Anda di halaman 1dari 12

PENGUJIAN HIPOTESIS SECARA STATISTIK

A. PENDAHULUAN/DESKRIPSI SINGKAT
Pengujian hipotesis secara statistik sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat maupun dalam berita-berita di media massa elektronik maupun cetak. Orang
cenderung berfikir bahwa Pengujian hipotesis secara statistik selalu berkaitan dengan data dan
berhitung (angka), memang tidak salah. Akan tetapi Pengujian hipotesis secara statistik juga
berhubungan dengan sumber daya, bagaimana peranan Pengujian hipotesis secara statistik dalam
membantu kegiatan individu dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini untuk
memahami konsep dan aturan yang ada di dalam Pengujian hipotesis secara statistik. Uraian
tersebut mencakup:
1. Pengertian Hipotesis
2. Langkah-Langkah Menyusun Hipotesis
3. Perumusan Hipotesis

5.1 Pengertian Hipotesis


Irianto (2004), hipotesis adalah jawaban atas problem secara teoritis, yang masih perlu di
uji kebenarannya melalui fakta-fakta. Pengujian Hipotesis dengan menggunakan dasar fakta
diperlukan suatu alat bantu, dan yang sering digunakan dalam analisis statistik.
Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata hupo dan thesis. Hupo artinya
sementara, atau kurang kebenarannya atau masih lemah kebenarannya. Sedangkan thesis artinya
pernyataan atau teori. Karena hipotesis adalah pertanyaan sementara yan masih lemah
kebenarannya, maka perlu diuji kebenarannya, sehingga istilah hipotesis ialah pertanyaan
sementara yang perlu diuji kebenarannya. Untuk menguji kebenaran sebuah hipotesis digunakan
pengujian yang disebut pengujian hipotesis atau pengetesan hipotesis (testing hypothesis).
Pengujian hipotesis akan membawa kepada kesimpulan untuk menolak atau menerima
hipotesis. Dengan demikian kita dihadapkan pada dua pilihan. Agar pemilihan kita lebih terinci
dan mudah, maka diperlukan hipotesis alternative yang selanjutnya disingkat Ha dan hipotesis
nol (null) yang selanjutnya disingkat H0. Ha disebut juga sebagai dipotesis kerja atau hipotesis
penelitian (research hypothesis). Ha adalah lawan atau tandingan dari H0. Ha cenderung
dinyatakan dalam kalimat positif. Sedangkan H0 dinyatakan dalam kalimat negatif.
Contohnya :
1. Ha : Terdapat hubungan fungsional yang positif antara variabel X dengan Y
H0 : Tidak terdapat hubungan fungsional yang positif antara variabel X
dengan Y.
2. Ha : Terdapat perbedaan motivasi kerja antara pria dan wanita.
H0 : Tidak terdapat perbedaan motivasi kerja antara pria dan wanita, Ha dan
H0 yang mengandung kata-kata signifikan dan atau linier kebalikan dari
contoh di atas.
Contoh :
1. Ha : Tidak terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara variabel X
dengan Y
H0 : Tidak terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara variabel
X dengan Y.
2. Ha : Tidak terdapat hubungan fungsional yang linier antara variabel X dengan
Y
H0 : Terdapat hubungan fungsional yang linier antara variabel X dengan Y
3. Ha : Tidak terdapat hubungan fungsional yang signifikan dan linier antara
Variabel X dengan Y
H0 : Terdapat hubungan fungsional yang signifikan dan linier antara variabel
Variabel X dengan Y
Hipotesis tersebut diatas disebut hipotesis nondireksional atau tidak langsung.
Pasangannya disebut pengujian sederhana lawan sederhana. Pengujiannya menggunakan uji dua
pihak atau dua ekor.
Jika H0 dinyatakan dengan lebih besar, maka Ha dinyatakan dengan lebih kecil. Hipotesis
ini disebut hipotesis direksional. Pasangan ini disebut pengujian komposit dengan komposit.
Pengujiannya menggunakan uji satu pihak atau satu ekor yang disebut uji pihak kiri.
Sebaliknya, jika H0 dinyatakan dengan lebih kecil, maka Ha harus dinyatakan dengan
lebih besar. Hipotesis ini disebut hipotesis direksional. Pasangannya disebut pengujian
komposit dengan komposit. Pengujiannya menggunakan uji satu pihak atau satu ekor yaitu pihak
kanan.
Sekarang yang menjadi masalah ialah kapan peneliti memakai hipotesis non direksional
dan kapan memakai hipotesis direksional? Atau dengan kata lain kapan peneliti memakai uji dua
pihak dan kapan uji satu pihak? Jawabnya ialah tergantung pada keputusan yang akan diambil.
Keputusan untuk memilih uji dua pihak atau satu pihak bukanlah untuk memudahkan
mendapatkan signifikasi. Pilihannya tidaklah didasarkan atas pertimbangan statistik, tetapi
didasarkan atas keputusan yang akan diambil sebagai hasil dari penemuan penelitinya. Jika ingin
membuat suatu keputusan untuk memilih salah satu dari dua bentuk gaya mengajar atau gaya
kepemimpinan, maka uji dua pihaklah yang lebih cocok untuk dipilih.
Sebaliknya, jika peneliti ingin memutuskan untuk mengadopsi suatu system baru atau
metode baru, maka uji satu pihaklah yang lebih cocok untuk dipilih. Oleh sebab itu, uji satu
pihak dapat membantu untuk mengembangkan suatu teori.
Beberapa ahli berpendapat bahwa uji dua pihak lebih banyak dipertanggung jawabkan
untuk ilmu-ilmu sosial, karena seperti psikologi, sosiologi, pendidikan, administrasi dan
sebagainya sangat banyak variable yang belum diketahui.
Pengujian H0 dan Ha memerlukan hipotesis statistik.
Hipotesis statistik ialah pernyataan khusus mengenai populasi atau sampel. Selanjutnya
hipotesis statistik inilah yang diuji. Pengujian dengan membandingkan hasil perhitungan data
dengan kriteria tertentu. Contoh hipotesis dalam bentuk kalimat diubah menjadi hipotesis
variabel.
1. Ha : Terdapat perbedaan motivasi kerja antara pria dengan wanita.
H0 : Tidak terdapat perbedaan motivasi kerja antara pria dan wanita.
Bentuk hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :
Ha : pria ≠ wanita
H0 : pria = wanita
2. Ha : Prosedur kerja A lebih baik daripada prosedur kerja B
H0 : Prosedur kerja A tidak lebih baik daripada prosedur kerja B
Bentuk hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :
Ha : A ≥ B
H0 : A ≤ B
Walaupun berdasarkan analisis statistik kita telah menolak atau menerima suatu
hipotesis, hal ini belumlah memberikan kebenaran mutlak 100% kepada kita, sebab kita biasanya
bekerja dengan data sampel sehingga kekeliruan sampling selalu ada betapa pun kecilnya. Ada
dua macam kesalahan sampling yaitu seperti uraian berikut ini.
Dalam pengujian hipotesis akan terjadi dua macam kesalahan, yaitu :
 Kesalahan tipe 1 yaitu menolak hipotesis yang seharusnya tdak ditolak.
 Kesalahan tipe 2 yaitu tidak menolak hipotesis yang seharusnya ditolak
Pengertian dari pernyataan diatas mungkin lebih jelas jika diberikan dengan contoh ini:
Suatu eksperimen pupuk A diberikan pada 100 pohon tertentu dan setelah sebulan
ternyata 50 dari pohon tersebut tidak menunjukkan reaksi dari pemupukan itu. Kemudian pupuk
B diberikan pula kepada 100 pohon tertentu lainnya ternyata hanya 40 pohon yang tidak
menunjukkan reaksi (berbuah).
Berdasarkan data diatas, maka biasanya orang menarik kesimpulan bahwa pupuk A tidak
efektif dari pupuk B, kecuali lebih dari 50 pohon telah berbuah. Sehingga menimbulkan
pertanyaan : “Berapakah yang lebih dari 50 pohon itu?”. Jadi berapakah jumlah pohon yang
berbuah untuk mengatakan bahwa pupuk A lebih efektif? Sayangnya, metode statistic belum
berhasil menjawab hal ini. Dalam setiap keadaan yang diketahui tidaklah mungkin membuat
kesimpulan sebagai kebenaran, kecuali suatu kesimpulan yang agaknya benar dapat diputuskan.
Dan jika keputusan dibuat, maka kemungkinan benar akan terjadi kesalahan.
Misalnya 75 dari 100 pohon tadi berbuah dengan pemberian pupuk A, maka peneliti
dihadapka dengan dua keputusan :
1. Pupuk A, nyatanya tidak lebih baik dari pupuk B, meskipun 75 dari pohon telah berbuah.
Karena mungkin saja hanya disebabkan kebetulan semata. Saya percaya bahwa pupuk A
tidak lebih baik dari pupuk B walaupun 75 dari 100 pohon telah berbuah.
2. Walaupun saya percaya bahwa 75 dari 100 pohon telah berbuah sebagai reaksi dari pupuk A
hanyalah suatu kebetulan belaka, kiranya cukup beralasan kalau saja percaya bahwa pupuk A
lebih efektif daripada pupuk B.

Jika peneliti memilih keputusan 1 di atas, maka ia telah melakukan kesalahan tipe 1, jika
peneliti memilih keputusan 2, maka ia telah melakukan kesalahan tipe 2.
Hubungan antara hipotesis, kesimpulan dan tipe kesalahan dapat digambarkan seperti
tabel dibawah ini :

Tabel 5.1
Tipe Kesalahan

Keadaan Sebenarnya
KESIMPULAN
H0 benar H0 salah
Menerima H0 Benar Kesalahan 1
Menolak H0 Kesalahan 2 Benar

Ketika merencanakan hipotesis, kedia tipe kesalahan tersebut hendaklah dibuat sekecil
mungkin. Kedua tipe kesalahan tersebut dalam peluang. Supaya penilaian dapat dilakukan.
Peluang ini juga sekaligus merupakan besarnya risiko kesalahan yang ingin kita hadapi. Peluang
membuat kesalahan tipe 1 biasanya dinyatakan dengan  (baca alpha). Dan peluang membuat
tipe 2 biasanya dinyatakan dengan 5ariabl  (baca beta). Oleh karena itu kesalahan tipe 1 disebut
juga dengan kesalahan , dan kesalahan tipe 2 disebut juga dengan kesalahan .  disebut juga
taraf signifikansi, taraf arti, taraf nyata atau probability = p, taraf kesalahan, dan taraf kekeliruan.
Taraf signifikansi dinyatakan dalam dua atau tiga decimal atau dalam persen. Lawan dari
taraf signifikansi atau tanpa kesalahan ialah taraf kepercayaan. Jika total signifikansi = 5%,
maka dengan kata lain dapat disebut taraf kepercayaan = 9%. Demikian seterusnya.
Dalam penelitian sosial, besarnya  biasanya 5% atau 1% (0,005 atau 0,01). Penentuan
besarnya  tergantung pada keinginan peneliti sebelum analisis statistic dilakukan.
Arti  = 0,01 ialah kira-kira 1 dari 100 kesimpulan akan menolak hipotesis yang
seharusnya diterima. Atau dengan kata lain kira-kira 99% percaya bahwa kita telah membuat
kesimpulan yang benar.

Sebelumnya mengadakan pengujian hipotesis, maka asumsi-asumsi ynag berlaku


hendaklah dipenuhi terlebih dahulu.
Asumsi-asumsi yang diperlukan sebelum melakukan pengujian hipotesis adalah :
1. Nyatakanlah dengan tegas bahwa data yang akan diuji tersebut berasal dari sampel atau
populasi. Jika menggunakan data sampel, maka rata-ratanya adalah . Dan jika
menggunakan data populasi, maka rata-ratanya adalah .
2. Data yang diuji berdistribusi normal.

Pengujian hipotesis ada tiga macam, yaitu :


1. Uji dua pihak,
2. Uji satu pihak, yaitu pihak kanan,
3. Uji satu pihak, yaitu pihak kiri.

Dalam pengujian hipotesis, yang diuji apakah H0 ditolak atau diterima. Untuk dapat
memutuskan apakah H0 ditolak atau diterima, maka diperlukan criteria tertentu dengan nilai
tertentu baik dari hasil perhitungan maupun hasil dari tabel. Kedua hasil tersebut dibandingkan.
Dalam hal ini dimisalkan kita menggunakanan perhitungan t dengan menggunakan rumus t
sehingga diperoleh thitung. Kemudian kita cari ttebel dari tabel t dengan  tertentu.Nilai ttabel dua
pihak dan satu pihak dengan  tertentu diperoleh dengan melihat daftar atau tabel t.

Kriteria Pengujian
Penentuan criteria pengujian dan nilai kritis digambarkan seperti tabel berikut:
Tabel 5.2
Pengujian Hipotesis

UJI DUA PIHAK


Hipotesis statistiknya :
Ha : µ 1 ≠ µ 0 daerah daerah
daerah
H0 : µ 1 ≠ µ 0 tolak H0 tolak H0
terima H0
Kriteria Pengujian :
-ttabel +ttabel
nilai kritis
Jika –ttabel ≤ thitung ≤ +ttabel
maka H0 diterima.
UJI DUA PIHAK UNTUK PILIH KANAN
Hipotesis statistiknya :
Ha : µ 1 ≠ µ 0
H0 : µ 1 ≠ µ 0
daerah daerah
Kriteria Pengujian : tolak H0
terima H0
Jika –ttabel ≤ thitung ≤ +ttabel
maka H0 diterima. +ttabel
nilai kritis

UJI DUA PIHAK UNTUK PILIH KIRI


Hipotesis statistiknya :
Ha : µ 1 ≠ µ 0 daerah
daerah
H0 : µ 1 ≠ µ 0 tolak H0
terima H0
Kriteria Pengujian :
-ttabel nilai kritis
Jika –ttabel ≤ thitung ≤ +ttabel
maka H0 diterima.

5.2 Langkah-Langkah Penyusunan Hipotesis


1. Tulis Ha dan H0 dalam bentuk kalimat.
2. Tulis Ha dan H0 dalma bentuk statistic.
3. Hitung thitung atau zhitung (salah satu tergantung  tak diketahui atau diketahui).
Jika  tidak diketahui, maka thitung adalah :

x  0
t hitung 
S
n

dimana x = rata-rata data yang ada


0 = rata-rata sekarang
S = simpangan baku
n = jumlah data sampel
jika  diketahui, maka zhitung adalah :

x  0
z hitung 

n

4. Tentukan taraf signikansi ().


5. Cari ttabel dengan ketentuan :
 seperti langkah 4,
dk = n – 1
dua pihak atau pihak kanan atau pihak kiri tergantung bunyi H0. Dengan menggunakan
table t diperoleh ttabel atau ztabel.
6. Tentukan criteria pengujian.
7. Bandingkan thitung dengan ttabel atau zhitung dengan ztabel.
8. Buatlah kesimpulannya

5.3 Perumusan Hipotesis


Perumusan Hipotesis dapat kita lihat dari contoh soal uji pihak yaitu uji pihak kanan dan
uji pihak kiri. Diketahui : Angket penelitian motivasi kerja suatu kantor dengan jumlah
pertanyaan sebanyak 10 buah. Jumlah responden = 30 orang. Angket mempunyai skala
pertanyaan 1 = sangat rendah, 2 = rendah, 3 = tinggi, dan 4 = sngat tinggi,
s  7,23 . x  26,36 .
Pertanyaan :
1. Apakah motivasi kerja karyawan dikantor tersebut = 60% rata-rata skor idealnya?
2. Apakah motivasi kerja karyawan dikantor tersebut > 60% rata-rata skor idealnya?
3. Apakah motivasi kerja karyawan dikantor tersebut < 60% rata-rata skor idealnya?

Jawab :
Skor ideal = 10 x 4 x 30 = 1200
Rata-rata skor ideal = 1200 : 30 = 40
60% rata-rata skor ideal = 60% x 40 = 24.
Jawaban Pertanyaan Nomor 1
1. Ha dan H0 dalam bentuk kalimat.
Ha : Motivasi kerja karyawan = 60 % rata-rata skor ideal.
H0 : Motivasi kerja karyawan ≠ 60 % rata-rata skor ideal.
2. Hipotesis statistiknya
Ha :  ≠ 24
Ha :  = 24
3. thitung
thitung x  0
=
s
= n  24
26,36
7,23
30
= 1,78

4. Taraf signifikasi () = 0,05


5. ttabel dengan ketentuan :
 = 0,05
dk = n – 1 = 30 – 1 = 29
dengan menggunakan uji dua pihak, maka diperoleh ttabel = 2,04.
6. Kriteria pengujian dua pihak :
Jika – ttabel ≤ thitung ≤ + ttabel, maka H0 diterima.
7. Ternyata – 2,04 < 1,78 < + 2,04 atau –ttabel < thitung < + ttabel sehingga H0 diterima.
8. Kesimpulannya :
H0 yang berbunyi : “Motivasi kerja karyawan ≠ 60 % rata-rata skor ideal” diterima.
Sebaliknya Ha yang berbunyi : “Motivasi kerja karyawan = 60 % rata-data skor ideal”,
ditolak.

Jawaban Pertanyaan Nomor 2


1. Ha dan H0 dalam bentuk kalimat.
Ha : Motivasi kerja karyawan > 60 % rata-rata skor ideal.
H0 : Motivasi kerja karyawan = 60 % rata-rata skor ideal.
a) Hipotesis statistiknya

Ha :  > 24
Ha :  = 24
3. thitung
x  0
thitung =
s
n
26,36  24
=
7,23
30
= 1,78

4. Taraf signifikasi () = 0,05


5. ttabel dengan ketentuan :
a. = 0,05
dk = n – 1 = 30 – 1 = 29
dengan menggunakan uji dua pihak, maka diperoleh ttabel = 1,70.
6. Kriteria pengujian satu pihak untuk pihak kanan :
Jika thitung ≤ + ttabel, maka H0 diterima.
7. Ternyata 1,78 > + 1,70 atau thitung > + ttabel sehingga H0 diterima.
8. Kesimpulannya :
H0 yang berbunyi : “Motivasi kerja karyawan = 60 % rata-rata skor ideal” ditolak.
Sebaliknya Ha yang berbunyi : “Motivasi kerja karyawan > 60 % rata-data skor ideal”,
diterima.

Jawaban Pertanyaan Nomor 3


1. Ha dan H0 dalam bentuk kalimat.
Ha : Motivasi kerja karyawan < 60 % rata-rata skor ideal.
H0 : Motivasi kerja karyawan = 60 % rata-rata skor ideal.
Hipotesis statistiknya
Ha :  < 24
Ha :  = 24
3. thitung
x  0
thitung =
s
= n  24
26,36
7,23
30
= 1,78
4. Taraf signifikasi () = 0,05
5. ttabel dengan ketentuan :
 = 0,05
dk = n – 1 = 30 – 1 = 29
dengan menggunakan uji dua pihak, maka diperoleh ttabel = 1,70.
6. Kriteria pengujian satu pihak untuk pihak kiri :
Jika thitung ≤ - ttabel, maka H0 diterima.
7. Ternyata 1,78 > - 1,70 atau thitung > - ttabel sehingga H0 diterima.
8. Kesimpulannya :
H0 yang berbunyi : “Motivasi kerja karyawan = 60 % rata-rata skor ideal” diterima.
Sebaliknya Ha yang berbunyi : “Motivasi kerja karyawan < 60 % rata-data skor ideal”,
ditolak.

B. RANGKUMAN
Pengujian hipotesis dilakukan jika ada yang akan diuji. Pengujiannya dengan analisis
statistik.pengujian hipotesis memabawa kepada kesimpulan untuk menolak atau menerima H0
atau untuk menerima atau menolak Ha. Ha disebut hipotesis alternative atau hipotesis penelitian.
Jika H0 diterima, maka Ha ditolak. Sebaliknya jika H0 ditolak, maka Ha diterima.
Jika H0 menyatakan tidak ada perbedaan atau sama dengan atau tidak ada hubungan,
maka disebut hipotesis tidak langsung (nondireksional). Pengujiannya dengan dua pihak (dua
skor). Sedangkan H0 yang menyatakan lebih besar atau lebih kecil disebut hipotesis direksional.
Pengujian hipotesisnya menggunakan uji satu pihak.
Keputusan untuk memilih uji dua pihak atau satu pihak didasarkan atau keputusan yang
akan diambil sebagai hasil dari penemuan penelitiannya. Jika ingin membuat suatu keputusan
untuk memilih salah satu dari dua bentuk gaya mengajar atau gaya kepemimpinan, maka uji dua
pihaklah yang lebih cocok untuk dipilih.
Sebaliknya, jika peneliti ingin memutuskan untuk mengadopsi sustu sistem baru atau
metode baru, maka uji satu pihak yang lebih cocok untuk dipilih. Oleh sebab itu, satu pihak
dapat membantu untuk pengembangan suatu teori.
Beberapa ahli berpendapat bahwa uji dua pihak lebih dapat dipertanggungjawabkan
untuk ilmu-ilmu sosial.
Dalam pengujian hipotesis akan terjadi dua keselahan yaitu : Kesalahan tipe 1 yaitu
menolak hipotesis yang seharusnya tidak ditolak. Dan kesalahan tipe 2 yaitu tidak menolak
hipotesis yang seharusnya ditolak, betapapun kecilnya. Untuk mengatasi ini, maka perlu
ditentukan resiko kesalahan yang akan kita ambil yaitu dengan menentukan besarnya kesalahan
atau  nya.
Taraf signifikasi dinyatakan dalam dua atau tiga decimal atau dalam persen. Lawan dari
taraf signifikasi atau taraf kesalahan ialah kepercayaan. Jika taraf signifikasi = 5 %, maka taraf
kepercayaan = 95% . Demikian seterusnya.
Dalam penelitian sosial, besarnya  biasanya diambil 5 % atau 1 % (0,005 atau 0,01).
Penentuan besarnya , tergantung pada keinginan peneliti sebelum analisis statistik dilakukan.
Arti  = 0,01 ialah kira-kira 1 dari 100 kesimpulan akan menolak hipotesis yang
seharusnya diterima. Atau dengan kata lain kira-kira 99 % percaya bahwa kita telah membuat
kesimpulan yang benar.
Dalam pengujian hipotesis perlu disebutkan asumsi yang dipakai yaitu data sample atau
populasi serta berdistribusi normal.
Penentuan criteria bahwa H0 atau Ha ditolak atau tidak ditolak tergantung dari
perbandingan antara thitung dengan ttabel atau zhitung dengan ztabel.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apa arti hipotesis ?
2. Jelaskan macam-macam hipotesis ?
3. Kapan kita uji dua pihak dan kapan uji satu pihak ?
4. Apa yang dimaksud dengan taraf signifikasi ?
5. Apa persyaratan agar pengujian hipotesis dapat dilakukan ?
6. Sebutkan dua macam kesalahan dalam pengujian hipotesis ?
7. Diketahui data seperti contoh soal. Lakukan lah pengujian :
a. Dua pihak
b. Pihak kanan
c. Pihak kiri
Jika yang diminta 80 % dari rata-rata skor idealnya.

Anda mungkin juga menyukai