Anda di halaman 1dari 27

Nama :Bobbi Muhammad Adam

Nim :1912030074

Kelompok : IX (sembilan)

Smt/Jur : II/Manajemen Dakwah

Hari/Tgl :Kamis, 19 Maret 2020

Dosen:Drs. Syamsuar Syam, M.Ag

Pepatah Minangkabau

1. Baribu nan tidak lipuah, jajak nan indak hilang.

Satu ajaran yang tetap berkesan, yang diterima turun temurun.

2. Bariak tando tak dalam, bakucak tando tak panuah.

Seseorang yang mengaku dirinya pandai, tetapi yang kejadiannya sebaliknya.


Nama :Bobbi Muhammad Adam

Nim :1912030074

Kelompok : IX (sembilan)

Smt/Jur : II/Manajemen Dakwah

Hari/Tgl :Kamis, 19 Maret 2020

Dosen:Drs. Syamsuar Syam, M.Ag

Rangkuman Islam dan Budaya Minangkabau Kelompok I (Satu)

MASUKNYA ISLAM DI MINANGKABAU

Berbagai versi sejarah tentang Islam di Minang Kabau, namun yang bisa diterima
oleh banyak pihak bahwa Islam baru dikenal oleh masyarakat Minang Kabau dalam arti
sebuah agama diperkirankan sekitar 1600 M. William Marseden, dalam bukunya, the
history of sumatera, mengakaui betapa cepatnya proses pengislaman itu. Ia heran melihat
masyarakat Minang Kabau telah sepenuhnya memeluk Islam, ketika ia mengunjungi
daerah tersebut pada tahun 1778. Padahal dalam sebuah manuskrip tahun 1761 M di
gambarkan bahwa masyarakat disana kebanyakan masih menyembah berhala.
Khusus fase awal islam ke Minang Kabau menurut suatu pendapat
mengemukakan penduduk asli telah diislamkan oleh pedagang-pedagang islam yang
berlayar dari Malaka menyelusuri sugai Kampar dan Indragiri, pada abad 15 dan 16M.
Pada sisi lain, kerajaan Pasai di Aceh yang telah bercorak Islam menanjak naik dibawah
kekuasaan sultan Iskandar Muda pada tahun 1607-1638 M, membawa akibat dikuasainya
kerajaan kecil Minang Kabau oleh kekuasaan Aceh dalam kondisi seperti ini menurut
pendapat lain Islam mulai masuk dari kota-kota di pantai barat selatan sumatra menuju
ke pedalaman Minang Kabau. Pada saat itu kebesaran kejayaan pasai Islam Aceh telah
sampai ke pesisir barat pulau Sumatra yang lebih dikenal dengan Minang Kabau. Di
samping berdagangan mereka juga memperkenalkan agama yang baru yang mereka anut,
yaitu Islam. Kejayaan kerajaan Aceh selanjutnya membawa pengaruh yang berarti bagi
perluasan islam MinangKabau pada masa-masa berikutnya.
Sedangkan asumsi masuknya Islam melalui pesisir barat didasari oleh intensifitas
kegiatan pantai barat Sumatra pada abad ke16 M sebagai akibat dari jatuhnya Malaka ke
tangan Portugis. Pada waktu itu, pengaruh kekuasaan Aceh (pelajut kekuasaan pasai)
sangat besar, terutama pada wilayah pesisir barat Sumatra. Ada beberapa penulis yang
mengatakan bahwa Syekh Burhanuddin Ulakan dianggap sebagai tokoh yang membawa
islam ke wilayah ini. Syekh Burhanuddin dikenal sebagai pembawa aliran tarikat
Syatariah ke MinangKabau untuk pertama kalinya.
Perkembangan agama Islam di Minangkabau abad ke 17 -19 sangat diwarnai oleh
aktifitas beberapa ordo Sufi. Diantaranya yang dominan adalah Syatariyah dan
Naqsyabandiyah. Tarikat Syathariyah, sebagai yang disebutkan terdahulu, telah
menyebar melalui surau-surau yang didirikan oleh murid-murid Syekh Burhanuddin.
Sejak masyarakat Minangkabau menerima Islam sebagai agamanya,
penyesuaian agama Islam dengan adat tersebut dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin
tahun 1646-1692.4 Islam yang masuk cendrung damai dan tenang, upaya penyesuaian
nilai Islam dengan adat di kalangan masyarakat Minangkabau, Islam yang masuk dari
daerah pesisir/rantau ke daerah pedalam/darek.
Terserapnya Islam kedalam sistem kepercayaan dan struktur sosial Minangkabau
tidak menggantikan adat, tetapi lebih memperkaya adat Minangkabau sendiri.
Masyarakat Minangkabau taat menjalankan Syariat Islam dan aturan adat, dituangkan
dalam falsafah yang berbunyi “adat basandi Syarak, syarak basandi kitabullah”.
Masyarakat dalam menjalankan adat berpedoman pada ajaran agama yang bersumber
dari Al-Quran dan Hadits Nabi.
Disamping mengajarkan agama Islam Syekh Burhanuddin juga mengajarkan
Tarekat Syathariyah. Tarekat merupakan petunjuk untuk membersihkan diri manusia
melalui thariq atau jalan menuju Tuhan, serta dapat membawa manusia kepada
kebahagian dunia dan akhirat. Menurut Al-Qur-an dan Hadist Nabi, tarekat dapat
diartikan sebagai suatu gerakan yang lengkap untuk memberikan latihan-latihan rohani
dan jasmani dalam segolongan orang-orang Islam menurut ajaran-ajaran dan keyakinan
tertentu, hingga terbentuk suatu kekeluargaan tersendiri yang didirikan menurut aturan-
aturan serta perjanjian tertentu.
Nagari Sintuak adalah Salah satu nagari yang ada di Kabupaten Padang
Pariaman yang menganut ajaran tarekat Syathariyah. Nagari Sintuak merupakan nagari
yang terletak di Kecamatan Sintuak Toboh Gadang. Nagari ini terbuka dari pengaruh
dunia luar tetapi dilain pihak tradisi tarekat masih dipegang teguh oleh masyarakatnya.
Tarekat Syathariyah dianut oleh masyarakat nagari Sintuak dengan pengikut
ajaran yang cukup luas dan banyak. Hal itu dibuktikan dengan adanya surau-surau di
nagari Sintuak yang menjadi surau penganut tarekat Syathariyah mereka menjalankan
ajaran tarekat bersama tradisi seperti, pelaksanaan Maulid Nabi dengan makan bajamba,
pelaksanaan shalat tarawih 20 raka’at, pelaksanaan dzikir beserta tahlil di surau, kegiatan
bersapa ke Ulakan pada bulan shafar, dan nuansa tasawuf lainnya.
Perkembangan islam yang lebh terencana baru dapat berlangsung setelah pusat
mnang kabau(darek) mendapat tempat yang berarti dalam sstem sosial kemasyarakatan
dirantau yaitu ditterimanya surah(masajid) sebagai salah satu persyaratan sahnya satu
nagari baru, setelah islam masuk dan menjadi anutan oleh raja Pangaruyung.
Pengembangan islam yang demikian pesat dan masuk jauh kepedalaman
MinangKabau melalui lembaga surau. Surau dapat memaikan perannya sebgaai unsur
kebudayaan asli suku Melayu dan berkaitan dengan keyakinan yag dianutnya. Setelah
islam masuk ke nusantara surau menjadi bangunan islam.(Sidi Gazalba: 1989:314-15).
Menurut adat miang kabau adalah kepunyaan kaum atau individu ialah bagian dari suku,
dapat juga disamakan dengan clan.
Suaru adalah pelengkap rumah gadang(rumah adat). Namun tidak setiap rumah
gadang memilikinya, karena surau yang telah ada masih dapat menampung para pemuda
untuk bermalam, para musafir dan pedagang bila melewati suatu desa dan kemalaman
dalam perjalannya. Dengan demikian para pemuda yang tinggal dan bermalam disurau
dapat mengetahui informassi yang terjadi diluar desa mereka serta situasi kehidupan di
rantau. Jadi surau mempunyai multi fungsi karena ia juga pusat informasi dan tempat
terjadinya sosialisasi pemuda.
Nama :Bobbi Muhammad Adam

Nim :1912030074

Kelompok : IX (sembilan)

Smt/Jur : II/Manajemen Dakwah

Hari/Tgl :Kamis, 26 Maret 2020

Dosen:Drs. Syamsuar Syam, M.Ag

Pepatah Minangkabau

1. Aia diminum raso duri,nasi dimakan raso sakam

Pepatah ini merupakan sebuah gambaran sebuah keadaan dimana seseorang sedang
mengalami penderitaan. Penderitaan ini bukan hanya dari fisik yang mudah di
sembuhakan atau dipulihkan namun juga berasal dari batin yang menyoksa diri dan
juga mental

2. Alah limau dek mindalu, hilang pusako dek pancarian

Pepatah ini merupakan sebuah gambaran dari sesuatu yang hilang karena dicari ,
yakni kebùdayaan asli suatu bangsa . Dikarenakan manusia selalu mencari sesuatu hal
yang baru, maka kebudayaan yang lama yang dirasa kuno dan tidak cocok lagi dengan
dirinya perlahan ditinggalkan.
Nama :Bobbi Muhammad Adam

Nim :1912030074

Kelompok : IX (sembilan)

Smt/Jur : II/Manajemen Dakwah

Hari/Tgl :Kamis, 26 Maret 2020

Dosen:Drs. Syamsuar Syam, M.Ag

Rangkuman Islam dan Budaya Minangkabau Kelompok II (Dua)

URANG NAN AMPEK JINIH, DAN JINIH NAN AMPEK

A. Urang Nan Ampek Jinih

1. Penghulu
Penghulu yaitu, dikatakan juga tiang nagari, kuat penghulu maka kuat pulalah
nagari. Juga di katakana "elok nagari dek pangulu, elok tapian dek rang mudo". Dalam
memimpin sukunya, penghulu suku di bantu oleh tiga orang pembantu yaitu manti,
malin dan dubalang. Dalam masyarakat adat minang kabau penghulu marupakan
sebutan kepada ninik mamak pemangku adat yang bergelar datuk. Sebagai pemimpin
penghulu bertaggung jawabdan berkewajiban memelihara anggota kaum suku dan
nagari nya. Penghulu bertanggung jawab atas permasalahan yang terdapat dalam
masyarakat.
Kedudukan penghulu tidak sama dengan kedudukan dan fungsi seorang feodel.
Penghulu tidak dipusakai oleh anaknya seperti dalam masyarakat feodel, melainkan
oleh kemenakan nya yang bertali darah. Sebagai penghulu ia di sebut datuak, baik ia
sebagai penghulu paruik maupun sebagai penghulu suku. Menurut adat bodi caniago
seluruh penghulu sama dan sederajat kedudukan nya, semua dinamakan penghulu
Andiko.
Andiko berasal dari kata bahasa sangsekerta yaitu andika yang berarti
memerintah. Penghulu seandiko artinya setiap penghulu mempunyai wewenang dan
memerintah di dalam suku nya, sampai ke dalam nagari masing-masing. Jabatan
penghulu itu di peroleh oleh seseorang karena di angkat oleh anggota kaumnya sendiri.
Tingginya di anjung, besar nya di pelihara dengan pengertian sebelum ia di angkat dan
memegang jabatan penghulu dia sudah besar dan tinggi juga di dalam kaumnya. Karena
kelebihan nya ini pilihan jatuh kepada dia atau di katakan juga tinggi menenyentak
rueh. Penghulu sebgai pemimpin harus lah baalam leba badado lapang, dengan
pengertian harus lah berjiwa besar dan berpandangan luas dalam menyelesaikan suatu
masalah harus lah punya prinsip:
Tak ado kusuik nan indak salasai
Karuah nan indak ka janiah
(tidak ada kusut yang tidak selesai Keruh yang tidak jernih)
Dalam mencari penyelesaian harus bijaksana dan di umpama kan seperti menarik
rambut dalam tepung, tapuang indak taserak, rambuki indak putuih. Seorang penghulu
di ibarat kan: air yang jenih sayak yang landai, seperti kayu di tengah padang, urat nya
tempat bersila, batang nya tempat bersandar, dahanya tempat bergantung, buah nya
untuk dimakan, daunnya untuk berlindung.

2. Manti
Manti adalah pembantu penghulu di bidang tatalaksana pemerintahan. Hal-hal
yang berhubungan dengan pemerintah menurut adat di urus oleh manti. Dari aturan adat
di atas terkandung fungsi, tugas dan tanggung jawab seorang manti, antar lain:
a. Memegang bidang tatalaksana dan organisasi kepenghuluan yang diembannya.
b. Sebagai ‘angin ‘ menjadi pembawa informasi dan penghubung antar kaum atau
antar penghulu yang berada dalam lingkup kepenghuluan yang diembanya.
c. Menerima laporan dan pengaduan dan serta menindak lanjutinya.
d. Menanggani dan berusaha menyelesaikan silang salisiah atau sangketa antar kaum.
e. Dalam bersikap dan berbuat berpedoman kepada ajaran-ajaran agama dan adat, dan
kepada apa-apa yang telah diadatkan.
f. Secara umum manti adalah bertugas mengurus kegiatan sehari-hari.
3. Malin
Malin adalah pembantu penghulu dibidang agama. Semua urusan agama menjadi
tanggung jawabnya. Ia bertindak menurut ajaran islam, al-qur’an dan hadist, tugasnya
membimbing masyarakat kejalan yang di tentukan oleh islam. Pepatah aturan adat di atas
juga memberikan gambaran apa-apa yang menjadi tugas dan kewajiban seorang malin,
yaitu:
a. Dalam menjalan kan tugas dan kewajibannya, seorang malin harus selalu teguh
menegakan agama.
b. Harus berusaha memelihara dan mengembangkan ajaran-ajaran agama kepada seluruh
kaum dan anak kamanakan yang ada didalam nya.
c. Mengurus masalah ibadah, masalah keguruan, dan masalah-masalah keagamaan dalam
acara-acara adat.
d. Dengan syariat agama, malin juga bertugas dan berusaha ‘ mengcuci segala yang kotor
dan kumuh’ dalam kaum dan anak kamanakan.

4. Dubalang
Dubalang (hulubalang) adalah pembantu penghulu dibidang keamanan. Ia
bertugas menjaga dan memelihara keamanan dan ketentraman masyarakat.Dan dari
kandungan pepatah aturan adat di atas juga tersimpul tugas dan kewajiban seorang
dubalang yaitu:
a. Dia adalah dubalang (hulu baling) dari penghulu yang menjadi atasannya.
b. Dia adalah juga dubalang nagari bersama-sama dengan balang dubalang pada
kepenghuluan lainnya baik yang sesuku maupun yang tidak sesuku.
c. Dalam hal memerlukan anggota atau tenaga tambahan, dia dapat memanfaat kan
dubalang-dubalang atau pemuda-pemuda yang ada pada setiap kaum, sebagai anggota
atau pasukan.
d. Dalam hal tindak lanjut kesepakatan atau keputusan yang telah diambil oleh
musyawarah penghulu atau nagari, jika terdapat hambatan atau ada pihak-pihak yang
tidak mengindahkannya, maka dubalang bertindak sebagai eksekutor.
e. Kedalam, dubalang berfungsi sebagai penjaga keamanan ( polisi ).
f. Keluar, dubalang berfungsi sebagai penjaga pertahanan ( tentara).
Sebagai penjaga keamanan dan pertahanan, dubalang tampak berwatak keras.
Sikap dan perilaku tersebut tidak boleh dilakukan oleh seorang penghulu. Sebagian dari
pantangan penghulu adalah merupakan sikap dan penampilan dubalang dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.

B. Jinih Nan Ampek


Jinih nan ampek adalah empat komponen yang memangku agama atau syarak
ataupun membantu malin dibidang syarak, komponen tersebut adalah :
a. Imam, Imam adalah orang yang berfungsi sebagai imam dalam kaum (mengimami
kaum). Jadi malin dalam tugas malin dibidang agama imam inilah yang berfungsi
membantu malin sebagai imam dalam kaum.
b. Katik, Katik adalah orang yang membantu malin dalam bidang agama yaitu sebagai
pemberi fatwa kaum.
c. Bilal, Bilal adalah orang yang membantu malin yaitu sebagai orang yang mengajak
kaum ke jalan ALLAH atau sebagai muazin yaitu orang yang mengumandangkan azan.
d. Qhadi, Qhadi adalah pembantu malin yang bertugas mengurus masalah anak dan
kemenakan dan mengajari tentang taat mengamalkan agama.
Nama :Bobbi Muhammad Adam

Nim :1912030074

Kelompok : IX (sembilan)

Smt/Jur : II/Manajemen Dakwah

Hari/Tgl :Kamis, 02 April 2020

Dosen:Drs. Syamsuar Syam, M.Ag

Pepatah Minangkabau

1. Bak bagantuang di aka lapuak, bak bapijak didahan mati.

Menjelaskan tentang seseorang yang mengantungkan nasib dirinya kepada orang


lain, namun orang lain tersebut juga orang yang sangat susah ekonomi serta
pengetahuannya.

2.Bak api didalam sakam, aia tanang mahannyuikkan.

Menjelaskan tentang seseorang yang mempunyai dendam terhadap orang lain, diluar
dia tampak ramah dan bersikap baik kepada orang lain. Namun di dalam hati nya
menyimpan dendam dan mempunyai maksud jahat. Jika telah melakukan perbuatan
jahatnya tersebut barulah diketahui bahwa dia bukan orang yang baik.
Nama :Bobbi Muhammad Adam

Nim :1912030074

Kelompok : IX (sembilan)

Smt/Jur : II/Manajemen Dakwah

Hari/Tgl :Kamis, 02 April 2020

Dosen:Drs. Syamsuar Syam, M.Ag

Rangkuman Islam dan Budaya Minangkabau Kelompok III (Tiga)

SISTEM KEKERABATAN DAN PEWARISAN


DI MINANGKABAU

A. Kekerabatan
1. Kekerabatan di Minangkabau
Sistem kekerabatan masyarakat adat Minangkabau oleh para ahli biasanya
disebut dalam kata kata rumusan matrilineal, geneologis, dan teritorial. Pada sistem
kekerabatan matrilineal ini garis keturunan menurut garis keturunan Ibu, dan anak-
anaknya hanya mengenal Ibu dan saudara-saudara Ibu. Ayah tidak termasuk suku
kaum anaknya karena Ayah masuk kaum suku ibunya pula.

2. Garis Kekerabatan dan Kelompok-Kelompok Masyarakat


Kekerabatan dan kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi intidari sistem
kekerabatan matrilineal adalah “paruik”. Namun setelah masukajaran islam ke
Minangkabau di sebut kaum. Kelompok sosial lainnya yang merupakan pecahan dari
paruik adalah jurai.
a. Orang Sekaum Seketurunan
Kekerabatan di Minangkabau ada orang yang sekaum. Kendati pun orang yang
sekaum itu sudah puluhan orang dan bahkan sampai ratusan orang, masih bisa
dibuktikan bahwa mereka satu keturunan. Tiap-tiap kaum mempunyai ranji atau silsilah
keturunan mereka sendiri. Dari ranji itulah mereka dapat melihat generasi mereka
sebelumnya sampai sekarang yang ditarikdari garis keturunan ibu.
b. Orang yang Sekaum Seharta Pusaka
Adat Minangkabau tidak kenal harta perseorangan tetapi harta merupakan warisan
dari anggota kaum secara turun temurun harta pusaka yang banyak dari sebuah kaum
menunjukan bahwa nenek moyang mereka merupakan orang asal dikampung itu
sebagai panaruko “pembuka pertama”,dan kaum yang sedikit memiliki harta pusaka
nya dianggap orang yang datang kemudian. Harta pusaka kaum merupakan faktor
kunci yang kokoh sebagai alat nomor satu dan tetap berpegang pada prinsip harato
salingko kaum, adat salingka nagari (harta selingkar kaum adat selingkar nagari).
c. Orang yang Sekaum Seberat Seringan
Maksud orang yang sekaum seberat seringan adalah sakit sesenang
sebagaimana yang di kemukakan dalam adat kaba baik baimbauan, kaba buruak
bahambauan.
d. Orang yang Sekaum Sepandam Sepekuburan
Didalam adat dikatakan orang yang sekaum itu sepandam sepekuburan dengan
pengertian satu pandam tempat kuburan. Untuk mengatakan orang itu sekaum maka
orang itu dapat menunjukan pandam pakuburannya dikampung tersebut.
e. Orang yang Sekaum Sehina Semalu
Seseorang yang telah berbuat salah atau melanggar adat akan mencoreng arang
di kening yang sekaum maka orang tersebut merasa malu, namun yang paling terpukul
adalah mamak sebagai kepala kaum.

3. Garis Kekerabatan Setelah Perkawinan


Sebagai turunan dari hasil perkawinan melahirkan tali kekerabatan sebagai
berikut:
a. Tali Kekerabatan Induk Bako Anak Pisang
Tali induk bako anak pisang yaitu hubungan kekerabatan antara seorang anak
dengan saudara perempuan pihak bapaknya atau hubungan seorang perempuan dengan
anak-anak saudara laki-lakinya. Saudara perempuan dari pihak ayah adalah induk bako
dari anak-anaknya. Sedangkan anak-anak dari seorang bapak merupakan anak pisang
dari saudara perempuan bapak adalah bakonya.
b. Tali Kekerabatan Sumando dan Pasumandan
Dengan terjadinya jalinan perkawinan, maka dua kaum atau dua suku terjadi
hubungan sumando pasumandan. Bagi seluruh anggota rumah gadang dari pihak istri
bahwa suaminya menjadi urang sumando rumah gadang si pihak istri. Sebaliknya
seorang istri bagi pihak rumah gadang suaminya bahwa si istri menjadi pasumandan.

4. Tali Kekerabatan Ipar, Bisan dan Menantu


Dalam sistem kekerabatan di Minangkabau bagi semua suami, saudara-saudara
perempuan istrinya menjadi bisannya. Sedangkan saudara laki-laki dari istrinya adalah
iparnya. Sebaliknya saudara-saudara suaminya adalah merupakan bisanya dan saudara
laki-laki suaminya menjadi iparnya.
Bagi orang Minangkabau menantu dibedakan atas dua bagian. Pertama menantu
sepanjang syarak artinya adalah seapasang suami istridan saudara laki-lakinya, istri-
istri atau suami anaknya menantu sepanjang syarak. Kedua,menantu sepanjang adat,
maksudnya bagi seorang mamak beserta istri-istrinya dan saudara laki-lakinya istri atau
suami kemenakannya merupakan menantu sepanjang adat.

B. Pewarisan (Sako dan Pusako)


1. Sako
Sako artinya warisan yang tidak bersifat benda seperti gelar pusako. Sako juga
berarti asal, atau tua. Sako dalam pengertian Minangkabau adalah segala kekayaan asal
atau harta tua berupa hak atau kekeyaan tanpa wujud. Kekayaan yang inmaterial disebut
juga dengan pusako kebesaran seperti :
a) Gelar penghulu.
b) Garis keturunan dari ibu yang juga disebut dengan”sako induak”.
Perilaku atau pribawa yang diterima dari aliran darah sepanjang garis keturunan ibu
juga disebut sako. Istilah sako induak ini dipersamakan dengan istilah matrilineal.
c) Pepatah petitih.
d) Pidato adat.
e)Hukum adat.
f)Tata karma dan hukum sopan santu diwariskan kepada semua anak kemenakan dalam
suatu nagari, dan kepada seluruh ranah Minangkabau.
g)Sifat perangai bawaan juga disebut dengan sako.

Sako sebagai kekayaan tanpa wujud merupakan rohnya adat dan memegang
peranan yang sangat menentukan dalam membentuk moralitas orang silungkang dan
kelestarian adat salingka nagari dan adat Minangkabau pada umumnya.

2. Pusako
Pusako atau harato pusako adalah segalakekayaan materi dan harta benda yang
juga disebut dengan pusako harato.Yang termasuk pusako harato ini : hutan tanah,
sawah ladang, kolom dan padang, rumah dan pekarangan, pandam perkuburan (tanah
perkuburan yang dimiliki suku, oleh kaum, oleh kampung), perhiasaaan dan uang, balai
mesjid dan surau dan lain-lain.
Pusako ini merupakan jaminan utama untuk kehidupan dan perlengkapan bagi
anak kemenakan di silungkang dan Minangkabau, terutama untuk kehidupan yang
berlatar belakang kehidupan desa yang agraris.
Harta pusaka sebagai alat pemersatu di Minangkabau tetap bertahan. Harta
pusaka sebagai alat pemersatu keluarga, masih tetap berfungsi dengan baik namun
sebaliknya harta pusaka sebagai milik kolektif tak jarang pula menjadi “biang keladi”
dalam menimbulkan silang sengketa dalam keluarga Minangkabau. Dengan demikian
pusaka disamping berfungsi sebagai alat pemersatu, sekaligus juga berpotensi sebagai
alat pemecah belah.
Ketentuan adat mengenai barang sako dan harato pusako adalah sebagai berikut:
Hak bapunyo
Harato bamiliak
Barang sah maupun harato pusako pada dasarnya dikuasaai atau menjadi milik
bersama milik kolektif oleh kelompok-kelompok sebagai berikut :
 kelompok” samandeh” atau “seperinduaan”
 kelompok “sajurai” sakaum
 kelompok “ sasuku”
 kelompok “nagari”
Harta pusako di Minangkabau dibagi atas dua kategori yaitu harato pusako
tinggi dan harato pusako randah, sbb:
a. Harato Pusako Tinggi
Harato pusko tinggi ialah segala harta pusaka yang diwarisi secara turun
temurun.
Proses pemindahan kekuasaan atas harta pusaka ini dari mamak
kekemenakan dalam istilah adat disebut juga dengan “Pusako Basalin” bagi harta
pusaka tinggi berlaku ketentuan adat seperti pantun berikut :
Tajua indak dimakan bali
Tasando indak dimakan gadai
Hal ini berarti bahwa harta pusaka tinggi tidak boleh dijual. Oleh karena
harta pusaka tinggi sesungguhnya bukan diwariskan dari mamak kepada
kemenakan, tetapi dari ande atau nenek kita, jadi harta pusaka tinggitidak saja
milik kita yang hidup pada masa sekarang ini tetapi jugamilik anak cucu kita,
yang akan lahir seratus atau seribu tahun lagi, kita yang hidup sekarang wajib
menjaga dan memelihara dan boleh memanfaatkannya, untuk kepentingan dan
kehidupan kita saat sekarang, seperti mamang adat aianyo buliah disauak,
buahnyo buliah di makantanah jo buminyo adat nan punyo.
b. Harato Pusako Randah
Harta pusaka rendah adalah segala harta hasil pencarian dari bapak
bersama Ibu (orang tua kita) selama ikatan perkawinan, ditambahdengann
pemberian dan hasil pencarian angku bersama nenek kita dan pemberian mamak
kepada kemenakannya dari hasil pencarian mamak dan tungganai bitu sendiri,
harta pencarian dari orang tua atau bapak bersama ibu ini, setelah diwariskan
kepada anak-anaknya disebut dengan “harta-susuk”.
Nama :Bobbi Muhammad Adam

Nim :1912030074

Kelompok : IX (sembilan)

Smt/Jur : II/Manajemen Dakwah

Hari/Tgl :Kamis, 21 Mei 2020

Dosen:Drs. Syamsuar Syam, M.Ag

Pepatah Minangkabau

1. Buruak muko camin dibalah.

Seseorang yang membuat kesalahan karena kebodohannya, tetapi yang


disalahkannya orang lain atau peraturan.

2. Banggieh dimancik, rangkiang disaliangkan.

Marah kepada satu orang tetapi semua orang yang dimusuhi.


Nama :Bobbi Muhammad Adam

Nim :1912030074

Kelompok : IX (sembilan)

Smt/Jur : II/Manajemen Dakwah

Hari/Tgl :Kamis, 21 Mei 2020

Dosen:Drs. Syamsuar Syam, M.Ag

Rangkuman Islam dan Budaya Minangkabau Kelompok IX (Sembilan)

(KEPEMIMPINAN TUNGKU TIGO SAJARANGAN)

A.Pengertian Kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan

Pemimpin di Minangkabau adalah orang yang didahulukan selangkah dan


ditinggikan seranting. Pemimpin didahulukan selangkah maksudnya pemimpin tidak jauh
dengan orang atau masyarakat yang dipimpinnya.

Kekuasaan tertingi dalam masyarakat Minangkabau adalah “Tuah Sakato”,yaitu:


Hal-hal yang telah terjadi menjadi kesepakatan bersama. Artinya, segala sesuatu yang
bersifat mengatur didalam kehidupan masyarakat harus terlebih dahulu
dimusyawarahkan. Tiga unsur pimpinan dalam masyarakat Minangkabau, yaitu: Ninik
Mamak, Ulama, dan Cadiak Pandai, ketiga unsur pemimpin inilah yang akan
menyelesaikan sesuai dengan kedudukannya masing-masing dan hasil musyawarah itu
selanjutnya dikukuhkan dalam suatu rapat yang dihadiri seluruh wakil masyarakat, yang
biasanya bertempat di balai adat.

B.Ninik Mamak / Penghulu

Ninik Mamak atau Penghulu adalah seorang laki-laki yang dituakan didalam
sebuah suku di Minangkabau.Pengulu atau niniak mamak dalam kehidupan sehari-hari
disebut dengan panggilan “Datuak”.

Dalam adat Minangkabau penghulu disebut sebagai “Gadang Nan Digadangkan”,


maksudnya adalah: seorang penghulu dengan gelar “Datuak” oleh kemenakannya yaitu
“Didahulukan Salangkah Ditinggikan Sarantiang”, artinya niniak mamak lebih
didahulukan dan diutamakan dalam berbagai hal terutama dalam urusan adat.
1.Tugas dan Fungsi Penghulu

Penghulu sebagai pemimpin dalam urusan adat secara umum untuk memimpin
anak kemenakannya dalam segala bidang dan menyelesaikan tiap sengketa atau
perselisihan dan memelihara harta pusaka, memiliki Tugas dan Fungsi lainnya seperti di
bawah ini :

a)Mengendalikan pemerintahan menurut hukum adat.

b)Membimbing anak kemenakan baik secara langsung maupun tidak langsung.

c)Mengadakan rapat dibalai adat untuk membicarakan stragegi kehidupan dan


kemakmuran serta keadilan masyarakat Minangkabau.

d)Menerima tukup bubuang, misalnya menerima hasil bumi, pajak sawah, pajak tanah,
dan lain-lain.

e)Memimpin kaum (Gadang nan digadangkan )

f)Menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kaum

g)Memelihara adat dan melestarikannya.

h)Memelihara dan melestarikan harta pusaka kaumnya

2.Pembantu-pembantu Penghulu di Minangkabau

Menurut Koentjaraningrat “Dalam masyarakat yang kompleks dimana jumlah


pranatanya sangat banyak dan jumlah norma tiap pranata juga sangat besar, seorang ahli
seperti ahli adat dalam masyarakat yang sederhana, tidak dapat lagi menguasai seluruh
pengetahuan mengenai semua sistem norma yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, ada ahli khusus mengenai norma kekerabatan, ahli khusus mengenai
norma perdagangan, ahli khusus mengenai norma keagamaan dan sebagainya”. Begitu
pula dengan Penghulu sebagai “Urang Nan Gadang”, mempunyai beberapa orang
pembantu, yaitu panungkek, malin, manti, dan dubalang. Penghulu dan pembantunya
disebut “Urang Nan Ampek Jinih”(orang yang berempat jenis). Adalah sebagai berikut :

a) Panungkek (penongkat) adalah pembantu dekat seorang penghulu di


Minangkabau. Panungkek dapat mewakili penghulu dalam tugas-tugas umum
masyarakat adat seperti alek (pesta / kenduri) kaum sukunya, menghadiri ucok / ucapan
(undangan) alek di luar paruik. Menghadiri suatu rapat (musyawarah) dan dalam tugas
yang prinsipil seperti memimpin rapat “urang nan ampat jinih” atau mengambil
keputusan dalam suku/kaum penghulu tidak boleh diwakili oleh panungkek.
b)Malin adalah pembantu penghulu dalam bidang keagamaan, fungsinya adalah
membantu menyelesaikan tugas keagamaan seperti : nikah, talak, rujuk, kelahiran,
kematian, zakat, mengajar mengaji dan membimbing masyarakat kejalan yang ditentukan
oleh agama Islam.

c)Manti adalah pembantu penghulu di bidang ketatanegaraan/menyelenggarakan berbagai


urusan komunikasi (hubungan). Fungsi manti : Menyampaikan segala kebijaksanaan dari
penghulu kepada kaumnya, Menyampaikan kritik dan saran ,dari anggota masyarakat
kepada penghulu, Memeriksa perkara dan menyampaikan keputusan hukum.

d)Dubalang adalah pembantu penghulu dibidang keamanan. Fungsi dubalang yaitu :


Menjaga dan memelihara ketentraman masyarakat, Mengontrol segala kebijaksanaan
yang telah menjadi keputusan sukunya.

e) Hal ini sesuai dengan kato adat : Dimano ranjau nan lah lapuak, Parik nan lah runtuah.
Maksudnya, seorang dubalang harus tahu mana aturan adat yang mulai diremehkan dan
mana aturan adat yang sering dilanggar dan perlu ditegakkan kembali

C.Alim Ulama

Alim Ulama adalah pemimpin masyarakat Minangkabau dalam urusan


agama.keberadaannya dalam masyarakat sangat dibutuhkan; hal ini diungkapkan dalam
pepetah adat Minangkabau “Adat basandi syarak,syarak basandi kitabullah”. Adanya
Alim Ulama dalam masyarakat Minangkabau membidangi agama Islam/Syarak.Penghulu
atau niniak mamak membidangi adat. Dalam kehidupan sehari-hari Alim Ulama
dipanggil dengan sebutan engku, ustadz, buya, syekh dan sebagainya.

Alim Ulama dalam kehidupan sehari-hari memiliki Tugas dan Fungsi yaitu :

1)Tugas dan Fungsi Alim Ulama

Fungsi Alim Ulama di Minangkabau adalah sebagai pembina dan pembimbing


masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan agama dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Tugas dan Fungsi lainnya adalah :

a)Memimpin upacara keagamaan seperti upacara pernikahan, perkawinan, kematian, doa-


doa syukuran dan lain-lain

b)Mengadakan lembaga pendidikan serta ceramah agama.

c)Mengontrol jalannya perilaku kehidupan masyarakat serta aturan-aturan agar tidak


bertentangan dengan ajaran islam.

d)Mengajar ngaji di surau dan menjadi imam.


e)Menerima jambahan.

D.Cadiak Pandai (Cerdik Pandai)

Cadiak Pandai adalah orang yang memiliki keluasan pemikiran yang dapat
mencari jalan keluar dari setiap masalah yang di hadapi masyarakat.memiliki ilmu
pengetehuan umum yang luas ,anggota masyarakat yang dapat mengikuti perkembangan
zaman,dengan keluasan pemikiran dan kemampuannya diharapkan dapat mengantisipasi
segala yang terjadi ditengah masyarakat nagari.

1.Tugas dan Fungsi Cadiak Pandai (Cerdik Pandai)

Dengan keluasan dan keluwesan pemikiran seorang cadiak pandai banyak tahu
tentang berbagai pengetahuan.Seorang cadiak pandai paham berbagai perkembangan
yang terjadi,baik didalam maupun luar nagari.Berdasarkan hal ini maka cadiak pandai
dalam kehidupan masyarakat Minangkabau mempunyai tugas dan fungsi :

•Membantu niniak mamak dalam bidang umum.

• Memberikan pertimbangan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

•Memberikan bimbingan terhadap masyarakat yang mempunyai masalah.

•Memberikan ide serta gagasan untuk memajukan masyarakat nagari.

•Pemberi petunjuk kepada seluruh masyarakat dan anak nagari dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari

•Untuk memajukan pemikiran masyarakat supaya tidak ketinggalan zaman

•Mampu menerapkan ilmunya untuk kehidupan keluarganya serta kepentimgan


masyarakat

Berdasarkan hal ini cadiak pandai dalam kehidupan masyarakat di Minangkabau


berfungsi sebagai pemberi petunjuk yang di ungkapkan dalam kato adat :“Anak nagari
jaan sasek di tapi rimbo,jaan ngangak di tangah padang “ Artinya, bahwa cadiak pandai
harus bisa membantu masyarakat agar dalam menjalankan kehidupannya tidak tersesat
dan tidak terpukau dengan kemajuan-kemajuan zaman yang terjadi.

E.Memudarnya peranan Tungku Tigo Sajarangan di Minangkabau

Dari penjelasan mengenai Kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan di atas,


terdapat beberapa permasalahan yang berakibat memudarnya peran atau fungsi dari
tungku tigo sajarangan tersebut .beberapa dari permasahan itu adalah:
•Adanya anggapan dari masyarakat terutama masyarakat perkotaan yang menganggap
tidak memerlukan adanya pemimpin adat karena sudah adanya pemimpin dalam hal
pemerintahan seperti : camat,bupati,ataupun gubernur.

•Pembelajaran mengenai kepemimpinan di Minangkabau yang belum dijalankan secara


baik kepada generasi muda yang akan berakibat kurangnya pengetahuan generasi penerus
mengenai kepemimpinan menurut hukum adat di Minangkabau.

•Banyaknya masyarakat dari daerah yang marantau ke luar dari daerahnya dan mulai
melupakan tradisi adat di daerah asalnya.

•Masyarakat kota yang heterogen, berasal dari beraneka ragam daerah asal, akan menjadi
kendala dalam menerapkan kepemimpinan tungku tigo sajarangan karena terdapatnya
perbedaan-perbedaan tradisi ataupun adat menurut daerah asal masing-masing
masyarakat.

•Masyarakat disibukkan akan aktifitas sehari-hari terutama masyarakat kota yang terdiri
dari berbagai profesi dan mengenyampingkan permasalahan adat ,jadi kurangnya waktu
untuk mengingat atau menerapkan kepemimpinan tungku tigo sajarangan akan
menimbulkan permasalahan dimana masyarakat lebih mengutamakan profesi mereka saat
ini dan mengenyampingkan permasalahan adat.
Nama :Bobbi Muhammad Adam

Nim :1912030074

Kelompok : IX (sembilan)

Smt/Jur : II/Manajemen Dakwah

Hari/Tgl :Kamis, 04 Juni 2020

Dosen:Drs. Syamsuar Syam, M.Ag

Pepatah Minangkabau

1. Buruak muko camin dibalah.

Menjelaskan tentang seseorang yang telah membuat kesalahan karena


kebodohannya, tetapi yang disalahkannya orang lain atau peraturan.

2.Bak manungkuih tulang didaun taleh, bak manyuruakan durian masak.

Menjelaskan tentang suatu perbuatan jahat walaupun bagaimana dia pandai


menyembunyikannya, lambat laun akan diketahui orang lain juga.
Nama :Bobbi Muhammad Adam

Nim :1912030074

Kelompok : IX (sembilan)

Smt/Jur : II/Manajemen Dakwah

Hari/Tgl :Kamis, 04 Juni 2020

Dosen:Drs. Syamsuar Syam, M.Ag

Rangkuman Islam dan Budaya Minangkabau Kelompok X (Sepuluh)

ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

A. Lahirnya Pepatah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Perjalan sejarah dari abad ke-12 M sampai ke-19 M mmasyarakat minang kabau
yang semula mempercayai alam ghaib- maha pencipta sebagai hadirnya adatt yang
terpakai ( sunnatullah) sangat mudah membaur dengan agama islam yang dibawa oleh
pedagang-pedagang Arab dan Barat lainnya yang mmenganut agama islam sehingga
rancangan-rancangan adat yang tidak sesuai dengan agama islam di
tinggalkan/dikeluarkan dari ketentuan adat, selanjutnya muncul yang dinamakan adat
yang sebenarnya adat yaitu adat yang menurut susunan agama islam (syarak).
Menurut Hamka dalam bukunya: Islam dan adat minangkabau, Minangkabau
sudah pernah menempuh zaman kebesaran dan kejayaan semasa 500 dan 600 tahun yang
lalu.dalam tahun 1286 M, Baginda Maharaja Kartanegara mengirimkan Patung Budha ke
Minangkabau sebagai tabda perhubungan dengan raja-raja keturunan Jawa itu. Di
Pariaman terjadi perebutan kekuasaan Portugis dengan Aceh, dan di zaman Iskandar
mudayang mulai memerintah tahun 1604 M, terjadi perebutan pengaruh yang hebat.
Bersamaan dengan serangan politik, Aceh juga membawa penyiaran Agama Islam.
Dua paham yang bertentangan pada masa itu yaitu paham Seykh Abdurrauf dan
Nuruddin Arraniri yang memprertahankan paham Ahlissunnah, Wihdatussyuhud yang
menyatakan , bahwa alam itu bekas kuasa Tuhan. Dengan paham Hamzah Al Fansuri dan
Syamsuddin As Samatrani yang berpaham laksana buih lautan itu sebagai daripada
ombak. Murid Abdurrauf datang ke Minangkabau, bertempat di Ulakan Pariaman,
bernama Burhanuddin, karena mendengar bahwa pengikut Hamzah Fanshuri telah masuk
pula ke Minangkabau dan memilih Canking sebagai pusatnya.
Menurut Darwis Tahaib Dt. Sidi Bandaro, di antara keputusan-keputusan yang
diambil dalam kerapatan Luhak Nan Tigo, ada satu yang amat penting, yaitu keputusan
rapat penghulu-penghulu dengan Alim Ulama, yang diadakan di Bukit Marapalam Batu
Sangkar. Keputusan itu terkenal dengan nama piagam Bukit Marapalam, yaitu: Adat
Bapaneh Syarak Balindung, Syarak Mangato Adat Mamakai, kesimpulan piagam itu
kemudian di kenal dengan : Adat dan Syarak Sandar Manyandar. Ada juga diringkaskan
menjadi: Adat Basandi Syarak.
Piagam bukit marapalam yang menjadi hasil keputusan rrapat orang Tiga Luhak
kira-kira di permulaan abad ke-19 M itu, menjadi amat pentimg, karena pada waktu itu
dapat mengatasi kesulitan yang terrjadi dalam nagari, karena sebelumnya pernah terrjadi
pergeseran isinya tidak saja dapat mengatasi kesulitan tetapii dapat mencapai keserasian
antara adat dan syarak. Secara positif melalui hikmat kebijaksanaan. Piagam Bukit
Marapalam itu diinyatakan dalam kata-kata pantun petitihnya ;
Alah bakarih samparono; Bingkisan Rajo Majopahik;
Tuah Basabab Bakarano; Pandai Batenggang din an rumik;
Tajam alah calakpun ado;tingga dibawa manyampaikan;
Adat alah syarak pun adoh; tingga di awak mamakaikan.
Piagam Bukik Marapalam tersebut merupakan ayat terakhir dari Undang-undang
Luhak, sehingga menjadi cupak usali, harus diseragamkan dan diselaraskan berlakunya di
seluruh negeri. Islam ke minangkabau adalah menambah perbaikan adat yang
sebelumnya. Sebab jiwa adat (berbuat yang baik dan menolak yang ttidak baik) yang
didapati agama itu sesuai pula dengan kehendak agama islam, hanya sedikit sekali yang
salah menurut aturan agama, seperti adat yang dihukum mubazir, meminum yang
memabukan dan lain-lain.
B. Adat Nan Qawi, Syarak Nan Lazim

Rarak kalikih dek mindalu


Tumbuah sarumpun jo sikasek
Kok hilang raso jo malu
Bak kayu lungga pangabek

Masyarakat minang adalah salah satu suku bangsa yang kehidupannya tidak bisa
dipisahkan dari islam. Sudah menjadi keyakinan bahwa “jika keluar dari islam berarti
sudah keluar dari adat minangkabau”. Jika ada orang minang yang keluar dari islam maka
secara sosial ia telah terbuang dari minangkabau. Dari waktu ke waktu, tampak
masyarakat mnang selalu berusaha untuk menyelesaikan diri dengan tradisi dan syariaat
ke islaman . upaya itu telah di mulai sejak islam masuk ke ranah minang. Persesuaian
tersebut sebenarnya terjadi secara bertahap , ketika islam mulai masuk dari wilayah
pesisir (rantau) ke daerah pedalaman (darek). Dalam sastra minang, hal itu di gambarkan
dalam pepatah syarak mandaki, adat manurun, adiak di bao turun, syarak di baok naik.
Kita meyakini bahwa adat dengan sendirinyab mengandung nilai nilai hukum
alam(sunnatulah), dan karenanya tidak boleh bertentangan dengan islam. Dan kita juga
meyakini bahwa di dalam sistem sosial kemasyarakatan kita. Islam dan adat telah
terintegrasi dengan baik. Hal ini tampak dalam adagium Adat Basandi Syarak, Syarak
Basandi Kitabullah (ABS-SBK).
Adat yang kawi, syarak yang lazim; artinya, adat tidak akan tegak jika tidak
diteguhkan oleh agama, sedangkan agama sendiri tidak akan berjalan jika tidak
dilazimkan atau diterapkan melalui praktek adat. Orang Minangkabau sangat kuat
memeluk Islam dan tetap teguh mempertahankan adat, sehingga orang luar mengakui
bahwa hubungan Islam dengan adat di Minangkabau memang sangat kompleks. Dalam
hal-hal tertentu kadang tampak bertentangan, namun melalui proses pengintegrasian
akhirnya berhasil disesuaikan sehingga selaras menjadi sebuah kesatuan sistem secara
utuh.
C. Syarak Mangato, Adat Mamakai
Pengertian Syarak dalam kamus bahasa Indonesia adalah hukum yang bersendi
ajaran Islam; hukum Islam, sedangkan pengertian sendi adalah batu pengalas atau
penganjal tiang rumah dan dapat juga berarti alas, dasar, azas dan fundamen.
Minangkabau yang identik dengan adatnya sehingga judul akan
mengaitkan/membicarakan tentang adat Minangkabau dengan ajaran Islam atau hukum
Islam. “ Adat Basandi Syarak’ Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat
Mamakai”. Begitulah bunyinya filosofi minang yang tak asing lagi di telinga masyarakat
Minang. Maksudnya ialah, Adat suatu daerah harus sesuai dengan aturan Syara’ atau
syari’at.adat tidak boleh bertentangan dengan syara’ yang sumbernya adalah kitab Allah
yakni Al-Qur’an.
Asumsi pertama, bahwa Syara’ Mangato Adat Mamakai,, dapat
diimplementasikan oleh orang yang paham agama, tahu dengan Syara’(Syari’at) dan
mengerti akan Adat Nan Sabananyo Adat.maka agama adalah kunciutama bagi seseorang
untuk memakai adat.orang yang mengerti agama, insya allah dia memakai adat.
Sebaliknya, orang yang tidak mengamalkan agama, bagaimana mungkin ia akan
memekai adat secara betul. karena agama telah mengatur tentang adat dan istiadat. Jadi
dalam kata syara’ mangato adat mamaakai ada tiga unsur yang harus diperhatikan
masyarakat minang. Yaitu;

1. Paham agama
Agama yakni islam. Setiap manusia butuh kepada islam. Karena Islam
menjamin keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan diakhirat. Maka setiap
manusia ditunutut wajib untuk menuntut ilmu-ilmu tentang keislaman.
2. Tahu syari’at
Syari’at yakni segala aturan dan hukum-hukum yang terdapat di dalam agama
islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Menjalankan syari’at secara
benar merupakan kunci dari segala pintu kebaikan. Adat juga menuntun kita kepada
kebaikan.
3. Mengerti Adat nan Sabana Adat
Adat istiadat yang telah dirumuskan oleh ulama dan tokoh masyarakat
Minang dahulunya, diatur sesuai tuntunan syara’ yang bersumber dari Al-Qura’an
dan As-Sunnah. Maka adat yang sebenarnya, untuk digunakan oleh masyarak minang
ialah adat kebiasaan masyarakat yang tidak bertentangan denga syarai’at.

Anda mungkin juga menyukai