Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dian Patila
2022111050

FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER PERAIRAN
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
BANGKA BELITUNG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
1 BAB I PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM........................................................................3
1.1 Metode Dan Pendeketan Dalam Studi Islam............................................................3
1.2 Bidang data tentang islam........................................................................................5
2 BAB II KONSEP DAN KARAKTERISTIK AGAMA SEBAGAI JALAN MENUJU TUHAN DAN
KEBAHAGIAAN.........................................................................................................................6
2.1 Menelusuri Konsep dan Karakteristik Agama sebagai Jalan Menuju Tuhan dan
Kebahagiaan.........................................................................................................................6
2.2 Alasan mengapa manusia harus beragama dan bagaimana agama membahagiakan
manusia................................................................................................................................6
2.3 Menggali Sumber Historis, Filosofis, Psikologis,Sosiologis, dan Pedagogis tentang
Pemikiran Agama sebagai Jalan Menuju Kebahagiaan.........................................................7
3 BAB III KEANEKARAGAMAN CORAK PENAFSIRAN ALQUR’AN..........................................9
3.1 Keragaman corak tafsir.............................................................................................9
3.2 Metode tafsir...........................................................................................................9
4 BAB IV IHSAN DAN INTERNALISASI.................................................................................11
4.1 IHSAN.....................................................................................................................11
4.2 Internalisasi nilai-nilai agama.................................................................................13
5 BAB V PARADIGMA QURANI..........................................................................................15
5.1 Menelusuri Konsep dan Karakteristik Paradigma Qurani untuk menghadapi
Kehidupan Modern............................................................................................................15
5.2 Menanyakan Alasan , “Mengapa Paradigma Qurani sangatlah..............................15
5.3 Menggali Sumber Historis , Filosofis , Psikologis , Sosiologis , dan Pedagogis
tentang Paradigma Quran untuk Kehidupan Modern........................................................16
5.4 Membangun Argumen tentang Paradigma Qurani sebagai satu – satunya Model
untuk Menghadapi Kehidupan Modern.............................................................................17
5.5 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Paradigma Qurani dalam Menghadapi
Kehidupan Modern............................................................................................................17
6 BAB VI MEMBUMIKAN ISLAM DI INDONESIA.................................................................18
6.1 Islam Indonesia......................................................................................................18
7 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19
1 BAB I PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM

Pendekatan Dalam Studi Islam

Menurut Richard C.Martin

Sumber : Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam,Volume 6,Nomor 2,Desember


2016

1.1 Metode Dan Pendeketan Dalam Studi Islam


Richard C. Martin secara umum melihat suatu agama bukan hanya dari insider,
yaitu pemeluk dan pengikut agamanya seperti Islam dengan komunitas muslimnya,
namun juga melihat agama dari pandangan outsider, yaitu orang-orang yang
mempelajari Islam dari kalangan non-muslim atau sering dikenal dengan
Islamist.Ada pun Richard C.Martin melihat dari aspek outsider:

a. pendekatan terhadap teks kitab suci dan nabi (approach to scripture and
prophet)
Richard C. Martin mengunakan tiga pendekatan dalam studi Al-Qur’an
(skripture). Pertama, teori speechact dalam hubungannya dengan dimensi lisan
dan kesusasteraan dari pembicara/situasi sumber dalam mendefinisikan Al-
Qur'an sebagai tradisi oral/lisan. Kedua, simbolisme kosmologi Al-Qur'an dalam
konteks khusus speech-act dari tipe lingua sacra. Ketiga, menelaah metode
analisis oral-formulatic dan semanticonstituent yang sukses diaplikasikan dalam
teks non AlQur'an.
b. pendekatan terhadap ritual dan komunitas (approach to ritual and
community)
Richard C. Martin berpendapat bahwa cakupan studi-studi ritual yang lebih baru
sebagaimana diterapkan pada Islam dapat memperkaya pemahaman tentang topik
tradisional dalam studi Islam. Ta’ziyah Syi’ah, Tariqah Sufi, ziarah ke makam
orang suci untuk memperoleh berkah, membaca Al-Qur’an, dan sebagainya
merupakan aktifitas simbolik yang signifikansinya mendalam dalam Islam. Studi
agama bukanlah mencari apakah ritual itu terdapat dalam Islam, melainkan
bagaimana mendekati studi aneka macam aktifitas ritual di dalam Islam.
Pendekatan terhadap ritual sebagai perilaku yang terstruktur dan bermakna dalam
budaya Islam. Frederick M. Denny menulis Islamic Ritual: Perspectives and
Theories (Ritual Islam: Perspektif dan Teori) mengawali kajiannnya dengan
menguji mengapa para Islamis mengabaikan aspek yang sangat performatif
dalam kewajiban keagamaan Islam. Terhadap problem tersebut, Denny

4
menawarkan kemungkinan riset masa depan dan caracara mendekati aneka
bentuk dan ekspresi aktifitas simbolik dalam masyarakat Islam.
c. pendekatan terhadap islam dan masyarakatnya (approach to religion and
society).
Pada pendekatan terhadap agama dan masyarakat, buku yang di editori oleh
Richard C. Martin terdapat sumbangan Antropolog Marilyn R. Waldman yang
menunjukkan transmisi sosial budaya dengan sarana literer yang bertentangan
dengan oral adalah keduanya berguna untuk menyusun pertanyaan yang
berbedabeda tentang Islam.
d. pendekatan terhadap interpretasi (scholarship and interpretation).
Pendekatan terhadap interpretasi menggunakan pendekatan filosofis keilmuan
dan hermeneutik yang di tulis oleh Charles J. Adam, Andrew Rippin dan Azim
Nanji. Charles J. Adam menguji karya Henry Corbin tentang Islam di Iran (Islam
Syi’ah) dengan menggunakan pendekatan interpretatif dari Clifford Geertz, yaitu
deskripsi tentang fakta (thick description). Sedangkan Andrew Rippin membahas
analisis literer yang pernah di terapkan dalam Bible. Andrew Rippin
memunculkan dua persoalan untuk thick description, yaitu persoalan cara
memandang dan mendekati sejumlah data yang akan diinterpretasi. Kemudian
Azim Nanji memberi perhatian pada problem analisis simbol budaya dan
maknanya yang ada dalam data agama, yaitu materi sastra suci Syi’ah Ismailiyah.
Azim Nanji mendekati materi suci dalam Syi’ah Ismailiyah dengan teori sastra
dan analisis tematik untuk menentukan pesan Islam fundamental dalam karya-
karya tafsir.
e. Pendekatan terhadap problem insider dan outsider
Pada masalah insider11 dan outsider12, Richard C. Martin menyunting tulisan
Muhammad Abdul Rauf, Outsider’s Interpretations of Islam: A Muslim point of
View (interpretasi orang luar tentang Islam: sudut pandang muslim) dan Fazlur
Rahman, Approaches to Islam in Religious Studies: Review Essay (Pendekatan
terhadap Islam dalam studi agama: Catatan Resensi). Pendekatan yang digunakan
pada problem insider dan outsider merupakan pendekatan kritis. Menurut
Richard C. Martin pendekatan kritis atas problem insider dan outsider yang dikaji
dua penulis tersebut memiliki dampak yang luar biasa atas studi Islam terhadap
akademik di Amerika Utara.

Sedangkan jika dilihat dari aspek ilmu pengetahuan ada beberapa pendekatan yaitu:

1) Pendekatan Tekstual
2) Pendekatan Sejarah
3) Pendekatan Sosiologi

5
4) Pendekatan Antropologi
5) Pendekatan Filsafat Ilmu
6) Pendekatan Hermeneutik
7) Pendekatan Kritis
1.2 Bidang data tentang islam

Basis kajian Richard C. Martin menggunakan data fields, yaitu bidang-bidang


data tentang Islam yang tersebar luas secara historis dan geografis. Adapun jenis-jenis
datanya dari data tekstual, ritual-simbolis, hingga sosial-historis. Richard C. Martin
mempresentasikan kritik konstruktif terhadap studi Islam dan menggunakan
perangkat ilmiah interdisipliner dan multidisipliner terhadap data keagamaan Basis
kajian Richard C. Martin menggunakan data fields, yaitu bidang-bidang data tentang
Islam yang tersebar luas secara historis dan geografis. Adapun jenis-jenis datanya
dari data tekstual, ritual-simbolis, hingga sosial-historis. Richard C. Martin
mempresentasikan kritik konstruktif terhadap studi Islam dan menggunakan
perangkat ilmiah interdisipliner dan multidisipliner terhadap data keagamaan

6
2 BAB II KONSEP DAN KARAKTERISTIK AGAMA SEBAGAI JALAN MENUJU
TUHAN DAN KEBAHAGIAAN

2.1 Menelusuri Konsep dan Karakteristik Agama sebagai Jalan Menuju Tuhan dan
Kebahagiaan
Tujuan hidup manusia adalah sejahtera di dunia dan bahagia diakhirat. Dengan kata
lain,dapat disebutkan bahagia di dunia dan bahagia diakhirat. Kebahagiaan yang diimpikan
adalah kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Untuk menggapai kebahagiaan termaksud mustahil
tanpa landasanagama. Agama dimaksud adalah agama tauḫīdullāh. Mengapa kebahagiaan
tidakmungkin digapai tanpatauḫīdullāh? Sebab kebahagiaan hakiki itu milik Allah, kita tak dapat
meraihnya kalau tidak diberikan Allah. Untuk meraih kebahagiaan itu,maka ikutilah cara-cara
yang telah ditetapkan Allah dalam agamanya.
  Jalan mencapai kebahagiaan selain yang telah digariskan Allah adalah kesesatandan
penyimpangan. Jalan sesat itu tidak dapat mengantar Anda ke tujuan akhir yaitu kebahagiaan.
Mengapa jalan selain yang telah ditetapkan Allah sebagai jalan sesat? Karena di dalamnya ada
unsur syirik dan syirik adalah landasan teologis yang sangat keliru dan tidakdiampuni. Jika
landasannya salah,maka bangunan yang ada di atasnya juga salah dan tidak mempunyaikekuatan
alias rapuh. Oleh karena itu,hindarilah kemusyrikan supaya pondasi kehidupan kita kokoh dan
kuat! Landasan itu akan kokoh dan kuat kalau berdiri dia atas tauḫīdullāh.

2.2 Alasan mengapa manusia harus beragama dan bagaimana agama membahagiakan
manusia.
Kunci beragama berada pada fitrah manusia. Fitrah itu sesuatu yang melekat dalam diri
manusia dan telah menjadi karakter (tabiat) manusia.Kata “fitrah”secara kebahasaan memang
asal maknanya adalah ‘’suci' yang dimaksud suci adalah suci dari dosa dan suci secara
genetis.Meminjam term Prof. Udin Winataputra, fitrah adalah lahir dengan membawa iman.
Berbeda dengan konsep teologi Islam, teologi tertentu berpendapat sebaliknya yaitu bahwa setiap
manusia lahir telah membawa dosa yakni dosa warisan. Di dunia, menurut teologi ini, manusia
dibebani tugas yaitu harus membebaskan diri dari dosa itu. Adapun dalam teologi Islam, seperti
telah dijelaskan, bahwa setiap manusia lahir dalam kesucian yakni suci dari dosa dan telah
beragama yakni agama Islam.Tugas manusia adalah berupaya agar kesucian dan keimanan terus
terjaga dalam hatinya hingga kembali kepada Allah.

Allah berfirman dalam Al-Quran surah Ar-rum/30:30 yang Artinya’’Maka hadapkanlah


wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui’’.(QS Ar-Rum/30:30).

7
2.3 Menggali Sumber Historis, Filosofis, Psikologis,Sosiologis, dan Pedagogis tentang
Pemikiran Agama sebagai Jalan Menuju Kebahagiaan
 Sumber historis
pada sepanjang sejarah hidup manusia, beragama itu merupakan kebutuhan dasar manusia
yang paling hakiki. Dengan akalnya,manusia mencari Tuhan dan bisa sampai kepada Tuhan.

 Sumber Psikologis Kebutuhan Manusia terhadap Agama


Sebagaimana telah dijelaskan dalam uraian sebelum ini, bahwa manusia menurut Al-Quran
adalah makhluk rohani, makhluk jasmani, dan makhluk sosial.
Sebagai makhluk rohani,manusia membutuhkan ketenangan jiwa, ketenteraman hati dan
kebahagiaan rohani. Kebahagiaan rohani hanya akan didapat jika manusia dekat dengan pemilik
kebahagiaan yang hakiki
 Sumber Sosiologis Kebutuhan Manusia terhadap Agama
Di antara karakter manusia, menurut Al-Quran, manusia adalah makhluk sosial. Makhluk
sosial artinya manusia tidak bisa hidup sendirian, dan tidak bisa mencapai tujuan hidupnya tanpa
keterlibatan orang lain. Manusia harus membutuhkan bantuan orang lain, sebagaimana orang lain
pun membutuhkan bantuan sesamanya. Saling bantu menjadi ciri perilaku makhluk sosial.
Manusia bisa hidup jika berada di tengah masyarakat. Manusia tidak mungkin hidup jika terlepas
dari kehidupan masyarakatnya.
Di dalam Al-Quran dijelaskan kedudukan manusia sebagai makhluk sosial. Ayat-ayat berikut ini
menggambarkan kondisi manusia yang demikian.(QS Al-Israa`/17: 70), (QS An-Nisa`/4: 1), (QS
At-Tin/95: 4), (QS Al-An‟am/6: 165), (QS Luqman/31: 28), (QS Al-Baqarah/2: 3), (QS
Yunus/10: 14),(QS Shaad/38: 26), (QS Fathir/35: 3), (QS Al-An‟am/6: 63), (QS Al-Lail/92: 4-
11).

 Sumber filosofi
                Pada kenyataannya manusia tidak bisa hidup tanpa agama karna secara filosofi asal-
usul manusia akan dipertanyakan darimana asalnya ketika kita telah memiliki agama maka
tentunya pertanyaan seperni ini akan terjawab sehingga manusia tidak akan sesat
karenanya,agama akan menjamin keselamatan manusia karna filkosofinya agama ada untuk
mengatur kehidupan manusia agar damai dan sejahtera yang di ikat oleh norma-norma agama
dan aturan,perintah sekaligus larangan yang ada dalam agama tersebut
            Seandainya agama tidak pernah ada maka pastilah manusia tidak akan ada bedanya
dengan hewan dimana mereka hidup hanya untuk makan dan bebas mau melakukan apapun
sesukanya tanpa ada aturan perintah dan larangan yang mengikat dan membatasinya dalam

8
hidupnya,tapi manusia tidak seperti itu manusia diberkahi akal untuk berpikir membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk sehingga manusia tentulah labih mulia dari hewan

9
3 BAB III KEANEKARAGAMAN CORAK PENAFSIRAN ALQUR’AN

3.1 Keragaman corak tafsir


Al Qur’an merupakan cahaya Tuhan yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, agar
mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya. Penafsiran Al Qur’an sudah dilakukan
sejak pertama kali di al Qur’an diwahyukan. Mufassir utama dan pertama adalah Allah swt,
kemudian dalam perkembangan tafsir Al-Qur’an dari dulu hingga sekarang secara garis besarnya
penafsiran meliputi ijmali (global), tahlili (analisis), muqarin (perbandingan dan maudhu’i
(tematik). Metode tafsir sebagai kerangka atau kaidah menafsirkan Al Qur’an, dan seni atau
teknik dalam penerapannya. Penafsiran Al Qur’an sebagai kunci membuka warisan pengetahuan,
tanpa tafsir Al Qur’an tidak akan sampai ke pintu perbendaharan Oleh karena itu, tafsir sangat
penting bagi kehidupan keberagaman umat Islam, karena ia berfungsi efektif dalam kerangka
memahami dan menggali khazanah dan kekayaan kandngan al-Qur’an serta juga membantu
manusia menangkap rahasia-rahasia Allah dan alam semesta, yang tampak atau tersembunyi.
Juga dapat membebaskan dari belenggu perbudakan baik oleh manusia atau harta. Di samping
kepentingan pengungkapan kandungan al-Qur’an, tafsir wajib dikuasai seseorang yang berminat
menjadi ulama, karena tafsir dan ulumul Quran merupakan ilmu-ilmu yang menjadi ciri
keulamaan.
3.2 Metode tafsir
1. Metode Ijmali (global)
Metode ijmali adalah menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup,
dengan gaya bahasa yang populer, mudah dimengerti dan enak dibaca serta sistematika
penuluisan sesuai ayat-ayat di dalam mushhaf. Pendapat lain mengemukakan tafsir
ijmaly adalah menafsirkan Al Qur’an dengan secara singkat dan global, tanpa uraian
panjang lebar. Dengan metode ini para mufassir menjelaskan arti dan maksud ayat
dengan singkat, hal ini dilakukan terhadap ayat-ayat al Qur’an, ayat demi ayat dna surat
demi surat sesuai dengan urutannya dalam mushhaf. Ciri metode ijmali/global tidak ada
ruangan untuk mengemukakan pendapatnya, itulah sebabnya tafsir ijmali tidak
memberikan penafsiran secara rinci, tapi secara ringkas dan umum.

2. Metode Analitis (tahlili)


Metode analisis ialah menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an dengan memaparkan segala
aspek dan menerangkan makna-maknanya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan
mufassir. Metode ini digunakan teknik menguraikan makna Al Qur’an ayat demi ayat,
dan surah demi surah sesuai urutannya.Aspek-aspek yang terkandung meliputi
pengertian kosa kata, kalimat, latar belakang turun ayat, kaitannya dengan ayat-ayat lain
(munasabat) dan pendapat yang berkaitan dengan ayat tersebut yang disampaikan oleh
Nabi, sahabat, tabi’in dan ahli tafsir lainnya. Adapun ciri-ciri metode analisis, dari segi
penalaran, para mufassir berusaha menjelaskan makna yang terkandung dalam Al
Qur’an secara komprehensif dan menyeluruh.

10
3. Metode Komparatif (muqarin)
Terdapat definisi yang berbeda mengenai metode ini yaitu : Membandingkan teks (nash)
ayat-ayat al Qur’an yang memiliki persamaan redaksi dalam dua kasus atau lebih dan
atau memiliki redaksi yang berbeda bagi kasus yang sama. Membandingkan ayat al
Qur’an dengan hadits yang pada lahirnya terlihat bertentangan. Membandingkan
berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan al-Qur’an.28 Secara operasional
pendapat Ali Hasan Al-‘Aridl, mengartikan tafsir muqarin adalah metode yang ditempuh
oleh mufassir dengan cara mengambil sejumlah ayat, kemudian dilakukan proses
penafsiran yang berbeda-beda.

