Anda di halaman 1dari 4

Nama: Imam Agus Rahmandani

Kelas: B Reguler
NIM: 3300190058
Mata Kuliah: Kagaluhan
Dosen: Dr. H. Yat Rospia Brata, Drs., M.Si. / Ilham Purwa, S.P.

Jawaban UAS Kagaluhan


1. Pada zaman dulu konsep pemerintahan lebih mengusung konsep yang bersifat kerajaan, dimana
hanya taat pada aturan dan perintah raja. Kerajaan galuh sendiri pada saat itu mengusung konsep
kerajaan yaitu dentan konsep Tri Tangtu yang memang konsep itu digunakan juga oleh kerajaan
di tatar sunda. Secara harfiah Tri Tangtu sendiri berasal dari bahasa sunda yaitu Tri yang berarti
tiga dan Tangtu yang berarti ketentuan atau kepastian. Ketentuan tiga poin utama dari Tri Tangtu
adalah Resi, Rama, Ratu.
Setelah beralih sistem Pemerintahan dari Kerajaan ke Kabupaten maka konsep pemerintahannya
juga berbeda. Termasuk kerajaan Galuh. Untuk zaman sekarang ini konsep pemerintahan lebih
mengusung pada konsep Trias Politika yang mana di dalamnya mencakup Eksekutif, Legislatif
dan Yudikatif. Konsep Tries Politika tersebut sangat relevan untuk zaman sekarang ini.

2. Bahasa:
Karena Ciamis merupakan daerah Jawa Barat yang beradat sunda maka orang Ciamis
menggunakan bahasa sunda sehari – hari, tapi berbeda dengan kebanyakan orang sunda di daerah
lainnya seperti di Bogor yang masih ada beberapa yang menggunakan bahasa sunda kasar, di
Ciamis kebanyakan memakai bahasa sunda yang halus, sama halnya dengan orang jawa yang
menggunakan bahasa krama ketika berbicara Contoh: bahasa sunda halus dari makan adalah
tuang, bahasa sunda kasar dari makan dahar.
Kesenian:
Kesenian di daerah Ciamis yang mulai terkikis oleh zaman, diantaranya :
karawitan
ronggeng gunung
rnggeng amen
kuda lumping
manorek
janeng
Adat istiadat:
1. Nyangku
2. Bebegig sukamantri
3. Ngikis
4. Upacara ngabungbang
Makanan:
1. Sale pisang
2. Galendo
3. Saroja
4. Ranginang
5. Opak
6. Pindang gunung
Kesimpulan:
Ciamis tidak luput dari perkembangan Islam jaman dulu jadi tak heran banyak adat dan budaya
yang berkaitan dengan agama Islam. Semoga kebudayaan yang sudah ada dari jaman dulu terus
terjaga agar siiapapun bisa menikmati indahnya berbagai kebudayaan di Indonesia. Mungkin itu
segelintir dari kebudayaan Ciamis dan sekitarnya termasuk Kota Banjar dan Pangandaran semoga
berkesan.

3. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Ekonomi dan Karakter Sosial Zaman Dulu dan
Sekarang
Zaman Dulu
Kelebihan
Tidak ada persaingan bisnis yang berarti karena semua berdasar kebutuhan sehari-hari.
Tidak ada konflik berarti yang timbul akibat persaingan karena sifat kekeluargaan yang erat.
Proses kegiatan ekonomi lebih cenderung jujur karena tidak ada kepentingan.
Anggota masyarakat tidak merasa terbebani dengan kuantitas hasil produksi karena semua warga
tahu kondisi daerahnya.
Tidak ada persepsi untung rugi secara finansial yang menimbulkan kecemasan, stress, atau
konflik.
Tidak mengenal inflasi atau masalah ekonomi lain seperti yang dialami oleh sistem ekonomi lain.
Tidak ada monopoli perdagangan dari pemerintah karena pemerintah hanya berperan mengawasi
dan menjaga ketertiban.
Tidak ada kesenjangan ekonomi yang berarti antara kaya dan miskin karena pendapatan yang
diterima dari perdagangan relatif merata.
Kekurangan
Laju perkembangan perekonomian dalam sistem ini cenderung sangat lambat karena keterbatasan
hasil produksi dan orientasi bukan pada kekayaan atau keuntungan.
Tidak ada kalkulasi akan efisiensi dalam berkegiatan ekonomi.
Tidak semua kebutuhan masyarakat bisa dipenuhi karena masih sangat mengandalkan hasil alam.
Kualitas barang biasanya lebih rendah dan sulit berkembang karena tingkat persaingan yang
sangat rendah.
Perubahan akan beberapa elemen akan terasa tabu karena pola pikir masyarakat yang terpaku
dengan kebiasaan.
Tidak ada standar nilai yang baku dalam transaksi tukar menukar atau barter.

Zaman Sekarang
Kelebihan
Kegiatan perekonomian disusun dan dilaksanaan berdasarkan asas kekeluargaan.
Semua cabang produksi yang penting dan strategis dikelola oleh negara demi kemakmuran
rakyatnya.
Bumi, air, dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai dan dikelola oleh
negara dan dipakai sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyatnya.
Setiap warga negara bebas dalam memilih pekerjaannya dan berhak atas pekerjaan serta
kehidupan yang layak.
Semua sumber kakayaan dan sumber keuangan negara dipakai atas pemufakatan dan pengawasan
lembaga perwakilan rakyat dan kebijakannya diawasi oleh rakyat.
Adanya pengakuan terhadap hak milik perorangan dimana pemanfaatannya tidak bertentangan
dengan kepentingan masyarakat.
Segala potensi dan daya kreasi semua warga negara dikembangkan dalam batas-batas tertentu
yang tidak merugiakn kepentingan umum.
Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Kekurangan
Adanya sistem free fight liberalisme yang berpotensi menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia
dan kekayaan alam.
Adanya sistem etatisme, yaitu paham dimana negara dan aparatur ekonominya bersifat dominan
sehingga dapat mematikan berbagai potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor
negara.
Adanya persaingan tidak sehat dimana terjadi pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok
dalam bentuk monopoli dan monopsoni yang tidak sesuai dengan cita-cita keadilan sosial karena
merugikan masyarakat luas.

4. Pada masa Kerajaan Sunda agama Hindu terutama Hindu Siwa memegang peranan
penting dalam kehidupan masyarakat Sunda. Bukti tertulis baik karya sastra maupun
prasasti dan tinggalan berupa candi atau arca-arca lepas mendukung adanya pemujaan ini.
Walaupun agama Hindu Waisnawa dan agama Budha juga berkembang,
perkembangannya tidak seluas perkembangan agama Hindu, sebagaimana disebutkan
antara lain dalam Prasasti Sanghyang Tapak (1030 M), Prasasti Kawali, Carita
Parahiyangan (CP) (awal abad ke-16), Sewaka Darma (SD) atau Serat Dewa Buda (SDB)
(1435), Serat Catur Bumi (SCB), Sanghyang Raga Dewata (SRG), Kawih Paningkes
(KP), Jati Niskala (JN), serta Sanghyang Siksakandang Karesian (SSK) (1516 M).

Sejak akhir abad ke-15, muncul ajaran agama yang menekankan pemujaan terhadap
hiyang yang ditujukan oleh adanya “penurunan” derajat dewata berada di bawah hiyang.
Munculnya tafsiran ajaran agama itu berpangkal pada naskah Sanghyang Siksakandang
Karesian, yaitu “ratu bakti di dewata, dewata bakti di hiyang”, (“raja tunduk kepada
dewata, dewata tunduk kepada hiyang”). Tome Pires dalam bukunya Summa Oriental
(1513-1515), menulis demikian, “ Raja Sunda memuja berhala, demikian pula semua
pembesar kerajaanya.”

5. Jenis dan bentuk teknologi Kerajaan Galuh pada dasarnya masih sangat sederhana. Teknologi
tradisional yang terdapat di Kerajaan Galuh atau Kabupaten Ciamis diantaranya adalah Giribig,
Pacul, Garpu, Kored, Linggis, gacok, Dingkul (Gebog), Tetenong, Carangka, Pontrang, Tampir,
Parahu, Rakit, Panggarangan, Leuit, Gamelan Ajeng, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai