Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

TENTANG ASPEK KORUPSI

Yang Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Muhliza Fernatubun (Ketua Kelompok)
2. Zulfikri Rentua (Moderator)
3. David Orno Rahadat (Presenter)
4. Amin Bakri Renfaan (Anggota)
5. Nurul Syafira Bugis (Anggota)
6. Aldi Rauf Latar (Anggota)
7. Irfan Rumte (Anggota)
8. Risnawati Ohoirenan (Anggota)
9. Cornelis Jamlean (Anggota)
10. Yolanda Namsa (Anggota)

Politeknik Perikanan Negeri Tual


Jurusan : Tpsp
Prodi : Agrowisata Bahari

Langgur,24 Oktober 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah paper ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penyusunan makalah paper ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan
kewirausahaan yang membahas mengenai Korupsi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah paper ini.
Kami sadar makalah paper ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Langgur,24 Oktober 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH...........................................................................1
1.3. TUJUAN ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3


2.1. PENGERTIAN KORUPSI ......................................................................3
2.2. MENGETAHUI MACAM-MACAM DARI KORUPSI..........................3
2.3. MENGETAHUI PENCEGAHAN PEMBERTASAN KUROPSI…….4

BAB III PENUTUP ........................................................................................5


3.1.KESIMPULAN...........................................................................................7
3.2.SARAN.......................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Robert Klitgaard, pengertian korupsi dilihat dari perspektif administrasi negara. Korupsi
adalah suatu tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi jabatan di suatu negara.

Korupsi dari bahasa latin : corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik
politis maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada mereka.1 Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak.
Jika membicarakan tentang korupsi memang akan menemukan kenyataan semacam itu karena korupsi
menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta
penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatannya.

Korupsi merupakan salah satu jenis kejahatan yang semakin sulit dijangkau oleh aturan hukum
pidana, karena perbuatan korupsi bermuka majemuk yang memerlukan kemampuan berpikir aparat
pemeriksaan dan penegakan hukum disertai pola perbuatan yang sedemikian rapi. Oleh karena itu,
perubahan dan perkembangan hukum merupakan salah satu untuk mengantisipasi korupsitersebut.3
Karena korupsi terkait dengan berbagai kompleksitas masalah, antara lain masalah moral atau sikap
mental, masalah pola hidup serta budaya, lingkungan sosial, sistem ekonomi, politik dan sebagainya.
Dalam menghadapi karakteristik demikian maka salah satu cara memberantas tindak pidana korupsi yang
selama ini diketahui adalah melalui sarana hukum pidana sebagai alat kebijakan kriminal dalam
mencegah atau mengurangi kejahatan.

Tindak Pidana Korupsi di Indonesia telah berkembang dalam 3 (tiga) tahap yaitu elitis, endemic,
dan sistematik : pada tahap elitis, korupsi masih menjadi patologi sosial yang khas di lingkungan para
elit/pejabat. Pada tahap endemic, korupsi mewabah mengjakau lapisan masyarakat luas. Lalu ditahap
yang kritis, ketika korupsi menjadi sistemik, setiap individu di dalam sistem terjangkit penyakit yang
serupa. Penyakit korupsi di Indonesia ini telah sampai pada tahap sistematik. Perbuatan tindak pidana
merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat, sehingga tindak
pidana korupsi tidak dapat lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary-crimes). Dalam upaya
pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan “secara biasa”, tetapi dituntut caracara yang “luar biasa “
(extra-ordinary enforcement).

Banyak kasus-kasus korupsi yang akhir-akhir ini mendapatkan putusan bebas, dalam hal ini
kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia dan khususnya kasus-kasus korupsi yang terjadi di
Jayapura, Papua, terdakwa di putus bebas oleh pengadilan. Terhadap terdakwa sesungguhnya putusan
bebas itu tidak menjadi permasalahan. Akan tetapi ada indikasi bahwa telah terjadi permainan di
Pengadilan

Korupsi terjadi dikalangan lembaga pemerintahan (eksekutif), dan terjadi pada banyak anggota
Dewan Perwakilan Rakyat ( legislatif), dan juga terjadi pada Penegak Hukum (yudikatif). Dan lebih
parahnya lagi terjadi pada Pejabat-pejabat Daerah, dalam hal ini Bupati dan Wakil Bupati serta
jajarannya. Korupsi yang dilakukan oleh beberapa Pejabat di Jayapura, Papua, lebih banyak menyangkut
penyalahgunaan kewenangan jabatan yang ada pada mereka dan hal tersebut berkaitan dengan Alokasi
Dana yang sudah ditetapkan dalam APBD disetiap tahun, yang mengakibatkan kerugian keuangan Negara
bahkan ada yang nilainya mencapai lebih dari 1Milyar. Akan tetapi tidak sedikit pelaku tindak pidana
korupsi, yang setelah di bawah ke Pengadilan tindak pidana korupsi di Jayapura, Papua, mereka diputus
bebas oleh Pengadilan.

Permasalahan yang terjadi adalah di mana pelaku yang sudah melakukan tindak pidana korupsi
diputus bebas. Adapun penilaian dari masyarakat bahwa kemungkinan besar ada permainan di
Pengadilan. Dan di sisi lain ada indikasi yang kuat bahwa koruptor itu bisa dibuktikan, dan bisa jadi
karena Pengadilan memutus sembarang. Misal, kasus korupsi penyalahgunaan kewenangan jabatan dan
penggelapan Dana APBD disetiap tahun yang mengakibatkan kerugian keuangan Negara dan pelakunya
adalah Bupati dan Wakil Bupati serta jajarannya yang disidangkan di Pengadilan tindak pidana korupsi,
Jayapura , Papua, diputus bebas. Dalam hal ini, yang menjadi pertanyaan adalah apakah Pengadilan
memutus sembarang? Dan ataukah ada permainan di Pengadilan sehingga terdakwanya diputus bebas.
Misalnya saja, Bupati di Kabupaten pemekaran baru di Papua, yang melakukan penggelapan Dana APBD
sebesar 3Milyar dan proses sampai ke pengadilan tindak pidana korupsi dan diputus bebas oleh
pengadilan dan ada indikasi bahwa pelaku tindak pidana korupsi melakukan penyuapan kepada beberapa
hakim dan akhirnya pelaku diputus bebas. Kejahatan seperti itu seharusnya di bawah ke meja hijau dan
diproses secara hukum dan diberi sanksi sesuai dengan perbuatannya. Berdasarkan uraian diatas, maka
rumusan masalah adalah “Analisis Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Korupsi”.

1.2. Rumusan

Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah adalah Apakah Putusan
Bebas yang dijatuhkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, dapat dibenarkan secara hukum?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui macam-macam dari korupsi.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Korupsi secara Teoritis


Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku
individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mencari keuntungan, dan merugikan
kepentingan umum. Menurut saya sendiri tindakan korupsi merupakan tindakan dimana para pejabat
public menggelapkan uang untuk kepentingan pribadi sebagai pemuas kebutuhan dalah kehidupannya.
Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah
urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan
formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh
pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatas namakan pribadi atau keluarga, sanak
saudara dan teman. Hal itu akan masuk dalam dalam pembahasan saya mengenai tindak korupsi
Masyarakat Pancasila Dalam Persepektif Paradigma Konflik Dan Sruktural Fungsional.

Menurut Undang - Undang :Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentangPemberantasan


Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah:

“Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum,

melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau


oranglain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupunkesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan ataukedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian

negara.”

Menurut Para Ahli :Haryatmoko : Korupsi adalah upaya campur tangan


menggunakankemampuan yang didapat dari posisinya untuk menyalahgunakaninformasi, keputusan,
pengaruh, uang atau kekayaan demi kepentingankeuntungan dirinya.B. Jenis-jenis Korupsi

Ada dua jenis korupsi yaitu :

A. Adminstrative Coruption
Adminstrative Coruption dimana segala sesuatu yang dijalankan adalah sesuai
denganhukum/peraturan yang berlaku.Akan tetapi individu-individu tetentu memperkayadirinya
sendiri.Misalnya proses rekruitmen pegawai negeri,dimana dilakukandalam negeri,dimana dilakukan
ujian seleksi mulai dari seleksi administratifsampai ujian pengetahuan atau kemampuan,akan tetapi yang
harus diluluskansudah tertentu orangnya.

B.Against The Rule Corruption

Against The Rule CorruptionArtinya korupsi yang dilakukan adalah sepenuhnya bertentangan
dengan hukum,misalnya penyuapan,penyalahgunaan jabatan untuk memperkaya dirisendiri atau orang
lain atau korporasi

2.2. Macam-macam Penyebab Korupsi


Akar penyebab korupsi, kata Ibnu Khaldun, sejarawan dan pemikir muslim asal Tunisia ketika
menulis soal ini sekitar abad ke-14, lantaran nafsu hidup. Kalangan kelompok berkuasa memiliki nafsu
hidup untuk bermewah-mewah, katanya. Untuk menutupi pengeluaran yang serbamewah itulah, mereka
yang berkuasa melakukan korupsi (Robert Klitgaart, 1988).

Meski dirancang oleh pelaku sedemikian rupa, dengan gerak-geriknya yang rahasia, cenderung
melibatkan lebih dari satu orang, ciri-ciri atau indikator korupsi tetap bisa terlacak oleh aparat penegak
hukum.

Penyebab korupsi disampaikan Donald R Cressey dalam teori Fraud Tiangle. Teori Segitiga Kecurangan
ini melihat potensi kecurangan yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, termasuk lingkungan
sekitar. Menurut Cressey, ada tiga faktor yang membuat seseorang melakukan korupsi, yaitu:

 Pressure (tekanan)
Memiliki motivasi untuk melakukan tindakan korupsi karena adanya tekanan, salah satunya karena motif
ekonomi. Namun, tekanan ini kadang tidak benar-benar ada, hanya pelaku saja yang berpikir kalau
mereka merasa tertekan dan tergoda pada bayangan insentif.

 Opportunity (kesempatan)
Adanya kesempatan membuat seseorang tergiur untuk korupsi. Ini terjadi akibat dari lemahnya sistem
pengawasan yang pada akhirnya menjerumuskan pelaku melakukan korupsi.

 Rationalization (rasionalisasi)
Para pelaku selalu memiliki rasionalisasi atau pembenaran untuk melakukan korupsi. Rasionalisasi ini
ternyata dapat menipiskan rasa bersalah yang dimiliki pelaku dan merasa dirinya tidak mendapatkan
keadilan. Sebagai contoh "saya korupsi karena tidak digaji dengan layak". Sebagaimana yang diutarakan
Cressey, korupsi terjadi kalau ada kesempatan melakukannya. Tak heran, jika banyak yang melakukan
tindakan culas tersebut.

Sebagai bentuk antisipasi, kita harus tahu ciri-ciri korupsi yang mungkin saja tanpa disadari terjadi di
lingkungan sekitar, misalnya:
 Adanya pembengkakan anggaran
Pembengkakan anggaran (mark up) merupakan kegiatan pembiayaan yang tidak diinginkan dan melibatkan
biaya yang tidak terduga. Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat sepanjang 2022 terdapat 303 kasus
korupsi dengan modus mark up dan penyalahgunaan anggaran.

Melakukan mark up sama dengan tindakan curang atau mempermainkan anggaran. Dari contoh kasus dan ciri-
ciri korupsi mark up, maka dana yang dibuat bisa dilebih-lebihkan atau diada-adakan (dana fiktif). Umumnya,
kegiatan ini kerap dilakukan pada proyek-proyek infrastruktur, bangunan, hingga teknologi.

 Penyunatan dana desa untuk pribadi


Dana desa seringkali diberikan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kualitas hidup, dan menanggulangi kemiskinan
di suatu daerah.

Namun, anggaran dana desa ini ternyata disunat untuk keperluan pribadi oleh pelakunya. Menurut data ICW,
kasus korupsi dana desa ternyata naik sembilan kali lipat, yaitu pada 2015 hanya ada 21 kasus, tapi meningkat
menjadi 154 kasus pada 2021.

 Promosi jabatan tidak sesuai kompetensi


Mendapatkan promosi jabatan di tempat kerja tentu menjadi sesuatu yang membanggakan. Namun, nyatanya
tidak mudah untuk mendapatkannya karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Misalnya saja, kompetensi,
prestasi kerja, dan lainnya.

Terkadang beberapa orang tetap bersikeras jabatannya naik sehingga ia rela melakukan tindakan suap kepada
atasan maupun HRD. Suapnya bisa berupa memberikan sejumlah uang, memberikan hadiah, dan sebagainya.
Tindakan ini tentu tidak patut untuk dicontoh karena naiknya jabatan karena melakukan suap bukan
berdasarkan kompetensi.

 Uang damai untuk polisi


Memberi “uang damai” ketika melanggar aturan lalu lintas kepada polisi lalu lintas sama saja membiarkan
cikal bakal korupsi dalam diri sendiri. Lebih baik menaati aturan tata cara sidang dan pembayaran denda
tilang. Berlaku jujur saat ditilang, tentu prosesnya akan lebih mudah.

Setelah tahu ciri-ciri korupsi tersebut, selanjutnya kita juga harus tahu cara memberantas korupsi. Ada tiga
strategi pemberantasan korupsi, KPK menyebutnya: Trisula Pemberantasan Korupsi. Melalui ketiga strategi ini
diharapkan dapat membantu memberantas korupsi sekaligus mengurangi kemiskinan di Indonesia.

Pemberantasan korupsi tentunya membutuhkan kesamaan persepsi sehingga pemberantasannya bisa


dilakukan dengan tepat dan terarah. ACLC KPK telah merangkum Trisula Strategi Pemberantasan Korupsi,
yakni:

 Sula Penindakan, strategi KPK dalam menindaklanjuti koruptor dan membawanya ke meja hijau,
membacakan tuntutan dengan menghadirkan saksi dan alat bukti yang nantinya bisa digunakan untuk
menguatkan perbuatan yang dilakukan.

 Sula Pencegahan, perbaikan pada sistem sehingga dapat mencegah terjadinya tindak pidana korupsi.
Beberapa perbaikannya seperti pelayanan publik yang dibuat transparan, penataan layanan publik
lewat koordinasi dan korsupgah (supervisi pencegahan), dan lainnya.
 Sula Pendidikan, digalakkan dengan kampanye dan edukasi yang bertujuan untuk menyamakan
pemahaman masyarakat terkait tindakan korupsi dan memeranginya bersama.

Korupsi tanpa disadari ternyata sering dilakukan di lingkungan sekitar. Untuk itu, sebagai warga negara
yang menjunjung tinggi integritas, kita harus memberantasnya dan supaya lebih mudah mengetahui orang yang
melakukan korupsi maka harus tahu ciri-ciri korupsi terlebih dahulu.

2.3. Pencegahan Pemberatasan Korupsi


Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi yaitu :

 Membentuklembaga indenpen yang khusus menangani korupsi


 Mewajibkan pejabat public melaaporkan dan menugumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki
baik sebelum dan sesudah menjabat. Masyarakat ikut memantau tingkat kewajaran peningkatan
setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul keika kekayaan yang di dapatkan dengan melakukan
korupsi di ahlikan kepemikilikannya ke orang lain.
 Memberi hak kepada masyarakat untuk menetapkan akses terhadap informasi. Perlu dibangun
system dimana masyarakat ( termasuk media ) diberikan hak meminta segala informasi
suhubungan dengan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung merugikan
negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang
memperkaya diri dengan menggunakan kekuasaannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk
kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin,kelemahan
pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya
hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya
manusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan
tujuan. Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan
kesejahteraan negara.

3.2. Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan pencegahan korupsi dapat
dimulai dari hal yang kecil. Ada 3 hal menurut saya yang harus dilakukan guna mengurangi sifat dan
perilaku masyarakat untuk korupsi, anatara lain;
(1) menaikkan gaji pegawai rendah dan menengah,
(2) menaikkan moral pegawai tinggi, serta
(3) legislasi pungutan liar menjadi pendapat resmi atau legal.

Anda mungkin juga menyukai