Anda di halaman 1dari 4

TOLERANSI PERBEDAAN DENGAN BUDAYA SRAWUNG

(Tolerance of differences with Srawung Culture)

Salma Renatha Madani


Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo
Jl. Ahmad Yani No. 52, Ring Road Timur Yogyakarta
Telp. 0853 2003 3190
renathamadanis@gmail.com

Yusuf Sarwito Ikhsan


Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo
Jl. Ahmad Yani No. 52, Ring Road Timur Yogyakarta
Telp. 0851 5828 6447
yusufsikhsan@gmail.com

ABSTRACT

This article aims to describe and analyze cultural issues in Semarang. Tolerant behavior in Semarang may have
started to fade. Nowadays, problems and conflicts always arise related to tolerance. In cases that offend each other,
especially those that often occur in religious and multiethnic life. So that hidden conflicts in the city of Semarang
must be taken seriously. One way to deal with it is by developing the wisdom of Javanese local culture, srawung.
"Srawung" is a Javanese term that means a meeting or gathering organized by more than one person or group with
togetherness and disregard for different religious groups, to maintain relationships and harmony and create
cohesiveness in social life.

Keywords : Srawung Culture, Religious People

ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis masalah budaya di Semarang. Perilaku toleransi di
Semarang mungkin sudah mulai pudar. Saat ini, masalah dan konflik selalu muncul terkait dengan toleransi. Dalam
kasus yang saling menyinggung, terutama yang sering terjadi dalam kehidupan beragama dan multietnis. Sehingga
konflik tersembunyi di kota Semarang harus ditanggapi dengan serius. Salah satu cara untuk menghadapinya adalah
dengan mengembangkan kearifan budaya lokal Jawa, srawung. “Srawung” adalah istilah bahasa Jawa yang berarti
pertemuan atau pertemuan yang diselenggarakan oleh lebih dari satu orang atau kelompok dengan kebersamaan dan
tidak mementingkan kelompok agama yang berbeda, untuk menjaga hubungan dan keharmonisan serta menciptakan
kekompakan dalam kehidupan bermasyarakat.

Kata Kunci: Budaya Srawung, Umat Beragama

1
PENDAHULUAN Kondisi kerukunan antar umat beragama di
Kota Semarang, yang secara umum cukup
Srawung adalah istilah Jawa yang berarti kondusif. Faktor pendukung kondusivitas tersebut
pertemuan atau pertemuan lebih dari satu orang atau antara lain; Masyarakat Kota Semarang yang
kelompok. Dalam tradisi masyarakat pedesaan, heterogen dan lebih berpola pikir dagang atau
mereka mengenal istilah “Srawung” karena usaha bukan politis, adanya kegiatan dialog lintas
merupakan sarana untuk saling menginformasikan agama dan kegiatan pagelaran seni budaya lokal
tentang realitas kehidupan. Semarang. Di tengah-tengah kondusivitas itu
Salah satu tujuan hidup berbangsa dan muncul beberapa kasus yang menunjukkan adanya
bernegara adalah memelihara persatuan dan kesatuan sentimen keagamaan yang mengganggu. Di
serta mampu membangun kehidupan yang sejahtera awali persoalan Penolakan buka bersama tahun
bersama seluruh umat beragama. Hal ini 2016. (Setiawan & Sibarani, 2021a)
diungkapkan sesuai dengan semboyan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yaitu Bhineka Tunggal
Ika, meskipun berbeda tetap satu, namun tidak
METODE PENELITIAN
mudah untuk mencapai persatuan dan kesatuan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
dengan tetap menghormati dan menghargai ini adalah kualitatif, digunakan untuk mengetahui
keberagaman atau perbedaan. Beberapa kendala atau menggambarkan realitas dari peristiwa yang
yang cukup sulit untuk mewujudkan kesejahteraan sedang dipelajari untuk memudahkannya untuk
dan integritas, seperti hambatan dalam kerukunan mendapatkan data yang objektif. Berdasarkan
hidup beragama. pengertian di atas dapat diketahui bahwa penelitian
Dari perspektif agama, makna agama yang kualitatif adalah penelitian yang sifatnya alamiah
sebenarnya adalah selalu mengutamakan nilai-nilai dan materi yang dihasilkan bersifat deskriptif.
kemanusiaan dan menghargai berbagai perbedaan, Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
terutama dalam masyarakat yang multikultural. dengan jenis penelitian studi pustaka yang
Nilai-nilai agama tidak akan pernah membunuh atau menggunakan metode analisis deskriptif yaitu.
menghancurkan perbedaan yang ada, bahkan semua dengan mengumpulkan informasi, menyusun atau
ajaran agama, perbedaan adalah rahmat dari Allah menjelaskan dan menafsirkan. Objek yang dijadikan
SWT. Oleh karena itu, agar nilai-nilai agama dan sumber dalam penelitian ini adalah budaya Srawung.
nilai-nilai budaya menjadi bagian dari pembentukan Sumber informasi untuk penelitian kepustakaan
karakter toleransi multikultural, maka perlu dibentuk adalah majalah, jurnal, artikel dan lain-lain.
sikap saling menghargai, menghargai dan peduli
Pengumpulan data dilakukan dalam penelitian
terhadap segala perbedaan dalam masyarakat,
ini dengan mengumpulkan jurnal dan artikel yang
bangsa dan negara.
berhubungan dengan budaya Srawung, yang
Realita saat ini, kehidupan lintas agama di kemudian diseleksi, disajikan dan dianalisis serta
Indonesia menghadapi tantangan dan ancaman nyata diedit menjadi ringkas dan sistematis. Selain itu, data
terkait dengan adanya gerakan fundamentalis agama, dianalisis dalam beberapa langkah atau proses.
kekerasan, terorisme atas nama agama, dan berbagai Pertama, tahap pemerosesan, yaitu pemeriksaan
upaya fundamentalis untuk menggantikan sistem ulang terhadap semua informasi yang diterima,
kehidupan bernegara. Tentang Ideologi Pancasila. terutama untuk kelengkapan, kejelasan, kecukupan
Hal ini menjadi perhatian banyak orang dan menjadi dan relevansinya dengan kelompok informasi
ancaman bersama baik bagi negara Indonesia lainnya. Informasi yang dijelaskan dari hasil literatur
maupun rakyat, khususnya masyarakat di kota dan sumber terkait dianalisis secara kualitatif. Yaitu
Semarang. menggabungkan data dengan yang lain.
Sebagai ibu kota provinsi di Jawa Tengah,
Semarang merupakan potret masyarakat majemuk PEMBAHASAN
karena keragaman suku, agama, dan budaya.
Semarang dikenal sebagai kota multikultural di Agama, di sisi lain, menciptakan ikatan
mana beberapa kelompok etnis yang berbeda hidup bersama antara anggota masyarakat dan kewajiban
bersama. Selain itu, keberadaan tempat ibadah sosial yang mengikat mereka bersama. Era
masing-masing agama tersebar di seluruh kota globalisasi saat ini membawa banyak masalah bagi
Semarang. Beberapa masjid, gereja, vihara, pura umat beragama, tetapi juga banyak tantangan seperti
telah dijadikan sebagai ekspresi kearifan lokal, yang ketegangan terus-menerus, konflik dan kekerasan
tersisa dari masa lalu dan masa kini, serta tetap antar umat. Fundamentalisme, radikalisme,
dipertahankan untuk menjaga kelestariannya. terorisme, agama, yang umum di negara kita, bukan
karena agama mengajarkan kekerasan, tetapi muncul
2
dari kesalahpahaman keyakinan agama, di mana yaitu mencapai hidup yang harmoni
seseorang (orang) menganggap agama lain sesat dan tersebut.Budaya Jawa ini sangat menekankan
mengklaim bahwa mengikuti agama benar Agama kehidupan yang harmonis, damai dan rukun
dijadikan pemicu percikan api yang bisa memicu dalam bentuk sikap penghormatan, sikap rukun,
konflik horizontal. toleransi, dan sebagainya menjadi acuan moral
Studi empirik hegemoni ideologi/budaya dan tingkah laku dalam berhubungan antarumat
yang terjadi di Kota Semarang dilakukan untuk beragama.(Setiawan & Sibarani, 2021b)
menggambarkan persepsi umum masyarakat tentang Penting sekali agar budaya srawung ini dapat
realitas keberagaman agama, dengan fokus diwujudkan. Selain sebagai upaya pelestarian
perhatian pada proses dan dinamika munculnya terhadap kebudayaan Indonesia, srawung ini juga
sentimen keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. dapat bermanfaat untuk mengajak anak-anak dan
Hegemoni ideologi merupakan dominasi atau masyarakat pada umumnya untuk mau bersahabat
penguasaan satu pihak dengan pihak lainnya dengan dunia luar, mau berinteraksi dengan orang
secara sukarela dan berdasarkan kesepakatan. lain, dan mengurangi sikap individualisme, serta
(Setiawan & Sibarani, 2021b) ketidakpekaan terhadap lingkungan sekitar.
Ide-ide yang didikte oleh kelompok dominan Meskipun teknologi yang ada berkembang semakin
kepada kelompok yang didominasi diterima sebagai pesat, budaya srawung ini sebisa apapun harus
sesuatu yang wajar atau benar dan kemudian senantiasa tetap dilaksanakan. Selain itu, adaptasi
menjadi ideologi. Ideologi, menurut Marx, adalah juga perlu dilakukan agar bisa mengendalikan diri
semua sistem penting yang memberi orientasi pada terhadap perkembangan teknologi yang ada.
masyarakat. Ideologi adalah doktrin yang Adaptasi selain dilakukan agar tidak gagap
menjelaskan suatu situasi, terutama struktur teknologi, tetapi juga dilakukan agar tidak
kekuasaan, sehingga orang melihatnya sebagai valid. terpengaruh oleh pesatnya perkembangan teknologi
Ideologi adalah ilusi atau kesadaran palsu yang terkadang membawa pengaruh negatif (Andesha
yang tidak menggambarkan keadaan manusia yang Hermintomo & Anindita Taufani, n.d.) Dengan begitu,
sebenarnya sebagaimana adanya. Ideologi budaya srawung dapat berjalan beriringan dengan
menggambarkan realitas secara terbalik. Ini bukan pesatnya perkembangan teknologi.(Refki Marsida,
untuk mengatakan bahwa ideologi salah dalam 2022)
menggambarkan realitas, tetapi ideologi Budaya srawung ini juga ada di beberapa
menggambarkan realitas dan interpretasinya daerah di Indonesia, namun dengan penyebutan yang
berlawanan. Apa yang tidak sehat dan tidak wajar berbeda-beda. Berikut adalah contoh budaya
diekspresikan dengan cara yang membuatnya srawungdari daerah lain di Indonesia.
tampak baik dan masuk akal. Ideologi melayani 1. Mapalus dilakukan oleh orang Minahasa
kepentingan kelas penguasa karena memberikan 2. Marsialapari merupakan salah satu tradisi
legitimasi pada situasi yang sebenarnya tidak yang ada di masyarakat Mandailing.
memiliki legitimasi. (Priliantini et al., 2020)
Salah satu penanganan untuk meredam
Srawung mengandung filosofi yang
konflik adalah mengembangkan kearifan lokal
mendalam. Srawung tidak hanya dimaknai sebuah
budaya srawung. Masyarakat memilikibudaya-
perjumpaan. Dari srawung itulah ada sebentuk rasa
budaya dan tradisi-tradisi lokal yang secara
yang muncul, yakni belajar, menimba inspirasi
fungsional mampu menjaga situasi
(ngangsu kawruh).(Y. Gunawan, 2016)
lingkungannya agar tetap harmonis, baik dengan
sesama manusia maupun lingkungan. Tradisi-
tradisi lokal tersebut memiliki makna dan nilai KESIMPULAN
penting diantaranya sebagai acuan tingkah laku Budaya Srawung merupakan jembatan
bagi masyarakatnya dalam menjalani kehidupan, kerukunan, penyambung hubungan kekerabatan,
termasuk menghadapi perbedaan-perbedaan dalam mampu menjaga kerukunan dan dapat meredam
berinteraksi dengan orang lain yang berbeda konflik antar umat beragama. Manfaat budaya
budaya. Tradisi-tradisi lokal tersebut sesungguhnya srawung menjadi bagian penting dalam membangun
merupakan pengungkapan kearifan lokal (local hubungan antar umat beragama, antara lain:
wisdom) dari suatu masyarakat dalam Mengurangi stigma dan kecurigaan pemeluk agama
