Anda di halaman 1dari 8

PENGUJIAN HIPOTESIS

A. Pengertian Pengujian Hipotesis

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hupo dan thesis.


Hupo berarti lemah, kurang, atau di bawah dan thesis berarti teori, proposisi,
atau pernyataan yang disajikan sebagai bukti.

Jadi, hipótesis dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang masih lemah
kebenarannya dan perlu dibuktikan atau dugaan yang sifatnya masih
sementara.

Hipótesis statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai keadaan


populasi yang sifatnya masih sementara atau lemah kebenarannya.

Hipótesis statistik akan diterima jika hasil pengujian membenarkan


pernyataannya dan akan ditolak jika terjadi penyangkalan dari
pernyataannya.

Dalam pengujian hipótesis, keputusan yang dibuat mengandung


ketidakpastian, artinya keputusan bisa benar atau salah, sehingga
menimbulkan resiko. Besar kecilnya resiko dinyatakan dalam bentuk
probabilitas.

B. Prosedur Pengujian Hipótesis

Langkah-langkah pengujian hipótesis statistik adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Formulasi Hipotesis

Formulasi atau perumusan hipótesis statistik dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu sebagai berikut :

a. Hipótesis nol atau hipótesis nihil

Hipótesis nol, disimbolkan H0 adalah hipótesis yang dirumuskan sebagai


suatu pernyataan yang akan diuji.

http://muhammadwinafgani.wordpress.com
b. Hipótesis alternatif atau hipótesis tandingan

Hipótesis alternatif disimbolkan H1 atau Ha adalah hipótesis yang


dirumuskan sebagai lawan atau tandingan dari hipótesis nol.

Secara umum, formulasi hipótesis dapat dituliskan :

H0 : θ = θ0
H1 : θ > θ0
Pengujian ini disebut pengujian sisi kanan

H0 : θ = θ0
H1 : θ < θ0
Pengujian ini disebut pengujian sisi kiri

H0 : θ = θ0
H1 : θ ≠ θ0
Pengujian ini disebut pengujian dua sisi

2. Menentukan Taraf Nyata (Significant Level)

Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalahan hasil
hipotesis terhadap nilai parameter populasinya.

Taraf nyata dilambangkan dengan α (alpha)

Semakin tinggi taraf nyata yang digunakan, semakin tinggi pula penolakan
hipotesis nol atau hipotesis yang diuji, padahal hipotesis nol benar.

Besarnya nilai α bergantung pada keberanian pembuat keputusan yang


dalam hal ini berapa besarnya kesalahan yang akan ditolerir. Besarnya
kesalahan tersebut disebut sebagai daerah kritis pengujian (critical region of
test) atau daerah penolakan (region of rejection).

http://muhammadwinafgani.wordpress.com
3. Menentukan Kriteria Pengujian

Kriteria pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam menerima


atau menolak hipotesis nol (H0) dengan cara membandingkan nilai α tabel
distribusinya (nilai kritis) dengan nilai uji statistiknya, sesuai dengan bentuk
pengujiannya.

a. Penerimaan H0 terjadi jika nilai uji statistiknya lebih kecil atau lebih
besar daripada nilai positif atau negatif dari α tabel. Atau nilai uji
statistik berada di luar nilai kritis.
b. Penolakan H0 terjadi jika nilai uji statistiknya lebih besar atau lebih
kecil daripada nilai positif atau negatif dari α tabel. Atau nilai uji
statistik berada di dalam nilai kritis.

daerah daerah
penolakan daerah penolakan H0
H0 penerimaan H0
d1 d2
Gambar 1. Daerah kritis uji dua pihak

daerah daerah
penerimaan H0 penolakan H0

d
Gambar 2. Daerah kritis uji satu pihak kanan

daerah daerah
penolakan H0 penerimaan H0

d
Gambar 3. Daerah kritis uji satu pihak kiri

http://muhammadwinafgani.wordpress.com
4. Menentukan Nilai Uji Statistik

Uji statistik merupakan rumus-rumus yang berhubungan dengan distribusi


tertentu dalam pengujian hipotesis. Uji statistik merupakan perhitungan
untuk menduga parameter data sampel yang diambil secara random dari
sebuah populasi.

5. Membuat Kesimpulan

Pembuatan kesimpulan merupakan penetapan keputusan dalam hal


penerimaan atau penolakan hipotesis nol (H0), sesuai dengan kriteria
pengujiannya.
Pembuatan kesimpulan dilakukan setelah membandingkan nilai uji staistik
dengan nilai α tabel atau nial kritis.

C. Jenis-Jenis Pengujian Hipotesis

1. Berdasarkan Jenis Parameternya


a. Pengujian hipotesis tentang rata-rata
b. Pengujian hipotesis tentang proporsi
c. Pengujian hipotesis tentang varians

2. Berdasarkan Jumlah Sampelnya


a. Pengujian sampel besar (n > 30)
b. Pengujian sampel kecil (n ≤ 30)

3. Berdasarkan Jenis Distribusinya


a. Pengujian hipotesis dengan distribusi Z
b. Pengujian hipotesis dengan distribusi t (t-student)
c. Pengujian hipotesis dengan distribusi χ2 (chi-square)
d. Pengujian hipotesis dengan distrbusi F (F-ratio)

4. Berdasarkan Arah atau Bentuk Formulasi Hipotesisnya


a. Pengujian hipótesis dua pihak (two tail test)
b. Pengujian hipotesis pihak kiri atau sisi kiri
c. Pengujian hipotesis pihak kanan atau sisi kanan.

http://muhammadwinafgani.wordpress.com
D. Kesalahan dalam Pengujian Hipotesis

1. Dua Jenis Kesalahan

Dalam pengujian hipotesis, kesimpulan yang diperoleh hanya penerimaan


atau penolakan terhadap hipotesis yang diajukan, tidak berarti kita telah
membuktikan atau tidak membuktikan kebenaran hipotesis tersebut. Hal ini
disebabkan kesimpulan tersebut hanya merupakan inferensi didasarkan
sampel.

Dalam pengujian hipotesis dapat terjadi dua jenis kesalahan, yaitu :

a. Kesalahan Jenis I

Kesalahan jenis I adalah karena H0 ditolak padahal kenyataannya benar.


Artinya, kita menolak hipotesis tersebut (H0) yang seharusnya diterima.

b. Kesalahan Jenis II

Kesalahan jenis II adalah kesalahan karena H0 diterima padahal


kenyataannya salah. Artinya, kita menerima hipotesis (H0) yang seharusnya
ditolak.

Tabel 1. Dua Jenis Kesalahan dalam Pengujian Hipotesis


Keadaan Sebenarnya
Kesimpulan H0 Benar H0 Salah
Terima Hipotesis Tidak membuat kekeliruan Kesalahan Jenis II
Tolak Hipotesis Kesalahan Jenis 1 Tidak membuat kesalahan

Apabila kedua jenis kesalahan tersebut dinyatakan dalam bentuk probabilitas


didapatkan hal-hal berikut :

a. Kesalahan jenis I disebut kesalahan α yang dalam bentuk penggunaannya


disebut sebagai taraf nyata atau taraf signifikan (level of significant). 1 - α
disebut sebagai tingkat keyakinan (level of confidence), karena dengan itu
kita yakin bahwa kesimpulan yang kita buat adalah benar, sebesar 1 - α.

http://muhammadwinafgani.wordpress.com
b. Kesalahan jenis II disebut kesalahan β yang dalam bentuk penggunaannya
disebut sebagai fungsi ciri operasi (operating characteristic function). 1 - β
disebut sebagai kuasa pengujian karena memperlihatkan kuasa terhadap
pengujian yang dilakukan untuk menolak hipotesis yang seharusnya ditolak.

2. Hubungan α, β, dan n

Antara kedua jenis kesalahan, yaitu kesalahan α dan β saling berkaitan. Jika
kesalahan α kecil, maka kesalahan β, demikian pula sebaliknya.

Untuk membuat suatu kesimpulan yang baik, maka kedua kesalahan tersebut
harus dibuat seminimal mungkin. Hal ini biasanya dilakukan melalui cara-
cara seperti berikut :
1. Memperbesar ukuran sampel (n) yang akan menjadikan rata-rata
ukuran sampel, mendekati ukuran populasinya. Dengan makin
besarnya sampel (α tetap), akan memperkecil β dan memperbesar 1 -
β, sehingga akan makin besar probabilitas untuk menolak hipotesis
(H0) yang salah.
2. Menentukan terlebih dahulu taraf nyata (α).

Contoh Soal :

Berdasarkan pengalaman masa lalu, tinggi badan calon mahasiswa sebuah


akademi didistribusikan secara normal dengan rata-rata 160 cm dan
simpangan baku 20 cm. Instruktur ingin menguji pada taraf nyata 5%,
apakah rata-rata tinggi calon mahasiswa tahun ini di atas 160 cm. Untuk
melakukan itu, dipilih sampel sebanyak 36 calon mahasiswa dan diperoleh
rata-rata tinggi badan 163 cm. Berapakah nilai β dan 1 - β tersebut ?

Penyelesaian :

Dari soal, diperoleh nilai kritis Z0,05 = 1,64 (Lihat Tabel Z)

Z 0,00 0,01 ... 0,04


0,0 0,0000 0,0040 ... 0,0160
0,1 0,0398 0,0438 ... 0,0557
... ... ... ... ...
1,6 0,4452 0,4436 ... 0,4495

http://muhammadwinafgani.wordpress.com
Z0,5-0,05 = Z0,45(≈ 0,4495) = 1,64

Sehingga kesimpulannya adalah :


1. Terima H0 (µ = 160) apabila Zhitung < 1,64
2. Tolak H0 (µ = 160) apabila Zhitung > 1,64
Atau ;
X −µ
1. Terima H0 (µ = 160) apabila Zhitung = < 1,64
σ
n
X −µ
2. Tolak H0 (µ = 160) apabila Zhitung = > 1,64
σ
n
Untuk menentukan nilai β dan 1 - β, aturan pengambilan keputusan diubah
dalam skala X :
 σ 
X = µ + Ztabel  
 n
nilai Ztabel = 1,64 ditransfer ke dalam skala X tersebut, didapatkan :
 20 
X = 160 + 1,64  = 165,46
 36 
Dengan demikian, aturan pengambilan keputusan tersebut menjadi :
1. Terima H0 (µ = 160) apabila X < 165,46
2. Tolak H0 (µ = 160) apabila X > 165,46
Apabila nilai µ ≠ 160, misalkan µ = 165 maka nilai β dan 1 - β dihitung
sebagai berikut :
X = 165,46
µ = 165
165,46 − 165
Zhitung = = 0,14
20
36
Dari tabel Z diperoleh : 0,14 = 0,0557
Jadi, besarnya β = 0,5 + 0,0557 = 0,5557
Besarnya 1 - β = 1 – 0,5557 = 0,4443
Nilai β = 0,5557 memberikan pengertian bahwa probabilitas menerima H0
yaitu rata-rata tinggi calon mahasiswa 160 cm, padahal sebenarnya 165 cm
adalah 0,5557.
Nilai 1 - β = 0,4443 memberikan pengertian bahwa probabilitas menolak H0
yaitu rata-rata tinggi calon mahasiswa 160 cm, padahal sebenarnya 165 cm
adalah 0,4443.

http://muhammadwinafgani.wordpress.com
Tugas :

1. Sebuah sampel random 150 catatan kematian negara X selama tahun lalu
menunjukkan umur rata-rata 61,8 tahun, dengan simpangan baku 7,9 tahun.
Apakah itu menunjukkan bahwa harapan umur sekarang lebih dari 60 tahun.
Carilah nilai β dan 1 - β apabila nilai µ = 63 tahun ?. Gunakan taraf nyata
5% !

Sumber :
Hasan, Iqbal. 2005. Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif).
Jakarta : Bumi Aksara.

http://muhammadwinafgani.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai