Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan yang maha Esa atas segala
Rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul “Ajaran Saminisme dan Agama
Adam” ini dapat tersusun hingga selesai.

Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai
tugas dalam mata kuliah Studi Multikultural. Selain itu, pembuatan makalah ini
juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka penulis


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi
para pembaca.

Manado, 16 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Samin masyarakat yang memiliki pola hidup yang terbuka


dengan perwujudan kepolosan dan kejujuran masyarakat Samin tersebut.
Sedulur sikep adalah sebutan bagi warga di beberapa wilayah yang menganut
paham Saminisme yang diajarkan oleh Ki Samin Soerosentika atau Raden
Kohar, bangsawan yang menyatakan sikap perlawanan kepada penjajah
Belanda secara unik dan khas. Pengikut ajaran Saminisme ini lazim disebut
wong Samin yang berkembang di Dusun Blimbing Sawur, Desa Sambongrejo,
Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora.

Masyarakat Samin juga memaknai hidup tidak berjangka panjang. Suku


ini adalah suku yang mempunyai paradigma tentang hidup yang penting hidup
dan cukup makan untuk besok. Etnis maupun suku ini mendiami berbagai
daerah maupun provinsi di Indonesia yang biasanya bertempat di daerah
pemukiman, jauh dari hiruk pikuk kota.

Agama Adam bagi komunitas Samin dalam realitasnya tidak


mendapatkan tanggapan positif secara administratif oleh pemerintah karena
agama Adam dikategorikan sebagai aliran kepercayaan. Hal ini terbukti dengan
pengosongan kolom agama dalam KTP warga Samin di Kudus. Pengosongan
ini sesuai dengan amanat UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Administrasi
Kependudukan.

Jika memang konsep-konsep ajaran Samin masih dipegang kuat sampai


saat saat ini walaupun sudah berubah, disini penulis ingin mengungkapkan
seberapa jauh eksistensi ajaran Samin ditengah arus modernisasi. Salain itu
penulis juga ingin mengungkapkan bagaimana kearifan lokal dalam kehidupan
masyarakat Samin.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ajaran Saminisme

Ajaran Samin (disebut juga Pergerakan Samin atau Saminisme) adalah


salah satu suku yang ada di Indonesia. Masyarakat ini adalah keturunan para
pengikut Samin Surosentiko yang mengajarkan sedulur sikep, di mana mereka
mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain di luar
kekerasan.Bentuk yang dilakukan adalah menolak membayar pajak, menolak
segala peraturan yang dibuat pemerintah kolonial. Masyarakat ini acap
memusingkan pemerintah Belanda maupun penjajahan Jepang karena sikap itu,
sikap yang hingga sekarang dianggap menjengkelkan oleh kelompok di luarnya.
Di dalam komunitas adat, orang (wong) Samin seringkali disebut juga
orang (wong) sikep atau sedulur sikep. Sebagai penganut ajaran Ki Samin
Surosentiko atau Raden Kohar (1859-1914) yang dikenali sebagai Ratu Adil
Heru Cakra dengan gelar Prabu Panembahan Suryangalam, mereka lebih suka
disebut wong sikep. Hal ini dikarenakan menurut mereka istilah atau sebutan
tersebut lebih berkonotasi positif, yakni orang yang baik dan jujur. Agaknya
predikat itu sekaligus diharapkan dapat menghapus citra buruk orang Samin di
mata masyarakat Jawa (abad ke-18) yang menganggap mereka itu sebagai
gerakan pembangkang terhadap tatanan yang ada, bromocorah, kelompok orang
yang tidak bertanggungjawab.
Masyarakat Samin sendiri muncul sebagai respon perlawananan
terhadap kesewenangan pemerintahan penjajahan Belanda pada tahun 1890.
Tindakan melawan pemerintah pada masa itu dilakukan dengan cara
mengasingkan diri dan tidak tunduk pada aturan pemerintahan kolonial,
terutama dalam membayar pajak, selain itu mereka menolak paham-paham
baru yang datang dari luar.1

1
Deden Faturrohman, “Hubungan Pemerintah dengan Komunitas Samin”, dalam
Andrik Purwasito, Agama tradisional: Potret Kearifan Hidup Masyarakat Samin dan Tengger
Sesepuh Samin mengatakan bahwasanya dalam hal keagamaan,
Tiang Samin Sikep atau masyarakat Samin merupakan suatu kelompok yang
dalam prakteknya mengajarkan tentang tingkah laku manusia terhadap
Tuhan dan sesamanya. Agama dalam masyarakat Samin seperti yang
diistilahkan yakni Agama niku gaman, Adam pangucape, man gaman
lanang (Agama Adam adalah senjata atau pegangan hidup bagi manusia).2

Masyarakat Samin menyebut Adam sebagai sosok yang menjadi


acuan mereka dalam menjalani kehidupan di dunia, dikarenakan Adamlah
yang melahirkan semua manusia di bumi. Adam dianggap sebagai orang tua
seluruh manusia yang harus dipatuhi dan diikuti ajarannya. Agama Nabi
Adamlah yang mereka imani. Semua yang terjadi di dunia adalah takdir
Tuhan. Manusia adalah utusan Tuhan. Mereka juga percaya pada
pembalasan Tuhan. Paham Saminisme dinamakan juga agama Nabi Adam
sebab ajaran Saminisme yang terwariskan hingga kini mengandung nilai-
nilai kebenaran, kesederhanaan, kebersamaan, keadilan, dan kerja keras.3
Konsep yang mengarah kepada Nabi Adam tersebut menyebabkan
para peneliti sebelumnya mengidentifikasi masyarakat Samin sebagai
penganut agama Adam, hal itu juga dilatarbelakangi sikap masyarakat
Samin yang jika ditanya dan berkegiatan sehari-hari berpedoman pada
Adam. Hal ini pun mempengaruhi pola keagamaan dari masyarakat Samin
yakni sesuai dengan tuntunan agama Adam. Ajaran tersebut antara lain
teraplikasikan dalam ritual pernikahan masyarakat Samin yakni dengan
mengucap kalimat yang berbunyi, “sejak Nabi Adam pekerjaan saya
memang kawin (kali ini) mengawini seorang perempuan bernama...saya
berjanji setia kepadanya, hidup bersama telah kami jalani berdua.
(Yogyakarta: LKiS, 2003), hlm. 18.
2
(Blora: The Heritage Society dan Blora Pride Foundation, 2011), hlm. 50.
3 12
http:regional-kompasiana.com/2013/wong-samin-penganut-agama-nabi-adam-yang-anti-
poligami.html diupdate oleh Ulul Rosyid pada tanggal 18 Januari 2013 dan diakses pada tanggal
25 Agustus 2013.
B. Agama Adam

Anda mungkin juga menyukai