menanggapi situasi lingkungannya.Budaya Srawung dan masyarakat lebih terbuka terhadap agama
ini selaras dengan orientasi hidup masyarakat berbeda atau menjembatani jurang perbedaan dan
Jawa yaitu mencapai hidup yang harmoni agar mereka bisa menerima satu sama lain dan tidak
Kerukunan dengan sesama manusia sebagai menimbulkan perpecahan. Perbedaan tidak boleh
lingkungan sosial, termasuk kerukunan umat dan tidak boleh dipandang sebagai “sumber” konflik
beragama, menjadi bagian tujuan hidupnya dan perpecahan, tetapi sebagai pengayaan dan
3
pendorong kerukunan, perdamaian, serta solidaritas Puji dan syukur kami panjatkan kepada
dan kerja sama di antara masyarakat Semarang. Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
Pertemuan dan dialog antar agama atau antar umat jurnal ini dapat kami susun. Jurnal ini ditulis untuk
diperlukan untuk menghilangkan cerita-cerita menyelesaikan tugas. Kami memahami bahwa tanpa
kecurigaan antar agama, bahwa agamaku adalah bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, akan
yang terbaik dan agamamu adalah yang terbaik. cukup sulit bagi kami untuk menyelesaikan jurnal
Perjumpaan adalah bentuk pemahaman akan ini.
kesamaan gagasan dengan menghayati keberadaan Kami memahami bahwa jurnal ini masih
agama yang lebih inklusif dan humanis Peran memiliki beberapa kekurangan, maka kritik dan
lembaga pemerintah seharusnya sebagai bentuk saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
representasi keragaman, yang pada gilirannya untuk perbaikan jurnal ini. Akhir kata, kami
menciptakan posisi netral dan nasionalis bagi mengucapkan terima kasih dan berharap jurnal ini
masyarakat. dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
Untuk menjaga budaya srawung agar tetap membutuhkannya.
eksis dan lestari maka diperlukan kemampuan
adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi dan latensi. DAFTAR PUSTAKA
Adaptasi yaitu masyarakat mampu menyesuaikan Andesha Hermintomo, & Anindita Taufani. (n.d.). Diskursus
diri di tengah globalisasi seperti belajar Kampung Kota.
memanfaatkan teknologi komunikasi untuk Priliantini, A., Bioka, A., Faishal, A., Rahma, A., Suci, E.,
melaksanakan budaya srawung, pencapaian Poernama, G., Arif, M., Nur, N., Chalida, M., Studi, P.,
tujuan dengan berusaha menemukan cara Komunikasi, I., Sosial, I., & Politik, D. (2020). Eksistensi
Budaya “Srawung” di Tengah Globalisasi. 21(2).
mewujudkan tujuan dengan saling membantu
Refki Marsida. (2022). Mewujudkan Budaya Srawung Pada
kelompoknya dalam menggunakan teknologi Masa Golden Age di Era Gempuran Teknologi yang
untuk praktik budaya srawung, integrasi ini Semakin Maju.
menunjuk pada suatu tingkat solidaritas sehingga Setiawan, S. W., & Sibarani, R. (2021a). Budaya Srawung
masyarakat akan bersedia untuk bekerja sama serta sebagai Potret Toleransi Beragama dan Bersuku untuk
bergotong royong, dan latensi ini masyarakat harus Meredam Konflik di Kota Semarang. Anthropos: Jurnal
dapat mempertahankan nilai-nilai dasar serta norma- Antropologi Sosial Dan Budaya (Journal of Social and
norma yang mereka anut sebagai motivasi dalam Cultural Anthropology), 6(2), 194.
mempraktikkan budaya srawung seperti semangat https://doi.org/10.24114/antro.v6i2.19043
gotong-royong dalam bermasyarakat. Setiawan, S. W., & Sibarani, R. (2021b). Budaya Srawung
sebagai Potret Toleransi Beragama dan Bersuku untuk
Meredam Konflik di Kota Semarang. Anthropos: Jurnal
SARAN Antropologi Sosial Dan Budaya (Journal of Social and
Cultural Anthropology), 6(2), 194.
Komunikasi merupakan salah satu hal
https://doi.org/10.24114/antro.v6i2.19043
tepenting dalam bersosialisasi dengan masyarakat Y. Gunawan, SS. , M. Hum. , P. – P. R. dan F. di U. S. S.
untuk meminimalisir terjadinya perselisihan antar (2016). MELESTARIKAN  BUDAYA SRAWUNG.
individu maupun suatu golongan. Hal yang sering MELESTARIKAN  BUDAYA SRAWUNG.
kali terjadi di era milenial ini adalah masyarakat  
cenderung lebih apatis dan senang dengan dunianya
sendiri tanpa mau tau apa yang sedang terjadi di
masyarakat. Menghindari komunikasi langsung
dengan masyarakat dengan leih fokus terhadap dunia
sendiri dan teknologi dapat memicu perselisihan.
Pengimplementasian budaya srawung
melalui komunikasi rutin antar masyarakat
Semarang dapat menjadi faktor pendorong
pembangunan nasional dan pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan. Selain itu, budaya
srawung juga dapat lebih diterapkan dalam tiap
kegiatan berorganisasi para pemuda, bukan hanya
sekedar membicarakan program kerja namun juga
ber-srawung bersama.

UCAPAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai