah ini
ketika berkunjung, Anda harus masuk melalui pintu belakang rumah.
Tetapi, seiring perkembangan zaman, banyak pula rumah Gadang
Surambi Papek yang dimodifikasi sehingga punya pintu depan.

7. Rumah gadang batingkek


Model bangunan rumah gadang ini mirip seperti rumah gadang Gajah
Maharam. Dalam bahasa Indonesia, Rumah Gadang Batingkek berarti
rumah gadang bertingkat. Dulu, rumah adat ini banyak ditemui di
Padang, tetapi akan sangat jarang ditemui pada masa kini. Yang
dimaksud bertingkat adalah gonjongnya yang bertingkat-tingkat.

Anda mungkin juga menyukai