Anda di halaman 1dari 12

A.

Hipotesis
1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, hypo = di bawah; thesis = pendirian, pendapat yang
ditegakkan, dan kepastian. Hipotesis sering diartikan oleh seorang peneliti untuk menjelaskan
fenomena yang menarik di dalam penelitiannya. Fenomena di dalam penelitian harus dipelajari,
dicari data pendukungnya dan dianalisis serta diambil kesimpulan. Sebelum dianalisis, seorang
peneliti sebaiknya menduga dan memprediksi ke arah mana penelitian ini akan berakhir.
Kesimpulan di dalam penelitian dapat menerima atau menolak hipotesis yang telah disusun oleh
peneliti di awal penelitian.
Triola (tt) mengatakan hipotesis adalah klaim atau pernyataan tentang sifat dari suatu
populasi. Pernyataan ini mengisyaratkan hipotesis mewakili sifat dari suatu populasi yang akan
diambil kesimpulannya. Creswell (2012) berpendapat tentang definisi hipotesis yaitu pernyataan
dalam penelitian kuantitatif di mana peneliti membuat dugaan atau prediksi tentang hasil
penelitian dari hubungan antara atribut dan sifat variabel. Menurut Djaali dalam Kadir (2015),
hipotesis adalah hasil kajian pustaka atau proses rasional dari penelitian yang telah mempunyai
kebenaran secara teoretis. Bailey (1994) menjelaskan bahwa fungsi dari hipotesis adalah: 1.
untuk menguji kebenaran teori, 2. mendorong munculnya teori, 3. menerangkan fenomena sosial,
4. sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian, dan 5. memberikan kerangka untuk
menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Dari pengertian di atas diperoleh pengertian tentang hipotesis yaitu: 1) dugaan sementara
atau prediksi yang akan diuji kebenarannya, 2) dibuat oleh peneliti di awal penelitian sehingga
hipotesis harus disusun dengan baik, 3) hipotesis diperoleh dari teori-teori yang berasal dari
pendapat para ahli sehingga dapat dipertanggungjawabkan, 4) hipotesis dapat diuji
kebenarannya, dan 5) kesimpulan penelitian dapat menolak atau menerima hipotesis.
Secara sederhana, terdapat dua hipotesis di dalam penelitian yaitu hipotesis nihil ( H o) dan
hipotesis alternatif ( H aatau H 1). Hipotesa nihil merupakan hipotesis yang menolak dugaan
peneliti, sebaliknya hipotesis alternatif merupakan hipotesis yang menerima prediksi penelitian.
Ada beberapa tahapan di dalam menyusun sebuah hipotesis di dalam penelitian kuantitatif, yaitu:
a. Menentukan hipotesis nihil ( H o).
Hipotesis ini biasanya disebut pula hipotesis nol yang menolak dugaan penelitian. Pada
umumnya cara penulisan hipotesis nol yaitu: 1) ada tanda titik dua, 2) simbol parameter
yang megindikasikan fokus penelitian, 3) ada tanda sama dengan, dan 4) terdapat angka
yang menjadi landasan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak. Oleh karena itu
hipotesis nol dapat ditulis H 0 :μ 1=μ2. Pada penelitian komparatif secara verbal hipotesis
nihil dapat ditulis: “Tidak ada perbedaan rata-rata prestasi belajar antara Model
Pembelajaran tipe STAD dan konvensional”. Di dalam penelitian korelasional hipotesisnya
adalah: “Tidak ada hubungan antara kompetensi pedagogik dan sosial dalam mengajar”.
b. Menentukan hipotesis alternatif ( H aatau H 1).
Hipotesis ini biasanya disebut pula hipotesis yang menerima dugaan penelitian. Teknik
penulisannya sama dengan teknik penulisan hipotesa nihil ( H a : μ1 ≠ μ2). Secara verbal
hipotesa nihilnya adalah “Ada Perbedaan rata-rata prestasi belajar antara Model
Pembelajaran tipe STAD dan konvensional”. Sedangkan dalam penelitian korelasional,
contoh hipotesisnya adalah “Ada hubungan antara kompetensi pedagogik dan sosial dalam
mengajar”.
c. Menentukan uji sepihak ataukah dua pihak
Terdapat tiga daerah penolakan dan penerimaan H o yaitu uji pihak kanan, uji pihak kiri dan
uji dua pihak. Yang perlu diperhatikan dalam uji ini adalah perbedaan antara uji statistika
komparatif dan asosiatif. Untuk uji statitika komparatif parameter yang digunakan adalah μ
(dibaca miu), sedangkan uji statitika, parameternya adalah β (dibaca beta).

d. Menentukan taraf signifikansi.


Taraf signifikansi merupakan peluang kesalahan yang diambil oleh seorang peneliti dalam
mengambil keputusan menolak atau menerima hipotesa. Simbol taraf signifikansi adalah α
(alpha). Pada umumnya di dalam penelitian sosial termasuk pendidikan, taraf signifikansi
yang digunakan adalah 1 % dan 5 %. Apabila seorang peneliti memilih taraf signifikansi 1
%, dapat diartikan probabilitas kesalahannya adalah 1 %. Makin rendah taraf signifikansi
yang dibuat, maka semakin tinggi pula tingkat kepercayaan hasil penelitian, begitu pula
sebaliknya. Untuk melihat nilai taraf signifikansi dengan menggunakan tabel seperti tabel
korelasi, tabel t, tabel f, dan lain sebagainya (kumpulan tabel dapat dilihat pada lampiran
buku ini).
e. Mengumpulkan data
Di dalam penelitian pendidikan, banyak variabel yang dapat diteliti di antaranya prestasi
belajar, kemampuan berfikir kritis, sikap siswa, motivasi dalam belajar, kemampuan
mengajukan pertanyaan dan jawaban, keaktifan diskusi dsbnya. Teknik pengumpulan data
dari variabel ini berupa tes, observasi, tes unjuk kerja dan kuesinoer. Data dalam penelitian
kuantitatif haruslah bersifat numerik.
f. Menentukan rumus statistik yang digunakan
Setalah data terkumpul data tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus statistik.
Rumus statistik terbagi menjadi dua yakni rumus statistik komparasi seperti uji t, Mann-
Whitney, Anova 1 dan 2 jalur, dan Anacova. Sedangkan rumus statistik korelasi di antaranya
product moment, Uji Spearman’s rank-order, Uji Kendall’s Tau, Uji Goodman dan
Kruskal’s Gamma.
g. Menarik kesimpulan
Di dalam penelitian, kesimpulan dapat diartikan menerima atau menolak hipotesis. Jika hasil
penelitian dinyatakan bahwa H o ditolak, ini berarti data yang dianalisis mendukung
hipotesis alternatif. Sebaliknya jika H o diterima, artinya data yang dianalisis tidak
mendukung hipotesis alternatif. Di dalam kesimpulan tidak menggunakan istilah hipotesis
itu salah atau benar, akan tetapi kesimpulannya adalah hipotesis diterima atau ditolak.

2. Kekeliruan dalam hipotesis

Di dalam penelitian dapat dimungkinkan terjadinya kesalahan di dalam menarik


kesimpulan berdasarkan hipotesis yang dibuat. Kadir (2015) menjelaskan kekeliruan ini
disebabkan hipotesis yang dibuat mengandung ketidakpastian. Adanya unsur ketidakpastian
menyebabkan resiko kesalahan bagi pengambilan keputusan. Ada dua kemungkinan kesalahan
hipotesis yaitu: a. Kekeliruan tipe I (α) yaitu menolak hipotesis yang seharusnya diterima, dan b.
Kekeliruan tipe II (β): menerima hipotesis yang seharusnya ditolak. Kedua kekeliruan tersebut
tersajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.14 Kekeliruan hipotesis Tipe I dan II


KEPUTUSAN
KESIMPULAN
HIPOTESIS BENAR HIPOTESIS SALAH
Terima Hipotesis BENAR (1 – α) KELIRU Tipe I (α)
Tolak Hipotesis KELIRU Tipe II (β) BENAR (1-β)

Di dalam penelitian kuantitatif, kedua tipe kekeliruan tersebut disebut sebagai peluang.
Peluang untuk melakukan kesalahan tipe I dinyatakan dengan α (dibaca alpha) dan peluang
kesalahan tipe II dinyatakan dengan β (dibaca beta). Untuk itu kekeliruan pertama disebut
sebagai kekeliruan α dan kekeliruan kedua disebut β. Hubungan antara kekeliruan α dan β
adalah semakin kecil kesalahan α, maka semakin besar kemungkinan kesalahan β, begitupun
sebaliknya semakin besar kesalahan pada α, maka semakin kecil kemungkinan kesalahan β.
Untuk harga α dapat ditentukan terlebih dahulu, sedangkan harga β tidak memiliki batasan
tertentu.
Harga α pada setiap penelitian seringkali dinyatakan dalam bentuk α = 0,01 atau α= 0,05.
Pada α = 0,01 disebut pula taraf signifikansi 1 % dan α = 0,05 disebut taraf signifikansi 5 %.
Asumsi penelitian apabila menggunakan taraf 5 % atau α = 0,05 berarti dalam 100 kali
pengambilan kesimpulan yang dilakukan, maka kekeliruan dalam membuat kesalahan tidak
menerima H o yang benar adalah sebanyak 5 kali. Ini juga berarti dalam taraf signifikansi 5 %,
seorang peneliti kira-kira telah membuat kesimpulan 95 % benar.

3. Uji hipotesis satu pihak dan dua pihak


Terdapat dua uji hipotesis di dalam penelitian kuantitatif yakni satu pihak dan dua pihak.
Untuk uji satu pihak terdiri dari dua bagian dua yakni uji pihak kanan dan pihak kiri.

a. Uji pihak kanan

Uji pihak kanan disebut pula uji ekor kanan adalah pengujian hipotesis di mana daerah
penolakan berada di sebelah kanan pada kurva normal. Uji ini digunakan apabila hipotesis H o
dinyatakan lebih kecil dari atau sama dengan (≤).

Daerah Penolakan Ho
(daerah kritis)

Daerah
Penerimaan Ho luas =

d
Gambar 3.15 Uji Pihak Kanan

Di dalam penelitian komparatif dengan hipotesis motivasi belajar siswa yang


mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan media lebih tinggi daripada siswa yang tidak
menggunakan media pembelajaran, maka uji hipotesis pihak kanan ditulis sebagai berikut:

H 0 :μ 1 ≤ μ2
H 1 : μ 1> μ 2

Untuk penelitian korelasional dengan hipotesis gaya kepemimpinan berpengaruh positif


terhadap motivasi kerja guru, uji hipotesis pihak kanannya adalah:

H0 : β ≤ 0
H 1 : β >0

b. Uji pihak kiri

Uji pihak kiri disebut pula uji ekor kiri di mana daerah penolakan berada di sebelah kiri
pada kurva normal. Uji ini digunakan apabila hipotesis H o dinyatakan lebih besar dari atau sama
dengan (≥).

Daerah Penolakan Ho
(daerah kritis)

Daerah
luas = Penerimaan Ho

d
Gambar 3.16 Uji Pihak Kiri

Pada penelitian komparatif dengan hipotesis siswa yang mendapatkan metode ceramah
memiliki prestasi belajar yang lebih rendah dari siswa yang diberikan model PBM, maka uji
hipotesis pihak kiri ditulis sebagai berikut:

H 0 :μ 1 ≥ μ2
H 1 : μ 1< μ 2
Untuk penelitian korelasional dengan hipotesis rendahnya skor uji kompetensi
berpengaruh negatif terhadap kemampuan mengajar, uji hipotesis pihak kirinya adalah:

H0 : β ≥ 0
H 1 : β <0

c. Uji dua pihak

Uji dua pihak memiliki dua daerah kritis pada masing-masing ujung pada kurva normal.
Luas daera pada masing-masing ujunng kurva adalah ½ α. Karena adanya dua daerah penolakan
ini, maka pengujian hipotesis disebut sebagai uji hipotesis dua pihak. Uji ini digunakan apabila
hipotesis H o berbunyi sama dengan (=)

Daerah penolakan Daerah penolakan H0

Daerah
½α penerimaan Ho ½α

d1 d2
Gambar 3.17 Uji Dua Pihak

Pada penelitian komparatif dengan hipotesis terdapat perbedaan kemampuan menyerap


pelajaran antara siswa dengan menggunakan metode demonstrasi dan ceramah, maka uji
hipotesis uji dua pihak ditulis sebagai berikut:

H 0 :μ 1=μ2
H 1: μ1≠ μ2

Pada penelitian korelasional dengan hipotesis penelitiannya lama mengajar berpengaruh


terhadap profesionalitas guru, maka uji hipotesis dua pihak adalah:

H 0 : β=0
H1: β ≠ 0

B. Hubungan antara Variabel, rumusan masalah dan hipotesis


Telah dijelaskan di awal bahwa terdapat tiga jenis penelitian yaitu jenis penelitian
deskriptif, korelasional dan komparatif. Penelitian deskriptif memiliki satu variabel penelitian
sehingga disebut univariat, sedangkan korelasional dan komparatif disebut pula bivariat atau
multivariat karena di dalamnya terdapat dua atau variabel penelitian. Hubungannya antara
rumusan masalah dan hipotesis penelitian dengan variabel adalah jumlah variabel yang diteliti
berpengaruh kepada jumlah rumusan masalah dan hipotesis penelitian.

Tabel 3.18 Jumlah variabel, rumusan masalah dan hipotesis penelitian univariat, bivariat,
dan multivariat
Jenis Jumlah Jumlah Jumlah Hipotesis
Penelitian Variabel Rumusan Masalah
Deskriptif Univariat 1 (satu) 1 (satu)

Bivariat 1 atau 3 apabila 1 (satu)


ditambah dengan
rumusan masalah
Korelasional deskriptif
Multivariat Bergantung jumlah Bergantung jumlah
variabel dan jenis variabel dan jenis
penelitian (regresi satu penelitian (regresi satu
jalur atau dua jalur) jalur atau dua jalur)
Bivariat 1 atau 3 apabila 1 (satu)
ditambah dengan
rumusan masalah
Komparatif deskriptif
Multivariat Bergantung jumlah Bergantung jumlah
variabel dan jenis variabel dan jenis
penelitian (treatment by penelitian (treatment by
level, disain faktorial, level, disain faktorial, atau
atau analisis jalur) analisis jalur)

Di dalam penelitian deskriptif (univariat), rumusan masalah penelitiannya berjumlah 1


(satu) pertanyaan dan hipotesis tidak menjadi keharusan di dalam jenis penelitian ini. Sedangkan
pada penelitian korelasional dan komparatif bivariat, jumlah rumusan masalahnya adalah 1 (satu)
dan hipotesis penelitiannya juga satu. Namun dalam penelitian ini baik korelasional dan
komparatif seringkali rumusan masalahnya digabung dengan rumusan masalah deskriptif
sehingga rumusan masalahnya menjadi 3 (tiga). Sedangkan dalam penelitian multivariat, jumlah
rumusan masalah dan hipotesisnya bergantung kepada pendekatan penelitian dan jumlah variabel
yang digunakan.

1. Rumusan Masalah Deskriptif

Rumusan masalah dan hipotesis pada penelitian deskriptif dapat dilihat sebagai berikut:
- Rumusan Masalah:
a. Berapa lama rata-rata mahasiswa menyelesaikan studinya?
b. Seberapa baik gaya belajar siswa di sekolah X?

2. Rumusan Masalah dan Hipotesis Korelasional Bivariat

Dengan judul penelitian “Hubungan antara Motivasi Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik
pada Mahasiswa Perguruan Tinggi X, rumusan masalah dan hipotesisnya adalah:
- Rumusan Masalah:
a. Seberapa baik motivasi ekstrinsik pada Mahasiswa Perguruan Tinggi X? (rumusan masalah
deskriptif)
b. Seberapa baik motivasi intrinstik pada Mahasiswa Perguruan Tinggi X? (rumusan masalah
deskriptif)
c. Apakah ada pengaruh positif antara motivasi ekstrinsik dan intrinsik pada mahasiswa
perguruan tinggi X? (rumusan masalah korelasional)
- Hipotesis penelitian
H o= Tidak ada pengaruh positif antara motivasi ekstrinsik dan intrinsik mahasiswa
Perguruan Tinggi X.
H 1= Ada pengaruh positif antara motivasi ekstrinsik dan intrinsik pada Mahasiswa
Perguruan Tinggi X.
Hipotesis statistiknya pada uji pihak kanan yaitu:

H 0: ρ ≤ 0
H1 : ρ > 0

3. Rumusan Masalah dan Hipotesis Korelasional Bivariat


Dengan judul Hubungan antara Kesehatan Fisik dan Mental Terhadap Konsistensi Belajar
Siswa di SMA X, diperoleh rumusan masalah dan hipotesis sebagai berikut:

- Rumusan Masalah
a. Bagaimana tingkat kesehatan fisik Siswa di SMA X? (rumusan masalah deskriptif)
b. Bagaimana tingkat Kesehatan Mental Siswa di SMA X? (rumusan masalah deskriptif)
c. Bagaimana tingkat Kesehatan Spiritual Siswa di SMA X? (rumusan masalah deskriptif)
d. Bagaimana korelasi antara Kesehatan Fisik dan Konsistensi Belajar Siswa di SMA X?
e. Bagaimana korelasi antara Kesehatan Mental dan Konsitensi belajar Siswa di SMA X?
f. Apakah Kesehatan Fisik dan Kesehatan Mental secara bersama-sama memiliki korelasi
terhadap Konsistensi Belajar Siswa di SMA X?
- Hipotesis penelitian

a. Hipotesis pada butir “d”


H o= Tidak terdapat korelasi antara Kesehatan Fisik dengan Konsistensi Belajar
H 1= Terdapat korelasi antara Kesehatan Fisik dengan Konsistensi Belajar
Hipotesis statistik:
H 0: ρY ≠ 0
1

H 1 : ρY = 0
1

b. Hipotesis pada butir “e”


H o= Tidak terdapat korelasi antara Kesehatan Mental dengan Konsistensi Belajar
H 1= Terdapat korelasi antara Kesehatan Mental dengan Konsistensi Belajar
Hipotesis Statistik:
H 0: ρY ≠ 0
2

H 1 : ρY = 0
2

c. Hipotesis pada butir “f”


H o= Tidak ada hubungan secara bersama antara Kesehatan Fisik dan Mental terhadap
Konsistensi Belajar
H 1= Terdapat hubungan secara bersama antara Kesehatan Fisik dan Mental terhadap
Konsistensi Belajar
Hipotesis Statistik:

H 0: ρY ≠ 0
12

H 1 : ρY = 0
12

4. Rumusan Masalah dan Hipotesis Komparatif Bivariat


Diketahui judul penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Examples Non Example
terhadap Hasil Belajar. Rumusan masalah dan hipotesisnya dapat disusun sebagai berikut:

- Rumusan Masalah:
a. Bagaimana Hasil Belajar siswa yang tidak diberikan model pembelajaran Examples Non
Examples? (rumusan masalah deskriptif)
b. Bagaimana Hasil Belajar siswa yang diberikan model pembelajaran Examples Non
Examples? (rumusan masalah deskriptif)
c. Bagaimana Pengaruh Model Pembelajaran Examples Non Examples terhadap Hasil Belajar?
(rumusan masalah komparatif)

- Hipotesis penelitian
H o= Model Pembelajaran Examples Non Examples tidak memiliki pengaruh terhadap Hasil
Belajar.
H 1= Ada pengaruh Model Pembelajaran Examples Non Examples terhadap Hasil Belajar.
Hipotesis statistik pada dua pihak yaitu:
H o : μ1 < μ2
H 1 : μ1 ≠ μ2

5. Rumusan Masalah dan Hipotesis Komparatif Multivariat


Dengan judul penelitian Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Tingkat
Kecerdasan terhadap Kemampuan Berpikir Kritis, berdasarkan desain penelitian pada tabel 3.10
dapat disusun rumusan masalah dan hipotesis penelitiannya sebagai berikut:

- Rumusan Masalah
a. Apakah terdapat perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis antara menggunakan Model PBM
dan konvensional?
b. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara Model Pembelajaran dan Tingkat Kecerdasan
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis?
c. Apakah terdapat perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis antara Kelompok siswa yang
memiliki kecerdasan tinggi yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
dan Konvensional?
d. Apakah terdapat perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis antara Kelompok siswa yang
memiliki kecerdasan rendah yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
dan Konvensional?
- Hipotesis Penelitian
a. Hipotesis penelitian pada butir “a”
H o= Tidak terdapat perbedaan kemampuan Berpikir Kritis antara menggunakan Model PBM
dan konvensional (dua sisi)
H 1= Terdapat perbedaan kemampuan Berpikir Kritis antara menggunakan Model PBM dan
konvensional
Hipotesis statistik:
H 0: μ A 1 ≠ μ A 2
H 1 : μ A 1= μ A 2
b. Hipotesis penelitian pada butir “b”
H o= Tidak terdapat interaksi antara Model Pembelajaran dan Tingkat Kecerdasan terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis
H 1= Terdapat interaksi antara Model Pembelajaran dan Tingkat Kecerdasan terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis
Hipotesis statistik:
H 0: A X B = 0
H1 : A X B ≠ 0
c. Hipotesis penelitian pada butir “c”
H o= Tidak terdapat perbedaan kemampuan Berpikir Kritis antara Kelompok Siswa yang
memiliki kecerdasan tinggi yang diajarkan dengan model PBM dan konvensional.
H 1= Terdapat perbedaan kemampuan Berpikir Kritis antara Kelompok Siswa yang memiliki
kecerdasan tinggi yang diajarkan dengan model PBM dan konvensional.
Hipotesis statistik:
H 0: μ A 1 B 1 ≠ μ A 2 B 1
H 1 : μ A 1 B 1= μ A 2 B 1

d. Hipotesis penelitian pada butir “d”


H o= Tidak terdapat perbedaan kemampuan Berpikir Kritis antara Kelompok Siswa yang
memiliki kecerdasan rendah yang diajarkan dengan model PBM dan konvensional.
H 1= Terdapat perbedaan kemampuan Berpikir Kritis antara Kelompok Siswa yang memiliki
kecerdasan rendah yang diajarkan dengan model PBM dan konvensional.

Hipotesis statistik:
H 0: μ A 1 B 2 ≠ μ A 2 B 2
H 1 : μ A 1 B 2= μ A 2 B 2

6. Rumusan Masalah dan Hipotesis Korelasi Multipel


Dengan judul penelitian “Pengaruh Kompensasi, Budaya Organisasi dan Motivasi
Bekerja terhadap Kedisiplinan Kerja”, berdasarkan desain penelitian pada gambar 3.11 rumusan
masalah dan hipotesisnya sebagai berikut:

- Rumusan Masalah
a. Seberapa besar pengaruh positif secara langsung antara Kompensasi terhadap Kedisiplinan
Kerja?
b. Seberapa besar pengaruh positif secara langsung antara Budaya Kerja terhadap Kedisiplinan
Kerja?
c. Seberapa besar pengaruh positif secara langsung antara Motivasi Kerja terhadap
Kedisiplinan Kerja?
d. Seberapa besar pengaruh positif secara langsung antara Kompensasi terhadap Motivasi
Bekerja?
e. Seberapa besar pengaruh positif secara langsung antara Budaya Organisasi terhadap
Motivasi Kerja?
f. Seberapa besar pengaruh positif secara langsung antara Kompensasi dan Budaya
Organisasi?
- Hipotesis Penelitian
a. Hipotesis Penelitian untuk butir ‘a”
H 0 = Tidak ada pengaruh positif secara langsung antara Kompensasi terhadap Kedisiplinan
Kerja
H 1 = Ada pengaruh positif secara langsung antara Kompensasi terhadap Kedisiplinan Kerja
Hipotesis Statistik:

H 0: β Y ≤ 0
1

H 1 : βY > 01

b. Hipotesis Penelitian untuk butir ‘b”


H 0 = Tidak ada pengaruh positif secara langsung antara Budaya Organisasi terhadap
Kedisiplinan Kerja
H 1= Ada pengaruh positif secara langsung antara Budaya Organisasi terhadap Kedisiplinan
Kerja

Hipotesis Statistik:
H 0: β Y ≤ 0
2

H 1 : βY > 0
2

c. Hipotesis Penelitian untuk butir ‘c”


H 0 = Tidak ada pengaruh positif secara langsung antara Motivasi terhadap Kedisiplinan
Kerja
H 1 = Ada pengaruh positif secara langsung antara Motivasi terhadap Kedisiplinan Kerja
Hipotesis Statistik:
H 0: β Y 3 ≤ 0
H 1 : β Y 3> 0
d. Hipotesis Penelitian untuk butir ‘d”
H 0 = Tidak ada pengaruh positif secara langsung antara Kompensasi terhadap Motivasi
Kerja
H 1 = Ada pengaruh positif secara langsung antara Kompensasi terhadap Motivasi Kerja
Hipotesis Statistik:
H 0: β Y 31 ≤ 0
H 1 : β Y 31 > 0
e. Hipotesis Penelitian untuk butir ‘‘e”
H 0 = Tidak ada pengaruh positif secara langsung antara Budaya Organisasi terhadap
Motivasi Kerja
H 1 = Ada pengaruh positif secara langsung antara Budaya terhadap Motivasi Kerja
Hipotesis Statistik:
H 0: β Y 32 ≤ 0
H 1 : β Y 32 > 0
f. Hipotesis Penelitian untuk butir ‘f”
H 0 = Tidak ada pengaruh positif secara langsung antara Kompensasi terhadap Budaya
Organisasi
H 1 = Ada pengaruh positif secara langsung antara Kompensasi terhadap Budaya Organisasi
Hipotesis Statistik:
H 0: β Y 21 ≤ 0
H 1 : β Y 21 > 0

C. Latihan
1. Sebutkan alasan mengapa memahami variabel sangat diperlukan dalam penelitian yang akan
anda lakukan.
2. Uraikan pengertian variabel menurut para ahli dan buatlah definisi menurut anda sendiri
3. Jelaskan pengertian variabel independen, dependen serta variabel kontrol. Berikan contoh
dalam tiga buah judul penelitian.
4. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara variabel moderator dan intervening. Berikan
contoh masing-masing variabel tersebut.
5. Ada tiga jenis data pada penelitian. Jelaskan ketiga jenis data tersebut beserta contohnya.
6. Gambarkan uji hipotesis pihak kanan, kiri serta dua pihak. Jelaskan perbedaannya menurut
anda ketiga uji hipotesis tersebut.
7. Jelaskan istilah-istilah uji hipotesis berikut ini: H o, H 1, dan taraf signifikansi.
8. Buatlah rumusan masalah, hipotesis penelitian dan statistik judul-judul penelitian di bawah
ini:
a. Tingkat kecerdasan emosional siswa pada lembaga sekolah........
b. Hubungan antara motivasi belajar dan kedisiplinan mahasiswa di Fakultas....
c. Pengaruh model pembelajaran degeneratif terhadap pemahaman konsep matematika
siswa.........
d. Pengaruh kemampuan manajerial, kemampuan pengendalian diri dan gaya memimpin
terhadap motivasi bekerja di lembaga ..... (path analysis)

Anda mungkin juga menyukai