Anda di halaman 1dari 13

2

Landasan teori

2.1. Definisi hipotesis


Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang sering dibuat untuk menjelaskan
hal itu sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Jika asumsi atau dugaan itu dikhususkan
mengenai populasi, umumnya mengenai nilai-nilai parameter populasi, maka hipotesis itu disebut
hipotesis statistik. Kecuali dinyatakan lain, disini dengan hipotesis dimaksudkan hipotesis statistik.
Demikian misalnya, yang berikut dapat dianggap sebagai hipotesis:
a)

Peluang lahirnya bayi berjenis laki-laki = 0.5.

b) 30 % masyarakat termasuk golongan A.


c)

Rata-rata pendapatan keluarga disuatu daerah Rp 35.000,00 tiap bulan.

Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar dan karenanya perlu diadakan penelitian sebelum
hipotesis itu diterima atau ditolak. Langkah atau prosedur untuk menentukan apakah menerima
atau menolak hipotesis dinamakan pengujian hipotesis. Perumusan sementara mengenai sesuatu
hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan untuk menuntun atau mengarahkan penelitian
selanjutnya. Langkah atau prosedur untuk menentukan apakah menerima atau menolak hipotesis
dinamakan uji hipotesis. Dalam pengujian hipotesis akan sering kita gunakan istilah menerima
atau menolak sebuah hipotesis. Penting untuk dipahami bahwa penolakan suatu hipotesis berarti
menyimpulkan bahwa hipotesis itu tidak benar, sedangkan penerimaan suatu hipotesis hanyalah
menunjukkan bahwa tidak cukup petunjuk untuk mempercayai sebaliknya. Karena itulah, yang
melakukan percobaan seharusnya selalu menyatakan sebagai hipotesisnya pernyatan yang
diharapkan akan ditolak.
Dalam penelitian tentang ciri-ciri peristiwa tertentu umumnya memiliki suatu dugaan penelitian
dengan mengemukan sebuah hipotesis yang dapat memberikan suatu model aspek atau ciri-ciri
tertentu dari peristiwa yang diteliti. Hipotesis sepeti itu akan memberikan dan memiliki nilai
ilmiah jika sesuai dengan atau mendekati kenyataan empiris. Hipotesis semacam itu dapat diuji
dengan jalan membandingkan hasil teoritisnya dengan hasil sampel yang bersifat empiris. Jika
hipotesis tersebut tidak sesuai dengan data empirisnya, maka harus diperbaiki atau menolak
keabsahannya. Jika cara pengumpulan data sampelnya memang baik sekali, maka penolakan dan
penerimaan hipotesis secara statistik. Dalam hal tersebut, hipotesis dapat bersifat statistik atau
menggambarkan nilai parameter distribusi populasi teoritis dimana data sampel empirisnya dipilih.
Perumusan sementara mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan untuk
menuntun atau mengarahkan penelitian selanjutnya. Langkah atau prosedur untuk menentukan
apakah menerima atau menolak hipotesis dinamakan uji hipotesis.
Dalam pengujian hipotesis akan sering kita gunakan istilah menerima atau menolak sebuah
hipotesis. Penting untuk dipahami bahwa penolakan suatu hipotesis berarti menyimpulkan bahwa
hipotesis itu tidak benar, sedangkan penerimaan suatu hipoitesis hanyalah menunjukkan bahwa
tidak cukup petunjuk untuk mempercayai sebaliknya. Karena itulah, yang melakukan percobaan
seharusnyalah selalu menyatakan sebagai hipotesisnya pernyatan yang diharapkan akan ditolak.
Pengertian hipotesis menurut para ahli:
a)

Trealese (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan semnatara dari suatu
fakta yang dapat diamati.

b) Good dan scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi
yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang

diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkahlangkah selanjutnya.
c)

Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan
antara dua atau lebih variable.

Ciri-ciri suatu hipotesis antara lain sebagai berikut:


a)

Hipotesis hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan dalam bentuk kalimat
tanya.

b) Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini berarti bahwa hipotesis
hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan yang sedang atau akan diteliti.
c)

Hipotesis harus dapat diuji, Hal ini berarti bahwa suatu hipotesis harus mengandung atau
terdiri dari variabel-variabel yang diukur dan dapat dibanding-bandingkan. Hipotesis yang
tidak jelas pengukuran variabelnya akan sulit mencapai hasil yang objektif.

d) Hipotesis harus sederhana dan terbatas. Artinya hipotesis yang tidak menimbulkan perbedaanperbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas sifatnya.
Berikut ini beberapa penjelasan mengenai Hipotesis yang baik :
a)

Hipotesis harus menduga hubungan diantara beberapa variable


Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini harus dianalisis
variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala tertentu dan kemudian
diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang satu membawa perubahan pada
variabel yang lain.

b) Hipotesis harus dapat diuji


Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan
dengan mengumpulkan data-data empiris.
c)

Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan


Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati untuk
mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan
sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur
dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian
sebelumnya.

d) Hipotesis dinyatakan secara sederhana


Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk kalimat deklaratif,
hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang dibutuhkan
peneliti untuk membuktikan hipotesis tersebut.
Secara garis besar hipotesis dalam penelitian mempunyai peranan sebagai berikut:
a)

Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian.

b) Memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data.


c)

Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau data.

d) Membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati).


2.2. Bentuk hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat
dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan
masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh
karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu: hipotesis deskriptif, komparatif,
dan asosiatif/hubungan.
a) Hipotesis deskriptif adalah dugaan tantang nilai suatu variable mandiri. Tidak membuat
perbandingan atau hubungan. Sebagai contoh bila rumusan masalah penelitian sebagai berikut
ini, maka hipotesis (jawaban sementara) yang dirumuskan adalah hipotesis deskriptif. Dalam
perumusan hipotesis statistik, antara hipotesis nol (H 0) dan hipotesis alternative (H 1) selalu
berpasangan, bila salah satu ditolak, maka yang lain diterima sehingga dapat dibuat keputusan
yang tegas, yaitu kalau H0 ditolakpasti H1 diterima.
Contoh : Seorang dokter mengatakan bahwa lebih 60% pasien kanker adalah karena merokok.
H0: 0.90
H1: <0.90
b) Hipotesis asosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan
antara dua variable atau lebih. Contoh rumusan masalahny adalah apakah ada hubungan
antara gaya hidup dengan kesuksesan?. Rumus dan hipotesis nolnya adalah: Tidak ada
hubungan antara gaya gaya hidup dengan kesuksesan. Hipotesis statistiknya adalah:
H0 : = 0
H1 : 0
c)

Pengertian Hipotesis Komparatif adalah dugaan terhadap perbandingan nilai dua sampel atau
lebih. Hipotesis komparatif merupakan salah satu dari macam macam hipotesis. Dalam hal
komparasi ini terdapat beberapa macam, yaitu :
1) Komparasi berpasangan (related) dalam dua sampel dan lebih dari dua sampel (k sampel).
2) Komparasi independen dalam dua sampel dan lebih dari dua sampel (k sampel).
Contoh :
Sampel Berpasangan, komparatif dua sampel
Ho : Tidak terdapat perbedaan nilai penjualan sebelum dan sesudah ada iklan.
Ha : Terdapat berbedaan nilai penjualan sebelum dan sesudah ada iklan
Sampel Independen, komparatif tiga sampel
Ho : Tidak terdapa perbedaan antara birokrat, akademisi dan pebisnis dalam memilih partai.
Ha : Terdapa perbedaan antara birokrat, akademisi dan pebisnis dalam memilih partai.

2.3. Hipotesis nol (Ho)


Guna pengujian hipotesis yang akan diuji secara statistik, dibuat hipotesis nol yaitu rumusan
pernyataan yang didahului dengan kalimat yang tidak ada hubungan atau tidak ada pengaruh
antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk menguji kebenaran hipotesis yang artinya
ada penolakan terhadap hipotesis nol, jika kita menggunakan nilai p = 0,05 maka apabila nilai dari
data yang diperoleh setelah dihitung dengan menggunakan rumus statistik tertentu angka p < 0,05
berarti hipotesis nol ditolak atau dengan kata lain hipotesis diterima, sedangkan jika nilai hitungan
ternyata nilai p > 0,05 atau p = 0,05 berarti hipotesis nol diterima. Contoh hipotesis nol atau
hipotesis statistik:
a)

Tidak ada hubungan antara kebiasaan minum susu botol dengan karies rampan (kesehatan
gigi anak).

b)

Tidak ada perbedaan antara resorbsi jaringan lunak pada pemakai protesa fee end dengan
pemakai protesa penuh (prostodonti).

c)

Tidak ada perbedaan ukuran dimensi vertikal pada kasus klas I dan kals II (ortodonti).

d)

Tidak ada pengaruh pemberian preparat zinc terhadap pendarahan pascabedah


odontektomi (bedah mulut).

e)

Tidak ada pengaruh hasil pengobatan stomatitis aptosa dengan preparat merek kenalog
dengan kelompok kontrol (penyakit mulut).

2.4. Hipotesis alternatif (H)


Hipotesisi alternatif adalah suatu pernyataan sementara yang lazimnya dimuat dengan ada
hubungan atau pengaruh atau apabila nilai variabel bebas naik diikuti naiknya nilai variabel terika.
Contoh :
a)

JIka plak gigi bersih, tidak terjadi radang gusi.

b)

Jika kebiasaan anak minum susu botol dihilangkan, anak bebas karies rampan.

c)

Jika kebiasaan menghisap ibu jari dilakukan semenjak usia dini, gigi anak maloklusi.

d)

Menggosok gigi sebelum makan lebih menghambat demineralisasi email dibandingkan


menggosok gigi setelah makan.

Hipotesis harus menggambarkan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dan variabelnya
harus dapat diamati dan diukur. Hipotesis mencakup ruang lingkup membatasi daerah penelitian,
membuat periset peka terhadap data yang penting, dan menyajikan serta menggabungkan konsep.
2.5. Tingkat signifikasi () dan tingkat kepercayaan ()

Dalam bahasan statistika istilah tingkat signifikansi (significance level) dan tingkat kepercayaan
(confidence level) dan sering digunakan. Tingkat signifikansi () menunjukkan probabilitas atau
peluang kesalahan yang ditetapkan peneliti dalam mengambil keputusan untuk menolak atau
mendukung hipotesis nol, atau dapat diartikan juga sebagai tingkat kesalahan atau tingkat
kekeliruan yang ditolerir oleh peneliti, yang diakibatkan oleh kemungkinan adanya kesalahan
dalam pengambilan sampel (sampling error).

Tingkat signifikansi dinyatakan dalam persen dan dilambngkan dengan . Misalnya, ditetapkan
tingkat signifikansi = 5% atau = 10%. Artinya, keputusan peneliti untuk menolak atau
mendukung hipotesis nol memiliki probabilitas kesalahan sebesar 5% atau 10%. Dalam beberapa
program statistik berbasis komputer, tingkat signifikansi selalu disertakan dan ditulis sebagai Sig.
(= significance), atau dalam program komputer lainnya ditulis -value. Nilai Sig atau value,
seperti telah diuraikan di atas, adalah nilai probabilitas kesalahan yang dihitung atau menunjukkan
tingkat probabilitas kesalahan yang sebenarnya. Tingkat kesalahan ini digunakan sebagai dasar
untuk mengambil keputusan dalam pengujian hipotesis.

Sementara tingkat kepercayaan pada dasarnya menunjukkan tingkat keterpercayaan sejauhmana


statistik sampel dapat mengestimasi dengan benar parameter populasi dan/atau sejauhmana
pengambilan keputusan mengenai hasil uji hipotesis nol diyakini kebenarannya. Dalam statistika,

tingkat kepercayaan nilainya berkisar antara 0 sampai 100% dan dilambangkan oleh 1 . Secara
konvensional, para peneliti dalam ilmu-ilmu sosial sering menetapkan tingkat kepercayaan
berkisar antara 95% 99%. Jika dikatakan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%, ini
berarti tingkat kepastian statistik sampel mengestimasi dengan benar parameter populasi adalah
95%, atau tingkat keyakinan untuk menolak atau mendukung hipotesis nol dengan benar adalah
95%.

2.6. Prosedur uji hipotesis


Prosedur pengujian hipotesis statistik adalah langkah-langkah yang di pergunakan dalam
menyelesaikan pengujian hipotesis tersebut. Berikut ini langkah-langkah pengujian hipotesis
statistic adalah sebagai berikut:
a)

Menentukan formulasi hipotesis


Formulasi atau perumusan hipotesis statistik dapat di bedakan atas dua jenis, yaitu sebagai
berikut:
1) Hipotesis nol / nihil (Ho)
Hipotesis nol adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu pernyataan yang akan di uji.
Hipotesis nol tidak memiliki perbedaan atau perbedaannya nol dengan hipotesis
sebenarnya.
2) Hipotesis alternatif/ tandingan (H / Ha)
Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang di rumuskan sebagai lawan atau tandingan dari
hipotesis nol. Dalam menyusun hipotesis alternatif, timbul 3 keadaan berikut:
i)

H menyatakan bahwa harga parameter lebih besar dari pada harga yang di
hipotesiskan. Pengujian itu disebut pengujian satu sisi atau satu arah, yaitu pengujian
sisi atau arah kanan.

ii) H menyatakan bahwa harga parameter lebih kecil dari pada harga yang di
hipotesiskan. Pengujian itu disebut pengujian satu sisi atau satu arah, yaitu pengujian
sisi atau arah kiri.
iii) H menyatakan bahwa harga parameter tidak sama dengan harga yang di hipotesiskan.
Pengujian itu disebut pengujian dua sisi atau dua arah, yaitu pengujian sisi atau arah
kanan dan kiri sekaligus.
Apabila hipotesis nol (Ho) diterima (benar) maka hipotesis alternatif (Ha) di tolak.
Demikian pula sebaliknya, jika hipotesis alternatif (Ha) di terima (benar) maka hipotesis
nol (Ho) ditolak.
b) Menentukan taraf nyata ()
Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalahan hasil hipotesis terhadap
nilai parameter populasinya. Semakin tinggi taraf nyata yang di gunakan, semakin tinggi pula
penolakan hipotesis nol atau hipotesis yang di uji, padahal hipotesis nol benar.
Besaran yang sering di gunakan untuk menentukan taraf nyata dinyatakan dalam %, yaitu: 1%
(0,01), 5% (0,05), 10% (0,1), sehingga secara umum taraf nyata di tuliskan sebagai 0,01,

0,05, 0,1. Besarnya nilai bergantung pada keberanian pembuat keputusan yang dalam hal
ini berapa besarnya kesalahan (yang menyebabkan resiko) yang akan di tolerir. Besarnya
kesalahan tersebut di sebut sebagai daerah kritis pengujian (critical region of a test) atau daerah
penolakan ( region of rejection).
Nilai yang dipakai sebagai taraf nyata di gunakan untuk menentukan nilai distribusi yang di
gunakan pada pengujian, misalnya distribusi normal (Z), distribusi t, dan distribusi X. Nilai itu
sudah di sediakan dalam bentuk tabel di sebut nilai kritis.

c)

Menentukan kriteria pengujian


Kriteria pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam menerima atau menolak
hipotesis nol (Ho) dengan cara membandingkan nilai tabel distribusinya (nilai kritis) dengan
nilai uji statistiknya, sesuai dengan bentuk pengujiannya. Yang di maksud dengan bentuk
pengujian adalah sisi atau arah pengujian.
1) Penerimaan Ho terjadi jika nilai uji statistiknya lebih kecil atau lebih besar daripada nilai
positif atau negatif dari tabel. Atau nilai uji statistik berada di luar nilai kritis.
2) Penolakan Ho terjadi jika nilai uji statistiknya lebih besar atau lebih kecil daripada nilai
positif atau negatif dari tabel. Atau nilai uji statistik berada di luar nilai kritis.
Dalam bentuk gambar, kriteria pengujian seperti gambar di bawah ini

Gambar 3.2.1Pengujian uji hipotesis


d) Menentukan nilai uji statistik
Uji statistik merupakan rumus-rumus yang berhubungan dengan distribusi tertentu dalam
pengujian hipotesis. Uji statistik merupakan perhitungan untuk menduga parameter data sampel
yang di ambil secara random dari sebuah populasi. Misalkan, akan di uji parameter populasi
(P), maka yang pertama-tama di hitung adalah statistik sampel (S).
e)

Membuat kesimpulan
Pembuatan kesimpulan merupakan penetapan keputusan dalam hal penerimaan atau penolakan
hipotesis nol (Ho) yang sesuai dengan kriteria pengujiaanya. Pembuatan kesimpulan dilakukan
setelah membandingkan nilai uji statistik dengan nilai tabel atau nilai kritis.
1)

Penerimaan Ho terjadi jika nilai uji statistik berada di luar nilai kritisnya.

2)

Penolakan Ho terjadi jika nilai uji statistik berada di dalam nilai kritisnya.

2.7. Hubungan pendugaan dengan pengujian hipotesis


Secara fungsional, tujuan pendugaan tentang parameter populasi berbeda dari pengujian hipotesis.
Tujuan pendugaan parameter ialah penyajian hasil pendugaan tentang nilai parameter populasi
yang didasarkan pada data sampel, sebaliknya pengujian hipotesis bertujuan untuk menentukan
pilihan terhadap tindakan-tindakan alternatif dalam masalah pengambilan keputusan. Secara
statistik yang berdasarkan pada hasil sampel. Hubungan antara pengujian hipotesis dan
pengambilan keputusan ini merupakan aplikasi teori statistik yang paling penting dalam bidang
ekonomi. Meskipun demikian hubungan antara pendugaan parameter dengan pengujian hipotesis
sudah jelas erat sekali.
Kesalahan dugaan nilai parameter karena terletak diluar batas keyakinan sebetulnya sama dengan
kesalahan II dalam pengujian hipotesis. Menguji hipotesis yang menyatakan bahwa interval
keyakinan bagi parameter yang bersangkutan, jika nilai yang dispesifikasikan bagi hipotesisnya
seharusnya ditolak.
Prosedur pendugaan dengan sendirinya dapat merupakan pengujian hipotesis dalam arti nilai
dugaannya dapat dianggap sebagai hipotesis. Kedua masalah di atas diuraikan secara terpisah
karena pendugaan berhubungan hanya dengan parameter populasi sedangkan pengujian hipotesis
tidak demikian.
Pengujian memerlukan observasi atau hasil pemilihan sampel yang bersifat random tentang
frekuensi kerusakan x/n hasil pentensilan itu sendiri. Observasi pemilihan sampel seperti itu dapat
dilakukan secara berulang-ulang kali atau sekali saja, atas dasar nilai statistik sampel keputusan,
diambil guna menentukan apakah Ho diatas diterima atau ditolak. Jika H o tidak sama artinya H1
diterima. Dalam hal ini salah satu tahap prosedur yang terpenting ialah menentukan nilai statistik
sampel yang dianggap sebagai dasar. Nilai statistik sedemikian itu menentukan daerah kritis
pengujian itu sendiri.

Pada hakekatnya, interval keyakinan membutuhkan pemilihan koefisien keyakinan 1guna


sekaligus menentukan sepasang nilai batas keyakinannya. Dalam prosedur pengujian hipotesis kita
x o

menolak atau menerima pernyataan katakanlah

(rata-rata hipotesis) tergantung pada

apakah
terletak atau tidak dalam interval keyakinan yang relevan, jelas sekali bahwa istilah
nyata dan keyakinan sebetulnya mengukur hal yang sama.
Tiap pengujian tentang keyakinan menggunakan keyakinan interval secara implisit, sebaliknya
tiap interval keyakinan dapat merupakan dasar bagi pengujian tentang kenyataan. Pada umumnya,
pada pengujian tentang pernyataan, koefisien keyakinan sebesar 95% dan 99% banyak digunakan.

Andaikan Ho benar, penolakan

hipotesis dengan statistik sampel cukup nyata. Jika koefisien

keyakinan sebesar 99% digunakan, maka beda antara


hipotesis dengan hasil sampel menjadi
sangat nyata, jika kita menerima Ho berarti beda keduanya tidak nyata.
2.8. Kesalahan jenis 1 dan jenis 2
Hipotesis yang merumusankan dengan harapan untuk menolak disebut hipotesis awal yang
dinyatakan dengan Ho menjurus pada penerimaan suatu hipotesis alternatif dinyatakan dengan H 1.
Bila sebuah statistik x jatuh di daerah penolakan (daerah kritis) maka H o ditolak dan dianggap
bahwa hipotesis alternatif H1 yang benar. Bila statistik x jatuh di daerah penerimaan maka H o
diterima. Cara pengambilan keputusan seperti ini mungkin saja membawa kita pada dua
kesimpulan yang salah yaitu:
a)

Kesalahan jenis I, terjadi karena keputusan menolak Ho dan menerima H1 dan


sesungguhnya Ho yang benar. Peluang melakukan kesalahan jenis I disebut tingkat signifikan

Terima Ho

Keputusan

Tolak Ho

Probabilitas= 1tingkat keyakinan


Keputisan
tipe
Probabilitas =
taraf nyata

yang

uji

Jika Ho salah
(H1 benar)

Jika Ho benar
betul

Kesalahan

tipe

II

Probabilitas =
Keputusan yang betul

probabilitas =1kuasa pengujian

hipotesis dan dinyatakan dengan


(menolak H1, Ho benar). Tinglat signifikan adalah
ukuran (nilai kemungkinan) daerah kritis.
b)

Kesalahan jenis II, terjadi karena keputusan menolak Ho dan menerima H1 dan
sesungguhnya Ho yang salah. Peluang melakukan kesalahan jenis II dinyatakan dengan

(menolak H1, Ho salah). Peluang ini dapat dihitung bila hipotesis alternatifnya telah
ditentukan.
Secara skematis, kedua jenis kesalahan itu serta hubungannya dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.2.1Tabel jenis kesalahan pengambilan keputusan hipotesis

Gambaran kedua jenis kesalahan itu secara grafis adalah sebagai berikut:
a)

Jika Ho benar

Gambar 3.2.2Daerah penerimaan


b) Jika H1 benar

Gambar 3.2.3Daerah penolakan


2.9. Langkah-langkah pengujian hipotesis
Langkah-langkah yang umum dan secara logis harus diikuti dapat dibagi ke dalam beberapa
langkah yang konsisten sebagai adalah berikut:
a) Nyatakan hipotesis nol serta hipotesis alternatifnya.
b) Pilih statistik yang sesuai sebagai dasar bagi prosadur pengujian. Hal tersebut tergantung
pada asumsi tentang bentuk distribusi dan hipotesisnya.
c)

Pilih taraf nyata

yang tertentu serta tentukan besaran sampel n.

d) Tentukan daerah kritis. Hal tesebut sebagian akan tergantung pada hipotesis alternatif.
e)

Kumpulkan data sampel dan hitung dengan cara demikian itu terletak dalam daerah
penolakan, kita harus menolak hipotesis nolnya karena probabilitas memperoleh nilai
satatistik sedemikian itu, jika Ho benar demikian kecilnya sehingga kita menganggap bukan
disebabkan oleh variansi sampel yang normal dan kita menarik konklusi bahwa H o
semestinya palsu.

Langkah ke-enam diatas sebetulnya mencerminkan falsafah dasar pengujian hipotesis. Pada setiap
pengujian sedemikian itu, kita bandingkan nilai yang diobservasi bagi karekteristik tertentu dengan
nilai teoritisnya yang dinyatakan oleh hipotesis. Pada umumnya kedua nilai di atas semestinya
berbeda dan penguji harus menentukan apakah beda itu memang sudah sedemikian hipotesisnya.
Agar dapat menentukan suatu putusan mengenai hal di atas kita harus melihat beberapa
probalilitas sebesar yang kita peroleh jika hipotesisnya benar.
Jika probabilitas tersebut kecil kita harus anggap beda diatas disebabkan oleh variasi hasil
pemilihan sampel tetapi jika probabilitasnya besar kita harus tidak menganggapnya bahwa beda
tersebut disebabkan oleh faktor kebetulan dan menghasilkan penolakan hipotesis yang

bersangkutan dinamakan beda nyata. Jika


= 0.05, maka hasil bedanya dianggap nyata
sebaliknya, jika bedanya dapat dianggap sebagai hasil kebetulan sehingga hipotesisnya diterima,
maka beda sedemikian itu menjadi tidak nyata atau tidak berarti.
2.10. Bentuk distribusi dengan batas-batas penerimaan dan penolakan
a)

Pengujian dua sisi

H1:

c1 o Z/2 / n

c 2 o Z /2 / n

Ho:

Gambar 3.2.4Kurva pengujiaan dua sisi


b) Pengujian satu sisi (sisi kanan)
o
Ho:

c o Z / n

Gambar 3.2.5Kurva pengujiaan satu sisi (sisi kanan)

c)

Pengujian satu sisi (sisi kiri)


o
Ho:

c o Z / n

o
H1:

Gambar 3.2.6Kurva pengujiaan satu sisi (sisi kiri)


2.11. Pelaksanaan pengujian hipotesis

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal. Dengan demikian, hipotesis bisa
benarataupun tidak benar. Untuk menentukan apakah hipotesis itu benar ataupun tidak benar, dapat
ditempuh dengan melakukan pengujian hipotesis. Secara ilmiah, pengujian hipotesis tentu harus
dilakukan melalui penelitian. Pelaksanaan penelitian dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara
lain sensus, survei, percobaan laboratorium, ataupun percobaan di lapangan. Pemilihan cara-cara
ini sangat tergantung pada banyak hal antara lain biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia. Cara
sensus tergolong yang paling mahal, memerlukan banyak tenaga dan waktu, karena sensus
memerlukan seluruh data populasi yang ada. Oleh karena itu, cara ini jarang sekali dipakai. Di
Indonesia, sensus hanya dipakai pada sensus penduduk.
Pada umumnya, orang melakukan penelitian dengan menggunakan cara yang lebih murah dan
lebih mudah, yaitu dengan mengambil data sampel. Dengan menggunakan sampel, peneliti cukup
mengambil beberapa data saja dari keseluruhan data populasi, misalnya 30 murid dari 500 orang
murid SD. Namun demikian, pemilihan cara sampel ini akan menimbulkan konsekuensi bahwa
kesimpulan yang dibuat nanti tidak bisa membuktikan secara tegas apakah hipotesis yang dibuat
benar atau tidak benar. Hal ini disebabkan kesimpulan mengenai populasi dibuat hanya dari
beberapa data sampel saja. Jadi, ada kemungkinan kesimpulan tersebut bisa saja salah. Oleh
karena itu, penelitian yang menggunakan data sampel tidak menggunakan istilah hipotesis tersebut
benar atau hipotesis tersebut salah. Sebagai gantinya, dalam statistika, kita memakai
istilah hipotesis diterimaatau hipotesis ditolak.
Langkah atau prosedur untuk menentukan apakahhipotesis tersebut diterima atau ditolak dilakukan
dengan pengujian hipotesis. Dari basil pengujian hipotesis ini, kita dapat menarik kesimpulan
mengenai hipotesis yang kita buat.
Dalam statistika, hipotesis itu ada dua macam,yaitu hipotesis nol, disingkat H 0 dan hipotesis
alternatif, disingkat Ha, Kedua hipotesis ini saling terkait satu dengan yang lainnya. Hipotesis
nol adalah hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan di antara dua peristiwa
atau kejadian. Dengan kata lain perbedaan antara dua peristiwa adalah nol. Sedangkan hipotesis
alternatif adalah hipotesis yang menyatakan bahwa dua peristiwa atau kejadian adalah berbeda.
Jadi hipotesis alternatif ini tidak lain adalah lawan dari hipotesis nol. Oleh karena kedua hipotesis
ini terkait satu sama lain, maka kita tidak mungkin menerima keduanya sekaligus. Yang mungkin
terjadi adalah bila kita menolak Ho kita harus menerima Ha atau sebaliknya.

Pengujian hipotesis dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, sebagai berikut:


a)

Berdasarkan jenis parameternya:


1) Pengujian hipotesis tentang rata-rata.
2) Pengujian hipotesis tentang proporsi.
3) Pengujian hipotesis tentang varians.

b) Berdasarkan jumlah sampelnya:


1) Pengujian hipotesis sampel besar (n > 30).
2) Pengujian hipotesis sampel kecil (n 30).
c)

Berdasarkan jenis distribusinya:


1) Pengujian hipotesis dengan distribusi Z.

2) Pengujian hipotesis dengan distribusi t (t-student).


3) Pengujian hipotesis dengan distribusi ( kai kuadrat).
4) Pengujian hipotesis dengan distribusi F (F-ratio).
d) Berdasarkan arah atau bentuk formulasi hipotesisnya:
1) Pengujian hipotesis dua pihak (two tail test).
2) Pengujian hipotesis pihak kiri atau sisi kiri.
3) Pengujian hipotesis pihak kanan atau sisi kanan.
Dalam menentukan Formulasi Pernyataan Ho dan H, kita perlu mengetahui Jenis pengujian
berdasarkan sisinya. Terdapat 2 Jenis Pengujian Formulasi Ho dan H, antara lain :
a)

Pengujian 1 (Satu) Sisi (one tail test)


1) Sisi kiri pengujian hipotesis pihak kiri adalah pengujian hipotesis di mana hipotesis nol
(Ho) berbunyi sama dengan atau lebih besar atau sama dengan dan hipotesis
alternatifnya (H) berbunyi lebih kecil atau lebih kecil atau sama dengan (Ho = atau Ho
dan H < atau H ). Kalimat lebih kecil atau sama dengan sinonim dengan kata
paling sedikit atau paling kecil. Persamaan matematikanya ditulis sebagai berikut:
Ho : = 1
H : < 1
Tolak Ho bila t hitung < -t tabel
2) Sisi kanan pengujian hipotesis pihak kanan adalah pengujian hipotesis di mana hipotesis
nol (Ho) berbunyi sama dengan atau lebih kecil atau sama dengan dan hipotesis
alternatifnya (H) berbunyi lebih besar atau lebih besar atau sama dengan (Ho = atau
Ho dan H > atau H ). Kalimat lebih besar atau sama dengan sinonim dengan kata
paling banyak atau paling besar. Persamaan matematikanya ditulis sebagai berikut:

Ho : = 1
H : > 1
Tolak Ho bila t hitung > t tabel
b) Pengujian 2 (dua) sisi (two tail test) pengujian hipotesis dua pihak adalah pengujian hipotesis di
mana hipotesis nol (Ho) berbunyi sama dengan dan hipotesis alternatifnya (H) berbunyi
tidak sama dengan (Ho = dan H ). Persamaan matematikanya ditulis sebagai berikut:
Ho : = 1
H : 1
Tolak Ho bila t hitung > t tabel

Gambar 3.2.7Pengujian satu sisi dan dua sisi


Mengenai jenis hipotesis, apakah memakai uji dua pihak atau uji satu pihak, maka ini sangat
tergantung pada seberapa kuat landasan teori atau seberapa besar pengetahuan si peneliti terhadap
obyek yang diteliti. Bila si peneliti tidak memiliki pengetahuan yang cukup kuat, maka uji dua
pihak adalah pilihannya. Sebaliknya, bila si peneliti memiliki pengetahuan atau landasan teori
yang cukup mendalam mengenai obyek yang diteliti, maka uji satu pihak akan lebih baik.
Seperti anda bisa lihat bahwa, perbedaan dari kedua jenis hipotesis ini hanya terletak pada
hipotesis alternatifnya. Pada uji dua pihak, pernyataan hipotesis alternatif tidak tegas. Bila tulis
dengan kalimat, maka pernyataannya tersebut menjadi rata-rata produktivitas padi varietas
Ciherang tidak sama dengan rata-rata produktivitas padi varietas IR-64. Kata-kata tidak sama
mengandung dua arti (dua pihak), yaitu produksi padi Ciherang bisa lebih tinggi tetapi juga bisa
lebih rendah.
Ini menunjukkan ketidakyakinan apakah varietas Ciherang lebih tinggi produksinya atau lebih
rendah dibandingkan dengan varietas IR-64.Sebaliknya, uji satu pihak, pernyataan hipotesis
alternatifnya lebih tegas. Peneliti biasanya akan dengan tegas membuat hipotesis yang
menyatakan misalnya rata-rata produktivitas varietas padi Ciherang lebih tinggi daripada ratarata produktivitas varietas padi IR-64.
Ini bisa dibuatnya karena si peneliti tersebut
mendasarkannya pada informasi ataupun pengetahuan yang ia punyai tentang kedua varietas
tersebut.
Penentuan pemilihan jenis hipotesis ini akan menentukan tingkat sensitivitas dari penelitian. Uji
satu pihak lebih sensitif dibanding uji dua pihak. Ini disebabkan alfa yang digunakan dalam
pengujian pada uji satu pihak hanya setengah alfa dari uji dua pihak. Misalnya, bila alfa yang
dipakai pada uji satu pihak adalah 2,5 persen, maka nilainya setara dengan alfa 5 persen untuk uji
dua pihak.Hipotesis yang telah dibuat dapat diuji dengan menggunakan berbagai macam bentuk
uji statistik seperti uji Z, uji t, uji , uji F atau lainnya. Pemilihan jenis uji ini sangat tergantung
pada metode penelitian yang dipilih dalam pengumpulan data. Dari hasil pengujian hipotesis ini
kemudian kita dapat menarik kesimpulan tentang hipotesis tersebut.

Anda mungkin juga menyukai