Anda di halaman 1dari 13

KONSEP MONOTHEISME DALAM ISLAM (TAUHID)

Dibuat untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah

‘Filsafat Kemuhammadiyahan’

Disusun Oleh :

ABDUL HALIK : 20210520100001

AHMAD FAUJIH :

PRODI MAGISTER STUDI ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Monoteisme berasal dari kata Yunani monon yang berarti tunggal dan
theos yang berarti Tuhan, yaitu kepercayaan bahwa Tuhan yaitu satu/
tunggal dan berkuasa.1
Berdasarkan pengertian tersebut, monotheisme sering kita pahami dalam
Bahasa Arab sebagai konsep tauhid.
Tauhid berasal dari kata ‫ َي َت َو َّح ُد‬ – ‫ َت َو َّح َد‬yang berarti bersatu, menyatu,
menjadi satu.2 Kata ini dapat kita artikan bahwa tauhid adalah sesuatu
yang menyatukan atau dianggap satu oleh suatu golongan atau kelompok
tertentu. Dalam kaitannya dengan Islam, konsep monotheisme atau tauhid
dapat kita sandingkan dengan kalimat syahadat (pengakuan/pernyataan)
yang wajib diyakini oleh ummat Islam yang berbunyi asyhadu an-
laailaaha illa allah wa asyhadu anna muhammadan rosulullah (saya
bersaksi bahwa tiada tuhan yang wajib disembah selain Allah dan saya
bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah).
Monotheisme dalam Islam yang akan dibahas dalam makalah ini akan
membahas beberapa hal berkaitan dengan ketauhidan dalam Islam, yakni;
‘Implikasi tauhid uluhiyah, mulkiyah, dan rububiyah dalam kehidupan’,
‘Syirik dalam kehidupan modern’, dan ‘Keterkaitan iman dan ilmu’.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana implikasi tauhid uluhiyah, mulkiyah, dan rububiyah dalam
kehidupan?
b. Bagaimana syirik dalam kehidupan modern?
1
Anonim,’Monoteisme’, http://p2k.itbu.ac.id/id1/3060-2950/Monoteisme_24636_monoteisme-
itbu.html, diunduh pada hari Senin,04/10/2021, pukul 19:50
2
Anonim,’ ‫’التوحيد‬, https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/ ‫التوحيد‬, diuduh pada hari Senin,
04/10/2021, pukul 20:07
c. Bagaimana keterkaitan iman dan ilmu?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui bagaimana implikasi tauhid uluhiyah, mulkiyah,
dan rububiyah dalam kehidupan?
b. Untuk mengetahui bagaimana syirik dalam kehidupan modern?
c. Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan iman dan ilmu?
D. Manfaat
a. Untuk pemakalah, lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan
implikasi tauhid uluhiyah, mulkiyah, dan rububiyah dalam kehidupan,
bentuk syirik dalam kehidupan modern, dan keterkaitan iman dan
ilmu.
b. Untuk pembaca, dapat menjadi referensi bacaan hal-hal yang berkaitan
dengan implikasi tauhid uluhiyah, mulkiyah, dan rububiyah dalam
kehidupan, bentuk syirik dalam kehidupan modern, dan keterkaitan
iman dan ilmu.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Implikasi Tauhid Uluhiyah, Mulkiyah, dan Rububiyah dalam


Kehidupan

Tauhid rububiyah. Rububiyah berasal dari kata rabba-.yarubbu artinya ketuhanan


atau memiliki sifat ketuhanan. Sedang difinisinya adalah mengesakan Allah SWT
dalam penciptaan, pemeliharaan, pemilikan dst.3

Tauhid Rububiyah juga dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surah Al-
Fatihah Ayat 2

َ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬

“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.” 

Juga dalam Surah Al- An’am ayat 164

‫قُلْ أَ َغي َْر هَّللا ِ أَ ْب ِغي َربًّا َوه َُو َربُّ ُكلِّ َش ْي ٍء‬

“Katakanlah: Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah, padahal Dia adalah
Rabb bagi segala sesuatu.” 

Berdasarkan pengertian tersebut tauhid rububiyah ialah mengesakan Allah SWT


dengan berpedoman pada sifat-sifat ketuhanan, diantaranya bahwa hanya Allah
SWT yang mampu menciptakan, memelihara, memiliki dan yang lainnya terhadap
makhluk-Nya.

Tauhid mulkiyah. Mulkiyah berasal dari kata (malika-yamliku), artinya memiliki,


berkuasa penuh atas yang dimiliki. Sedang definisinya adalah: mengesakan Allah
SWT sebagai satu-satunya pemimpin, satu-satunya pembuat hukum dan
pemerintah.4
3
Anonim, ‘Modul 1. Etika Terhadap Allah’, Modul-1-PKBR2008.-ETIKA-TERHADAP-ALLAH, h.2
diunduh pada Senin, 04/10/2021
4
Ibid,.
Penjelasan tersebut diperkuat dalam firman Allah SWT surah Al- A’raf ayat 196

‫هّٰللا‬
َ ۖ ‫ ُ الَّ ِذيْ نَ َّز َل ْال ِك ٰت‬nَ َۧۧ ‫اِ َّن َولِ ِّي‬
ّ ٰ ‫ب َوهُ َو يَتَ َولَّى ال‬
َ‫صلِ ِح ْين‬

196. Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-
Qur'an). Dia melindungi orang-orang saleh

Tauhid mulkiyah adalah bentuk keyakinan bahwa Allah-lah satu-satunya yang


memiliki kuasa / merajai atas segala hal yang terjadi terhadap makhluk ciptaan-
Nya.

Tauhid uluhiyah adalah berasal dari kata (Aliha-ya'lahu), artinya; menyembah.


Sedang definisinya adalah mengesakan Allah SWT dalam penyembahan. Tauhid
uluhiyah sebagai landasan tujuan setiap amal kita, karena Allah SWT yang kita
sembah,5

Tauhid uluhiyah sebagai bentuk mengesakan Allah SWT dalam bentuk ibadah
dijelaskan dalam surah Al-An’am ayat 162

َ‫ي َو َم َماتِ ْي هّٰلِل ِ َربِّ ْال ٰعلَ ِم ْي ۙن‬ َ ‫قُلْ اِ َّن‬


َ ‫ي َو َمحْ يَا‬nْ ‫صاَل تِ ْي َونُ ُس ِك‬

162. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan


matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.

Dengan demikian, bentuk implikasi terhadap tauhid uluhiyah ialah manusia


sebagai makhluk ciptaan Allah SWT benar-benar meyakini bahwa Allah
menciptakan makhluknya dengan segala kesempurnaannya. Jika manusia
meragukan kemampuan yang Allah SWT berikan kepadanya dalam bentuk fisik,
akal, dan nafsu, maka manusia sesungguhnya telah meragukan kesempurnaan
ciptaan Allah SWT. Namun, dengan potensi yang dimiliki manusia, hendaknya ia
tidak menyombongkan diri, karena meyakini bahwa Allah-lah yang berkuasa
terhadap segala sesuatu, Allah yang menjadikannya mampu. Berhasil atau belum

5
Ibid, h.3
berhasil terhadap apa yang diusahakan adalah kuasa Allah SWT, itulah bentuk
implikasi terhadap tauhid mulkiyah. Maka dengan itu, Allah SWT memerintahkan
manusia untuk beribadah kepada-Nya, karena Allah menciptakan manusia untuk
beribadah, beribadah dalam bentuk secara harfiyah shalat, puasa dll dan
melakukan segala hal di dunia ini (bekerja, belajar, beraktivitas harian) dengan
niat beribadah kepadaNya.

B. Syirik dalam Kehidupan Modern

Syirik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah n penyekutuan Allah SWT.
Dengan yang lain, misalnya pengakuan kemampuan ilmu daripada kemampuan
dan kekuatan Allah, pengabdian selain kepada Allah Swt. dengan menyembah
patung, tempat keramat, dan kuburan, dan kepercayaan terhadap keampuhan
peninggalan nenek moyang yang diyakini akan menentukan dan memengaruhi
jalan kehidupan.6

ٌ ْ‫ ) ِشر‬berasal dari kata ‘syarika’ (‫ك‬


Kata ‘syirik’ (‫ك‬ َ ‫ ) َش ِر‬yang berarti: berserikat,
bersekutu, bersama atau berkongsi. Arti lughawi (bahasa) ini mengandung makna
bersama-sama antara dua orang atau lebih dalam satu urusan atau keadaan.7

Berdasarkan dua pengertian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa syirik adalah


perbuatan menyekutukan Allah SWT, dalam arti bahwa mempercayai bahwa ada
hal lain yang seseorang percaya memiliki kekuatan dan kemampuan sebanding
dengan Allah SWT, dan menganggap bahwa suatu urusan dapat dilaksanakan
dengan menyampingkan urusan dengan Allah SWT.

Berkaca pada kehidupan masa kini, dimana semua teknologi begitu canggih,
manusia sudah mudah mengkases segala informasi dengan sangat cepat.
Tayangan-tayangan berbentuk kemusyrikan makin cepat menyebar. Tidak hanya
berbentuk tanyakan kemusyikan yang berbalut ‘film horor’ atau atas nama tradisi,

6
Anonim, ‘Syirik’, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/syirik, diunduh pada Senin, 04/06/2021,
pukul 22:55
7
Redaksi Muhammadiyah, ‘Pengertian Syirik dan Macam-macamnya’,
https://muhammadiyah.or.id/pengertian-syirik-dan-macam-macamnya/, diunduh pada Selasa,
05/10/2021, pukul 06:41
ada banyak hal yang tanpa kita sadari merupakan bentuk kemusyrikan. Berikut
bentuk-bentuk syirik di masa modern yang biasa kita temui;

1. Mempercayai berita-berita yang tersebar di internet tanpa mempelajarinya,


meyakini hal tersebut adalah satu-satunya hal yang benar.
2. Melalaikan ibadah karena asik memainkan gawai dan alasan sibuknya
pekerjaan.
3. Resah berlebihan karena upah kerja yang pas-pasan.
4. Khawatir dengan nilai saham yang turun di hari kemudian
5. Mengidolakan idol grup yang mengajarkan kesesatan
6. Berlebihan terhadap urusan duniawi melalaikan urusan akhirat

Masih banyak lagi hal di masa modern yang masuk dalam kegiatan kemusyrikan
tanpa disadari. Manusia sering lupa terhadap konsep tauhid uluhiyah, mulkiyah,
dan rububiyah. Bahwa manusia sebaiknya menyerahkan segala urusan kepada
Allah SWT selepas ia berikhtiar.

Allah SWT berfirman dalam surah An-Nisa ayat 36

‫هّٰللا‬
ِ ‫ َو ْال َم ٰس ِك ْي ِن َو ْال َج‬n‫ َّوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن اِحْ َسانًا َّوبِ ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى‬nً‫ َوا ْعبُدُوا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوْ ا بِ ٖه َش ْئـًٔا‬ 
‫ار‬
ُّ‫ت اَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحب‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ۢ ْن‬
ْ ‫ب َواب ِْن ال َّسبِي ۙ ِْل َو َما َملَ َك‬ ِ ‫َّاح‬
ِ ‫ب َوالص‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬ ِ ‫ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْال َج‬
‫َم ْن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخوْ ر ًۙا‬

‘’Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri’’

Dari ayat tersebut Allah SWT melarang bentuk persekutuan dalam bentuk apapun,
terlebih urusan dunia. Karena dunia dan seisinya adalah milik Allah SWT, tidak
sepatutnya manusia melebihkan dunia hingga melalaikan kewajiban untuk
beibadah kepadaNya.

Menurut ar-Raghib al-Asfahaniy, syirik terbagi menjadi dua:

1. Asy-Syirk al-Akbar (  ‫ك ْاألَ ْكبَ ُر‬


ُ ْ‫)ال ِّشر‬, syirik besar, yaitu syirik dalam bidang
keyakinan, yaitu meyakini adanya Tuhan selain Allah atau menyekutukan
Allah dengan makhluk ciptaannya dalam hal ketuhanan.

2. ْ َ‫ك ْاأل‬
Asy-Syirk al-Ashgar (  ‫ َغ ُر‬n ‫ص‬ ِّ
ُ ْ‫ر‬n ‫)الش‬, syirik kecil, yaitu menyekutukan
Allah dalam tujuan beribadah atau beramal kebaikan yang tujuannya untuk
memperoleh pujian dari orang lain, padahal tujuan beribadah dan beramal
kebaikan itu seharusnya hanya untuk mencari keridlaan Allah subhanahu wa
ta’ala. (al-Mausu’ah al-Qur’aniyah: 369)8
Kedua macam syirik tersebut hukumnya haram, dan Allah subhanahu wa
ta’ala tidak akan mengampuninya kecuali dengan bertaubat sebelum meninggal,
sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar.” (QS. an-Nisa’: 48)

Sebagai manusia makhluk ciptaan Allah SWT sebaiknya menjauhkan diri dari
hal-hal yang akan membawa kita pada segala bentuk kemusyrikan. Terlebih di
zaman modern seperti saat ini, ada banyak hal yang memungkinkan kita
melakukan perbuatan yang mendekati kemusyrikan. Juga generasi penerus bangsa
ini jangan sampai mempertuhankan urusan keduniawian. Mengikuti zaman
diharuskan, tetapi harus ditanamkan nilai-nilai agama yang kuat agar memiliki
pondasi hidup yang kuat dan tidak terbawa arus.

C. Keterkaitan Iman dan Ilmu

8
Ibid,.
Iman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah n kepercayaan (yang
berkenaan dengan agama), keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab,
dan sebagainya: -- tidak akan bertentangan dengan ilmu, n ketetapan hati;
keteguhan batin; keseimbangan batin. 9

Sedangkan ilmu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) n pengetahuan


tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan)
itu: dia memperoleh gelar doktor dalam – Pendidikan, n pengetahuan atau
kepandaian (tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya), n  Isl sifat
mengetahui yang wajib bagi Allah Swt.10

Quraish Shihab dalam Wawasan Al Qur’an menyatakan bahwa teknologi dan


hasilnya menjadi alat untuk mengingatkan manusia kepada Allah, serta
mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala
yang ada di alam raya ini.11

Dalam pernyataan tersebut, sebaiknya antara keimanan dan keilmuan tidak


dipisahkan. Karena manusia sebagai khalifah di bumi seharusnya memiliki bekal
keilmuan yang mumpuni agar mampu memimpin ummat untuk beriman kepada
Allah SWT.

Sejalan dengan firman Allah SWT Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 30

ٰۤ
ِ ْ‫ َك ِة اِنِّ ْي َجا ِع ٌل فِى ااْل َر‬nِ‫ك لِ ْل َمل ِٕٕى‬
ُ ِ‫ اَتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َم ْن يُّ ْف ِس ُد فِ ْيهَا َويَ ْسف‬n‫ض خَ لِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا‬
‫ك‬ َ ُّ‫َواِ ْذ قَا َل َرب‬
َ َ‫ال ِّد َم ۤا ۚ َء َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِدكَ َونُقَدِّسُ لَكَ ۗ ق‬
َ‫ال اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن‬

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak
9
KBBI DARING, ‘Iman’, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/iman, diunduh pada Selasa,
05/10/2021, pukul 08:12
10
KBBI DARING, ‘Ilmu’, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/iman, diunduh pada Selasa,
05/10/2021, pukul 08:12
11
Ali Masrur, ‘RELASI IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN (Sebuah
Kajian Tafsir Maudhui)’, https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/Al-
Bayan/article/download/1672/1129, diunduh pada Senin. 04/10/2021, pukul 08:00
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan
kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,
“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Manusia sebagai makhluk Allah SWT yang dijadikan khalifah di bumi di


anugerahkan akal yang mumpuni untuk mempelajari segala hal baru beriringan
dengan perkembangan zaman. Namun, jika hanya akal yang digunakan akan
membuat manusia kehilangan arah dan tujuannya diciptakan Allah SWT. Maka
dengan itu, iman harus disertakan bersama dengan ilmu yang dipelajari.

Keterkaitan antara iman dan ilmu juga dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam
surat Al Mujaadilah ayat 11

‫ هّٰللا‬n ‫حُوْ ا ي ْفس‬n ‫حُوْ ا فى ْالم ٰجلس فَا ْفس‬n ‫ل لَ ُكم تَفَ َّس‬n ‫وا ا َذا ق ْي‬nْٓ nُ‫ا الَّذ ْينَ ٰامن‬nn‫ٰيٓاَيُّه‬
َ n‫ح ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِ ْي‬
n‫ ُزوْ ا‬n ‫ل ا ْن ُش‬n ِ َ َ َ ِ ِ َ ِ ْ َ ِ ِ َ ِ َ
‫ت َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ خَ بِ ْي ٌر‬
ٍ ۗ ‫فَا ْن ُش ُزوْ ا يَرْ فَ ِع هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم د ََر ٰج‬

11. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah


kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Mahateliti apa yang kamu kerjakan.

Dengan demikan, antara iman dan ilmu harus dilakukan secara beriring dan
berdampingan. Tujuannya agar manusia dapat menjalankan ibadah secara lebih
terarah dan mengamalkan keilmuan semata-mata untuk memperoleh keridhoan
Allah SWT.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bentuk implikasi terhadap tauhid uluhiyah ialah manusia sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT benar-benar meyakini bahwa Allah menciptakan makhluknya dengan
segala kesempurnaannya. Jika manusia meragukan kemampuan yang Allah SWT
berikan kepadanya dalam bentuk fisik, akal, dan nafsu, maka manusia
sesungguhnya telah meragukan kesempurnaan ciptaan Allah SWT. Namun,
dengan potensi yang dimiliki manusia, hendaknya ia tidak menyompongkan diri,
karena meyakini bahwa Allah-lah yang berkuasa terhadap segala sesuatu, Allah
yang menjadikannya mampu. Berhasil atau belum berhasil terhadap apa yang
diusahakan adalah kuasa Allah SWT, itulah bentuk imlikasi terhadap tauhid
mulkiyah. Maka dengan itu, Allah SWT memerintahkan manusia untuk beribadah
kepada-Nya, karena Allah menciptakan manusia untuk beribadah, beribadah
dalam bentuk secara harfiyah shalat, puasa dll dan melakukan segala hal di dunia
ini (bekerja, belajar, beraktivitas harian) dengan niat beribadah kepadaNya.

Sebagai manusia makhluk ciptaan Allah SWT sebaiknya menjauhkan diri dari
hal-hal yang akan membawa kita pada segala bentuk kemusyrikan. Terlebih di
zaman modern seperti saat ini, ada banyak hal yang memungkinkan kita
melakukan perbuatan yang mendekati kemusyrikan. Juga generasi penerus bangsa
ini jangan sampai mempertuhankan urusan keduniawian. Mengikuti zaman
diharuskan, tetapi harus ditanamkan nilai-nilai agama yang kuat agar memiliki
pondasi hidup yang kuat dan tidak terbawa arus.
Antara iman dan ilmu harus dilakukan secara beriring dan berdampingan.
Tujuannya agar manusia dapat menjalankan ibadah secara lebih terarah dan
mengamalkan keilmuan semata-mata untuk memperoleh keridhoan Allah SWT.

B. Sumber Bacaan

Anonim.’Monoteisme’.http://p2k.itbu.ac.id/id1/3060-
2950/Monoteisme_24636_monoteisme-itbu.html.Diunduh pada hari Senin,
04/10/2021. Pukul 19:50
Anonim.’ ‫’التوحيد‬. https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/ ‫التوحيد‬. Diuduh pada hari
Senin, 04/10/2021. Pukul 20:07
Anonim. ‘Modul 1. Etika Terhadap Allah’. Modul-1-PKBR2008.-ETIKA-
TERHADAP-ALLAH. H.2, Diunduh pada Senin, 04/10/2021
Anonim. ‘Syirik’. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/syirik. Diunduh pada Senin,
04/06/2021. Pukul 22:55
Redaksi Muhammadiyah. ‘Pengertian Syirik dan Macam-macamnya’.
https://muhammadiyah.or.id/pengertian-syirik-dan-macam-macamnya/.
Diunduh pada Selasa, 05/10/2021. Pukul 06:41
KBBI DARING. ‘Iman’. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/iman. Diunduh pada
Selasa, 05/10/2021. Pukul 08:12
KBBI DARING. ‘Ilmu’, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/iman. Diunduh pada
Selasa, 05/10/2021. Pukul 08:12
Ali Masrur. ‘RELASI IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN DALAM
PERSPEKTIF AL-QURAN (Sebuah Kajian Tafsir Maudhui)’.
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/Al-
Bayan/article/download/1672/1129. Diunduh pada Senin. 04/10/2021.
Pukul 08:00

Anda mungkin juga menyukai