0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
129 tayangan7 halaman
Perubahan sosial budaya telah terjadi pada komunitas Samin di Desa Klopodhuwur. Mereka telah mengalami perubahan dalam bahasa, teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, pengetahuan, agama, pakaian, politik, pendidikan, dan infrastruktur. Generasi muda kini lebih terbuka dan maju dibanding masa lalu.
Perubahan sosial budaya telah terjadi pada komunitas Samin di Desa Klopodhuwur. Mereka telah mengalami perubahan dalam bahasa, teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, pengetahuan, agama, pakaian, politik, pendidikan, dan infrastruktur. Generasi muda kini lebih terbuka dan maju dibanding masa lalu.
Perubahan sosial budaya telah terjadi pada komunitas Samin di Desa Klopodhuwur. Mereka telah mengalami perubahan dalam bahasa, teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, pengetahuan, agama, pakaian, politik, pendidikan, dan infrastruktur. Generasi muda kini lebih terbuka dan maju dibanding masa lalu.
JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PADA KOMUNITAS SEDULUR SIKEP (SAMIN) KLOPODHUWUR
Kata “Samin”, mungkin sebagaian besar masyarakat di Jawa Tengah
sering mengucapkan kata tersebut. Dalam kehidupan kadang kala seseorang menyeletupkan kata “Samin” begitu saja. Namun apa sebenarnya “Samin” itu sendiri masyarakat pada umumnya masih belum terlalu mengerti. Samin merupakan sebuah komunitas yang ada di lingkungan suku Jawa. Mereka lebih suka di panggil dengan “Sedulur Sikep” dari pada di panggil dengan panggilan langsung “Samin”. Komunitas Samin ini dikenal sebagai kelompok manusia yang mempunyai prinsip hidup atau pandangan hidup yang berbeda dengan masyarakat jawa pada umumnya. Samin sebenarnya menekankan pada wujud tingkah laku dalam kehidupan. Tokoh yang tersohor dan yang menyebarkan paham (ajaran) adalah Samin Surosentiko atau Raden Kohar. Komunitas Samin mencuat dan menjadi terkenal karena berhasil melawan penjajah Belanda tanpa menggunakan kekerasan. Komunitas Samin tersebar di beberapa Kabupaten di Jawa Tengah seperti di Blora, Pati, Grobogan, Kudus, Jepara dan ada juga yang di Bojonegoro Jawa Timur. Sebagai pusat ajaran samin berada di Desa Klopodhuwur, Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Kali ini kita akan membahas mengenai perubahan sosial budaya yang terjadi di Komunitas Samin di Desa Klopodhuwur sebagai pusat ajaran tersebut. Perubahan tidak hanya terjadi pada masyarakat yang modern saja namun, pada masyarakat tradisonal juga terjadi begitu pula pada Komunitas Samin yang oleh banyak orang masih dikatakan sebagai masyarakat tradisional. Untuk itu mari kita lihat perubahan mereka melalui tujuh unsur kebudayaan. 1. Bahasa. Komunitas samin dalam kehidupan sehari-hari mereka menggunakan bahasa jawa seperti dengan tingkatan yang halus atau menggunakan bahasa jawa kromo inggil. Bahasa kromo inggil ini oleh masyarakat samin digunakan sebagai bahasa sehari-hari dengan semua orang baik dari komunitasnya sendiri maupun yang diluar komunitasnya. Perkembangan yang semakin maju ini membuat komunitas samin harus beristeraksi dengan masyarakat lain sehingga mereka harus mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lain seperti bahasa indonesia, dan bahasa inggris. Mereka memperoleh bahasa tersebut memalui interaksi dan sekolah mereka tidak hanya bisa bicara namun bisa tulis menulis. 2. Sistem Teknologi. Komuntas samin dikenal sebagai masyarakat yang selaras dengan alam begitu juga dengan sistem tekhnologinya. Seperti membajak sawah, komunikasi, infomarsi, rumah, dan masih banyak lagi. Membajak sawah yang dulunya menggunakan sapi sebagai alat utama (ngluku) sekarang mulai beralih menggunakan mesin pengolah tanah denganbahan bakar minyak. Komunikasi juga telah berubah malahan sekarang mereka ssudah menggunakan Hanphone (HP) sebagai penghubung antar anggota yang berada di tempat yang jauh. Media informasi juga sudah masuk seperti radio, dan televisi hal tersbut menandakan listrik sudah masuk. Menurut warga setempat yang listrik sudah masuk pada tahun 1979. Rumah sekarang dibuat menggunakan unsur besi seperti paku padahal dulu menggunakan kayu sebagai patoknya. Kendaraan tak bermesin juga ada yakni sepeda. Kendaraan bermotor seperti mobil dan motor juga sudah ada. Alat perekam gambar seperti kamara digital handycam juga ada. Perbot rumah tangga sekarang juga sudah ganti dari yang dulu menggunakan gerabah sekarang sudah menggunakan perabot dari alumunium dan plastik. 3. Sistem Mata Pencaharian. Bertani dan berkebun merupakan ciri dari pekerjaan komunitas samin. Namun sekrang bekerja sebagai petani tidak bisa diharapkan sehingga generasi baru di komunitas samin ini telah berubah dan tak hanya bertani saja. Dan yang bertani kelihatannya generasi tua saja. Generas yang muda sekarang malah ada yang berkerja sebagai Polisi, Karyawan, LSM, guru, tukang bangunan, buruh industri, penyiar radio, dan lain-lain. Kebanyakan generasi muda pergi merantau ke luar daerah seperti Jakarta. 4. Organisasi Sosial. Organisasi yang ada di komunitas samin sebenarnya tergolong tradisional karena hanay mengacu pada sesepuh atau orang yang di tuakan saj. Namun semua telah berubah setelah berdirinya paguyuban yang bernama “Sangkan Paraning Dumadi”. Organisasi tersebut didirikan oleh anggota komuntas samin yang telah mempunyai pendidikan tinggi sehingga dalam organisasi tersebut telah mengacu organisasi yang telah modern. 5. Sistem Pengetahuan. Pengetahuan komunitas Samin pada dasarnya di dapat dari turu temurun sehingga masih stagnan. Sekarang telah berubah karena sekarang generasi mudanya telah mendapatkan pengetahuan dari sekolah dan dari berbagi pihak. 6. Sistem Religi. Agama Adam merupakan agama yang menurut komunitas samin adalah agamanya. Tuhan mereka bernama Sang Hyang Wenang. Pada orde baru komunitas samin di cap sebagai masyarakat yang tak beragama atau atheis. Sehingga ada usaha unutk melakukan pengislaman. Ada juga yang memilih hindu sebgai agamanya karena dinilai sama seperti ajaran dari samin. Terlepas dari agama apapun sekarang yang dipeluknya konsep ajaran samin masih tetap mereka jalankan. Sebagaian besar warga di desa Klopodhuwur pada KTP (Kartu Tanda Penduduk) memeluk agama Islam walau pelaksanaanya tidak seperti itu. 7. Kesenian. Sepertipada umumnya masyarakat jawa komnitas amin juga mempunyai kesenian seperti nembang, pahat, dan mengukir. Sebenarnya pahat dan ukiran yang dihasilkan masyarakat samin bagus namun kurangnya pembinaan memnyebabkan seperti mati. Msayarakat Samin juga terbuka dengan seni yang lain. Terbuksti sekarang merela meneima LSM yang memberikan pelatihan tentang cara membatik. Selain ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut masih ada perubahan lain yang terjadi pada komunitas samin ini. Perubahannya anatara lain sebagai berikut. 1. Perkawinan dan Perceraian. Perkawinan pada komunitas Samin sangat mudah terjadi. Perkawinan mereka disebut dengan “kawin kawita”. Ada juga “kawin rembug” sebenarnya dua istilah tersebut sama saja, intinya dalah ketikaada dua oarang yang saling sama suka kedua keluarga bertemu dan berembug (bermusyawarah) mencari kesepakatan bersama, setelah itu kedua orang tersebut dinikahkan didepan sesepuh Samin dan itu sudah sah. Sedangkan perceraian “pegat sentak” juga sama dilakukan dengan berembug dan didepan sesepuh Samin. Pada tahun 1968 bupati blora mengharuskan masyarakat samin yang mengaku Islam menikah di KUA (Kantor Urusan Agama) tindkan tersebut dilakukan oleh komunitas Samin dengan maksud jika terjadi perceraian harta dapat dibagi sesuai dengan aturan hukum. Dulu perkawinan hanya dilakukan dilingkup komunitas Samin sajanamun kini telah berubah dan bisa nikah dengan diluar komunitas. 2. Pakaian Pakian asli komunitas samin dalam mengenakan busana selalu berwarna berwarna hitam dan kepalanya menggunakan iket (semacam blangkon). Mereka tidak mngenakan sandal sebagai media untuk mendekatkan diri dengan alam. Selain itu pewarnaan pakaian dilakukan juga menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam juga. Perkembangan jaman juga merambah ke komunitas Samin. Dalam berpakaian kini komunitas samin sehari-hari telah menggunakan pakaian yang sama dengan masyakarat di sekitarnya jadi sekarang sudah tak menggunakan pakaian yang serba hitam, mereka ada yang menggunkan cela jeans, daster, rok dan masih banyak lagi. 3. Politik. Komunitas Samin yang tradisional tidak mengenal politik itu apa. Namun perkembangan jaman komunitas samin ini dimasukain oleh orang partai dan sebgaian dari mereka ikut partai dan memberikan suaranya pada pemilu yang diselenggarakan pemerintah. 4. Pendidikan. Pendidikan dulu bagi komunitas amin itu tidak perlu karena dianggap kalau pintar akan mengahncurkankomunitasnya sendiri. Sehingga pendidikan dilarang. Namun tuntuan jaman sekarang generasi samin yang baru telah meneriam pendidikan walau banyak yang sampai SMP saja. Terhentinya pendidikan sebenarnya karena keterbatasan dana untuk biaya pendidikan. Semangat belajar generasi baru sangat tinggi malah sadah ada yang mempunyai gelar sarjana. Selain itu di antara pemukiman komunitas samin sudah berdiri perpustakaan walau belum ada bukunya. 5. Insfrastuktur Pemukiman komunitas samin yang mengelompok jadi satu dan berada di tegah hutan ternyata juga sudah mendapatkan pembangunan infrastruktur seperti adanya pemapingan jalan, pembuatan irigasi, saluran air, penampungan air, kamar mandi, balai pertemuan dan perpustakaan. Pembangunan tersebut tetap mempertimbakan kesesuaian dengan prinsip ajaran samin yang selaras dengan alam. 6. Pertanian. Dalam bidang pertanian juga sudah terjadi perubahan yakni terlihat dengan penggunaan alat-alat pertanian modern. Selain itu pupuk yang digunakan tidak pupuk kandnag saja namun menggunkan pupuk yang dibuat oleh pabrik. Hal tersebut dilalukan agar hasil pertanian juga laku terjual di pasaran. Demikian perubahan sosial budaya yang terjadi di komunitas Samin Desa Klopodhuwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora tak terlepas dari pembangunan yang sedang berlangsung di Indonesia. Namun kita juga memberikan aprisiasi terhadap eksistensi komunitas samin yang tetap bertahan dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan.