Nim :1912030074
Kelompok : IX (sembilan)
Pepatah Minangkabau
Nim :1912030074
Kelompok : IX (sembilan)
Berbagai versi sejarah tentang Islam di Minang Kabau, namun yang bisa diterima
oleh banyak pihak bahwa Islam baru dikenal oleh masyarakat Minang Kabau dalam arti
sebuah agama diperkirankan sekitar 1600 M. William Marseden, dalam bukunya, the
history of sumatera, mengakaui betapa cepatnya proses pengislaman itu. Ia heran melihat
masyarakat Minang Kabau telah sepenuhnya memeluk Islam, ketika ia mengunjungi
daerah tersebut pada tahun 1778. Padahal dalam sebuah manuskrip tahun 1761 M di
gambarkan bahwa masyarakat disana kebanyakan masih menyembah berhala.
Khusus fase awal islam ke Minang Kabau menurut suatu pendapat
mengemukakan penduduk asli telah diislamkan oleh pedagang-pedagang islam yang
berlayar dari Malaka menyelusuri sugai Kampar dan Indragiri, pada abad 15 dan 16M.
Pada sisi lain, kerajaan Pasai di Aceh yang telah bercorak Islam menanjak naik dibawah
kekuasaan sultan Iskandar Muda pada tahun 1607-1638 M, membawa akibat dikuasainya
kerajaan kecil Minang Kabau oleh kekuasaan Aceh dalam kondisi seperti ini menurut
pendapat lain Islam mulai masuk dari kota-kota di pantai barat selatan sumatra menuju
ke pedalaman Minang Kabau. Pada saat itu kebesaran kejayaan pasai Islam Aceh telah
sampai ke pesisir barat pulau Sumatra yang lebih dikenal dengan Minang Kabau. Di
samping berdagangan mereka juga memperkenalkan agama yang baru yang mereka anut,
yaitu Islam. Kejayaan kerajaan Aceh selanjutnya membawa pengaruh yang berarti bagi
perluasan islam MinangKabau pada masa-masa berikutnya.
Sedangkan asumsi masuknya Islam melalui pesisir barat didasari oleh intensifitas
kegiatan pantai barat Sumatra pada abad ke16 M sebagai akibat dari jatuhnya Malaka ke
tangan Portugis. Pada waktu itu, pengaruh kekuasaan Aceh (pelajut kekuasaan pasai)
sangat besar, terutama pada wilayah pesisir barat Sumatra. Ada beberapa penulis yang
mengatakan bahwa Syekh Burhanuddin Ulakan dianggap sebagai tokoh yang membawa
islam ke wilayah ini. Syekh Burhanuddin dikenal sebagai pembawa aliran tarikat
Syatariah ke MinangKabau untuk pertama kalinya.
Perkembangan agama Islam di Minangkabau abad ke 17 -19 sangat diwarnai oleh
aktifitas beberapa ordo Sufi. Diantaranya yang dominan adalah Syatariyah dan
Naqsyabandiyah. Tarikat Syathariyah, sebagai yang disebutkan terdahulu, telah
menyebar melalui surau-surau yang didirikan oleh murid-murid Syekh Burhanuddin.
Sejak masyarakat Minangkabau menerima Islam sebagai agamanya,
penyesuaian agama Islam dengan adat tersebut dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin
tahun 1646-1692.4 Islam yang masuk cendrung damai dan tenang, upaya penyesuaian
nilai Islam dengan adat di kalangan masyarakat Minangkabau, Islam yang masuk dari
daerah pesisir/rantau ke daerah pedalam/darek.
Terserapnya Islam kedalam sistem kepercayaan dan struktur sosial Minangkabau
tidak menggantikan adat, tetapi lebih memperkaya adat Minangkabau sendiri.
Masyarakat Minangkabau taat menjalankan Syariat Islam dan aturan adat, dituangkan
dalam falsafah yang berbunyi “adat basandi Syarak, syarak basandi kitabullah”.
Masyarakat dalam menjalankan adat berpedoman pada ajaran agama yang bersumber
dari Al-Quran dan Hadits Nabi.
Disamping mengajarkan agama Islam Syekh Burhanuddin juga mengajarkan
Tarekat Syathariyah. Tarekat merupakan petunjuk untuk membersihkan diri manusia
melalui thariq atau jalan menuju Tuhan, serta dapat membawa manusia kepada
kebahagian dunia dan akhirat. Menurut Al-Qur-an dan Hadist Nabi, tarekat dapat
diartikan sebagai suatu gerakan yang lengkap untuk memberikan latihan-latihan rohani
dan jasmani dalam segolongan orang-orang Islam menurut ajaran-ajaran dan keyakinan
tertentu, hingga terbentuk suatu kekeluargaan tersendiri yang didirikan menurut aturan-
aturan serta perjanjian tertentu.
Nagari Sintuak adalah Salah satu nagari yang ada di Kabupaten Padang
Pariaman yang menganut ajaran tarekat Syathariyah. Nagari Sintuak merupakan nagari
yang terletak di Kecamatan Sintuak Toboh Gadang. Nagari ini terbuka dari pengaruh
dunia luar tetapi dilain pihak tradisi tarekat masih dipegang teguh oleh masyarakatnya.
Tarekat Syathariyah dianut oleh masyarakat nagari Sintuak dengan pengikut
ajaran yang cukup luas dan banyak. Hal itu dibuktikan dengan adanya surau-surau di
nagari Sintuak yang menjadi surau penganut tarekat Syathariyah mereka menjalankan
ajaran tarekat bersama tradisi seperti, pelaksanaan Maulid Nabi dengan makan bajamba,
pelaksanaan shalat tarawih 20 raka’at, pelaksanaan dzikir beserta tahlil di surau, kegiatan
bersapa ke Ulakan pada bulan shafar, dan nuansa tasawuf lainnya.
Perkembangan islam yang lebh terencana baru dapat berlangsung setelah pusat
mnang kabau(darek) mendapat tempat yang berarti dalam sstem sosial kemasyarakatan
dirantau yaitu ditterimanya surah(masajid) sebagai salah satu persyaratan sahnya satu
nagari baru, setelah islam masuk dan menjadi anutan oleh raja Pangaruyung.
Pengembangan islam yang demikian pesat dan masuk jauh kepedalaman
MinangKabau melalui lembaga surau. Surau dapat memaikan perannya sebgaai unsur
kebudayaan asli suku Melayu dan berkaitan dengan keyakinan yag dianutnya. Setelah
islam masuk ke nusantara surau menjadi bangunan islam.(Sidi Gazalba: 1989:314-15).
Menurut adat miang kabau adalah kepunyaan kaum atau individu ialah bagian dari suku,
dapat juga disamakan dengan clan.
Suaru adalah pelengkap rumah gadang(rumah adat). Namun tidak setiap rumah
gadang memilikinya, karena surau yang telah ada masih dapat menampung para pemuda
untuk bermalam, para musafir dan pedagang bila melewati suatu desa dan kemalaman
dalam perjalannya. Dengan demikian para pemuda yang tinggal dan bermalam disurau
dapat mengetahui informassi yang terjadi diluar desa mereka serta situasi kehidupan di
rantau. Jadi surau mempunyai multi fungsi karena ia juga pusat informasi dan tempat
terjadinya sosialisasi pemuda.
Nama :Bobbi Muhammad Adam
Nim :1912030074
Kelompok : IX (sembilan)
Pepatah Minangkabau
Pepatah ini merupakan sebuah gambaran sebuah keadaan dimana seseorang sedang
mengalami penderitaan. Penderitaan ini bukan hanya dari fisik yang mudah di
sembuhakan atau dipulihkan namun juga berasal dari batin yang menyoksa diri dan
juga mental
Pepatah ini merupakan sebuah gambaran dari sesuatu yang hilang karena dicari ,
yakni kebùdayaan asli suatu bangsa . Dikarenakan manusia selalu mencari sesuatu hal
yang baru, maka kebudayaan yang lama yang dirasa kuno dan tidak cocok lagi dengan
dirinya perlahan ditinggalkan.
Nama :Bobbi Muhammad Adam
Nim :1912030074
Kelompok : IX (sembilan)
1. Penghulu
Penghulu yaitu, dikatakan juga tiang nagari, kuat penghulu maka kuat pulalah
nagari. Juga di katakana "elok nagari dek pangulu, elok tapian dek rang mudo". Dalam
memimpin sukunya, penghulu suku di bantu oleh tiga orang pembantu yaitu manti,
malin dan dubalang. Dalam masyarakat adat minang kabau penghulu marupakan
sebutan kepada ninik mamak pemangku adat yang bergelar datuk. Sebagai pemimpin
penghulu bertaggung jawabdan berkewajiban memelihara anggota kaum suku dan
nagari nya. Penghulu bertanggung jawab atas permasalahan yang terdapat dalam
masyarakat.
Kedudukan penghulu tidak sama dengan kedudukan dan fungsi seorang feodel.
Penghulu tidak dipusakai oleh anaknya seperti dalam masyarakat feodel, melainkan
oleh kemenakan nya yang bertali darah. Sebagai penghulu ia di sebut datuak, baik ia
sebagai penghulu paruik maupun sebagai penghulu suku. Menurut adat bodi caniago
seluruh penghulu sama dan sederajat kedudukan nya, semua dinamakan penghulu
Andiko.
Andiko berasal dari kata bahasa sangsekerta yaitu andika yang berarti
memerintah. Penghulu seandiko artinya setiap penghulu mempunyai wewenang dan
memerintah di dalam suku nya, sampai ke dalam nagari masing-masing. Jabatan
penghulu itu di peroleh oleh seseorang karena di angkat oleh anggota kaumnya sendiri.
Tingginya di anjung, besar nya di pelihara dengan pengertian sebelum ia di angkat dan
memegang jabatan penghulu dia sudah besar dan tinggi juga di dalam kaumnya. Karena
kelebihan nya ini pilihan jatuh kepada dia atau di katakan juga tinggi menenyentak
rueh. Penghulu sebgai pemimpin harus lah baalam leba badado lapang, dengan
pengertian harus lah berjiwa besar dan berpandangan luas dalam menyelesaikan suatu
masalah harus lah punya prinsip:
Tak ado kusuik nan indak salasai
Karuah nan indak ka janiah
(tidak ada kusut yang tidak selesai Keruh yang tidak jernih)
Dalam mencari penyelesaian harus bijaksana dan di umpama kan seperti menarik
rambut dalam tepung, tapuang indak taserak, rambuki indak putuih. Seorang penghulu
di ibarat kan: air yang jenih sayak yang landai, seperti kayu di tengah padang, urat nya
tempat bersila, batang nya tempat bersandar, dahanya tempat bergantung, buah nya
untuk dimakan, daunnya untuk berlindung.
2. Manti
Manti adalah pembantu penghulu di bidang tatalaksana pemerintahan. Hal-hal
yang berhubungan dengan pemerintah menurut adat di urus oleh manti. Dari aturan adat
di atas terkandung fungsi, tugas dan tanggung jawab seorang manti, antar lain:
a. Memegang bidang tatalaksana dan organisasi kepenghuluan yang diembannya.
b. Sebagai ‘angin ‘ menjadi pembawa informasi dan penghubung antar kaum atau
antar penghulu yang berada dalam lingkup kepenghuluan yang diembanya.
c. Menerima laporan dan pengaduan dan serta menindak lanjutinya.
d. Menanggani dan berusaha menyelesaikan silang salisiah atau sangketa antar kaum.
e. Dalam bersikap dan berbuat berpedoman kepada ajaran-ajaran agama dan adat, dan
kepada apa-apa yang telah diadatkan.
f. Secara umum manti adalah bertugas mengurus kegiatan sehari-hari.
3. Malin
Malin adalah pembantu penghulu dibidang agama. Semua urusan agama menjadi
tanggung jawabnya. Ia bertindak menurut ajaran islam, al-qur’an dan hadist, tugasnya
membimbing masyarakat kejalan yang di tentukan oleh islam. Pepatah aturan adat di atas
juga memberikan gambaran apa-apa yang menjadi tugas dan kewajiban seorang malin,
yaitu:
a. Dalam menjalan kan tugas dan kewajibannya, seorang malin harus selalu teguh
menegakan agama.
b. Harus berusaha memelihara dan mengembangkan ajaran-ajaran agama kepada seluruh
kaum dan anak kamanakan yang ada didalam nya.
c. Mengurus masalah ibadah, masalah keguruan, dan masalah-masalah keagamaan dalam
acara-acara adat.
d. Dengan syariat agama, malin juga bertugas dan berusaha ‘ mengcuci segala yang kotor
dan kumuh’ dalam kaum dan anak kamanakan.
4. Dubalang
Dubalang (hulubalang) adalah pembantu penghulu dibidang keamanan. Ia
bertugas menjaga dan memelihara keamanan dan ketentraman masyarakat.Dan dari
kandungan pepatah aturan adat di atas juga tersimpul tugas dan kewajiban seorang
dubalang yaitu:
a. Dia adalah dubalang (hulu baling) dari penghulu yang menjadi atasannya.
b. Dia adalah juga dubalang nagari bersama-sama dengan balang dubalang pada
kepenghuluan lainnya baik yang sesuku maupun yang tidak sesuku.
c. Dalam hal memerlukan anggota atau tenaga tambahan, dia dapat memanfaat kan
dubalang-dubalang atau pemuda-pemuda yang ada pada setiap kaum, sebagai anggota
atau pasukan.
d. Dalam hal tindak lanjut kesepakatan atau keputusan yang telah diambil oleh
musyawarah penghulu atau nagari, jika terdapat hambatan atau ada pihak-pihak yang
tidak mengindahkannya, maka dubalang bertindak sebagai eksekutor.
e. Kedalam, dubalang berfungsi sebagai penjaga keamanan ( polisi ).
f. Keluar, dubalang berfungsi sebagai penjaga pertahanan ( tentara).
Sebagai penjaga keamanan dan pertahanan, dubalang tampak berwatak keras.
Sikap dan perilaku tersebut tidak boleh dilakukan oleh seorang penghulu. Sebagian dari
pantangan penghulu adalah merupakan sikap dan penampilan dubalang dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
Nim :1912030074
Kelompok : IX (sembilan)
Pepatah Minangkabau
Menjelaskan tentang seseorang yang mempunyai dendam terhadap orang lain, diluar
dia tampak ramah dan bersikap baik kepada orang lain. Namun di dalam hati nya
menyimpan dendam dan mempunyai maksud jahat. Jika telah melakukan perbuatan
jahatnya tersebut barulah diketahui bahwa dia bukan orang yang baik.
Nama :Bobbi Muhammad Adam
Nim :1912030074
Kelompok : IX (sembilan)
A. Kekerabatan
1. Kekerabatan di Minangkabau
Sistem kekerabatan masyarakat adat Minangkabau oleh para ahli biasanya
disebut dalam kata kata rumusan matrilineal, geneologis, dan teritorial. Pada sistem
kekerabatan matrilineal ini garis keturunan menurut garis keturunan Ibu, dan anak-
anaknya hanya mengenal Ibu dan saudara-saudara Ibu. Ayah tidak termasuk suku
kaum anaknya karena Ayah masuk kaum suku ibunya pula.
Sako sebagai kekayaan tanpa wujud merupakan rohnya adat dan memegang
peranan yang sangat menentukan dalam membentuk moralitas orang silungkang dan
kelestarian adat salingka nagari dan adat Minangkabau pada umumnya.
2. Pusako
Pusako atau harato pusako adalah segalakekayaan materi dan harta benda yang
juga disebut dengan pusako harato.Yang termasuk pusako harato ini : hutan tanah,
sawah ladang, kolom dan padang, rumah dan pekarangan, pandam perkuburan (tanah
perkuburan yang dimiliki suku, oleh kaum, oleh kampung), perhiasaaan dan uang, balai
mesjid dan surau dan lain-lain.
Pusako ini merupakan jaminan utama untuk kehidupan dan perlengkapan bagi
anak kemenakan di silungkang dan Minangkabau, terutama untuk kehidupan yang
berlatar belakang kehidupan desa yang agraris.
Harta pusaka sebagai alat pemersatu di Minangkabau tetap bertahan. Harta
pusaka sebagai alat pemersatu keluarga, masih tetap berfungsi dengan baik namun
sebaliknya harta pusaka sebagai milik kolektif tak jarang pula menjadi “biang keladi”
dalam menimbulkan silang sengketa dalam keluarga Minangkabau. Dengan demikian
pusaka disamping berfungsi sebagai alat pemersatu, sekaligus juga berpotensi sebagai
alat pemecah belah.
Ketentuan adat mengenai barang sako dan harato pusako adalah sebagai berikut:
Hak bapunyo
Harato bamiliak
Barang sah maupun harato pusako pada dasarnya dikuasaai atau menjadi milik
bersama milik kolektif oleh kelompok-kelompok sebagai berikut :
kelompok” samandeh” atau “seperinduaan”
kelompok “sajurai” sakaum
kelompok “ sasuku”
kelompok “nagari”
Harta pusako di Minangkabau dibagi atas dua kategori yaitu harato pusako
tinggi dan harato pusako randah, sbb:
a. Harato Pusako Tinggi
Harato pusko tinggi ialah segala harta pusaka yang diwarisi secara turun
temurun.
Proses pemindahan kekuasaan atas harta pusaka ini dari mamak
kekemenakan dalam istilah adat disebut juga dengan “Pusako Basalin” bagi harta
pusaka tinggi berlaku ketentuan adat seperti pantun berikut :
Tajua indak dimakan bali
Tasando indak dimakan gadai
Hal ini berarti bahwa harta pusaka tinggi tidak boleh dijual. Oleh karena
harta pusaka tinggi sesungguhnya bukan diwariskan dari mamak kepada
kemenakan, tetapi dari ande atau nenek kita, jadi harta pusaka tinggitidak saja
milik kita yang hidup pada masa sekarang ini tetapi jugamilik anak cucu kita,
yang akan lahir seratus atau seribu tahun lagi, kita yang hidup sekarang wajib
menjaga dan memelihara dan boleh memanfaatkannya, untuk kepentingan dan
kehidupan kita saat sekarang, seperti mamang adat aianyo buliah disauak,
buahnyo buliah di makantanah jo buminyo adat nan punyo.
b. Harato Pusako Randah
Harta pusaka rendah adalah segala harta hasil pencarian dari bapak
bersama Ibu (orang tua kita) selama ikatan perkawinan, ditambahdengann
pemberian dan hasil pencarian angku bersama nenek kita dan pemberian mamak
kepada kemenakannya dari hasil pencarian mamak dan tungganai bitu sendiri,
harta pencarian dari orang tua atau bapak bersama ibu ini, setelah diwariskan
kepada anak-anaknya disebut dengan “harta-susuk”.
Nama :Bobbi Muhammad Adam
Nim :1912030074
Kelompok : IX (sembilan)
Pepatah Minangkabau
Nim :1912030074
Kelompok : IX (sembilan)
Ninik Mamak atau Penghulu adalah seorang laki-laki yang dituakan didalam
sebuah suku di Minangkabau.Pengulu atau niniak mamak dalam kehidupan sehari-hari
disebut dengan panggilan “Datuak”.
Penghulu sebagai pemimpin dalam urusan adat secara umum untuk memimpin
anak kemenakannya dalam segala bidang dan menyelesaikan tiap sengketa atau
perselisihan dan memelihara harta pusaka, memiliki Tugas dan Fungsi lainnya seperti di
bawah ini :
d)Menerima tukup bubuang, misalnya menerima hasil bumi, pajak sawah, pajak tanah,
dan lain-lain.
e) Hal ini sesuai dengan kato adat : Dimano ranjau nan lah lapuak, Parik nan lah runtuah.
Maksudnya, seorang dubalang harus tahu mana aturan adat yang mulai diremehkan dan
mana aturan adat yang sering dilanggar dan perlu ditegakkan kembali
C.Alim Ulama
Alim Ulama dalam kehidupan sehari-hari memiliki Tugas dan Fungsi yaitu :
Cadiak Pandai adalah orang yang memiliki keluasan pemikiran yang dapat
mencari jalan keluar dari setiap masalah yang di hadapi masyarakat.memiliki ilmu
pengetehuan umum yang luas ,anggota masyarakat yang dapat mengikuti perkembangan
zaman,dengan keluasan pemikiran dan kemampuannya diharapkan dapat mengantisipasi
segala yang terjadi ditengah masyarakat nagari.
Dengan keluasan dan keluwesan pemikiran seorang cadiak pandai banyak tahu
tentang berbagai pengetahuan.Seorang cadiak pandai paham berbagai perkembangan
yang terjadi,baik didalam maupun luar nagari.Berdasarkan hal ini maka cadiak pandai
dalam kehidupan masyarakat Minangkabau mempunyai tugas dan fungsi :
•Pemberi petunjuk kepada seluruh masyarakat dan anak nagari dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari
•Banyaknya masyarakat dari daerah yang marantau ke luar dari daerahnya dan mulai
melupakan tradisi adat di daerah asalnya.
•Masyarakat kota yang heterogen, berasal dari beraneka ragam daerah asal, akan menjadi
kendala dalam menerapkan kepemimpinan tungku tigo sajarangan karena terdapatnya
perbedaan-perbedaan tradisi ataupun adat menurut daerah asal masing-masing
masyarakat.
•Masyarakat disibukkan akan aktifitas sehari-hari terutama masyarakat kota yang terdiri
dari berbagai profesi dan mengenyampingkan permasalahan adat ,jadi kurangnya waktu
untuk mengingat atau menerapkan kepemimpinan tungku tigo sajarangan akan
menimbulkan permasalahan dimana masyarakat lebih mengutamakan profesi mereka saat
ini dan mengenyampingkan permasalahan adat.
Nama :Bobbi Muhammad Adam
Nim :1912030074
Kelompok : IX (sembilan)
Pepatah Minangkabau
Nim :1912030074
Kelompok : IX (sembilan)
Perjalan sejarah dari abad ke-12 M sampai ke-19 M mmasyarakat minang kabau
yang semula mempercayai alam ghaib- maha pencipta sebagai hadirnya adatt yang
terpakai ( sunnatullah) sangat mudah membaur dengan agama islam yang dibawa oleh
pedagang-pedagang Arab dan Barat lainnya yang mmenganut agama islam sehingga
rancangan-rancangan adat yang tidak sesuai dengan agama islam di
tinggalkan/dikeluarkan dari ketentuan adat, selanjutnya muncul yang dinamakan adat
yang sebenarnya adat yaitu adat yang menurut susunan agama islam (syarak).
Menurut Hamka dalam bukunya: Islam dan adat minangkabau, Minangkabau
sudah pernah menempuh zaman kebesaran dan kejayaan semasa 500 dan 600 tahun yang
lalu.dalam tahun 1286 M, Baginda Maharaja Kartanegara mengirimkan Patung Budha ke
Minangkabau sebagai tabda perhubungan dengan raja-raja keturunan Jawa itu. Di
Pariaman terjadi perebutan kekuasaan Portugis dengan Aceh, dan di zaman Iskandar
mudayang mulai memerintah tahun 1604 M, terjadi perebutan pengaruh yang hebat.
Bersamaan dengan serangan politik, Aceh juga membawa penyiaran Agama Islam.
Dua paham yang bertentangan pada masa itu yaitu paham Seykh Abdurrauf dan
Nuruddin Arraniri yang memprertahankan paham Ahlissunnah, Wihdatussyuhud yang
menyatakan , bahwa alam itu bekas kuasa Tuhan. Dengan paham Hamzah Al Fansuri dan
Syamsuddin As Samatrani yang berpaham laksana buih lautan itu sebagai daripada
ombak. Murid Abdurrauf datang ke Minangkabau, bertempat di Ulakan Pariaman,
bernama Burhanuddin, karena mendengar bahwa pengikut Hamzah Fanshuri telah masuk
pula ke Minangkabau dan memilih Canking sebagai pusatnya.
Menurut Darwis Tahaib Dt. Sidi Bandaro, di antara keputusan-keputusan yang
diambil dalam kerapatan Luhak Nan Tigo, ada satu yang amat penting, yaitu keputusan
rapat penghulu-penghulu dengan Alim Ulama, yang diadakan di Bukit Marapalam Batu
Sangkar. Keputusan itu terkenal dengan nama piagam Bukit Marapalam, yaitu: Adat
Bapaneh Syarak Balindung, Syarak Mangato Adat Mamakai, kesimpulan piagam itu
kemudian di kenal dengan : Adat dan Syarak Sandar Manyandar. Ada juga diringkaskan
menjadi: Adat Basandi Syarak.
Piagam bukit marapalam yang menjadi hasil keputusan rrapat orang Tiga Luhak
kira-kira di permulaan abad ke-19 M itu, menjadi amat pentimg, karena pada waktu itu
dapat mengatasi kesulitan yang terrjadi dalam nagari, karena sebelumnya pernah terrjadi
pergeseran isinya tidak saja dapat mengatasi kesulitan tetapii dapat mencapai keserasian
antara adat dan syarak. Secara positif melalui hikmat kebijaksanaan. Piagam Bukit
Marapalam itu diinyatakan dalam kata-kata pantun petitihnya ;
Alah bakarih samparono; Bingkisan Rajo Majopahik;
Tuah Basabab Bakarano; Pandai Batenggang din an rumik;
Tajam alah calakpun ado;tingga dibawa manyampaikan;
Adat alah syarak pun adoh; tingga di awak mamakaikan.
Piagam Bukik Marapalam tersebut merupakan ayat terakhir dari Undang-undang
Luhak, sehingga menjadi cupak usali, harus diseragamkan dan diselaraskan berlakunya di
seluruh negeri. Islam ke minangkabau adalah menambah perbaikan adat yang
sebelumnya. Sebab jiwa adat (berbuat yang baik dan menolak yang ttidak baik) yang
didapati agama itu sesuai pula dengan kehendak agama islam, hanya sedikit sekali yang
salah menurut aturan agama, seperti adat yang dihukum mubazir, meminum yang
memabukan dan lain-lain.
B. Adat Nan Qawi, Syarak Nan Lazim
Masyarakat minang adalah salah satu suku bangsa yang kehidupannya tidak bisa
dipisahkan dari islam. Sudah menjadi keyakinan bahwa “jika keluar dari islam berarti
sudah keluar dari adat minangkabau”. Jika ada orang minang yang keluar dari islam maka
secara sosial ia telah terbuang dari minangkabau. Dari waktu ke waktu, tampak
masyarakat mnang selalu berusaha untuk menyelesaikan diri dengan tradisi dan syariaat
ke islaman . upaya itu telah di mulai sejak islam masuk ke ranah minang. Persesuaian
tersebut sebenarnya terjadi secara bertahap , ketika islam mulai masuk dari wilayah
pesisir (rantau) ke daerah pedalaman (darek). Dalam sastra minang, hal itu di gambarkan
dalam pepatah syarak mandaki, adat manurun, adiak di bao turun, syarak di baok naik.
Kita meyakini bahwa adat dengan sendirinyab mengandung nilai nilai hukum
alam(sunnatulah), dan karenanya tidak boleh bertentangan dengan islam. Dan kita juga
meyakini bahwa di dalam sistem sosial kemasyarakatan kita. Islam dan adat telah
terintegrasi dengan baik. Hal ini tampak dalam adagium Adat Basandi Syarak, Syarak
Basandi Kitabullah (ABS-SBK).
Adat yang kawi, syarak yang lazim; artinya, adat tidak akan tegak jika tidak
diteguhkan oleh agama, sedangkan agama sendiri tidak akan berjalan jika tidak
dilazimkan atau diterapkan melalui praktek adat. Orang Minangkabau sangat kuat
memeluk Islam dan tetap teguh mempertahankan adat, sehingga orang luar mengakui
bahwa hubungan Islam dengan adat di Minangkabau memang sangat kompleks. Dalam
hal-hal tertentu kadang tampak bertentangan, namun melalui proses pengintegrasian
akhirnya berhasil disesuaikan sehingga selaras menjadi sebuah kesatuan sistem secara
utuh.
C. Syarak Mangato, Adat Mamakai
Pengertian Syarak dalam kamus bahasa Indonesia adalah hukum yang bersendi
ajaran Islam; hukum Islam, sedangkan pengertian sendi adalah batu pengalas atau
penganjal tiang rumah dan dapat juga berarti alas, dasar, azas dan fundamen.
Minangkabau yang identik dengan adatnya sehingga judul akan
mengaitkan/membicarakan tentang adat Minangkabau dengan ajaran Islam atau hukum
Islam. “ Adat Basandi Syarak’ Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat
Mamakai”. Begitulah bunyinya filosofi minang yang tak asing lagi di telinga masyarakat
Minang. Maksudnya ialah, Adat suatu daerah harus sesuai dengan aturan Syara’ atau
syari’at.adat tidak boleh bertentangan dengan syara’ yang sumbernya adalah kitab Allah
yakni Al-Qur’an.
Asumsi pertama, bahwa Syara’ Mangato Adat Mamakai,, dapat
diimplementasikan oleh orang yang paham agama, tahu dengan Syara’(Syari’at) dan
mengerti akan Adat Nan Sabananyo Adat.maka agama adalah kunciutama bagi seseorang
untuk memakai adat.orang yang mengerti agama, insya allah dia memakai adat.
Sebaliknya, orang yang tidak mengamalkan agama, bagaimana mungkin ia akan
memekai adat secara betul. karena agama telah mengatur tentang adat dan istiadat. Jadi
dalam kata syara’ mangato adat mamaakai ada tiga unsur yang harus diperhatikan
masyarakat minang. Yaitu;
1. Paham agama
Agama yakni islam. Setiap manusia butuh kepada islam. Karena Islam
menjamin keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan diakhirat. Maka setiap
manusia ditunutut wajib untuk menuntut ilmu-ilmu tentang keislaman.
2. Tahu syari’at
Syari’at yakni segala aturan dan hukum-hukum yang terdapat di dalam agama
islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Menjalankan syari’at secara
benar merupakan kunci dari segala pintu kebaikan. Adat juga menuntun kita kepada
kebaikan.
3. Mengerti Adat nan Sabana Adat
Adat istiadat yang telah dirumuskan oleh ulama dan tokoh masyarakat
Minang dahulunya, diatur sesuai tuntunan syara’ yang bersumber dari Al-Qura’an
dan As-Sunnah. Maka adat yang sebenarnya, untuk digunakan oleh masyarak minang
ialah adat kebiasaan masyarakat yang tidak bertentangan denga syarai’at.