KABUPATEN BOJONEGORO
Dosen Pengampu :
Oleh :
Suku Samin atau biasa disebut Orang Samin mendiami wilayah perbatasan
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka tinggal di kawasan Blora, Jawa Tengah dan
Bojonegoro, Jawa Timur. Dengan keunikan dan kekhasannya sendiri, Orang Samin
menjalani kehidupan yang terus bergegas seolah seperti tanpa hambatan. Kendati
tinggal di wilayah pedalaman, Orang Samin dikenal kritis terhadap kondisi sosial di
sekitarnya. Merdeka mencatat beberapa nilai luhur Orang Samin yang bisa dijadikan
rujukan hidup bagi orang-orang di luar Suku Samin diantaranya,
1. Bersikap jujur
Kawasan tinggal Orang Samin aman dari pencurian sebab mereka
memegang teguh kejujuran. Antara satu dengan yang lain ada sikap saling
hormat, menghargai, dan saling terikat persaudaraan. Salah satu alasan kuat
Orang Samin menolak berdagang juga karena alasan kejujuran. Menurut
mereka, berdagang potensial menimbulkan berlakunya sikap tidak jujur. Salah
satu ajaran Sedulur Sikep ini berbunyi, jangan mengambil apapun yang bukan
haknya.
2. Kekeluargaan
Semangat keakraban dan kekeluargaan warga samin merupakan ciri
khas utama dan yang tertinggi. Mereka memiliki kepribadian yang tak
memiliki watak keras, ekstrem, suka marah dan saling mencela. Mereka lebih
menjunjung nilai – nilai kekeluargaan dan kedamaian.
3. Saling membantu
Orang Samin memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Apabila ada
tetangganya yang kesusahan, mereka bergegas menawarkan bantuan.
Misalnya ada yang perlu pinjaman uang, dengan senang hati mereka akan
meminjamkannya. Pengembalian pinjaman uang itu tentu saja tanpa bunga.
4. Kerja keras
Kerja keras mencangkup dedikasi, upaya dan keterlibatan aktif dalam
melakukan pekerjaan atau kegiatan dengan penuh semangat
Seiring dengan majunya teknologi masa kini, massyarakat samin yang didusun
jepang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro. Sejak
tahun 1900 masyarakat samin sudah terbuka dengan masyarakat luar namun masih
berpegang teguh dengan ajaran samin. Generasi muda didesa jepang ini sudah
menerima kebudayaan baru yang mereka terima dari media massa. Masyarakat
samin diera modern ini sekarang tidak kalah canggih dengan masyarakat pada
umumnya. Masyarakat samin memiliki pemikiran yang inovatif dan kreatif dalam
menggali sumber daya alam yang ada, contohnya dalam membuat prasarana air
bersih, membuat energi biogas dari kotoran lembu, bercocok tanam dengan pola
irigasi diesel, serta memiliki fasilitas lain yang serba modern. Perubahan tersebut
terdapat dua faktor eksternal dan internal. Faktor internal dari keterbukaan
masyarakat samin untuk menerima kebudayaan dari luar seperti teknologi baru,
untuk faktor eksternal dimulai dari adanya pengaruh kebudayaan luar seperti kontak
dengan budaya lain, meningkatkan hasil karya, perkembangan penduduk, interaksi
sosial, mobilitas, lancarnya sarana prasarana jalan. Akan tetapi dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih dusun jepang
masih berpegang teguh pada nilai-nilai suku samin.
- Pendidikan
Pada tahun 1960, sistem pendidikan formal, SD, diperkenalkan di Dusun Jipang
karena kedekatannya dengan zona perang. Anak-anak dari masyarakat bersemangat
belajar dan mempersiapkan hal ini dengan belajar dari kurikulum sekolah mereka,
termasuk budaya, agama, dan bahasa asing. Pada tahun 1986, pemerintah
Bojonegoro memperkenalkan kurikulum sekolah menengah, menarik antusiasme
masyarakat, yang mengarah pada partisipasi aktif dan sukses dalam bangsa dan
negara. Bagi yang berpendidikan rendah dan ekonomi rendah biasanya
menggunakan ngoko atau madya. Bagi samin yang tingkat pendidikan dan
perekonomiannya rata-rata, biasanya menggunakan bahasa jawa ngoko lugu, ngoko
alus madya krama, krama lugu dan krama.
- Alat Transportasi
Adanya program perbaikan jalan pada tahun 1996 di dusun jepang ini memudahkan
masyarakat samin untuk berhubungan dengan masyarakat luar, imbasnya jumlah
kendaraan motor dan mobil yang dimiliki oleh masyarakat. Hadirnya roda dua
maupun roda 4 memudahkan aktivitas sehari-hari masyarakat samin seperti
pedagang, petani guna memasarkan apa yang dijual. Dan memudahkan anak muda
untuk melanjutkan sekolah dan memudahkan dalam mencari kerja, juga sebagai
akses jalan mempermudah pedagang dari luar membeli hasil tani dari dusun jepang
ini.
- Religi
Meski masyarakat Samin mempunyai keyakinan agama masing-masing, namun
pemerintah tetap menginginkan mereka memilih salah satu dari lima agama yang
ada di Indonesia. Jadi masyarakat suku Samin di Dusun Jepang ini mempunyai ID
yang terkait dengan agama pilihannya atau agama yang dianutnya. Kohar adalah
orang yang paham dengan corak Islam, atau Islam Jawa, atau nama lain Abangan
Islam, dan tidak hanya itu, hal ini juga dipengaruhi oleh rumah-rumah kecil di
sebelah rumah Jepang yang sebagian besar beragama Islam. Namun di era baru ini,
banyak Samini yang mulai melaksanakan salat, mereka juga salat berjamaah dan
mengikuti ibadah keagamaan seperti Dusun Jepang. Saat ini sudah ada dua gereja
di Dusun Jepang, yakni di RT 1 dan RT 2, dan mereka membangun gereja tersebut
secara bersama-sama.
- Tradisi kelahiran
Anak laki-laki sering kali dikuburkan atau dikuburkan di dalam rumah dengan
harapan mereka akan tumbuh dewasa untuk membantu orang tuanya. Ketika
seorang anak lahir, tradisi masyarakat Samin adalah melakukan selapanan adat
seperti brokohan, sepasar dilakukan pada hari kelima setelah anak lahir, selapanan
dilakukan pada hari ke 35 setelah anak lahir, tiga lapan, tujuh lapan dan satu Hal ini
dilakukan pada saat anak berumur satu tahun.
- Tradisi perkawinan
Saat ini, orang dari suku Samin bisa menikah dengan orang dari luar suku Samin.
Kebudayaan masyarakat Samin masih ada dan berbentuk adang akeh. Mereka siap
menerima portofolio dari komunitas Samin sendiri, terutama dari komunitas luar.
1. Eksistensi hak ulayat: Masyarakat adat suku Samin memiliki hak ulayat atas
tanah yang mereka gunakan untuk kehidupan dan keberlangsungan
2. Interaksi dengan perhutani: Masyarakat adat suku Samin memiliki interaksi
dengan perhutani dan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro
Padangan untuk melestarikan hak ulayat mereka
3. Keberadaan hak ulayat: Hak ulayat masyarakat adat suku Samin masih diakui
dan terjadinya interaksi antara KPH Padangan dengan masyarakat
adat suku Samin.
Masyarakat suku Samin memiliki hak yang berbeda dengan masyarakat lainnya
dan memiliki kepercayaan, adat istiadat, dan norma-norma serta aturan sendiri yang
berbeda dengan masyarakat Jawa pada umumnya. Beberapa hak yang dimiliki oleh
masyarakat Samin meliputi:
1. Hak Layakan: Masyarakat Samin memiliki hak layakan atas harta peninggalan
orang tuanya, baik laki-laki maupun perempuan, dan tidak mempersoalkan
perbedaann agama dalam menerima warisan.
2. Hak kepribadian: Masyarakat Samin memiliki kepribadian yang jujur dan polos,
dan mereka menunjukkan dengan sikap terbuka kepada siapapun orang
tersebut, termasuk pemangku kepada posisi tertentu.
3. Hak kearifan: Masyarakat Samin memiliki nilai-nilai kearifan yang berbeda,
seperti rukun dan sumeleh, yang menjadi dasar dalam masyarakat Samin.
4. Hak agama: Masyarakat Samin memiliki agama menjadi peganggan hidup, dan
mereka tidak mempersoalkan perbedaann agama dalam menerima warisan.