4. Metode Tematik ( maudhu’i)


Maksud metode tematik adalah membahas ayat-ayat al Qur’an sesuai dengan tema atau
judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan, dihimpun, dikaji secara
mendalam dan tuntas dari berbagai aspek, seperti asbab al-nuzul, nasih mansukh dan
sebagainya. Serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah baik argumen dari al-Qur’an, hadits dan pemikiran
rasional

11
4 BAB IV IHSAN DAN INTERNALISASI
4.1 IHSAN
Ihsan mengandung makna lebih luas dari sekadar adil karena adil berarti memenuhi hak kepada
pemiliknya tanpa melewati batas atau menguranginya. Sedangkan kandungan makna ihsan
mencakup pengertian kelapangan hati memaafkan orang yang telah berbuat jahat, menginisiasi
hubungan dengan orang yang memutuskannya, dan juga memberikan sesuatu kepada orang yang
enggan berbagi dengannya.

Macam-macam Ihsan Dalam Al-Qur’an


Dalam ayat-ayat Al-Qur‟an yang mengungkapkan masalah Ihsan di dalam Al-Qur‟an terdapat
tempat-tempat yang menuturkan kata Ihsan dengan berbagai Kondisi dan sebagai perilaku Ihsan
yang diantaranya dapat disebutkan sebagai Berikut :
Berlaku Adil dan Ihsan Kepada Kaum Kerabat
 Berlaku Adil
Adil ada beberapa bentuk yaitu: Adil kepada Allah Swt, yaitu tidak menyekutukan-Nya dengan
selain-Nya Didalam ibadah dan sifat-sifat-Nya; ditaati dan tidak dimaksiati; diingat Dan tidak
dilupakan; serta disyukuri dan tidak dikufuri. Adil dalam memutuskan hukum di antara manusia
dengan memberikan Hak kepada orang yang berhak menerimanya. Adil di antara istri-istri dan
anak-anak, sehingga tidak melebihkan salah Satu atas yang lain dan tidak mengutamakan
sebagian mereka atas Sebagian yang lain. Adil dalam perkataan, sehingga tidak bersaksi palsu
dan tidak berkata Dusta atau batil. Adil dalam berkeyakinan, sehingga tidak menyakini selain
yang benar, dan Hatinya tidak memuji sesuatu yang tidak hakiki dan nyata.

 Ihsan kepada kerabat


Yaitu berbuat baik dan menyayangi mereka, berlemah lembut dan peduli kepada mereka,
melaksanakan sesuatu yang dapat menggembirakan mereka, dan meninggalkan ucapan atau
perbuatan yang bisa melukai mereka.

Adapun ruang lingkup ihsan tersebut diantaranya adalah:


A. Ibadah
Ihsan dalam ibadah itu diwajibkan, yaitu dengan menunaikan Semua jenis ibadah, seperti shalat,
puasa, haji dan sebagainya dengan Cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun,
sunnah dan Adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh Seorang hamba,
kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut Dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat

12
(menikmatinya), juga Dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya Hingga ia
merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya.
B. Muamalah
Yaitu dengsn berbuat baik kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak Yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, Teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
C. Akhlak
Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari Ibadah dan muamalah. Seseorang akan
mencapai tingkat ihsan. Dalam akhlaknya apabila telah melakukan ibadah seperti yang Menjadi
harapan Rasulullah dalam hadits yaitu menyembah Allah Seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita
tidak dapat melihat-Nya, Maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika hal itu Telah
dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah Puncak ihsan dalam ibadah Ciri-ciri
sikap ihsan aadalah:
1. Mentaati perintah dan larangan Allah dengan ikhlas
2. Senantiasa amanah, jujur dan menepati janji
3. Merasakan nikmat dan haus akan ibadah
4. Mewujudkan keharmonisan masyarakat
5. Mendapat ganjaran pahala dari Allah.

Sedangkan cara penghayatan ihsan dalam kehidupan Diantaranya adalah:


1. Menyembah dan beribadah kepada Allah
2. Mengerjakan ibadah fardhu dan sunnah
3. Hubungan baik dengan keluarga, tetangga dan masyarakat
4. Melakukan perkara-perkara yang baik
5. Mengamalkan sifat-sifat mahmudah
6. Bersyukur atas nikmat Allah.

Beberapa macam pembagian


Ihsan, diantaranya adalah:
1) Ihsan kepada orang tua

13
Ihsan kepada orangtua yakni berbakti kepada keduanya Dengan cara menaatinya, menyampaikan
kebaikan Kepadanya, tidak menyakitinya, mendoakan kebaikan dan Memohonkan ampunan
untuknya, melaksanakan janjinya, Serta memuliakan teman-temannya.
2) Ihsan kepada karib kerabat
Ihsan kepada karib kerabat yakni berbuat baik dan Menyayangi mereka, berlemah lembut dan
bersimpati kepada Mereka, melakukan sesuatu yang dapat menyenangkan Mereka dan
meninggalkan perkataan atau perbuatan yang Bisa menyakiti mereka
3) Ihsan kepada anak yatim
Ihsan kepada anak-anak yatim yakni dengan menjaga Harta mereka, melindungi hak-hak
mereka, mengajari dan Mendidik mereka, tidak menyakiti mereka, tidak memaksa Mereka,
tersenyum di hadapan mereka dan mengusap kepala Mereka.
4) Ihsan kepada orang-orang miskin
Ihsan kepada orang-orang miskin ialah dengan Menghilangkan rasa lapar mereka, menutupi
aurat mereka, Mengajak orang lain agar memberi makan mereka, tidak Merusak kehormatan
mereka sehingga mereka tidak merasa Dihinakan atau direndahkan, serta tidak menimpakan
Keburukan atau penderitaan kepada mereka.
5) Ihsan kepada musafir
Ihsan kepada musafir adalah memenuhi kebutuhannya, Menjaga hartanya, melindungi
kehormatannya, Membimbingnya dan memberinya petunjuk jika ia tersesat,
6) Ihsan kepada pembantu
Ihsan kepada pembantu adalah memberikan upahnya Sebelum kering keringatnya, tidak
membebaninya dengan Sesuatu yang tidak dimampuinya, menjaga kehormatannya, Serta
menghargai kepribadiannya
7) Ihsan kepada lingkungan
Dengan lingkungan manusia dapat hidup di dunia. Lingkungan adalah segala sesuatu yang
berada disekitar

4.2 Internalisasi nilai-nilai agama

Internalisasi nilai-nilai Islam adalah suatu proses yang mendalam dalam menghayati nilai-nilai
agama Islam yang dipergunakan seseorang dalam menyelenggarakan tata cara hidup serta
mengatur hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sekitar. sebagaimana dikutip
Mulyana mengartikan internalisasisebagai menyatunya nilai dalam diri seseorang, atau dalam

14
bahasapsikologi merupakan penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktik danaturan – aturan baku
pada diri seseorang.
Pengertian nilai menurut para ahli yang dikutip oleh Chabib Toha dalam bukunya Kapita selekta
yaitu Milton Rokeach dan James Bank, nilai adalah “Suatu tipe kepercayaan yang berada dalam
ruang lingkup suatu sistem kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu
tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan
Tahapan Internalisasi
Dalam proses internalisasi berkaitan dengan penanaman nilai danpembinaan peserta didik dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagaiberikut :
a. Tahapan Transformasi Nilai
Dalam tahapan ini pendidik penginformasikan nilai-nilai yang baikdan buruk kepada
peserta manusia yang sifatnya hanya sebagai komunikasidengan menggunakan bahasa
verbal.
b. Tahapan Transaksi Nilai
Yaitu cara penanaman nilai dengan melakukan komunikasi duaarah, yakni interaksi
manusia dengan ahli yang sifatnya timbalbalik.
c. Tahapan Transinternalisasi Nilai
Dalam tahap ini, tidakhanya fisiknya saja melainkan sikap mental dan keseluruhan
keperibadian.
(Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasioanal, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003),
hlm. 439. 12Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasioanal, KBBI, hlm. 783.)

15
5 BAB V PARADIGMA QURANI
5.1 Menelusuri Konsep dan Karakteristik Paradigma Qurani untuk menghadapi
Kehidupan Modern
Secara etimologis kata paradigma dari bahasa yunani yang asal katanya adalah para
dan digma .Para mengandung arti disamping , disebelah , dan keadaan lingkungan .
Digma berarti sudut pandang , teladan ,arketif , dan ideal . Dapat dikatakan bahwa
paradigma adalah cara pandang , cara berpikir , cara berpikir tentang suatu realitas .
Adapun secara terminologis paradigma adalah cara berpikir berdasarkan pandangan yang
menyeluruh dan konseptual terhadap suatu realitas atau suatu permasalahan dengan
menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku , eksperimen , dan metode keilmuan
yang bisa dipercaya . Dengan demikian , paradigma qurani adalah cara pandang dan cara
berpikir tentang suatu realitas atau suatu permasalahan berdasarkan al-quran.

5.2 Menanyakan Alasan , “Mengapa Paradigma Qurani sangatlah


Penting bagi Kehidupan Modern ?”Al-Quran bagi umat islam adalah sumber primer
dalam segala segi kehidupan Al-Quran adalah sumber ajaran teologi , hukum , mistisme ,
pemikiran , pembaharuan , pendidikan , akhlak dan aspek – aspek lainnya. Tolak ukur
benar / salah, baik / buruk dan indah / jelek adalah Al-Quran. Jika mencari sumber lain
dalam menentukan benar / salah, baik / buruk dan indah / jelek, maka seseorang dianggap
tidak konsisten dalam berislam, suatu sikap hipokrit yang dalam pandangan Al-Quran
termasuk sikap tidak terpuji . Untuk apa Al – Quran diturunkan ? Apa tujuan Al-Quran
diturunkan?
Yusuf Al-Qadhawi menjelaskan bahwa tujuan diturunkan Al-Quran, yaitu :
1. Meluruskan Akidah Manusia
a) Menegakkan Pokok-Pokok Tauhid
b) Mensahihkan Akidah tentang Kenabian dan Kerasulan
c) Meneguhkan keimanan terhadap akhirat dan keyakinan adanya balasan yang akan
diterima di akhirat.Al-Quran telah menetapkan beberapa gaya dalam upaya meneguhkn
akidah ini dan mensahihkan akidah ini
2. Meneguhkan Kemuliaan Manusia dan Hak-Hak Manusia
a. Meneguhkan Kemulian Manusia
b. Menetapkan Hak-Hak Manusia
c. Meneguhkan Hak – Hak Duafa

16
5.3 Menggali Sumber Historis , Filosofis , Psikologis , Sosiologis , dan Pedagogis tentang
Paradigma Quran untuk Kehidupan Modern
Untuk menggali sumber historis , filosofis , psikologis , sosiologis dan padagogis
tentang paradigma qurani yang membawa kemajuan dan kemodernan pada zaman silam ,
anda dapat mempelajari peran alquran dalam mewujudkan kemajuan itu .
Dalam sejarah peradaban islam ada suatu masa yang disebut masa keemasan islam.
Disebut masa keemasan islam karena umat islam berada dalam puncak kemajuan dalam
berbagai aspek kehidupannnya : ideology, politik, social budaya, ekonomi, ilmu
pengetahuan dan teknologi, pertahanan dan keamanan. Kebangkitan islam dibagi menjadi
3, yaitu :
 Kebangkitan pertama terbagi menjadi 2 periode. Periode pertama , masa
rasullulah dan khulafa al-Rasyidun (571-661 M) . Periode kedua adalah masa umayyah
(661-750 M) hingga runtuhnya Baghdad (abad ke-13) sebagai ibukota kekhalifahan islam
yang memberi kontribusi yang tak terperikan bagi peradaban umat islam . Kebangkitan
tersebut pada dasarnya merupakan pembangunan tatanan masyarakat yang lebih bertuhan
(rabbaniyah) dan berkeadaban . Setelah berada di Madinah , rasullulah bersama khalifah
yang arif , bijaksana membangun masyarakat yang beradab dan sangat modern untuk
ukuran saat itu dimana tatanan sosialnya diletakkan diatas altar piagam madinah .
Kebangkitan islam pada saat itu digerakkan oleh semangat meneliti dan mengembangkan
ilmu yang saat tinggi di kalangan umat sehingga melahirkan sains, yang kemudian
berhasil memosisikan umat islam menjadi mediator kebangkitan peradaban kuno dan era
sesudahnya .
 Kebangkitan kedua terjadi setelah Napoleon Bonaparte melakukan ekspansi ke
mesir (1798) yang kemudian membuka kesadaran baru bagi umat islam untuk bangkit
 Kebangkitan ketiga saat umat islam menyadari bahwa mereka harus bangkit untuk
turut mengambil bagian dalam transformasi dunia menuju globalisasi .
Kalau anda kaji secara mendalam faktor-faktor yang menyebabkan umat islam bisa
maju pada saat itu dan dalam waktu yang amat lama, maka jawabannya tentu saja karena
umat islam menjadikan al-quran sebagai paradigma kehidupan . Al-Quran pada saat itu
bukan hanya dijadikan sebagai sumber ajaran tetapi juga menjadi paradigma dalam
pengembangan iptek, pengembangan budaya , bahkan al-quran dihadirkan untuk
mengatasi dan menghadapi berbagai problem kehidupan umat islam saat itu.Toshihiko
Izutsu (1993 : 91-116) mencoba meneliti konsep-konsep etika religious dalam Al-Quran .
Hasil penelitiannya menetapkan ada lima nilai etika yang perlu dikembangkan manusia
yaitu :
1. Murah hati,
2. Keberanian,
3. Kesetiaan,
4. Kejujuran,

17
5. Kesabaran
5.4 Membangun Argumen tentang Paradigma Qurani sebagai satu – satunya Model
untuk Menghadapi Kehidupan Modern
Mengapa umat islam mundur sedangkan non-islam maju? Umat Islam mundur karena
mereka meninggalkan ajarannya, sedangkan umat non-islam maju justru karena mereka
meninggalkan ajarannya. Sejalan dengan pemikiran Arselan, para pembaharu sepakat
bahwa untuk kemajuan islam, umat islam harus berkomitmen dengan ajarannya. Adapun
ajaran yang dimaksud adalah ajaran murni al-islam sebagaimana tercantum dalam Al-
Qur’an dan sunnah.
Bagi umat islam, kemodernan tetap harus dikembangkan di atas paradigma Al-Qur’an.
Kita maju bersama AlQur’an, tidak ada kemajuan tanpa Al-Qur’an. Al-Qur’an bukan
hanya sebagai sumber inspirasi, tetapi ia adalah landasan, pedoman paradigma dan guide
dalam mengarahkan kemodernan agar dapat menyejahterakan manusia dunia dan akhirat.

5.5 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Paradigma Qurani dalam Menghadapi


Kehidupan Modern

Paradigma Qurani dalam menyoroti segala persoalan harus tetap menjadi komitmen umat
islam agar umat tidak kehilangan jati dirinya dalam menghadapi tantangan modernitas.
Kehidupan modern yang pada hakikatnya merupakan implementasi kemajuan Iptek akan
memeri manfaat dan terus berkembang untuk membawa kemajuan yang harus dipandu
agar tidak terjebak dalam kehidupan sekularis.

Langkah – langkah untuk lebih maju agar tidak tertinggal oleh peradaban Barat, kunci
sukses dunia Islam tentu saja adalah kembali kepada AlQur’an
1. Memadukan system pendidikan Islam.
2. Meningkatkan visi Islam dengan cara mengukuhkan identitas Islam melalui dua
tahapan; tahapan pertama yaitu mewajibkan bidang studi sejarah peradaban islam; tahap
kedua yaitu islamisasi ilmu pengetahuan.
3. Penegasan prinsip – prinsip pengetahuan Islam :
a. The unity of Allah
b. The unity of creation
c. The unity of truth and knowledge
d. The unity if life
e. The unity of humanity

18
6 BAB VI MEMBUMIKAN ISLAM DI INDONESIA
6.1 Islam Indonesia
Islam Nusantara sebagai konsep lama yang sudah ada sejak zaman wali songgo.
Kehadirannya sekarang sebagai respon atas globalisasi pada semua aspek termasuk
pada persoalan tradisi keagamaan. Islam tanpa tradisi akan kehilangan makna bagi
para penganutnya.

Islam yang pernah ada di Eropa hanya meninggalkan benda, dan bangunan. Islam
tidak mengakar dengan tidak meninggalkan tradisi.

Tradisi Keagamaan Islam merupakan akulturasi, asimilasi, kolaborasi ajaran Islam


dengan tradisi masyarakat lokal yang telah ada. Islam semacam ini semakin kuat,
kokoh dan dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat, sehingga keislam seperti ini
tidak mudah pudar walau sibenturkan dengan berbagai kebudayaan dari luar.

Islam Nusantara mengokohkan kembali tetang corak Islam yang ada di Nusantara
khususnya Indonesia yang memiliki ciri yang unik. Islam dengan berbagai tradisi
keagamaan yang telah menyatu. Islam dengan sikap toleransi. Islam dengan mengabil
jalan tengan. Islam dengan pemikiran moderat. Islam yang terbuka.

Cara membumikan Islam Nusantara dengan tetap mempertahankan, melestarikan dan


nguri-nguri tradisi yang ada. Tradisi yang dimaksud adalah tahlilan, barjanjian,
istigasah, muludan, yasinan, haul dan lain sebagainya.

19
7 DAFTAR PUSTAKA

Pendekatan dalam studi islam (Richard C. Martin)

Isnanita Noviya Andriyani Keahlian Psikologi Pendidikan Islam Dosen pada Program
Studi Pendidikan Agama Islam STAIMS Yogyakarta

As-Samarqandi, Ibrahim. 1998.Tanbih al-Gafiliin.Kairo:Daaral-Manaar.

Madjid, Nurcholis. 2008.Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan.Bandung: PT Mizan


Pustaka.

Kaifa Nat‟amalu ma‟a as-Sunnah an-Nabawiyyah.Kairo: Daar-As-Syuruq.-------. 2010.

Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 6, Nomor 1, Juni 2017, Azis
Abdullah https://journal.staimsyk.ac.id/index.php/almanar/article/download/19/17.
https://islam.nu.or.id/post/read/127656/pengertian-ihsan-dalam-islam

Harahap , syahrin . 2015. Islam dan Modernitas . Jakarta : Prenadamedia Group.

Iqbal , Muhammad . Amin Husein Nasution .2010. Pemikiran Politik Islam . Jakarta
: Prenadamedia Group.

Syahidin, dkk. 2016. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Kementrian Riset Teknologi dan
Pendidikan T

Membumikan islam diindonesia https://iai-tribakti.ac.id/?p=7949

20

Anda mungkin juga menyukai