Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN INDONESIA

Disusun Oleh :
Nama : Zahra Ayanna Firmansyah
Nim : 06111182328018

Dosen Pengampu : Dr. Sardianto Markos Siahaan,


M.Si., M.Pd.

Program Studi Pendidikan Fisika


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya guna memenuhi
tugas untuk mata kuliah Pengantar Pendidikan. Adapun tema dari makalah ini adalah
mengenai “Landasan Filosofis Pendidikan Indonesia”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis
masih sangat terbatas. Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan demi penyempurnaan
makalah ini dan untuk meningkatkan mutu penulisan penulis.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat serta penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Palembang, 13 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 6
2.1. Landasan Filosofis Secara Umum ........................................................................... 6
2.2. Landasan Filosofis Pendidikan Indonesia................................................................ 7
2.3. Pendidikan Di Indonesia dan Permasalahannya ...................................................... 8
2.4. Landasan Atau Prinsip-Prinsip Sistem Pendidikan Di Finlandia .......................... 10
2.5. Perbandingan Pendidikan Indonesia dan Finlandia ............................................... 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 14
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan
manusia dengan makhluk hidup lainnya. Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan
perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
pengajaran dan pelatihan. Jadi dalam hal ini pendidikan adalah proses atau perbuatan
mendidik. Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan
yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya
sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
Pandangan klasik tentang pendidikan pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang
dapat menjalankan tiga fungsi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk
untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer
pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam
rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan
hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian
bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value.
Menurut Salahudin,A yang dikutip kembali oleh Halim, A dan Supriyono (2012),
Kata Filosofis terbentuk dari 2 kata dari bahasa Yunani, yaitu philo yang berarti cinta dan
Sophos yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian Filosofis (Filsafat) dapat diartikan
sebagai cinta kebijaksanaan (alhikmah). Orang yang mencintai atau mencari kebijaksanaan
atau kebenaran disebut dengan Filsuf.
Landasan filosofis pendidikan merupakan bagian penting yang harus dipelajari dalam
dunia pendidikan, hal ini dikarenakan pendidikan bersifat normatif dan perspektif. Selain itu
juga, dengan filosofis pendidikan kita akan mengetahui mengapa, apa, dan bagaimana kita
melakukan pelajaran, siapa yang kita ajar dan mengenai hakikat belajar. Hal ini merupakan
seperangkat prinsip yang menuntun kita dalam melakukan tindakan profesional melalui
kegiatan dan masalah-masalah yang kita hadapi sehari-hari.
Landasan pendidikan merupakan suatu gagasan tentang pendidikan yang dijelaskan
berdasarkan filsafat umum dalam pendidikan yang terdiri dari Metafisika, Ephistimologi dan
Aksiologi. Menurut Cohen, L.N.M. (1999) bahwa terdapat 3 (tiga) cabang-cabang Filosofi
(Filsafat) yang masing-masing memiliki sub cabang. Ketiga cabang-cabang tersebut adalah
Metaphysic (Metafisika), Ephistemology (Epistemologi), dan Axiology (Aksiologi).
Sebagaimana halnya di dalam filsafat umum, di dalam landasan filsafat pendidikan
juga terdapat berbagai aliran. Sehubungan dengan ini dikenal adanya landasan filosofis
pendidikan Idealisme, landasan filosofis pendidikan Realisme, landasan filosofis pendidikan
Pragmatisme. Selain ketiga filosofis pendidikan tersebut sebenarnya masih banyak jenis
landasan filosofil lainya. Namun demikian, bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki
filosofil pendidikan nasional tersendiri, yaitu filosofis pendidikan yang berdasarkan
Pancasila. Sehubungan dengan hal ini berbagai aliran filosofis pendidikan perlu kita pelajari,
namun demikian bahwa pendidikan yang kita selenggarakan hendaknya tetap berlandaskan
Pancasila. Pemahaman atas berbagai aliran filsafat pendidikan akan dapat membantu Anda
untuk tidak terjerumus ke dalam aliran filsafat lain. Di samping itu, sepanjang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, kita pun dapat mengambil hikmah dari berbagai
aliran filsafat pendidikan lainnya, dalam rangka memperkokoh landasan filosofis
pendidikan kita. Dengan memahami landasan filosofis pendidikan diharapkan tidak terjadi
kesalahan konsep tentang pendidikan yang akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam
praktek pendidikan.
Selain itu juga seiring dengan derasnya arus tukar informasi mengenai sistem
pendidilkan yang beragam di berbagai negara, berkembang pula sebuah disiplin baru yang
dipandang sejak tahun 1960, yang disebut comparative education. Tujuannya adalah
mengetahui berbagai macam perbedaan sistem pendidikan di dunia. Dengan kata lain,
bertujuan untuk mengetahui berbagai prinsip yang mendasari pengaturan perkembangan
sistem pendidikan nasional.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun topik yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan landasan filosofis pendidikan itu?
2. Bagaimana landasan filosofis pendidikan di Indonesia?
3. Bagaiaman perbedaan landasan filosofis pendidikan di Indonesia dengan negara lain
seperti Finlandia?
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan maksud mengenai landasan filosofis pendidikan.
2. Menjelaskan landasan filosofis pendidikan di Indonesia
3. Menjelaskan perbedaan landasan filosofis pendidikan di Indonesia dengan negara
lain yaitu Finlandia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Landasan Filosofis Secara Umum


Menurut KBBI landasan dapat diartikan sebagai, alas, dasar, atau tumpuan. Landasan
dapat juga diartikan sebagai fondasi atau tonggak. Sehingga dapat dipahami bahwa landasan
adalah suatu pijakan, titik tumpu atau titik tolak, suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal.
Kata filosofis terbentuk dari 2 kata bahasa yunani, yaitu philo yang artinya cinta dan shopos
yang artinya kebijaksaan. Dengan demikian filosofis diartikan sebagai cinta kebijaksanaan.
Secara maknawi filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang mencoba untuk
memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Untuk
mencapai dan menemukan kebenaran tersebut, filosof memiliki karakteristik yang berbeda
antara yang satu dengan lainnya. Demikian pula kajian yang dijadikan obyek telaan akan
berbeda selaras dengan cara pandang terhadap hakikat segala sesuatu (Suyitno,Y, 2009).
Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Hakikat pendidikan
adalah humanisasi. Tujuan pendidikan itu sendiri adalah terwujudnya manusia ideal atau
manusia yang dicita-citakan sesuai nilai-nilai dan norma-norma yang dianut. Pendidikan
tidak boleh dilakukan secara sembarangan, harus ada suatu landasan kokoh yang mendasari
pendidikan tersebut agar pendidikan dapat terlaksana dengan maksimal sehingga tujuannya
dan kurikulumnya menjadi jelas, efisien dan efektif.
Landasan filosofis pendidikan merupakan seperangkat asumsi yang bersumber dari
filsafat yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Seperangkat asumsi ini dideduksi atau
dijabarkan dari sistem gagasan filsafat secara umum dengan cakupan Metafisika,
Epistemologi, Aksiologi yang dirumuskan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Berdasarkan hal
tersebut, dapat dipahami bahwa terdapat hubungan implikatif antara kepercayaan-
kepercayaan/gagasangagasan dalam kajian filsafat (metafisika, epistemologi, dan aksiologi)
terhadap gagasan-gagasan teori dan praktik pendidikan.
Dalam hal ini, landasan filosofis pendidikan dibahas oleh cabang khusus filsafat yaitu
Filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan kegiatan pemikiran filosofis yang
memusatkan perhatian pada problem-problem dan solusi-solusinya dalam dunia pendidikan.
Berpijak proses berpikir yang menggabungkan aktivitas diri, sikap diri, dan juga sifat
berpikir, filsafat pendidikan selalu mengarahkan pendidikan agar berfungsi sebagai
pendidikan dan juga memecahkan problem serta mengembangkan teorinya. Proses berpikir
filsafat terdiri dari serangkaian aktivitas yang meliputi kegiatan menyintesis, merenung
(kontemplasi), menentukan, dan menganalisis, juga sikap diri yang meliputi kesadaran diri,
pendalaman, pemahaman, dan fleksibilitas, serta sifat berpikir yang meliputi berpikir radikal,
sistematis, bebas, koheren, konsisten, dan bertanggung jawab. Dengan serangkaian proses
berpikir itu, filsafat pendidikan menjadi rujukan pengembangan pendidikan baik secara
teoritis maupun praktis. Aliran filsafat pendidikan terbagi menjadi 9 yaitu :
1. Filsafat pendidikan idealisme
2. Filsafat pendidikan realisme
3. Filsafat pendidikan pragmatisme
4. Filsafat pendidikan eksistensialisme
5. Filsafat pendidikan progresivisme
6. Filsafat pendidikan esensialisme
7. Filsafat pendidikan parenilisme
8. Filsafat pendidikan rekonsturksionisme
9. Filsafat pendidikan behaviorisme
2.2. Landasan Filosofis Pendidikan Indonesia
Pancasila merupakan dasar filosofis negara. Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara
Indonesia dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan menjadi pedoman bagi setiap
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sanskerta
yang terdiri dari dua kata: “panca” yang berarti lima, dan “sila” yang berarti prinsip atau
nilai. Jadi, secara harfiah, Pancasila berarti “lima prinsip” atau “lima nilai”. Lima nilai
tersebut adalah :
1. Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila membentuk identitas nasional Indonesia dan menjadi pijakan dalam
pembuatan kebijakan pemerintah serta hukum negara. Sebagai landasan filsafat negara,
Pancasila memberikan dasar yang kuat bagi Indonesia untuk menjaga keutuhan, membangun
persatuan, dan mewujudkan tujuan bersama dalam mencapai kemajuan dan kesejahteraan
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila menjadi acuan untuk berkarya pada segala bidang. Sejalan dengan ini, pasal
2 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional”
menyatakan bahwa “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Rincian selanjutnya
tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU- RI No. 20 Tahun 2003 yang menegaskan
bahwa pembangunan nasional termasuk di bidang pendidikan adalah pengalaman pancasila
dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain: “Pembentukan manusia
Pancasila sebagai manusia pembangunan yang berkualitas tinggi dan mampu mandiri”.
Sedangkan ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengalaman
Pancasila mengaskan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyar Indonesia, kepribadian
bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan Dasar Negara Republik Indonesia.
Sehubungan dengan hal ini, bangsa Indonesia memiliki landasan filosofis pendidikan
tersendiri dalam sistem pendidikan nasionalnya,yaitu Pancasila.
Pendidikan di Indonesia harus mampu mengutamakan hal-hal yang dapat memperkuat
nilai-nilai keimanan bagi peserta didik agar selalu takwa dan beriman sesuai dengan
kepercayaannya masing-masing serta bertanggung jawab dengan kewajiban mereka sebagai
makhluk Tuhan untuk menuntut ilmu sesuai sila pertama Pancasila. Pendidikan juga harus
mampu membentuk setiap peserta didik yang mampu untuk memberikan perlakuan
sebagaimana layaknya manusia dan nantinya seseorang yang telah mendapatkan pendidikan
itu dapat menghargai hak-hak manusia sesuai sila kedua Pancasila. Pendidikan juga harus
mampu untuk menjadikan peserta didiknya dapat bersatu dengan peserta didik lainnya, ketika
terjadinya proses pendidikan maka ada saat mereka harus belajar dari lingkungan sosialnya,
maka peserta didik akan belajar sendiri menengenai pengetahuan maupun nilai-nilai yang
ada dalam suatu masyarakat dan hal ini memungkinkan setiap orang untuk bersatu dan
meminimalisir adanya diskrimantif antar perbedaan yang menjadi corak dari bangsa
Indonesia sesuai dengan sila ketiga. Pendidikan juga dapat menjadikan setiap orang menjadi
lebih demokratis, aktif, dan kritis di dalam memberikan solusi pada setiap masalah yang
sedang terjadi di Indonesia, tetapi dalam pandangan yang lain dapat dikatakan bahwa di
dalam proses pendidikan mengharapkan memunculkan output cendekiawan yang mampu
mengkritisi segala permasalahan yang dapat mengancam keutuhan NKRI sesuai sila keempat
dan pendidikan harus mampu menciptakan bibit yang mampu memberikan keadilan sosial
bagi lingkungan yang ditempatinya, peserta didik didorong untuk berfikir bahwa seseorang
tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain, sehingga jika memilih teman
harus adil dan tidak boleh memandang pangkat maupun derajatnya sesuai sila kelima
Pancasila.
2.3. Pendidikan Di Indonesia dan Permasalahannya
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Sebagai
usaha sadar dan terencana, pendidikan tentunya harus mempunyai dasar dan tujuan yang
jelas, sehingga dengan demikian baik isi pendidikan maupun cara-cara pembelajarannya
dipilih, diturunkan dan dilaksanakan dengan mengacu kepada dasar dan tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan. Selain itu, pendidikan bukanlah proses pembentukan peserta didik
untuk menjadi orang tertentu sesuai kehendak sepihak dari pendidik. Karena manusia
(peserta didik) hakikatnya adalah pribadi yang memiliki potensi dan memiliki keinginan
untuk menjadi dirinya sendiri, maka upaya pendidikan harus dipandang sebagai upaya
bantuan dan memfasilitasi peserta didik dalam rangka mengembangkan potensi dirinya.
Pendidikan harus diselenggarakan sepanjang hayat. Pendidikan hendaknya diselenggarakan
sejak dini, pada setiap tahapan perkembangan hingga akhir hayat. Sebab itu, pendidikan
hendaknya diselenggarakan baik pada jalur pendidikan informal, formal, maupun nonformal
yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Menurut UU No.20 tahun 2003 Pasal 3, tujuan pendidikan nasional
berbunyi:"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab." Dari penjelasan mengenai tujuan pendidikan ini dapat kita ketahui bahwa pendidikan
bukan hanya untuk mengembangkan salah satu potensi diri supaya menjadi manusia berilmu
saja melainkan demi berkembangnya seluruh potensi diri peserta didik dalam konteks
menyeluruh dalam ruang lingkup kehidupannya.
Secara umum, di Indonesia sendiri terdapat tiga jenjang sistem pendidikan nasional, yang
kemudian dikenal sebagai wajib belajar 12 tahun. Dalam sistem tersebut, pendidikan bermula
dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Sekolah dasar adalah jenjang yang wajib ditempuh sebelum
siswa dapat melanjutkan ke jenjang atau tahap pendidikan yang lebih tinggi. Jenjang
pendidikan ini berlangsung selama 6 tahun, kelas 1 sampai kelas 6. Secara resmi, anak bisa
masuk SD di usia 7 tahun, tak sedikit pula orang tua yang memasukkan anak ke SD meskipun
baru berusia 6 tahun karena berbagai faktor. Contoh tersebut dapat dilihat misalnya saat anak
sudah lancar calistung dan sekolah memang mengizinkannya. Jenjang berikutnya dalam
sistem pendidikan di Indonesia adalah pendidikan menengah pertama (SMP). Anak bisa
melanjutkan ke jenjang ini jika sudah menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah dasar, yang
berlangsung selama 6 tahun (kelas 1 sampai kelas 6). Sementara itu, jenjang menengah
pertama harus dilalui selama 3 tahun, yaitu dari kelas 7 sampai kelas 9. Untuk masuk SMP,
murid tak hanya harus lulus SD, tetapi juga mengikuti proses pendaftaran siswa baru SMP.
Saat ini, proses pendaftaran menggunakan sistem zonasi. Secara garis besar, jenjang SMP
memiliki jumlah mata pelajaran yang lebih banyak daripada jenjang SD. Setelah sukses
menempuh jenjang pendidikan SMP, siswa dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah
menengah atas (SMA) ataupun sekolah menengah kejuruan (SMK). Perbedaan SMA dan
SMK berlandaskan minat penjurusan siswa. Jika di SMA, siswa dapat memilih antara jurusan
IPA dan IPS – di beberapa sekolah terdapat jurusan Bahasa. Sedangkan untuk jenjang SMK,
siswa akan mengikuti pendidikan yang fokus menerapkan program kerja berdasarkan minat
keahlian masing-masing siswa.
Sistem pendidikan di Indonesia diatur oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang bertanggung jawab atas kebijakan, standar, dan
pengawasan pendidikan di seluruh tingkatan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi mengeluarkan kurikulum nasional yang dijadikan pedoman bagi sekolah baik
tingkat SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi, kurikulum yang digunakan Indonesia saat ini
adalah kurikulum merdeka. Selain itu, lembaga-lembaga seperti Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) juga terlibat
dalam mengatur dan memastikan kualitas pendidikan di Indonesia.
Walaupun secara umum sistem pendidikan di Indonesia dan pembangunan pendidikan
nasional yang dilaksanakan selama ini telah mencapai berbagai keberhasilan, namun masih
banyak permasalahan pendidikan yang tampak sangat nyata dalam kehidupan masyarakat,
seperti tingkat kualitas sekolah yang berbeda beda antara perkotaan dan pedesaan yang
disebabkan oleh rendahnya pemerataan dan akses pendidikan, banyaknya kurang fasilitas
pendidikan yang disediakan disekolah-sekolah, tenaga pendidik yang kurang memadai dan
masih banyak masalah lainya. Permasalahan ini tercantum dalam rencana Strategis
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 tentang permasalahan pendidikan.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah terus melakukan reformasi pendidikan,
meningkatkan kualitas guru, meningkatkan akses pendidikan di daerah terpencil, dan
memperkuat program pendidikan vokasional untuk mempersiapkan lulusan yang siap kerja.
2.4. Landasan Atau Prinsip-Prinsip Sistem Pendidikan Di Finlandia
Pendidikan di Finlandia dikenal sebagai sistem pendidikan terbaik di seluruh dunia.
Sejak hasil ujian internasional Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) keluar pada
tahun 2000, Finlandia mendapat perhatian khusus dari seluruh dunia. Remaja Finlandia
berhasil menempati peringkat pertama bersama dengan Korea Selatan dan Jepang. Pada hasil
tersebut, Finlandia menempati peringkat pertama di Literasi Membaca, keempat di
Matematika, dan ketiga di Ilmu Alam. Pendidikan berkualitas tersebut bergantung banyak
pada kualitas jajaran pendidiknya yang diberikan kebebasan penuh dalam meramu kurikulum
dan menentukan metode dan materi belajar-mengajar. Keberhasilan tersebut telah menarik
sekitar 100 delegasi dari 40-45 negara di seluruh dunia untuk mengunjungi Kementerian
Pendidikan Finlandia pada masa 2005-2011 dan mempelajari kunci sukses sistem pendidikan
disana. Finlandia juga telah melakukan ekspor sistem pendidikannya ke negara-negara lain.
Faktor yang menjadi kunci dalam pembangunan ekonomi dan peradaban modern di
Finlandia adalah pendidikan. Hal ini disebutkan secara tegas dalam visinya oleh kementrian
Pendidikan Finlandia. Finlandia menggunakan filsafat pendidikan yang menyatakan setiap
orang memiliki sesuatu untuk disumbangkan dan mereka yang mengalami kesulitan di mata
pelajaran tertentu semestinya tidak ditinggalkan. Kesetaraan pendidikan dan budaya
merupakan target strategis yang sangat penting yang ingin diraih oleh pemerintahan
Finlandia hal ini tertuang dalam Strategi Kementerian Pendidikan finlandia tahun 2015.
Pemerintah Finlandia menjamin kesejahteraan intelektual, fisik dan ekonomi melalui akses
pendidikan seluas-luasnya bagi warga negaranya. Prinsip kompetisi atau persaingan tidak
diterima di negara ini, pasalnya masyarakat Finlandia berpegang teguh pada keyakinan
prinsip keadilan (equity). Warga negara Finlandia menjunjung tinggi prinsip kesetaraan
(equality) dan keadilan (equity) serta bertolak belakang atau tidak menyetujui pengelolaan
sekolah berorientasi kompetisi (Putra, 2015). Masyarakat Finlandia mempunyai
kekhawatiran atas kesempatan mendapatkan pendidikan. Akses terhadap pendidikan yang
sama menjadi prinsip dari pembuatan regulasi di bidang pendidikan. Kebijakan tersebut
kemudian mengarah pada suatu keunggulan yang akan memberikan standar pendidikan yang
sama terhadap warga negaranya yang diperoleh secara gratis. Membangun kepercayaan dan
tanggung jawab dalam setiap bentuk interaksi dikedepankan oleh publik Finlandia (Putra,
2015).
Pengelolaan sistem pendidikan dikembangkan dengan mengedepankan nilai kepercayaan
dan tanggungjawab. Guru dan kepala sekolah bersama orang tua dan komunitas yang ada
disekolah diyakini mengetahui apa yang harus diberikan dan disiapkan dengan maksimal
untuk peserta didik, hal ini ditanamkan oleh otoritas pendidikan di Finlandia dengan
menumbuhkan budaya percaya dalam mengelola pendidikan. Budaya percaya juga ditunjang
dengan nilai-nilai profesionalisme, percaya diri, kejujuran dan tanggung jawab. Upaya untuk
menyiapkan perekonomian yang mampu bersaing ditaraf internasional adalah peserta didik
dan lembaga pendidikan mengurangi cara belajar dengan konsep bersaing baik antar siswa
maupun antar sekolah. Finlandia memiliki pandangan sendiri dalam menghadapi persaingan
global, sebaliknya, sekolah harus meningkatkan kolaborasi dan kerjasama.
Kegiatan pembelajaran pada sekolah di Finlandia hanya sekitar 3-4 jam untuk sekolah
dasar dan menegah pertama, dan sistem kuliah untuk sekolah menengah atas. Finlandia juga
menerapkan kebijakan tidak adanya UN dan sedikit PR. Pendanaan pendidikan di Finlandia
sangat didukung pemerintah dimana Budget pemerintah Finlandia untuk pos pendidikan per
siswa adalah EUR 16.714 pada tahun 2011, lebih tinggi 23% daripada budget rata-rata
negara-negara OECD. Mayoritas pemerintah daerah juga memiliki otoritas untuk
menentukan sekolah bagi setiap siswa yang berada dalam wilayahnya, biasanya sekolah
terdekat rumah masing-masing siswa. Tidak hanya itu tenaga pendidik di Finlandia sangat
dihargai dan diberikan gaji sama besarnya dengan dokter karena menurut pemerintah
Finlandia guru merupakan kunci penting kemajuan bangsa. Guru mendapatkan kebebasan
penuh dalam menentukan metode pengajaran serta pemilihan buku dan materi yang
digunakan. Guru selalu menjadi panutan utama para peserta didik disekolah. Keseriusan
Finlandia terhadap kualitas guru patut diteladani. Finlandia mampu menjadikan guru
dinegaranya menjadi sosok yang sangat dihormati dikalangan masyarakat pada umumnya.
Kementerian Pendidikan Finlandia bertanggung jawab merumuskan kerangka kebijakan
sistem dan implementasi pendidikan di Finlandia, sedangkan pelaksanaannya merupakan
tanggung jawab Badan Pendidikan Nasional Finlandia. Kedua lembaga bekerja sama untuk
mengembangkan tujuan pembelajaran serta isi dan metode pembelajaran untuk pendidikan
prasekolah hingga sekolah menengah atas dan pendidikan andragogi. Pengelolaan masing-
masing sekolah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah, yang memutuskan alokasi
dana, kurikulum lokal dan perekrutan tenaga kependidikan. Otoritas lokal diperbolehkan
untuk melimpahkan tanggung jawab ini kepada masing-masing sekolah.
Setiap institusi pendidikan di Finlandia mendapat keleluasaan dalam menjalankan proses
belajar-mengajarnya, selama memenuhi kerangka regulasi kependidikan yang ditentukan
oleh Kementerian Pendidikan yang memiliki definisi umum tentang kualitas dan efektivitas
pendidikan. Finlandia berfokus pada optimalisasi kemampuan individu setiap peserta didik.
Mereka memastikan hal ini melalui kerangka bimbingan dan kosenling yang mendukung,
membantu dan membina peserta didik sehingga mereka dapat mencapai kemampuan
(kecerdasan) dan keterampilan hidup terbaiknya , seperti kemampuan berpikir jangka
panjang dan kritis dalam pengambilan keputusan.
2.5. Perbandingan Pendidikan Indonesia dan Finlandia
Perbandingan pendidikan Indonesia dan Finlandia dapat terlihat jelas dari peringkat
kualitas pendidikan Indonesia yang berada jauh dibawah peringkat pendidikan Finlandia.
Indonesia belum mampu dalam membuat sistem yang tepat, dibuktikan dengan kurikulum
dan kebijakan yang selalu berubah-ubah walaupun hal ini mungkin dilakukan untuk
menemukan sistem pendidikan yang sesuai dengan landasan dan tujuan Indonesia tetapi,
ketidakstabilan kurikulum ini membawa dampak bagi pendidik dan peserta didik yang harus
selalu mengikuti kurikulum baru dan menjadikan penilaian suatu sistem kabur. Sehingga
tidak begitu jelas telihat apakah sistem yang diterapkan berhasil atau tidak. Fakta lain yaitu
masih banyaknya guru dalam mengajar yang lebih pada teori dan menjadikan siswa sebagai
objek pembelajaran bukan sebagai subyek, sehingga peserta didik cenderung pasif dalam
pembelajaran. Hal ini berpengaruh pada perkembangan dirinya pada masyarakat, peserta
didik akan cenderung tidak berani mengungkapkan pendapat di muka umum karena merasa
dirinya rendah atau tidak perlu untuk mengungkapkan. Tentu jika hal ini dibiarkan,
selamanya Indonesia akan berada diposisi bawah atau bahkan akan tergerus oleh pesatnya
dan kritisnya persaingan dunia. Atau fakta lain yang masih membudaya, yaitu
diberlakukannya PR dan jam pelajaran yang cukup panjang. Hal ini bisa dilihat dari rata-rata
sekolah dasar yaitu 5-6 jam, sekolah menengah pertama 6-7 jam , dan sma/smk sekitar 8-9
jam belum jika ditambah dengan jam tambahan.
Kebiasaan yang dianggap baik pada siswa ini justru memiliki dampak yang buruk bagi
siswa. Siswa akan merasa lebih terkekang dan cepat bosan karena proses pembelajaran yang
cukup lama dan hanya berada di dalam kelas, hilangnya kesempatan mereka untuk berkreasi
dan hanya menghabiskan waktunya di sekolah atau berkutat pada buku dan pulpen, kesehatan
yang buruk karena terlalu lama duduk, dan tingkat stress dan tekanan yang tinggi pada otak.
Ini jelas bahwa pendidikan di Indonesia hanya mementingkan akademik siswa dan menganak
tirikan kebutuhan lainnya. Tatanan ini harusnya dapat dirubah dengan lebih membuat siswa
nyaman dan senang mengenyam pendidikan.
Seharusnya Indonesia pun bisa melakukan hal demikian, karena Indonesia justru
memiliki guru dengan jumlah yang lebih besar dari Finlandia. Dengan meningkatkan kualitas
guru yang ada dan menjadikan profesi guru setara dengan profesi dokter termasuk dengan
peningkatan gaji guru dan professional kerja, serta dengan mengoptimalkan dana APBN
dengan tepat tentu akan menjadikan pendidikan Indonesia lebih berdaya guna. Jika saya
menjadi seorang pendidik, hal yang akan saya rubah terlebih dahulu yaitu dengan merubah
konsep pembelajaran dengan menjadikan siswa sebagai subjek dan bukan sebagai objek,
pengajaran lebih di tekankan pada diskusi kelompok dan terjun dalam kehidupan sosial,
menghapus UN yang hanya mempersempit lingkup belajar, mengurangi PR dan jam sekolah,
serta perlu diberinya kebebasan kepada siswa untuk berkreasi dan mengembangkan
bakatnya. Serta komunikasi yang perlu di tambah tidak hanya komunikasi verbal saja
melainkan juga pada komunikasi lainnya seperti komunikasi non verbal, komunikasi
interpersonal, komunikasi massa, ataupun komunikasi bahasa.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Jadi dalam hal ini
pendidikan adalah proses atau perbuatan mendidik. Pendidikan merupakan hal penting bagi
suatu negara, jika sistem pendidikan suatu negara baik dengan tujuan dan landasan
pendidikan yang kuat maka hal tersebut akan berdampak pada keberhasilan sumber daya
manusia di negara tersebut.
Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam
rangka studi dan praktek pendidikan. Dalam pendidikan mesti terdapat studi pendidikan dan
praktek pendidikan. Melalui studi pendidikan akan diperoleh pemahaman tentang landasan-
landasan pendidikan, yang akan dijadikan titik tolak praktek pendidikan. Dengan demikian,
landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi pendidikan tersebut, dapat dijadikan titik
tolak dalam rangka studi pendidikan yang bersifat filsafiah, yaitu pendekatan yang lebih
komprehensif, spekulatif, dan normatif.
Negara Indonesia memiliki filosofis Negara yaitu Pancasila sebagai falsafah Negara.
Pancasila menjadi acuan untuk berkarya pada segala bidang. Sejalan dengan ini, Pasal 2
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional” menyatakan
bahwa “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Rincian selanjutnya tentang hal itu
tercantum dalam penjelasan UU- RI No. 20 Tahun 2003 yang menegaskan bahwa
pembangunan nasional termasuk di bidang pendidikan adalah pengalaman pancasila dan
untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain: “Pembentukan manusia Pancasila
sebagai manusia pembangunan yang berkualitas tinggi dan mampu mandiri”. Sedangkan
ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengalaman Pancasila
mengaskan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyar Indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandngan hidup bangsa Indonesia dan Dasar Negara Republik Indonesia.
Sehubungan dengan hal ini, bangsa Indonesia memiliki landasan filosofis pendidikan
tersendiri dalam sistem pendidikan nasionalnya, yaitu Pancasila.
Landasan dan tujuan pendidikan Indonesia sudah sangat kuat yang berlandaskan
Pancasila dengan implementasi nilai-nilai Pancasila yang mencakup berbagai hal yaitu nilai-
nilai spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan sesuai dengan hakikat dan tujuan pendidikan nasional Indonesia.
Sebagai generasi penerus bangsa sudah selayaknya kita merubah sistem pendidikan di
Indonesia menjadi lebih baik lagi. Bukan sepenuhnya kita harus meniru sistem pendidikan
yang ada di Finlandia, melainkan memilah apa yang perlu kita aplikasikan untuk pendidikan
di Indonesia dengan tetap memperhatikan budaya yang ada. Sudah seharusnya kita
mereformasi pendidikan kita sendiri dan bukan hanya berpangku tangan atau menjiplak
sistem pendidikan Negara lain. Kita perlu meneliti lebih jauh, menelaah lebih dalam, dan
membuat suatu gebrakan gemilang untuk Indonesia lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Anugrah. 2023. Sistem Pendidikan Indonesia. Diakses pada 09 September 2023 dari
https://fkip.umsu.ac.id/2023/07/11/sistem-pendidikan-di-indonesia/
Spiller, Penny. 2017. Could subjects soon be history in Finland?. BBC News (dalam bahasa
Inggris). Diakses tanggal 09 September 2023 dari
https://www.bbc.com/news/world-europe-39889523
FINNISH EDUCATION in a nutshell. 2017. Diakses tanggal 09 September 2023 dari
https://web.archive.org/web/20170918033054/http://www.oph.fi/download/146428
_Finnish_Education_in_a_Nutshell.pdf
Abdillah, Hanifah. Tanpa Tahun. “Guncangkan Dunia dengan Menggantikan Posisi
Finlandia sebagai Negara dengan Sistem Pendidikan Terbaik di Percaturan Dunia”.
Diakses tanggal 09 September 2023 dari
http://hanifahabdillah97.blogs.uny.ac.id/wp-
content/uploads/sites/13517/2017/12/essay-komunikasi-uas.pdf
Giri, I Putu Agus Aryatnaya., Ardini, Ni Luh., Kertiani, Ni Wayan. “Pancasila Sebagai
Landasan Filosofis Pendidikan Nasional”. Jurnal Filsafat Vol.12. no 1. 2021. 117-
120.
Marhamah, Mia Siti. 2016. Landasan Filosofi Pendidikan Indonesia. Diakses tanggal 09
September 2023 dari https://miasitimarhamah.wordpress.com/2016/12/10/landasan-
filosofi-pendidikan-di-indonesia/
Munirah. “SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA: antara keinginan dan realita”.
AULADUNA, VOL. 2 NO. 2. 2015. 233-245.

Anda mungkin juga menyukai